PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan suatu organisasi tenaga medis profesional
yang terorganisir serta sarana kedokteran permanen yang menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan,
diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Hal ini
menunjukkan bahwa rumah sakit sebagai suatu organisasi yang sangat
kompleks dan merupakan komponen yang penting dalam upaya peningkatan
status kesehatan bagi masyarakat serta dijadikan sebagai tempat orang sakit
mencari dan menerima pelayanan kedokteran. Rumah sakit juga dijadikan
sebagai tempat pendidikan klinik untuk mahasiswa kedoteran, keperawatan,
dan tenaga profesi lain (Permenkes RI No. 56 tahun 2014).
Manajemen menurut Nursalam (2007), merupakan suatu pendekatan
yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi, di
dalam manjemen tersebut mencakup kegiatan Planning, Organizing,
Actuating, Controlling (POAC) terhadap staff, sarana, dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan
memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia,
konseptual yang mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna,
dan berhasil guna bagi masyarakat.
Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan
perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan. Menurut Suyanto
(2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah
manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang
dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu
manajemen puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen menengah
(kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen bawah (kepala ruang
perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh
manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Indonesia pertama
kali dikembangkan olek FIK-UI-RSUPNCM pada tahun 1997 oleh Sitorus.
Model ini merupakan penataan struktur dan proses pemberian asuhan
keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian
asuhan keperawatan profesional. Pada aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan kebutuhan menjadi hal
yang penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan kebutuhan klien,
tidak ada waktu perawat untuk melakukan tindakan keperawatan yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan (renpra).
Akibatnya waktu perawat hanya untuk melakukan tindakan kolaborasi.
Disamping jumlah perawat, perlu ditetapkan pula jenis tenaga di suatu
ruang rawat yaitu kepala ruang, Clinical Care Manager (CI), Perawat Primer
(PP), dan Perawat Asosiet (PA), sehingga peran dan fungsi masing-masing
tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat tanggung jawab yang jelas
dalam sistem pemberian asuhan keperawatan. Tindakan keperawatan yang
bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP karena bentuk tindakannya lebih
pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian pasien, yang
memerlukan konsep dan landasan teori yang tinggi. Bila pengaturan tugas ini
tidak ada, menyebabkan PP tidak mempunyai waktu untuk melakukan tindakan
tersebut tetapi waktu tersita untuk melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan oleh PA. Dengan dilakukannya pengaturan ini, maka PP
bertanggung jawab atas semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim
pada sekelompok klien.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional,
sehingga diharapkan keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di
dalam proses keperawatan di dalam manajemen keperawatan pun terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi hasil. Standar rencana keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar
manusia. Perawat primer melakukan validasi terhadap diagnosa keperawatan
kien berdasarkan pengkajian yang dilakukan. Validasi standar
renpradiharapkan dapat dilakukan sarjana keperawatan atau Ners karena
mereka sudah dibekali dengan konsep dan teori yang cukup untuk mampu
melakukan analisis dan sintesa pada standar renpra.
Aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan
primer. Penetapan metode ini berdasarkan beberapa alasan antara lain: 1). Pada
metode keperawatan primer pemberi asuhan keperawatan dilakukan secara
berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan
tanggung gugat 2). Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni
karena apabila menggunakan metode itu secara murni dibutuhkan jumlah S1
keperawatan atau Ners dalam jumlah yang lebih banyak 3). Saat ini terdapat
beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang berbeda-beda,
maka konsep metode tim menjadi penting sehingga perawat dengan
kemampuan yang lebih tinggi dapat mengarahkan dan membimbing perawat
lain di bawah tanggung jawabnya 4). Metode tim tidak digunakan secara murni
karena pada metode ini tanggung jawab tentang asuhan keperawatan
terfragmentasi pada berbagai anggota tim, sehingga sukar menunjukkan
akuntabilitas tenaga keperawatan.
Institusi pendidikan profesi keperawatan mengharuskan mahasiswa
untuk turut membantu dan memperbaharui sistem manajemen keperawatan
pada salah satu rumah sakit yang menjadi salah satu target pembaharuan.
Pembaharuan ini dilakukan dengan menerapkan konsep keilmuan yang telah
dipelajari untuk kemudian diterapkan di rumah sakit untuk menciptakan suatu
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Pembaharuan tersebut
dilakukan di salah satu rumah sakit umum yaitu RSUD. Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
Perawat sebagai profesi, dituntut untuk memiliki kemampuan
intelektual, interpersonal, kemampuan teknis, dan moral. Upaya untuk
meningkatkan kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui program
pendidikan Ners. Oleh karena itu, manajemen keperawatan perlu mendapat
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut
berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatian
setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2008).
Berdasarkan pemamparan di atas, mahasiswa profesi Ners FIKes
Universitas Jenderal Soedirman dituntut untuk dapat mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh secara langsung mengenai pengetahuan manajerial di runag
Cempaka RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo dengan arahan pembimbing
lapangan maupun dari pembimbing akademik yang intensif. Praktik lapangan
yang dilakukan diharapkan mampu menerapkan ilmu yang didapat dan
mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di Ruang Cempaka RSUD
Margono Soekarjo selama tiga minggu diharapkan mahasiswa mampu
menganalisis pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan secara
profesional serta bimbingan praktik klinik keperawatan secara umum di
ruang rawat inap dengan menggunakan konsep manajemen keperawatan.
