Modul PK Fix HI 1
Modul PK Fix HI 1
PATOLOGI KLINIK I
Nama :
Npm :
DITERBITKAN OLEH :
BAGIAN PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
PRAKATA
DARI KEPALA BG/SMF PATOLOGI KLINIK
FK UNIVERSITAS LAMPUNG
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya Buku
Praktikum Patologi Klinik I ini yang merupakan buku tambahan yang sangat berharga bagi
pendidikan Ilmu Patologi Klinik khususnya, serta Ilmu Kedokteran pada umumnya.
Dalam rangka melengkapi kegiatan praktikum Patologi Klinik I, buku ini sangat
berguna, karena banyak mengurangi kegiatan tulis menulis selama praktikum, sehingga
mahasiswa mempunyai lebih banyak waktu untuk melakukan percobaan maupun
pengamatan.
Akhirnya, saya sampaikan penghargaan dan selamat kepada Tim Penyusun buku ini,
dan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penerbitan buku ini.
Tim Penyusun
TIM PENYUSUN
Asisten dosen :
ADILLAH AFRILIA S.P
AMELIA RIZKY .K
ANNISA PUTRI .P
CHRISTI NATALIA .S
FIDYA .C SABILA
FRIGANDRA .S
HASRIL MULYA .B
HENDRO SIHALOHO
IQBAL LAMBARA P
MAYA NADHIRA .Y
M. REIHANSYAH D
NANDA SALSABILA .I
THORIQ AZIZ
ZHAFRAN .L TOBING
Praktikum ke :
Pokok bahasan :1. Pemeriksaan kadar hemoglobin
2. Pemeriksaan hematokrit
3. Pemeriksaan laju endap darah
4. penentuan nilai-nilai absolut eritrosit
Prinsip : membandingkan warna darah dengan warna standar pada buku skala.
Behan pemeriksaan : darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA
Alat-alat:
1. Buku skala Tallqvist
2. Blood lancet*
3. Kapas alkohol*
* : Bila bahan pemeriksaannya darah kapiler.
Cara kerja :
1. Teteskan darah pada kertas saring.
2. Bandingkan segera warna pada kertas dengan warna yang terdapat pada buku skala
Tallqvist.
3. Pembacaan pada skala yang sesuai menunjukkan persentase kadar hemoglobin.
4. Kadar 100% pada skala Tallqvist sesuai dengan 15.8 g Oksihemoglobin dalam 100 ml
darah.
Keterangan:
1. Pemeriksaan hemoglobin dengan metoda Tallqvist ini hasilnya sangat kasar.
2. Keuntungannya:
mudah dilakukan, sehingga memungkinkan pemeriksaan Hb rutin di praktek sehari-
hari.
3. Kerugiannya :
warna-warna pada buku skala tidak tahan lama (tidak stabil).
Bahan pemeriksaan :
Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA
Cara kerja:
1. Masukkan 5 tetes HCI 0.1 N ke dalam Tabung Sahli.
2. Isap 20 ul darah dengan Pipet Sahli, bersihkan darah yang menempel pada bagian luar
pipet.
3. Masukkan darah tsb. dengan hati-hati ke dalam tabung Sahli yang sudah berisi HCI 0.1
N.
4. Bilas darah dalam pipet dengan menghisap dan mengeluarkan HCL 0,1 N beberapa kali.
5. Biarkan 4 menit agar hemoglobin berubah menjadi asam hematin.
6. Encerkan larutan dengan aqua dest tetes demi tetes, sambil dikocok tiap kali
menambahkan aquadest, sampai warna larutan sama dengan warna standar
(pembanding).
7. Hasil harus dibaca dalam waktu 5 menit.
8. Tinggi bagian bawah meniskus menunjukkan kadar hemoglobin (g/dl).
Kerugian metoda ini :
1. Kurang teliti, kesalahannya basar.
2. Warna asam hematin yang terbentuk tidak stabil
3. Warna standar dapat berubah dalam beberapa bulan.
4. Tabung yang dipakai tidak selalu sama isinya.
5. Kalibrasi pada tabung sangat rapat.
6. Jumlah darah yang dipakai sedikit sekali, sehingga kelebihan/kekurangan sedikit saja,
sudah menyebabkan kesalahan besar.
