Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tinnitus berasal dari bahasa latin yang artinya nada. Tinnitus adalah persepsi suara

yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa

berasal dar dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu

menjadi masalah, namun bila terjadinya makin sering dan berat maka akan mengganggu juga.

Tinnitus dapat dapat bersifat subjektif dan objektif. Tetapi hampir sebagian besar

kasus, tinnitus bersifat subjektif. Tinitus yang bersifat subjektif maksudnya hanya penderita

yang dapat mendengarkan suara tinnitusnya. Tinnitus dapat berlangsung sementara ataupun

intermiten.

Tinnitus bukanlah suatu diagnosis penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu

penyakit. Tinnitus mungkin dapat timbul dari penurunan fungsi pendengaran yang dikaitkan

dengan usia dan proses degenerasi, trauma telinga ataupun akibat dari penyakit vaskular.

Tinnitus cukup banyak didapati dalam praktek sehari-hari, jutaan orang

diduniamenderita tinnitus dengan derajat ringan sampai berat. Dari hasil penelitian,

didapatkan satu dari lima orang diantara usia 55 dan 65 tahun dilaporkan mengalami tinnitus.

Hal ini menandakan bahwa tinnitus adalah keluhan yang sangat umum yang diterima di

kalangan usia lanjut.

Bunyi yang diterima sangat bervariasi. Keluhan tinnitus dapat berupa bunyi

mendenging, menderu, mendesis atau berbagai macam bunyi lainnya. Biasanya keluhan

tinnitus selalu disertai dengan gangguan pendengaran. Penyebab tinntus selalu disertai

dengan gangguan pendengaran.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Telinga

Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam

a. Telinga luar

Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun telinga

atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau

membrana timpani.

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga berfungsi untuk

membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga.

Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan

bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan tulang

rawan yang dilapisi kulit tipis.

Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga luar dan

tulang di dua pertiga dalam. Liang telinga memiliki panjang kira-kira 2,5 – 3 cm. Di dalam

2
3

liang telinga terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut

serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang

memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke

telinga tengah.

b. Telinga tengah

Telinga tengah adalah ruangan yang berbentuk kubus. Isinya meliputi gendang

telinga, tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes). Muara tuba Eustachii juga berada di

telinga tengah.

Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang

pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang

berikutnya. Tulang stapes yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke

koklea. Telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udaradalam keadaan normal.

Tidak seperti pada bagian luar, udarapada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di

luar tubuh. Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring.

Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachii dan telinga tengah tertutup dan terbuka

pada saat mengunyah dan menguap.


4

c. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari labirin osea, yaitu sebuah rangkaian rongga pada tulang

pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang

terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.

Di depan labirin terdapat koklea. Penampang melintang koklea terdiri atas tiga bagian

yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli

berhubungan dengan tulang stapes melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval,

sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.

Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner

dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organ

corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organ corti terdiri dari sel

rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari

gelatin yanglentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan

N.vestibulokoklearis.

Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera keseimbangan.

Bagian inisecara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus

dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau kanalis semisirkularis. Kelima bagian
5

ini berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan

dengan bagian keseimbangan dari N. Vestibulokoklearis.

FISIOLOGI PENDENGARAN

Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan ke dalam liang telinga.

Gelombang bunyi akan diteruskan ke telinga tengah dengan menggetarkan gendang telinga.

Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar, maleus, incus dan stapes, ke foramen

oval. Getaran Struktur koklea pada tingkap lonjong akan diteruskan ke cairan limfe yang ada

di dalam skala vestibuli. Getaran cairan ini akan menggerakkan membrana Reissner dan

menggetarkan endolimfa. Sehingga akan menimbulkan gerakan relatif antara membran

basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan

terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion akan terbuka dan terjadi

pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi

sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan

potensial aksi pada saraf auditorius. Lalu di lanjutkan ke nukleus auditoris sampai korteks

pendengaran di area 39-40 lobus temporalis.