2. Tujuan khusus
Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan dalam hal:
a. Melaksanakan praktek keperawatan manajemen dalam keperawatan
umum yang meliputi aspek pelayanan dan asuhan serta bimbingan
praktek di ruang rawat inap Cempaka dengan menunjukkan:
1) Kemampuan permasalahan pelayanan yang meliputi Man,
Money, Materials, Method, dan Mutu.
2) Kemampuan menetapkan permasalahan yang ada di ruangan.
3) Kemampuan menganalisis prioritas masalah berdasarkan
permasalahan – permasalahan yang muncul di ruangan.
4) Kemampuan merumuskan analisis SWOT manajemen
keperawatan di Ruang Cempaka
5) Kemampuan membuat Planning Of Action (POA) terhadap
masalah yang ada.
6) Kemampuan mengorganisasikan kegiatan berdasarkan
perencanaan yang ada sesuai dengan prioritas masalah.
7) Kemampuan memperkenalkan perubahan berencana yang efektif
dan efisien bagi ruangan.
8) Kemampuan memberikan alternatif usulan dan saran sebagai
upaya tindak lanjut untuk perubahan berencana.
b. Melaksanakan praktek kepemimpinan manajemen keperawatan di
ruang rawat inap Cempaka, dengan bimbingan praktik klinik
keperawatan profesional dengan:
1) Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai
dengan situasi dan kondisi.
2) Menjalankan Role Play peran sebagai Kepala Ruang, Ketua Tim
dan Perawat Pelaksana.
3) Menjalankan bedsite teaching sesuai dengan situasi dan kondisi
ruangan.
4) Mendokumentasikan seluruh kegiatan manajemen keperawatan
dalam bentuk laporan.
5)
D. CARA PENGUMPULAN DATA
Pengkajian di Ruang Cempaka RSUD Margono Soekarjo diperoleh dengan
cara:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan,
proses pelayanan dan asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke
pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang, perawat primer, perawat
pelaksana, dan pasien. Tujuannya untuk mengumpulkan data tentang
proses orientasi pasien baru, dan pelayanan pasien.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen
ruangan, prosedur tetap tindakan, dan inventaris ruangan.
4. Instrumen
Instrumen yang digunakan merupakan instrumen dari RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto dan dari beberapa instrumen yang
dikembangkan.
E. PRAKTIKAN
Mahasiswa praktek manajemen di Ruang Cempaka adalah mahasiswa
Profesi Unsoed Purwokerto Angkatan XIX Tahun 2017 dari Kelompok III
Nama anggota kelompok yang melakukan praktek di Ruang Cempaka adalah
sebagai berikut :
1. Catur Priyo (I4B016073)
2. Christiana Dyah S (I4B016083)
3. Dety Kusmayanti (I4B016121)
4. Ibrohim Halilintar (I4B016075)
5. Istri Mawarti (I4B016094)
6. Nur Indah S (I4B016099)
7. Triyanto (I4B016101)
8. Doni Novrilliadi (I4B016050)
9. Durotul Alfiyah (I4B016049)
10. Dwi Setiyaningsih (I4B016072)
11. Elisa Yulina (I4B016085)
12. Sri Handayani (I4B016051)
13. Tri Zuniati (I4B016103)
BAB II
HASIL KAJIAN
Analisis
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa umur pasien
didominasi pasien dengan rentang usia 25-44 th.
e. Data pasien berdasarkan rujukan
Surat rujukan
RS/RSK/RB
Kasus polisi
Puskesmas
Paramedis
junjungan
Kosong
Jumlah
Datang
Dokter
sendiri
Bulan
Mei 154 26 3 3 0 0 0 0 177
Juni 141 21 0 4 0 0 0 2 168
Juli 141 34 6 4 0 0 0 0 185
Analisis
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien paling
banyak datang sendiri.
2. Peserta Didik
Kajian teori
Visi dari RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO adalah prima dalam
pelayanan sub spesialistik dan pendidikan profesi. Dalam rangka
mewujudkan visi tersebut RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
sebagai kelas B pendidikan, salah satu fungsinya adalah
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
termasuk SDM keperawatan.
Kajian data
NAMA INSTITUSI JUMLAH
MEI JUN JULI
D III YAKPERMAS 10
D III UNSIQ
NERS STIKES
MUHAMMADIYAH GOMBONG
AKPER PEMDA INDRAMAYU
Berdasarkan data diatas, selama bulan Mei, Juni dan Juli hanya terdapat
mahasiswa praktik dari D III Yakpermas.
3. Ketenagaan
Kajian teori
Ketenagaan di ruang cempaka terdiri dari Karu, PP, PA, house keeper, dan
administrasi.
a. Kepala ruang
Kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan DIII
keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah
perawat dengan kemampuan S. Kep/Ners dengan pengalaman. Kepala
ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi. Tugas dan
tanggung jawab kepala ruang rawat antaralain:
1) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)
2) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
3) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
ruangan
4) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran
atau keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan,
anjurkan membaca format orientasi ruang MPKP.
5) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
6) Bekerja sama dengan CI (pembimbing klinik) membimbing
siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan di ruangan dengan mengikuti
sistem MPKP
7) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis
dengan klien, keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain karu
bersama CI dan PP mengingatkan kembali klien dan keluarga
tentang perawat/tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di
ruangan yang bersangkutan
8) Mengecek kelengkapan persediaan status keperawatan minimal 5
(lima) set setiap hari
9) Bersama CI melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam
hal penerapan MPKP termasuk sikap tingkah laku profesional.
10) Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil alih
oleh KaRu/ CI dan dapat di delegasikan kepada PA senior (wakil
PP pemula yang ditunjuk tetapi tetap dibawah pengawasan kepala
ruang)
11) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaa fasililitas yang
dibutuhkan di ruangan
12) Bersama CI memonitor dan mengevaluasi penampilan kerja
semua tenaga yang ada di ruangan dan membuat DP3 dan usulan
kenaikan pangkat
13) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan
untuk membahas kebutuhan di ruangan
14) Bersama CI merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu
asuhan keperwatan
1 Alfina Safitri, Ners Kepala III D BTCLS, PPGD, Pelatihan Pembimbing Keperawatan, Pelatihan
S.Kep, Ns Ruang Pembimbing Klinik Bagi Instruktur Klinik, Seminar dan Workshop
Penatalaksanaan Traumatic Cedera Medula Spinalis, Pelatihan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi Tingkat Dasar, Paint management nursing and
medical hypnotherapy- Hypnobrithing Workshop and Tourse, Pendidikan
dan Pelatihan Management Kepala Ruang, Pelatihan Survailens INOS
2 Siti Mulyani, Amk D3 Kep Perawat III A BTCLS 2011,
Primer 1 PELATIHAN DASAR PPI,
Seminar Nasional mendobrak revolusi Mental melalui Sub consious
Empowerment dengan Peningkatan Komunikasi Terapiutik dan handling
Complaint
3 Siti Kustiowati, D3 Kep Perawat III D Advance Perioperative Wound and Stoma, Pelatihan PPGD, Kompetensi
Amk Primer 2 Operator POCT Glukosa Darah, In house training peningkatan keamanan
obat yang perlu di waspadai (High Alert Medicine), Pelatihan pembimbing
klinik keperawatan, Seminar Deteksi Dini dan Penanggulangan korban
penyalahgunaan NAPZA/narkoba oleh masyarakat dan petugas kesehatan,
Pembimbing klinik bagi instruktur klinik
4 Sugeng Widodo, D3 Kep Perawat III B PPGD 2011
AMK Primer 3 IHT HIGH ALERT MEDICINE
IHT PPI
IHT K3
IHT PASIEN SAVETY RS
5 Evi Oktiana, S.Kep S1 Kep KATIM II D PELATIHAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN
6 Kukuh Dwi L, Amk D3 Kep Perawat IIIA
Asosiet
7 Dimas Setyo, Ners Perawat PKWT
S.Kep,Ns Asosiet T
8 Friska Cahya F, D3 Kep KATIM III D PPGD 2010
Amk IHT HIGH ALERT
MEDICINE
9 Beno Isnaedi, Amk D3 Kep Perawat PKWT BTCLS 2012
Asosiet T IHT CUSTOMERS
SERVICE
10 Inovy D3 Kep Perawat PKWT IHT PASIEN SAVETY RS
Cahyaningrum, Asosiet T IHT PPI
Amk IHT K3
BTCLS 2012
11 Melis Triana, Amk D3 Kep KATIM PKWT COSTUMER SERVICE,
T Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran, Seminar Nasional mendobrak
revolusi Mental melalui Sub consious Empowerment dengan Peningkatan
Komunikasi Terapiutik dan handling Complaint
12 Slamet Rudiono, D3 Kep Perawat - IHT CUSTOMERS SERVICE
AMK Asosiet PKWT BTCLS 2012
T PELATIHAN KHUSUS
KEPERAWATAN TEKNIK
KAMAR BEDAH
13 Ayu Wulandari, D3 Kep Perawat - IHT K3
AMK Asosiet PKWT IHT PPI
T IHT PASIEN SAVETY RS
BTCLS 2012
PELATIHAN
PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN
KEBAKARAN
14 Wiwig Useno, D3 Kep KATIM -III C BTCLS 2011
AMK IHT PELAYANAN PRIMA
15 Ginanjar Dyah P, D3 Kep Perawat PKWT PPGD 2010
Amk Asosiet T IHT HIGH ALERT
MEDICINE
IHT CUSTOMERS
SERVICE
16 Trie Puji P, Amk D3 Kep Perawat IIIA Seminar Nasional mendobrak revolusi Mental melalui Sub consious
Asosiet Empowerment dengan Peningkatan Komunikasi Terapiutik dan handling
Complaint
Kualifikasi Tenaga Perawat Berdasarkan Pendidikan Di Ruang Cempaka
RSUD Margono Soekardjo Purwokerto Tahun 2017
No Jenis Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Ners 2 13%
2 S1 1 6%
3 D3 13 81%
Jumlah 16 100%
Sumber : Data Kepegawaian Ruang Cempaka RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo
Analisis: dari hasil tabel tingkat pendidikan tenaga perawat di ruang
Cempaka RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo rata-rata adalah profesi
ners 2 orang (11%) sarjana keperawatan 1 orang (5%) dan D3
keperawatan sebanyak 13 orang (72%).
