Anda di halaman 1dari 2

Pengalaman Saat Mendaki Gunung Pangrango

Akhir maret 2017 lalu merupakan pengalaman pertama saya untuk mendaki ke
puncak gunung. 2 minggu sebelum pendakian dimulai, berbagai persiapan pun dilakukan.
Mulai dari mengumpulkan alat-alat untuk kebutuhan kelompok, mendaftarkan pendakian
secara online, menyiapkan berbagai kebutuhan pribadi, hingga berolahraga bersama agar
tubuh lebih siap untuk berjalan sampai ke puncak Gunung Pangrango. Gunung Gede-
pangrango merupakan gunung yang pertama saya daki setelah 18 tahun hidup di dunia yang
fana ini. Bersama 7 teman SMA saya 2 diantaranya adalah perempuan, disinilah keseruan
pendakian gunung pertama saya dimulai.

Berangkat jumat malam, tanggal 31 Maret 2017 dari kampung yang terletak di Jalan
Leuwiliang, Bogor Barat, kami berangkat menuju basecamp yang terletak di Cibodas
menggunakan mobil pribadi. Karena perbedaan kampung, beberapa dari kami berangkat
secara terpisah dan memutuskan untuk bertemu di basecamp Cibodas. Hampir jam 1 malam
barulah semua anggota bertemu di basecamp Cibodas. Karena ini merupakan kali pertama
saya dalam mendaki gunung, saya mendapat keringanan untuk membawa daypack yang
berisi peralatan pribadi, sleeping bag sendiri, dan snack untuk dikonsumsi saat dijalan. Tenda
dan logistik lainnya dibawa oleh 2 pria pria tangguh yang sudah berulang kali naik turun
gunung.

Berangkat dari basecamp Cibodas sekitar pukul 8 pagi, kami memulai pendakian yang
penuh drama ini. Berjalan menyusuri jalan yang berbatu, lalu singgah di pos pertama untuk
menukarkan simaksi. Simaksi merupakan singkatan dari Surat ijin masuk kawasan hutan
konservasi. Untuk Gunung Gede-pangrango sendiri kamu dapat mengurus simaksi secara
online dan melakukan pembayaran administrasi lewat bank transfer. Selesai mengurus
simaksi dan pemeriksaan kelengkapan barang-barang yang akan dibawa naik, kamu lalu
melanjutkan perjalanan. Sekedar tambahan informasi, untuk kamu yang ingin naik ke puncak
gunung gede pangrango agar tidak membawa tissue basah karena sudah ada larangan
membawa tissue bawah ke gunung gede. Selesai melengkapi berbagai data yang dibutuhkan
untuk bisa naik ke puncak gunung, kami lalu melanjutkan perjalanan. Ternyata sepanjang
jalan menuju pos berikutnya kami bertemu banyak orang. Baik mereka yang juga akan naik
ke puncak gunung gede, maupun mereka yang sekadar lewat untuk mengunjungi Curug
Cibeureum, Air Terjun Cantik di Lereng Gunung Gede Pangrango. Setelah berjalan hampir 1
jam, kami lalu tiba di pos Telaga Biru. Disini ada banyak pendaki yang beristirahat untuk
sekedar sarapan dan membuat kopi. Saya melihat bermacam ragam anak gunung sejati
dengan gaya santainya. Mereka yang ramah, berbagi makanan dengan setiap orang yang
lewat, kenal maupun tidak. Kami lalu memutuskan untuk singgah pula di pos ini. Satu hal
yang menarik di jalur pendakian gunung gede-pangrango adalah adanya sumber mata air
panas yang terus mengalir tanpa henti. Menurut cerita mereka yang sudah berulang kali naik
turun gunung, yang menjadi alasan gunung gede cocok untuk pemula adalah tersedianya
sumber air bersih sepanjang jalur pendakian, bahkan sampai puncak. Di beberapa gunung lain
mungkin kita perlu menghemat air sedemikian rupa dan membawa air dari bawah ke puncak.
Hal ini tentu sangat menyulitkan bagi para pendaki pemula yang belum terbiasa membawa
beban berat.

Sekitar 3 jam berjalan dari telaga biru tadi, kami lalu sampai di sumber mata air
panas. Jalanan yang memotong sumber aliran air yang hanya dilengkapi 1 utas tali untuk
berpegang membuat kami perlu ekstra hati-hati melewati jalur ini. Badan yang sebelumnya
terasa lelah melewati jalan berbatu terasa segar kembali setelah menyentuh aliran mata air
panas ini. Setelah melewati jalur air panas ini, kami memutuskan untuk makan siang karena
matahari sudah tepat berada di atas kepala. Kami pun makan siang sederhana dengan lauk
tempe orek, tapi disantap dengan lahap oleh semuanya, sungguh bahagia itu sederhana. Tepat
pada suapan terakhir makan siang kami, tiba-tiba hujan turun dengan intensitas sedang.
Dengan tenaga sehabis makan siang kami bergerak dengan sangat cepat untuk mengemasi
berbagai perbekalan. Tidak ingin membuat perjalanan menjadi lebih lama dari estimasi, kami
memutuskan untuk menerobos hujan agar segera bisa ishirahat di tempat perkemahan.
Seharusnya kami semua bangun pukul 4 pagi ini, kenyataannya semua tertidur dengan
pulasnya karena cuaca yang sangat dingin. Saya sendiri sempat beberapa kali menggigil
meskin sudah menggunakan baju hangat dan tidur di sleeping bag. Buat kamu yang belum
pernah mendaki gunung dan ingin mencoba, pastikan kamu mempersiapkan berbagai hal
untuk menjaga kesehatan. Terutama untuk mengatasi dinginnya cuaca di gunung.

Setelah sarapan kecil, minum teh dan menyiapkan perbekalan, kami lalu mulai berjalan
menuju puncak gunung sekitar pukul 7 pagi. Cuaca gunung sedang dingin-dinginnnya,
berjalan kaki sepagi mungkin adalah cara terbaik menghangatkan badan. Beruntung setelah
berjalan hampir 2 jam menerobos hujan, memasuki area perkemahan hujan pelan-pelan
berhenti sehingga kami dapat mendirikan tenda tanpa gangguan hujan. Pendakian hari
pertama yang cukup melelahkan dan penuh drama. Setelah selesai mendirikan tenda, mengisi
perut, kami memutuskan untuk segera istirahat sekitar pukul 7 malam. Hujan kembali turun
rintik-rintik, dan kami semua mulai lelap ditengah dinginnya cuaca gunung.

Anda mungkin juga menyukai