6

2.2 Definisi

Kata tinnitus berasal dari kata latin tinnire yang berarti berdering atau deringan,

tinnitus berarti persepsi pendengaran yang tidak diinginkan akibat masalah didalam kepala,

umumnya terlokalisasi, dan jarang didengar orang lain. Tinnitus adalah bunyi abnormal yang

didengar oleh penderita yang berasal dari dalam kepala. Menurut Tungland tinnitus adalah

persepsi suara ketika tidak ada sumber suara. Suara yang terdengar oleh penderita tinnitus

digambarkan bervariasi dari suara berdering, berdengung, berbisik, melengking dan lain-lain.

Tinnitus bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan sebuah gejala yang berhubungan

dengan lintasan pendengaran penderita. Meskipun terkadang tinnitus dihubungkan sebagai

hasil dari penyakit pada telinga, tetapi hal ini bukanlah suatu hasil ataupun outcome.

Penyebab yang pasti terjadinya tinnitus masih belum di mengerti sepenuhnya tetapi biasanya

berhubungan dengan gangguan pendengaran.


7

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi tinnitus dapat dibagi berdasarkan tekanan menjadi tinnitus jenis

bergetar dan jenis yang tidak bergetar. Sedangkan berdasarkan jenis suaranya di

bedakan menjadi tinnitus subjektif dan tinnitus objektif. Klasifikasi yang sering di

gunakan adalah pembagian klasifikasi :

A. Tinnitus Subjektif

Penyebab utama terjadinya tinnitus ini adalah penyakit telinga. Yang paling banyak

adalah penyebab terjadinya gangguan pendengaran, baik yang konduktif maupun yang

sensorineural. Gangguan konduktif dapat disebabkan oleh sumbatan oleh serumen, otitis

eksterna, perforasi membrane timpani, ataupun anomaly cincin tulang ossikular atau

otosklerosis. Sedangkan ganguan sensorineural terjadi karena abnormalitas inner ear atau lesi

nervus yang mempersarafi telinga terutama N.IX. Etiologi utama terjadinya gangguan ini

adalah noise induced hearing loss (NIHL), dan prekusbiakusis.

B. Tinnitus Objektif

Tinnitus jenis ini jarang dijumpai, biasanya disebabkan oleh gangguan vaskuler,

penyakit neurologik, ataupun disfungsi tuba eustakius. Gangguan vaskuler akan

menunjukkan keluhan tinnitus pulsatil, dimana bising arteri ditransmisikan ke arteri yang

berdekatan dengan tulang temporal.

Berdasarkan kualitas suara yang di dengar pasien ataupun pemeriksa, tinnitus dapat di

bagi menjadi :

a. Tinnitus Pulsatil

Tinnitus pulsatil adalah tinnitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut

jantung. Tinnitus pulsatil jarang di temukan dalam praktek sehari-hari. Tinnitus pulsatil dapat

terjadi akibat adanya kelainan dari vascular maupun di luar vascular. Kelainan vascular di

gambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut
8

jantung. Sedangkan tinnitus nonvascular di gambarkan sebagai bising klik, bising goresan

atau pernapasan dalam telinga. Pada kedua tipe tinnitus ini dapat kita ketahui dengan

mendengarkan menggunakan stetoskop.

b. Tinnitus Nonpultasil

Tinnitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang dapat di dengar

oleh pasien dapat bervariasi, mulai dari suara bordering, berdenging, berdengung, berdesis,

suara jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising bergemuruh di dalam telinganya.

Biasanya tinnitus ini lebih di dengar pada ruangan yang sunyi dan biasanya paling

menganggu pada malam hari sewaktu pasien tidur. Selama siang hari efek penutup

kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari dapat menyebabakan pasien tidak menyadari

suara tersebut.

2.4 Etiologi

Tinnitus paling banyak di sebabkan karena kerusakan dari telinga dalam. Terutama

kerusakan koklea. Secara garis besar, penyebab tinnitus dapat berupa kelainan yang bersifat

somatic, kerusakan N. vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinnitus karena obat-obatan dan

tinnitus yang di sebabkan oleh hal lainya.