4. Sumber Dana
Bulan Pembiayaan Jumlah
Umum BPJS JAMKESDA
PBI Non Ketenagakerjaan
PBI
Mei 63 62 44 - 8 177
Juni 74 50 37 1 6 168
Juli 67 49 58 - 11 185
Analisis
Berdasarkan tabel di atas, sumber dana pasien paling banyak berasal dari
pembiayaan umum
5. Fasilitas/ Alat/ Bahan dan Obat-Obatan serta Sumber-Sumber Lain.
Tabel Bahan Habis Pakai Ruang Cempaka Bulan Mei, Juni dan Juli 2017
Bulan, 2017
Mei Juni Juli
No Nama Alat
Satuan Jumlah Jumlah Jumlah
A B A B A B
1 Aseptic Gel Botol 36 36 12 12 24 24
2 Alcuta Botol
3 Alkohol 70% 1 liter Botol 3 3
4 Alkohol 70% 100 ml/etanol Botol
5 Alkohol swab Pcs 3000 3000 500 500
6 Aqua sonic jelly Botol 22 22
7 Aqua jelly 82 gram Tube
8 Aqua 1 liter Plabot 22 22 5 5
9 Anios YME DD1 Cc
10 Alkohol 96% 1 liter Botol
11 Buffacetine salep kulit Tube 10 10 10 10
12 Cendo eferisel 10% Buah
13 Dermanios scrub Cc
14 Desinfektan atau lisol 70% Botol
15 Formalin 10% Tablet
16 Hospak 10 x 16 @100 Rol
17 Hipafix ukuran 10x5 cm Rol
18 Hipafix ukuran 15x5 cm Rol 16 16 5 5 20 20
19 Kapas merah atau lemak Gram
20 Kapas putih Gram
21 Kasa pembalut 4x10 cm Rol 50 50 150 150
22 Kasa pembalut 40x80 cm/hidrofil Rol
23 Karet ligasi Buah
24 Kasa kotak steril (isi 16 pcs) Rol
25 Kertas thermal blckrapid paper Buah
26 Kertas G.E medical system Buah
27 Kertas EKG 60X30 besar Buah
28 Kerts fukuda Gulung
29 Mydriatil 0,5 % Buah
30 Masker tali kepala (isi 50 pcs) Pcs 200 200 300 300 500 500
31 Povidon iodine 1 liter Botol
32 Povidon iodin 30 ml atau kokodin Botol 20 20 10 10
33 Preceb tabe Tablet
34 Printer papar USG Buah
35 UP. 110 hg Gulung
36 Plester 1, 25 x 4,5, 16,1 h kecil Gulung
37 Plester 7,5x4,5, 16212 besar Pak
38 Plastik klip 7x10 cm Pak 4 4
39 Plastik klip 12x20 Pcs 5 5
40 Sarung tangan steril Cc
41 Steranios Pcs
42 Sarung tangan NS Pcs 3000 3000 1000 1000 3000 3000
43 Sarung tangan NSP luka. M Pcs
44 Sarung tangan NSMP uka. L Buah
45 Spuit 1cc Buah
46 Spuit 3cc Buah
47 Spuit 5cc Buah
48 Spuit 10cc Buah
49 Spuit 20cc Buah
50 Spuit 50cc Buah
51 Talk Buah
52 Xylocain gel Tube
53 Xylocain sprey 10 % per 50 ml Buah
54 Vaksin hepatitis B Ampul
6. Metoda/standar/pedoman/prosedur tetap
Daftar Standar Operasional Prosedure di Ruang Cempaka RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto
NO PROTAP NO DOK
A. Memenuhi kebutuhan reaksi fisiologis
1 Pemeriksaan fisik kepala SPO.WAT. 001
2 Pemeriksaan fisik dada SPO.WAT. 002
3 Pemeriksaan fisik abdomen SPO.WAT. 003
4 Pengukuran tekanan darah SPO.WAT. 004
5 Pemeriksaan suhu badan SPO.WAT. 005
6 Pemeriksaan nadi dan pernafasan SPO.WAT. 006
7 Menimbang berat badan SPO.WAT. 007
8 Pemeriksaan GCS SPO.WAT. 008
9 Menerima pasien baru SPO.WAT. 009
10 Anamneses pasien (pemeriksaan fisik) SPO.WAT. 010
M Manajemen
103 Orientasi tenaga keperawatan baru SPO.WAT.103
104 Mutasi dan rotasi perawat SPO.WAT. 104
105 Serah terima tugas jaga perawat di ruang rawat SPO.WAT. 105
106 Pre dan post conference perawat primer dan SPO.WAT. 106
perawat asosiet
107 Laporan perawat kepada DPJP SPO.WAT. 107
108 Seleksi program melanjutkan pendidikan formal SPO.WAT. 108
ijin belajar
109 Seleksi program melanjutkan pendidikan formal SPO.WAT. 109
tugas belajar
110 Seleksi program melanjutkan pendidikan non SPO.WAT. 110
formal
111 Orientasi lingkungan dan tata tertib bagi pasien SPO.WAT. 111
baru
112 Pemakaian gelang pasien SPO.WAT. 112
113 Perawatan isolasi SPO.WAT. 113
114 Persiapan pasien sebelum operasi SPO.WAT. 114
115 Penundaan operasi elektif diruang rawat SPO.WAT. 115
116 Alur pelayanan pasien Kenanga SPO.WAT. 116
117 Pemesanan kamar Kenanga SPO.WAT.117
118 Pemesanan kamar Kenanga untuk pasien dengan SPO.WAT. 118
operasi elektif
119 Pasien Kenanga yang dialih rawat keruang SPO.WAT. 119
perawatan intensif
120 Perawatan pasien post operasi degna tindakan SPO.WAT. 120
anestesi
121 Perawatan pasien post operasi dengan tindakan SPO.WAT. 121
ECT
122 Perawatan pasien pasca anestesi umum SPO.WAT. 122
123 Perawatan pasien pasca spinal anestesi SPO.WAT. 123
124 Penatalaksanaan pasien dengan alergi transfuse SPO.WAT. 124
125 Pejabat pengganti di lingkungan bidang perawatan SPO.WAT. 125
126 Ketentuan pengaturan dinas perawat SPO.WAT. 126