Syarat-syarat
1. Pada waktu menghisap darah dengan pipet Sahli. kolom darah tidak boleh berisi
gelembung-gelembung udara.
2. Pemeriksaan dilakukan dalam kamar yang terang/cahaya siang hari.
Bahan pemeriksaan:
Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA, Oksalat atau Sitrat.
Alat-alat:
1. Tabung Sahli berukuran 13 X 100 mm
2. Pipet Sahli/Pipet otomatis berukuran 20 ul.
3. Fotometer dengan absorbansi maksimal 540 nm. filter Hg 546 nm.
Reagensia :
Reagens Drabkins yang terdiri dari:
1. Kalium Sianida 0.1 mMol/I
2. Kalium Feri Sianida 0.6 mMol/I
3. Buffer fosfat (pH 7.2) 0.5 mMol/I
4. Natrium Chlorida 1.5 mMol/l
5. Detergent 0,05%
Semua bahan ini sudah dicampur dengan aquadest.
Reagens Drabkin stabil selama 4 bulan bila disimpan dalam botol coklat pada suhu kamar.
Reagens harus dibuang bila menjadi tidak Berwarna atau keruh.
Cara kerja :
1. Masukkan 5 ml larutan Drabkin ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 20 ul darah, bilas pipet beberapa kali dengan larutan Drabkin sampai bersih,
kocok sampai kedua bahan tercampur homogen (bisa juga dengan menggunakan vortex
mixer).
3. Biarkan pada suhu kamar selama 3 menit.
4. Baca absorbansinya pada fotometer dengan panjang gelombang 540 nm, bandingkan
terhadap blanko reagens (reagens Drabkin 5 ml).
Perhitungan:
Absorbansi sampel
Kadar Hb (g/dl) = x 35,8
absorbansi blanko reagens
Metoda Kadar Hb (g/dl)
1. Tallqvist
Hb=.......g/dl
2. Sahli
Hb=.......g/dl
3. Sianmethemoglobin
Hb=.......g/dl
Penetapan hematokrit (Packed Cell Volume = PCV) merupakan salah satu pemeriksaan
hematologi untuk mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah, yang dinyatakan dalam
%.
Nilai hematokrit ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya anemia, dan digunakan juga
untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan
cara makro atau cara mikro.
Pada cara makro, digunakan tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam 2,5-3 mm,
panjang 110 mm, dengan Skala interyal I mm sepanjang 100 mm. Volume tabung ini adalah
1 ml.
Pada cara mikro digunakan tabung kapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter dalam 1
mm. Kapiler ini ada 2 jenis, ada yang dilapisi antikoagulan Na2EDTA- atau heparin di bagian
dalamnya dan ada yang tanpa antikoagulan. Tabung kapiler dengan antikoagulan dipakai
apabila menggunakan darah tanpa antikogulan, misalnya darah kapiler, sedangkan tabung
tanpa antikoagulan digunakan bila darahnya sudah diberi antikoagulan.
Bahan pemeriksaan:
Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau heparin.
Cara mikro :
1. Isilah tabung kapiler dengan darah yang langsung mengalir, sampai kira-kira dua pertiga
tabung.
2. Salah satu ujung kapiler disumbat dengan creatoseal.
3. Letakkan tabung dalam lekukan radier sentrifus mikrohematokrit, dengan ujung yang
tertutup creatoseal jauh dari pusat sentrifus.