1. Tinnitus karena kelainan somatic daerah leher dan rahang

a. Trauma kepala dan leher

Pasien dengan cedera yang keras di kepala atau leher mungkin akan mengalami

tinnitus yang sangat mengganggu. Tinnitus karena cedera leher adalah tinnitus somatic yang

paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa fraktur tengkorak, whisplash injury.

b. Arthritis pada sendi temporomandibular (TMJ)

Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinnitus dari amerika berasal dari

arthritis sendi temporomandibular. Biasanya orang dengan arthritis TMJ akan mengalami
9

tinnitus yang berat. Hamper semua pasien arthritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar

adalah bunyi menciut. Tidak di ketahui secara pasti hubungan antara arthritis TMJ dengan

terjadinya tinnitus.

2. Tinnitus akibat kerusakan N. Vestibulokoklearis

Tinnitus juga muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang menghubungkan antara

telinga dalam dan korteks serebri bagian pusat pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang

dapat menyebabkan kerusakan dari N. vestibilokoklearis, diantaranya infeksi virus pada N.

VII, tumor yang mengenai N. VII, dan microvascular compression syndrome (MCV). MCV

dikenal juga dengan vestibular paroxysmal. MCV menyebabkan kerusakan N. VII karena

adanya kompresi dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.

3. Tinnitus karena kelainan vascular

Tinnitus yang di dengar biasanya bersifat tinnitus yang pulsatil. Akan di dengar bunyi

yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vascular yang dapat

menyebabkan tinnitus diantaranya :

a. Arterosklerosis

Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit lemak

lainya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini

mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan kadang-kadang mengalami tuburlensi

sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.

b. Hipertensi

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh

darah koklea terminal.

c. Malformasi kapiler

Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan

vena dapat menimbulkan tinnitus.


10

d. Tumor pembuluh darah

Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat

menyebabkan tinnitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare dengan ciri

khasnya yaitu tinnitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa adanya gangguan

pendengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor glomus jugulare.

4. Tinnitus karena kelainan metabolic

Kelainan metabolic juga dapat menyebabkan tinnitus. Seperti keadaan hypertiroid dan

anemia ( keadaan dimana viskositas darah sangat rendah ) dapat meningkatkan aliran darah

dan terjadi turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita

kenal dengan tinnitus pultasil. Kelainan metabolic lainya yang bias menyebabkan tinnitus

adalah defisiensi vit B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hyerlipidemia.

5. Tinnitus akibat kelainan neurologis

Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. Multiple sclerosis adalah

proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf pusat. Multiple

sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya kelemahan otot, indra

pengelihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan koordinasi dan bicara,

depresi, gangguan kognitif, gangguan keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga akan timbul

gejala tinnitus.

6. Tinnitus akibat kelainan psikogenik

Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinnitus yang bersifat sementara.

Tinnitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah

keadaan psikogenik yang memungkinkan tinnitus untuk muncul.

7. Tinnitus akibat obat-obatan

Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinnitus umumnya adalah obat-obatan yang

bersifat ototoksik, diantaranya :


11

a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainya

b. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), klorampenikol, tetrasiklin,

minosiklin

c. Obat-obatan kemoterapi, seperti belomisin, cisplatin, mechlorethamin, methotrexate,

vinkristin.

d. Diuretic, seperti bumatenide, ethacrynic acid, furosemide

e. Lain-lain, seperti kloroquin, quinine, mercury,timah

8. Tinnitus akibat gangguan mekanik

Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinnitus obyektif, misalnya pada tuba

eustachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakan membana timpani

dan menjdi tinnitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stepedius serta

otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinnitus.

2.5 Patofisiologi

Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang menimbulkan perasaan

adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang

ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien

sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat

terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau nada

tinggi seperti berdenging.Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul.

Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena

gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi

dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut

(tinitus pulsatil).
12

Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada

sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis dan

lain-lainnya. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran

merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare.

Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama

dengandenyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat

juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas

membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.

Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot

palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah,

seperti tumor karotis (carotid body tumor), maka suara aliran darah akan mengakibatkan

tinitus juga.

Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin, dehidro-streptomisin,

garamisin, digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atupun hilang

timbul. Pada hipertensi endolimfatik, seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada

rendah atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai

dengan vertigo dan tuli sensorineural.

Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang stres akibat

gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat

hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah

normal kembali.

2.6 Diagnosa

Untuk mendiagnosis pasien dengan tinnitus, di perlukan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang yang baik.


13

a. Anamnesis

Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis tinnitus.

Dalam anamnesis banyak hal yang ditanyakan, diantaranya :

 Kualitas dan kuantitas tinnitus

 Lokasi, apakah terjadi di satu telinga atau di keduatelinga

 Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu atau

mendesis dan bunyi-bunyi lainya

 Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari

 Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pemdemgaran serta

gangguan neurologi lainya

 Lama serangan tinnitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit dan

setelah itu hilang, maka keadaan ini bukan suatu patologi, tetapi bila tinnitus

berlangsung lebih dari lima menit, ini bias di anggap patologi

 Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan sifat

ototoksik

 Kebiasaan sehari-hari terutama minum kopi dan merokok

 Riwayat trauma kepala, pajanan bising, trauma akustik

 Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga

Umur dan jenis kelamin juga dapat memberikan kejelasan dalam mendiagnosis pasien

dengan tinnitus. Tinnitus karena kelainan vaskuler sering terjadi pada wanita muda,

sedangkan pasien dengan myoklonus palatal sering terjadi pada usia muda yang di

hubungkan dengan kelainan neurologi. Pada tinnitus subyektif unilateral perlu di curigai

adanya kemungkinan neuroma akustik atau trauma kepala, sedangkan bilateral kemungkinan

intoksitasi obat, presbikusis, trauma bising dan penyakit sistemik. Jika pasien susah untuk

mendiskripsikan apakah tinnitus berasal dari telinga kanan atau telinga kiri, hanya
14

mengatakan di tengah kepala, kemungkinan besar terjadi kelainan patologis di saraf pusat,

misalnya serenrovaskular, siringomelia dan sklerosis multiple. Kelainan patologis pada

putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral pada umumnya bernada tinggi

(mendenging). Tinnitus yang bernada rendah seperti gemuruh ombak adalah cirri khas

penyakit telinga koklear (hidrop endolimfatikus ).

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis tinnitus dapat dilakukan

dengan testes antara lain :

1. Baer Test/ uji Baer

Uji ini dilakukan untuk mencatat respon gelombang elektroda di tulang kepala pada 0-

10 msec (potensial awal), 10-50 msec (potensial tengah), dan 50-500 msec( potensial akhir).

Uji pada akhirnya dapat untuk menentukan adanya gangguan pendengaran sensorineural dan

penyebabnya, apakah akibat kelainan koklea, N.VIII, atau lesi di susunan saraf pusat.

2. Bedside Test

Bedside test digunakan untuk analisis awal suatu gangguan pada telinga, yang terdiri

dari 4 jenis tes, antara lain :

A. Tes menggunakan suara dari pemeriksa sendiri

dengan menggunakan intensitas yang berbeda beda (misalnya berbisik, berbicara

biasa, berbicara keras dan berteriak).

B. Tes schwabach :dengan membandingkan

hantaran suara dari penala di tulang mastoideus dan dibandingkan antara penderita

dan pemeriksa.
15

C. Tes Rinne : saraf konduksi dibandingkan antara

hantaran udara dan hantaran tulang mastoideus. Tes ini digunakan untuk

membandingkan antara hantaran melalui udara dan melalui tulang. Normalnya

hantaran udara dua kali lebih lama daripada hantaran tulang

D. Tes Weber : penala diletakkan di garis tengah

kepala (dahi, vertex, pangkal hidung, ditengahtengah gigi seri atau di dagu). Tes ini

digunakan untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan telinga kanan.