127 Konsul pasien/keluarga pasien SPO.WAT. 127
128 Persiapan pasien pulang rawat inap SPO.WAT. 128
129 Persiapan pasien pulang atas permintaan sendiri SPO.WAT. 129
(APS)
130 Persiapan pasien rujuk ke rumah sakit lain SPO.WAT. 130
131 Persiapan pasien pulang meninggal dunia SPO.WAT. 131
132 Penanganan pelanggaran kode etik perawat SPO.WAT. 132
Indonesia (KEPI)
133 Pemanfaatan fasilitas ruang pasien SPO.WAT. 133
139 Perawatan jenazah menurut agama Islam SPO.WAT. 139
140 Perawatan jenazah menurut agama kristiani SPO.WAT. 140
141 Pengambilan dan penyerahan jenazah SPO.WAT. 141
142 Transportasi pasien SPO.WAT. 142
143 Transportasi pasien menggunakan Transfer Belt SPO.WAT. 143
144 Transportasi pasien menggunakan kursi roda SPO.WAT. 144
145 Transportasi pasien menggunakan brancart SPO.WAT. 145
146 Transportasi pasien menggunakan alat bermesin SPO.WAT. 146
atau mobil kancil
147 Pelaksanaan program terapi SPO.WAT. 147
148 Pengembalian obat SPO.WAT. 148
149 Uji kesiapan praktek klinik SPO.WAT. 149
150 Alur praktek klinik keperawatan SPO.WAT. 150
151 Orientasi dan sosialisasi mahasiswa praktek SPO.WAT. 151
152 Proses praktek klinik keperawatan SPO.WAT. 152
153 Pre conference pendidik klnik keperawatan SPO.WAT. 153
154 Post conference pendidik klnik keperawatan SPO.WAT. 154
155 Bed side teaching (BST) SPO.WAT. 155
156 Ronde keperawatan klinik SPO.WAT. 156
157 Penilaian praktek klinik SPO.WAT. 157
158 Koding identitas pasien SPO.WAT. 158
159 Kriteria pasien yang dirawat di Kenanga SPO.WAT. 159
160 Pemetaan ruang keperawatan Kenanga SPO.WAT. 160
161 Serah terima pasien antar unit SPO.WAT. 161
162 Komunikasi dalam asuhan keperawatan SPO.WAT. 162
163 Management nyeri SPO.WAT. 163
164 Pemberian edukasi pasien SPO.WAT. 164
165 Pengelolaan pasien resiko cedera SPO.WAT. 165
166 Legalisasi tindakan canggih SPO.WAT. 166
167 Pengelolaan administrasi pasien pulang rawat inap SPO.WAT. 167
168 Pengelolaan administrasi pasien pulang rawat SPO.WAT. 168
jalan
169 Pengelolaan administrasi pasien pulang IGD SPO.WAT. 169
170 Pengelolaan administrasi pasien pulang dialisa SPO.WAT. 170
171 Pengelolaan administrasi pasien pulang SPO.WAT. 171
radioterapi
172 Serah terima bayi SPO.WAT. 172
173 Pemenuhan bahan medis habis pakai baru dalam SPO.WAT. 173
pelayanan keperawatan
174 SOP edukasi dan informasi SPO.WAT. 174
175 Penatalaksanaan pasien dengan kondisi shock SPO.WAT. 175
176 Rencana pemulangan pasien (discharge planning) SPO.WAT. 176
177 Skrining pasien di IGD SPO.WAT.177
178 Skrining pasien di rawat jalan SPO.WAT. 178
179 Penundaan/perubahan jadwal SPO.WAT. 179
pelayanan/pengobatan
180 Pemasangan gelang identifikasi pasien SPO.WAT. 180
181 Pelepasan gelang identifikasi pasien SPO.WAT. 181
182 Identifikasi sampel pemeriksaan penunjang pasien SPO.WAT. 182
183 Darah/specimen lainnya SPO.WAT. 183
184 Pemasangan gelang pasien resiko jatuh SPO.WAT. 184
185 Pemasangan gelang pasien alergi SPO.WAT. 185
186 Pengelolaan pasien resiko jatuh SPO.WAT. 186
187 Pelayanan kerohanian SPO.WAT. 187
188 Berkunjung diluar jam berkunjung SPO.WAT. 188
189 Perlindungan harta milik pasien SPO.WAT. 189
190 DNR SPO.WAT. 190
191 Pasien terminal SPO.WAT. 191
192 Hak dan kewajiban pasien SPO.WAT. 192
193 Penitipan dan penyimpanan barang SPO.WAT. 193
194 Perlindungan kekerasan fisik SPO.WAT. 194
195 Komunikasi efektif via telepon SPO.WAT. 195
196 Komunikasi efektif lisan SPO.WAT. 196
197 Pelepasan informasi pasien SPO.WAT. 197
198 Perlindungan bayi dan anak SPO.WAT. 198
199 Pemasangan gelang ungu (DNR) SPO.WAT. 199
200 Pelayanan rujuk balik SPO.WAT. 200
201 Persiapan dan pelaksanaan endoskopi SPO.WAT. 201
Analisa
Dari data diatas SPO untuk penanganan nyeri non famakologi secara
spesifik belum ada
7. Mesin
No Nama Kuantitas Kondisi
1 Electrocardiogram 1 Baik
2 Suction 2 Baik
3 O2 transport 2 Baik
4 O2 central 22 Baik
5 Tensimeter 3 Baik
6 Termometer 2 Baik
7 Laptop 4 Baik
8 Printer 1 Baik
9 Computer 4 Baik
10 Air conditioner 5 Baik
11 Kipas angin 6 Baik
12 Water heater 1 Baik
13 Kulkas obat 1 Baik
Kulkas makanan 1 Baik
14 Alat cukur elektrik 1 Baik
15 X-rey viewer 1 Baik
16 Thelephone 2 Baik
17 Aerocom 1 Baik