4. Sentrifus dengan kecepatan antara 11.000-15.000 rpm selama 5 menit.
5. Keluarkan tabung, kemudian baca dengan reading device.
6. Bila nilai hematokrit melebihi 50%, pemusingan ditambah 5 menit lagi.
Alat-alat :
1. Tabung Wintrobe
2. Pipet Pasteur
3. Sentrifus
Cara kerja :
1. Darah dicampur dengan antikoagulan sampai homogen.
2. Dengan menggunakan Pipet Pasteur darah dimasukkan ke dalam Tabung Wintrobe,
hingga mencapai garis, tanda 100, dimulai dari dasar tabung, dan hindari terjadinya
gelembung udara di dalam tabung.
3. Tabung yang telah berisi darah diputar selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
4. Nilai hematokrit adalah tinggi kolom eritrosit yang dinyatakan dalam %
Hasil praktikum :
Laju Endap Darah mengukur kecepatan pengendapan sel darah merah di dalam plasma.
Satuannya adalah mm/Jam. Cara pemeriksaan yang dianjurkan oleh International Committee
for Standardization in Hematology (ICSH) adalah Cara Westergren.
Hasil praktikum :
- LED darah demonstrasi =………………………..mm/jam
- LED percobaan =…………………………..mm/jam
Kesimpulan :
- LED darah demonstrasi : normal/meningkat.
- LED darah percobaan : normal/meningkat.
4. Penentuan nilai-nilai absolut eritrosit.
Nilai-nilai Absolut Eritrosit atau Indeks Eritrosit Rata-rata adalah nilai-nilai yang
menggambarkan keadaan eritrosit, yaitu perhitungan yang menyatakan besarnya volume
eritrosit dan kadar hemoglobin dalam setiap sel. Indeks ini meliputi:
Volume Eritrosit Rata-rata (VER = Mean Corpuscular Volume= MCV), yang
diperoleh dengan membagi nilai hematokrit dengan jumlah eritrosit dikali 100, dan
dinyatakan dalam mikrokubik atau femtoliter (fl).
Hematokrit (%)
VER x 100 u3 (fl)
Jumlah Eritrosit (juta/ul)
Nilai normal VER : 76-96 fl
Hemoglobin (g/dl)
HER x 100 uug (pg)
Jumlah Eritrosit (juta/ul)
Nilai normal HER : 27-32 pg
Hemoglobin (g/dl)
KHER x 100 g/dl (g/L)
Hematokrit (%)
Nilai Normal KHER : 32-36
Dengan mengetahui nilai-nilai absolut eritrosit, bebeapa informasi mengenai eritrosit (sifat-
sifat eritrosit) dapat kita ketahui, dan hal ini sangat membantu dalam mendiagnosa anemia.
MCV = volume rata-rata dari eritrosit.
MCH = jumlah Hb per eritrosit rata-rata.
MCHC = konsentrasi Hb per eritrosit rata-rata
Dari ketiga nilai ini, MCHC yang paling menguntungkan, sebab untuk MCHC dibutuhkan
hanya pemeriksaan Hb dan PCV, pemeriksaan yang mudah dilaksanakan, serta kesalahannya
amat sedikit, sehingga nilai MCHC dapat diperoleh dengan cara mudah dan ketelitiannya
cukup.
Sebaliknya ketelitian MCV tergantung dari ketelitian penghitungan jumlah eritrosit, yang
menggunakan waktu lama serta kesalahannya relatif besar.
Hasil praktikum :
Parameter pendukung Nilai absolut eritrosit
Hb =………………….g//dl MCV =…………………………
Komentar :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Nilai tes =
Nilai tugas =
Bandung,……………………..2018..
Tanda tangan & nama jelas
Asisten yang bertugas
(………………………)
Praktikum ke :
Pokok bahasan : hitung sel-sel darah :
1. Hitung jumlah leukosit
2. Hitung jumlah eritrosit
3. Hitung jumlah trombosit
Tugas :
Tugas ini harus dikerjakan di selembar kertas folio bergaris, dengan tulisan tangan, dan
diserahkan sebelum praktikum.
Bagi mahasiswa yang tidak menyerahkan tugasnya, tidak diizinkan mengikuti praktikum.
1. Larutan pengencer apa yang dipakai untuk menghitung jumlah
leukosit ?
eritrosit ?
trombosit ?