Pendekatan diagnostik untuk Tinnitus

2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan tinnitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena

psiko-akustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab tinnitus supaya

dapat dihilangkan dengan cara mengobati penyebabnya tetapi kadangkadang penyebabnya itu

sukar diketahui.
16

Ada banyak pengobatan tinnitus obyektif tetapi tidak ada pengobatan yang efektif

untuk tinnitus subyektif. Pada umumnya pengobatan gejala tinnitus dapat di bagi dalam 4

cara yaitu :

a. Elektrofisiologi yaitu dengan membuat stimulus ellektro akustik dengan intensitas

suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinnitus

masker.

b. Psikologi, dengan memberikan konsultasi psikologi untuk meyakinkan pasien bahwa

penyakitnya tidak membahayakan dan mengajarkan relakssasi setiap hari.

c. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas di antaranya

untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilezer, antidepresan, sedative,

neurotonik, vitamin, dan mineral.

d. Tindakan bedah boleh dilakukan pada tinnitus yang telah terbukti di sebabkan oleh

akustij neuroma. Pada keadaan yang berat, dimana tinnitus sangat keras terdengar

dapat di lakukan cochlear nerve section. Menurut literature, di katakana bahwa

tindakan ini dapat menghilangkan keluhan pasien. Keberhasilan tindakan ini sekitar

50%. Cochlear nerve section merupakan tindakan yang paling terakhir yang dapat

dilakukan.

Pasien tinnitus sering kali tidak di ketahui penyebabnya, jika tidak tahu penyebabnya,

pemberian anti depresan dan antiansietas sangat membantu mengurangi tinnitus. Hal ini

dikemukakan oleh Dobie RA, 1999. Obat-obatan yang biasa di pakai di antaranya Lorazepam

atau klonazepam yang di pakai dalam dosis rendah, obat ini merupakan obat golongan

benzodiazepine yang biasanya digunakan sebagaai pengobatan gangguan kcemasan. Obat

lainya adalah amitriptyline atau nortiptyline yang di gunakan dalam dosis rendah juga, obat

ini adalah golongan antidepresan trisiklik.


17

Pasien yang menderita gangguan ini perlu di berikan penjelasan yang baik, sehingga

rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur dapat di

berikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinnitus itu.

Pada pasien harus di jelaskan bahwa gangguan itu sukar di obati dan dianjurkan agar

beradaptasi dengan gangguan tersebut.

Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jasterboff, berdasarkan pada model

neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medikamentosa

bila di perlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining Therapy. Tujuan dari terapi

ini adalah meicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinnitus dan atau suara

lingkungan yang menganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil modifikasi hubungan system

auditori ke system limbic dan system saraf otonom. TRT walau tidak menghilangkan tinnitus

dengan sempurna, tetapi dapat memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan

toleransi terhadap suara.

TRT biasanya digunakan jika dengan medikasi tinnitus tidak dapat dikurangi atau di

hilangkan. TRT adalah suatu cara diman pasien diberikan suara lain sehingga keluhan telinga

berdenging tidak terasa lagi. Hal ini bias dilakukan dengan mendengar suara radio FM yang

sedang tidak siaran, terutama pada saat tidur. Bila tinnitus disertai dengan gangguan

pendengaran dapat diberikan alat bantu dengar yang disertai dengan masking.

TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan

pasien. Menentukan pengaruh tinnitus dan penurunan toleransi terhadap suara di sekitarnya,

mengevakuasi kondisi emosional pasien, mendapatkan informasi untuk memberikan

konseling yang tepat dan membuat data dasar yang akan di gunakan untuk evaluasi terapi.

Terapi edukasi juga dapat di berikan pada pasien, diantaranya :

 Hindari suara keras yang memperberat tinnitus


18

 Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan darah

yang merupakan salah satu penyebab tinnitus.