18 Dispenser 1 1 Baik
19 Magiccom 1 1 Baik
20 Kulkas 2 2 Baik
21 Apar 2 2 Baik
22 Stetoskop 4 4 Baik
23 Sepeda 2 2 Baik
24 Timbangat 1 1 Baik
25 X-house fan 5 rusak 1 5 1 rusak
26 Syriringe pum 1 r 1 Rusak
B. UNSUR PROSES
1. Manajemen Asuhan Keperawatan
a. Kajian Teori
Menurut The national patient safety (2003), keselamatan pasien
adalah proses yang dijalankan oleh organisasi yang bertujuan untuk
membuat layanan kepada pasien menjadi lebih aman. Proses tersebut
mencakup pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko
pasien, pelaporan dan analisa insiden, dan kemampuan belajar dari
suatu kejadian, menindaklanjuti suatu kejadian, dan menerapkan
solusi untuk meminimalkan risiko berulangnya kejadian serupa.
Sasaran keselamatan pasien terdiri dari 6 sasaran, diantaranya adalah:
1) Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Standar SKP I Rumah Sakit mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien. Elemen
penilaian sasaran I :
a) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak
boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
b) Pasien rawat inap memakai gelang untuk identifikasi pasien
dengan mencantumkan nama lengkap, no RM dan tanggal lahir.
c) Identifikasi menggunakan gelang pasien, identifikasi terdiri dari
tiga identitas: nama pasien (e-KTP), nomor rekam medik,
tanggal lahir. (minimal dua identitas). Gelang identitas: Biru
(laki-laki), Pink (perempuan), gelang penanada: Merah (Alergi),
Kuning (Risiko Jatuh), Ungu (do not resusitate).
d) SPO saat pemasangan gelang oleh petugas
Jelaskan manfaat gelang pasien
Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas,
menutupi gelang dll
Minta pasien untuk mengingatkan petugas bila akan
melakukan tindakan atau memberi obat memberikan
pengobatan tidak mengkonfirmasi nama dan mengecek
gelang
e) Cara identifikasi pasien
Secara verbal : tanyakan nama pasien
Secara visual : lihat gelang pasien dua dari tiga identitas,
cocokan dengan perintah dokter.
Pertemuan berikutnya secara visual kegelang pasien dua dari
tiga identitas
f) Identifikasi sebelum memberikan obat, darah/produk darah,
mengambil darah/spesimen lainya, pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
g) Di RS tersedia kebijakan dan prosedur yang mengarahkan
pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada semua
situasi dan lokasi.
2) Sasaran II : Peningkatan komunikasi efektif
Standar SKP II Rumah Sakit mengembangkan pendekatan untuk
meningkatkan efektifitas komunikasi antar pemberi pelayanan.
Elemen penilaian sasarn II :
a) Komunikasi pemberian informasi dan edukasi yang efektif.
b) Di RS tersedia kebijakan dan prosedur mengarahkan
pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau
melalui telepon secara konsisten di RS yang terdiri dari SPO
komunikasi efektif menggunakan format SBAR.
c) Tersedia bukti bahwa perintah lengkap secara lisan dan yang
melalui telepon atau hasil pemeriksaan ditulis secara lengkap
oleh penerima perintah
d) Tersedia mekanisme atau prosedur bukti bahwa perintah
lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan ditulis dan
dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
e) Komunikasi lisan/tulisan via telpon
Tulis lengkap (isi perintah, nama lengkap dan tanda tangan
pemberi perintah, nama lengkap dan tanda tangan penerima
perintah, tanggal dan jam).
Baca ulangan – eja untuk NORUM (nama obat rupa ucapan
mirip)/LASA.
Konfirmasi lisan dengan dua tanda.
3) Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(hight alert)
Standar SKP III Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan
untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai
(high alert). Elemen penilaian sasaran III :
a) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat
proses identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label dan
penyimpanan elektrolit konsentrat.
b) Obat yang presentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya
kesalahan/eror dan/ atau kejadian sentinel (sentinel event).
c) Obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome).
d) Obat-obat yang (nama obat, rupa dan ucapan mirip/NORUM,
atau Look-Alike Sound-Alike/LASA.
4) Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi
Standar SKP IV Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien.
Elemen penilaian sasaran IV :
a) Pelayanan bedah untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi, serta penandaan lokasi operasi.
b) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat
dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan
pasien di dalam proses penandaan, serta diberi tanda oleh
dokter, yang mau melakukan operasi.
c) Rumah sakit menggunakan surgical patient safety checklist
untuk memverifikasi saat preoperasi : tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat dan fungsional.
d) Dokumen : surgical safety checklist dilaksanakan dicatat
direkam medik pasien operasi
e) Penyebab salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi
Komunikasi yang tidak efektif / tidak adekuat antara
anggota tim bedah kurang / tidak melibatkan pasien
didalam penandaan lokasi (site marking)
Tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi
Asessment pasien yang tidak adekuat
Budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antara
anggota tim bedah
Tulisan perintah / resep yang tidak terbaca
Pemakaian singkatan
5) Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Standar SKP V Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan
untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Elemen penilaian sasaran V :
a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygine terbaru ( 6 langkah) yang diterbitkan dan sudah
diterima secara umum (WHO Guidelines on Patient Safety).
b) Di RS tersedia kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan
untuk mengarahkan secara berkelanjutan risiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan.
c) Di RS tersedia fasilitas cuci tangan yang memadai.
d) Tersedia bukti pelakasanan secara konsisten kepatuhan cuci
tangan 5 moment. Lima momen cuci tangan :
Sebelum kontak pasien
Sebelum tindakan invasif dan asepsis
Setelah kontak dengan cairan tubuh
Setelah kontak dengan pasien
Setelah kontak lingkungan pasien
e) Cuci tangan (tepung selaci puput).
Penggunaan jembatan keledai enam lengkah area dalam hand-
wash/rub :
Telapak tangan
Punggung tangan
Sela-sela jari
Punggung jari (gerakan kunci)
Sekeliling ibu jari (putar-putar)
Kuku dan ujung jari (putar-putar)
6) Sasaran VI : pengurangan risiko pasien jatuh
Standar SKP VI Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan
untuk mengurangi risiko pasien dari cidera karena jatuh. Elemen
penilaian sasaran VI :
a) Pemasangan gelang risiko jatuh (gelang warna kuning).
b) Di RS tersedia kebijakan dan atau prosedur yang
dikembangkan untuk mengarahkan dan mengurangi
pengurangan risiko berkelanjutan seperti pasien cidera akibat
jatuh.
c) Rumah sakit menerapkan proses asessmen awal risiko pasien
jatuh dan melakukan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan dan lain-lain.
d) Tersedia bukti bahwa langkah-langkah ditetapkan untuk
mengurangi risiko pasien cidera akibat jatuh bagi pasien yang
hasil asesmen dianggap berisko jatuh( diberikan penandaan
pada pasien yang dianggap berisiko jatuh.
b. Hasil observasi
Evaluasi Pelaksanaan Patient Safety Ruang Cempaka RSUD Margono
Soekardjo (n=5).
Tabel Pelaksanaan Patient Safety
Pelaksanaan
No Aspek yang dinilai
SL SR KD TD
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
a. Perawat menuliskan identitas pasien dengan
lengkap dan jelas dalam setiap 4 1 0 0
pendokumentasian asuhan keperawatan
b. Perawat menanyakan nama, no RM dan
tanggal lahir pasien pada saat akan
0 4 1 0
melakukan tindakan
(minimal 2 identitas)
c. Perawat mengecek ulang gelang identitas
pasien saat akan melakukan tindakan ( 0 3 2 0
minimal 2 identitas)
2. Komunikasi Efektif
a. Menyebutkan identitas pasien, d ulangi
diagnosa medis, diagnose keperawatan,
1 4 0 0
tindakan keperawatan yang telah dilakukan
serta pelaksanaannya
b. Menginformasikan jenis dan waktu rencana
2 2 1 0
tindakan yang belum dilakukan
c. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada
5 0 0 0
selama shift
d. Menyebutkan terapi dan tindakan medis
5 0 0 0
beserta waktunya
e. Menyebutkan tindakan medis yang belum
5 2 0 0
dilakukan selama shift
3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (HIGH
ALERT)
a. Perawat memberi obat sesuai dengan prinsip
7 benar (obat, dosis, waktu, tempat, orang, 4 1 0 0
pendokumentasian, tepat indikasi).
b. Perawat memisahkan penyimpanan obat-obat
yang perlu diwaspadai (HIGH ALERT) 4 1 0 0
c. Terdapat tempat khusus penyimpanan obat
4 1 0 0
yang perlu diwaspadai (HIGH ALERT)
d. Adanya dokumentasi mengenai pemberian
3 2 0 0
obat yang diwaspadai (HIGH ALERT)
4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Dan Tepat Pasien Operasi
a. Perawat melakukan verifikasi identitas pasien
4 1 0 0
sebelum operasi
b. Dokter melakukan penandaan terhadap pasien
1 0 4 0
yang mau dioperasi
c. Perawat mengisi lembar checklist pre operasi 4 1 0 0
d. Ada dokumentasi lembar serah terima pasien 4 1 0 0
5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
a. Perawat melakukan cuci tangan sebelum
2 3 0 0
kontak dengan pasien
b. Perawat melakukan cuci tangan sebelum
4 1 0 0
melakukan tindakan aseptik
c. Perawat melakukan cuci tangan setelah
5 0 0 0
kontak dengan cairan tubuh pasien
d. Perawat melakukan cuci tangan setelah
4 1 0 0
kontak dengan pasien
e. Perawat melakukan cuci tangan setelah
2 2 1 0
kontak dengan lingkungan pasien
f. Perawat melakukan cuci tangan sesuai dengan
pedoman cuci tangan yang benar ( tepung 3 2 0 0
selaci puput)
g. Perawat menggunakan APD selama
3 2 0 0
melakukan tindakan
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
. a. Perawat melakukan assessment awal resiko
pasien jatuh 3 2 0 0
b. Perawat memasang pengaman tempat tidur
3 2 0 0
pasien
c. Perawat memberikan tanda berwarna kuning
3 2 0 0
pada gelang untuk pasien dengan resiko jatuh
Jumlah 3
82 10 0
0
Persentase 67%
Keterangan :
SL (selalu) :3
SR (sering) :2
KD (kadang-kadang) :1
TP (tidak pernah) :0
nilai yang didapat
Presentase (%) = nilai keseluruhan (n) x 100%
Kategori
> 75 :baik
60-75 :cukup baik
<60 : kurang
c. Analisa data
Dari pengkajian didapatkan hasil bahwa 67% aspek yang
dinilai dalam evaluasi pelaksanaan patient safety selalu dilakukan
oleh perawat. Ini menunjukan bahwa patient safety yang dilakukan di
Ruang Cempaka RS Margono Soekardjo sudah masuk kategori cukup
baik. Beberapa hal yang kurang dilakukan oleh perawat dalam
pelaksanaan patient safety yaitu menanyakan nama, nomor RM dan
tanggal lahir pasien saat akan melakukan tindakan serta mengecek
ulang gelang identitas pasien saat akan melakukan tindakan. Dalam
pelaksanaan komunikasi yang efektif, perawat jarang menyebutkan
diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan
dan pelaksanaanya, serta rencana tindakan yang belum dilakukan. Hal
lain yang kurang dilakukan oleh perawat dalam patient safety yaitu
dalam hal pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
berhubungan dengan five moment cuci tangan. Dari hasil observasi
yang dilakukan terhadap 5 perawat, five moment yang sering tidak
dilakukan oleh perawat yaitu pada saat sebelum kontak dengan pasien
dan setelah kontak dengan lingkungan pasien. Kedua moment ini
sering terlewatkan oleh perawat karena kesadaran perawat yang
kurang akan pentingnya cuci tangan pada kedua moment tersebut
dalam mencegah infeksi nosokomial. Pengurangan risiko pasien jatuh
juga masih kurang dilakukan dalam hal melakukan assesment awal
risiko pasien jatuh walaupun semua tempat tidur pasien di ruang
Cempaka sudah memiliki bedrail namun assesment awal penting
dilakukan untuk mencegah pasien terjatuh.
c. Analisa Data
Dari hasil pengkajian, secara keseluruhan sebanyak 50,4%
perawat telah melaksanakan manajemen nyeri di Ruang Cempaka.
Setelah dilakukan analisis terahadap 7 sampel perawat didapatkan
hasil bahwa 100% perawat Ruang Cempaka RS Margono mengetahui
metode manajemen nyeri dengan teknik non farmakologis. Perawat
juga mengetahui jenis-jenis manajemen nyeri namun ketujuh perawat
tersebut hanya menyebutkan salah satu jenis manajemen nyeri non
farmakologi yaitu nafas dalam. Kebanyakan perawat melaksanakan
program terapi hasil dari kolaborasi dengan dokter, diantaranya adalah
pemberian analgesik yang memang mudah dan cepat dalam
pelaksanaanya dibandingkan dengan penggunaan intervensi
manejemen nyeri non-farmakologi.
Dari jumlah pengkajian yang dilakukan pada tujuh perawat
Ruang Cempaka, hanya satu perawat yang pernah mengikuti pelatihan
tentang manajemen nyeri non farmakologi pada pasien nyeri
sedangkan enam perawat lainnya mengacu pada manjemen nyeri non
farmakologi nafas dalam.
Perawat pada ruang Cempaka kurang mendapat dukungan
dalam penerapan manajemen nyeri non farmakologi, ditandai dengan
kebijakan (SPO) tentang manajemen nyeri non farmakologi belum
tersedia secara spesifik. Adapun SPO yang telah dibuat oleh RS
Margono adalah buli-buli, kompres es, distraksi, nafas dalam,
kompres hangat dan lain-lain. Namun, belum terdapat adanya SPO
mengenai manajemen non farmakologi berupa akupresure.
Berdasarkan hasil pengkajian juga didapatkan bahwa perawat
mengalami hambatan dalam menerapkan manajemen non
farmakologi baik dari penyediaan alat dan bahan serta minimnya
ketrampilan yang dikuasai perawat mengenai teknik non farmakologi
nyeri selain nafas salam. Namun, perawat Ruang Cempaka RS
Margono mempunyai motivasi yang cukup tinggi untuk melakukan
manajemen nyeri non farmakologis.
KEPALA RUANG
Alfina Safitri, S.Kep., Ns
NIP. 196209031983092003