2. Pipet apa yang dipakai untuk menghitung jumlah :
leukosit ?
eritrosit ?
3. Apa yang terjadi bila pada saat menghisap darah terdapat gelembung
udara ?
Pemeriksaan hitung sel darah, terutama leukosit dan trombosit banyak diminta di klinik. Hal
ini disebabkan oleh makin meningkatnya kebutuhan akan data tersebut dalam upaya
membantu membuat diagnosa.
Dengan meningkatnya permintaan pemeriksaan hitung sel darah, maka pemeriksaan hitung
sel cara manual tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan tersebut.Oleh karena itu dibuatlah alat
hitung sel otomatis. Dengan alat hitung sel otomatis, maka penghitungan sel menjadi lebih
mudah, cepat dan teliti, dibandingkan dengan cara, manual. Walaupun demikian, hitung sel
cara manual masih dipertahankan. Hal ini disebabkan hitung sel darah cara manual masih
merupakan metoda rujukan. Keuntungan lain ialah hitung sel cara manual dapat dilakukan di
laboratorium-laboratorium yang tidak ada aliran listrik. Disamping itu harga sebuah alat
hitung sel otomatis cukup mahal.
Pada tahun 1980 WHO menganjurkan hitung sel darah cara manual untuk hitung leukosit dan
trombosit saja, tidak dianjurkan lagi untuk hitung eritrosit. Pemeriksaan hitung sel darah yang
akan dilakukan pada praktikum kali ini adalah pemeriksaan dengan metoda manual.
Prinsip :
Darah diencerkan dengan suatu larutan tertentu. Jumlah sel darah dalam volume pengenceran
tersebut dihitung dengan menggunakan kamar hitung.
Peralatan :
1. Satu set Hemositometer , yang terdiri dari
Pipet Thoma leukosit : untuk hitung leukosit
Pipet Thoma eritrosit : untuk hitung eritrosit dan trombosit
Bilik Hitung Improved Neubauer.
2. Mikroskop cahaya
Reagens :
1. Untuk hitung leukosit :sebagai larutan pengencer adalah Larutan Turk (encer), yaitu
larutan asam asetat 2% ditambah gentian violet 1% sebanyak 1 ml, sehingga warnanya
ungu muda. Penambahan gentian violet bertujuan memberi warna pada inti dan granula
leukosit. Larutan ini memecah eritrosit dan trombosit, tetapi tidak memecah leukosit dan
eritrosit muda (berinti).
2. Untuk hitung eritrosit : sebagai larutan pengencer digunakan Larutan Hayem (Natrium
Sulfat 2,05 gram + Natrium Chlorida 0,50 gram + Mercuri Chlorida 0,25 gram + akuades
100 ml). Larutan ini bersifat isotonik terhadap eritrosit.
3. Untuk hitung trombosit : larutan pengencer yang dipakai adalah Larutan Ammonium
Oksalat 1%. Larutan ini bersifat melisiskan eritrosit.
1. Letakkan kamar hitung dengan hati-hati di bawah mikroskop dalam keadaan rata air.
Turunkan kondensor atau kecilkan diafragma. Gunakanlah pembesaran kecil untuk
mencari daerah yang akan dihitung. Setelah itu penghitungan sel dilakukan dengan
menggunakan sel dilakukan dengan menggunakan lensa objektif 10 X dan lensa okuler
10 X untuk hitung leukosit. Untuk hitung eritrosit dan trombosit digunakan pembesaran
10 X 40.
2. Untuk hitung leukosit : hitung semua leukosit yang ada pada ke 4 Bidang Besar , yang
masing-masing luasnya 1 mm2, yaitu bidang 1, bidang 2, bidang 3 dan bidang 4 (lihat
gambar), atau 4 X 16 = 64 Bidang sedang. Sehingga volume yang dihitung adalah luas
bilik yang dihitung X tinggi kamar hitung = 4 X 1 mm2 X 0,1 mm = 0,4 mm3 = 0,4 ul.
Untuk hitung eritrosit : hitung semua eritrosit yang ada pada bidang A, B, C, D dan E
(sama dengan 80 bidang kecil). Sehingga volume yang dihitung adalah luas bilik yang
dihitung X tinggi kamar hitung = 5 X 0,2 mm X 0,2 mm X 0,1 mm 0,02 mm3 = 0,02 ul.
3. Untuk hitung trombosit hitung semua trombosit yang ada pada bidang Besar yang di
tengah (sama dengan 25 bidang ukuran 0,2 mm X 0,2 mm. Sehingga volume yang
dihitung adalah luas bilik yang dihitung X tinggi kamar hitung = 1 mm2 X 0,1 mm =
0,01 mm3 = 0,01 ul.
Cara menghitung sel di dalam kamar hitung dapat dilihat pada gambar berikut.
Arah gerakan menghitung harus tetap, misalnya dimulai dari kotak kiri paling atas, kemudian
ke bawah, setelah paling bawah pindah ke sebelah kanan, terus ke atas, sampai kotak teratas
pindah ke kiri. Demikian seterusnya sampai seluruh kotak yang harus dihitung selesai
dihitung.
Demikian juga dengan letak sel dalam kotak yang menyinggung garis. Sel yang
menyinggung garis batas sebelah kiri dan atas, harus dihitung, sedangkan sel yang
menyinggung garis batas sebelah bawah dan kanan tidak turut dihitung.
D. Penghitungan
Untuk leukosit
jml.leuko.dihitung
Jumlah leukosit yang dihitung x faktor pengenceran
vol.yg.dihitung (ul)
Jumlah leukosit/ul = 50 N
Untuk eritrosit
jml.eritro.dihitung
Jumlah eritrosit yang dihitung = x faktor pengenceran
vol.yg.dihitung (ul)
Untuk trombosit
jml.trombo.dihitung
Jumlah trombosit yang dihitung = x faktor pengenceran
vol.yg.dihitung (ul)
N
Sehingga jumlah trombosit / ul = x100
0,1
Contoh : bila dalam sediaan hapus darah tepi terdapat 25 normoblast/100 leukosit, dan jumlah
leukosit 12.500/ul, maka :
100
jumlah leukosit yang sebenarnya adalah : 125 x 12.500 = 10.000/ul
2. Faktor pengenceran : bila jumlah sel sangat banyak, maka faktor pengenceran
ditingkatkan, sedang bila jumlah sel sangat sedikit, faktor pengenceran dikurangi.
Sumber kesalahan :
1. Alat : kesalahan pada alat yang digunakan dapat berasal dari :
volume yang tidak tepat karena pipet tidak dikaliberasi.
penggunaan kamar hitung yang kotor, basah dan tidak menggunakan kaca penutup
khusus.
2. Teknik : kesalahan teknik dapat berasal dari
Volume darah tidak tepat. Hal ini dapat disebabkan karena tidak menghapus
kelebihan darah yang ada di luar pipet atau sebagian darah ikut terhisap waktu
menghapus kelebihan darah di luar pipet, mungkin disebabkan karena tidak membilas
bagian dalam pipet.
Tidak terjadi pencampuran yang homogen waktu darah diencerkan dengan larutan
pengencer.
Mengisi kamar hitung secara tidak benar
3. Kesalahan inherent : disebabkan jumlah sel yang dihitung di dalam kamar hitung terlalu
sedikit. Sebaiknya jumlah sel yang dihitung minimal 100 untuk hitung leukosit dan 200
untuk hitung eritrosit.
Hasil praktikum
Hitung leukosit :
N=N-1 + N-2 + N-3 + N-4 + N-5
=.......+.......+........+........+......
Jumlah eritrosit/ul = 10.000 N
=...............
Kesimpulan :
......................................................................................................................................................
...................................................................................................
Hitung trombosit
Bandar lampung,..............................................2018
Tanda tangan & nama jelas
Asisten yang bertugas
(...................................)