 Hindari factor-faktor yang dapat merangsang tinnitus, seperti kafein dan nikotin

 Hindari obat-obatan yang bersifat ototoksik

 Tetap biasakan berolah raga, istirahat yang cukup dan hindari kelelahan.
BAB III

KESIMPULAN

Tinnitus adalah bunyi abnormal yang didengar oleh penderita yang berasal dari dalam

kepala. Kata tinnitus berasal dari kata latin tinnere yang berarti berdering atau deringan,

sehingga disimpulkan tinnitus adalah persepsi suara yang tidak diinginkan dengan penyebab

dari dalam kepala, biasanya terlokalisasi, dan jarang didengar oleh orang lain.

Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun telinga

atau pinna, liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau

membrane timpani

Telinga tengah adalah ruangan yang berbentuk kubus. Isinya meliputi gendang

telinga, tulang pendengaran ( malleus, incus, stapes). Muara tuba eustachii juga berada di

telinga tengah.

Labirin ( telinga dalam ) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak

pada pars petrosa os temporal.Labirin bagian tulang terdiri dari kanalis semisirkularis,

vestibulum dan koklea. Labirin bagian membran, yang terletak didalam labirin bagian tulang,

terdiri dari kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus dan duktus endolimfatikus serta

koklea.

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan

mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke

tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Rangsangan fisik ini berubah

menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan

ke cabang-cabang N. VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik

pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

19
20

Klasifikasi tinnitus dapat dibagi berdasarkan tekanan menjadi tinnitus jenis bergetar

dan jenis yang tidak bergetar. Sedangkan berdasarkan jenis suaranya dibedakan menjadi

tinnitus subjektif dan tinnitus objektif. Berdasarkan kualitas suara yang di dengar pasien

ataupun pemeriksa, tinnitus dapat di bagi menjadi tinnitus pulsatil tinnitus nonpultasil.

Tinnitus paling banyak di sebabkan karena kerusakan dari telinga dalam. Terutama

kerusakan koklea. Secara garis besar, penyebab tinnitus dapat berupa kelainan yang bersifat

somatic, kerusakan N. vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinnitus karena obat-obatan dan

tinnitus yang di sebabkan oleh hal lainya.

Pada tinnitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang menimbulkan perasaan

adanya bunyi, namum impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang di

transformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal dalam di dalam tubuh

pasien sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga.

Tinnitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinnitus dengan nada rendah bergemuruh

atau nada tinggi berdenging. Tinnitus dapat terus menerus atau hilang timbul.

Untuk mendiagnosis pasien dengan tinnitus, di perlukan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang yang baik. Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam

penegakan diagnosis tinnitus. Dalam anamnesis banyak hal yang ditanyakan, diantaranya

kualitas dan kuantitas tinnitus, lokasi, sifat bunyi yang di dengar, apakah bunyi yang di

dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari, gejala-gejala lain yang menyertai

seperti vertigo dan gangguan pendengaran serta gangguan neurologi lainya, lama serangan

tinnitus berlangsung, riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan

dengan sifat ototoksik, kebiasaan sehari-hari terutama minum kopi dan merokok, riwayat

trauma kepala, pajanan bising, trauma akustik, riwayat infeksi telinga dan operasi telinga.
21

Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis tinnitus dapat

dilakukan dengan tes-tes antara lain baer test/ uji baer, bedside test ( Tes schwabach, tes

rinne, tes weber ).

Pada umumnya pengobatan gejala tinnitus dapat di bagi dalam 4 cara yaitu

elektrofisiologi, psikologi, terapi medikamentosa, tindakan bedah boleh dilakukan pada

tinnitus yang telah terbukti di sebabkan oleh akustik neuroma. Pada keadaan yang berat,

dimana tinnitus sangat keras terdengar dapat di lakukan cochlear nerve section.

Penatalaksaan berdasarkan pada model neurofisiologinya adalah kombinasi konseling

terpimpin, terapi akustik dan medikamentosa bila di perlukan. Metode ini disebut dengan

Tinnitus Retraining Therapy. Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi

habituasi dan persepsi tinnitus dan atau suara lingkungan yang menganggu. Pasien yang

menderita gangguan ini perlu di berikan penjelasan yang baik, sehingga rasa takut tidak

memperberat keluhan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai