1 BAB II
PEMBAHASAN
terkait dengan istilah al-Qard} yaitu hutang piutang dan dalam bahasa
antara dua pihak, pihak pertama memberikan uang atau barang kepada
pertama.1
Allah SWT karena al-Qard} berarti berlemah lembut dan mengasihi sesama
1
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), 274.
2
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Kairo: Dar al-Fath Lil I’lam al-‘Araby, 1995), 181.
memberikan harta yang memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk
mengembalikannya.4
piutang (al-Qard}) antara lain dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dan ijma’.
3
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Jilid V, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 374.
4
Azharudin Lathif, Fiqh Muamalah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), 150.
a. Landasan al-Qur’an
hutang kepada orang lain dengan rasa ikhlas dan rela karena Allah, sama
Qard}) hendaknya dilakukan dengan tertulis atau dicatat dan ada saksi
5
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Pentafsir al-Qur’an, 1997), 47.
6
Ibid., 48.
7
Ibid., 538
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah akan memberikan pahala
b. Landasan as-Sunnah
dua kali nilainya sama dengan memberi sedekah satu kali. Abu Hurairah
Allah menutupi (aib) nya didunia dan diakhirat. Dan Allah selamanya
kepada orang lain yang membutuhkan, dengan cara memberi hutang dan
diperbolehkan apabila telah memenuhi rukun dan syarat. Adapun rukun dan
8
Hafidz bin Abdullah dan Muhammad bin Yazin al-Ghazali, Sunan Ibnu Majah, Juz II, (Beirut
Lebanon: Dar al Kutub al-Ilmiah), 812.
a. Pihak yang meminjam (Muqtarid}})
mu’a>malah, yaitu baligh, berakal dan tidak mahju>r ‘alaih (bukan orang
faktor-faktor tertentu). Oleh karena itu, jika anak kecil atau orang gila
berhutang, maka akad hutang tersebut tidak sah, karena tidak memenuhi
syarat.9
dan Hambali, obyek akad al-Qard} sama dengan akad salam baik berupa
9
Dumairi Nor, Sufandi dkk, Ekonomin Syariah Versi Salaf, (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2007),
103.
10
Ibid., 102.
barang yang tidak ada persamaannya di pasaran (qimiyat) seperti
dalam ma>l mits} il yaitu harta yang satuan barangnya tidak berbeda dan
akad salam maka tidak sah untuk digunakan dalam akad al-Qard} seperti
pengembalian benda yang serupa, sedangkan benda yang tidak tentu dan
semisal dengannya.13
2) Dapat dimiliki
11
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah..., 278.
12
Ibid., 279.
13
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu..., 37
4) Telah ada pada waktu perjanjian.
atau lebih, tidak boleh menyimpang dan harus sejalan dengan kehendak
menerimanya.14
Hutang harus dibayar sesuai jumlah atau nilai barang yang sama
dengan nilai barang yang dihutangkan. Bagi orang yang berhutang harus
Ketika orang yang berhutang belum mampu melunasi, maka pihak yang
tersebut memang pada saat itu benar-benar tidak mampu dan dengan alasan
yang logis.
14
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah, (Yogyakarta: VII press, 2000), 65.
15
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: Raja Gravindo, 2003), 104
Orang yang berhutang harus dengan lebih baik dalam membayar
jatuh tempoh. Selain itu, orang yang berhutang harus lebih baik dalam
membayar hutang dan lebih banyak dari jumlah hutang tanpa disyaratkan
oleh pemberi hutang, atau dengan kata lain sebagai kebaikan atau rasa
terima kasih, maka hal ini diperbolehkan dan merupakan akhlaq terpuji.
membayar dengan yang baik atau lebih baik banyak dari hutangnya, maka
termasuk riba dan haram hukumnya, syarat seperti ini batal menurut
Bila kelebihan itu kehendak yang ikhlas dari orang yang berhutang sebagai
16
Imam Abi Khusaun Muslim, Shahih Muslim, Juz V (Beirut Lebanon: Dar Kitab Ulumiyah,
677H), 30.
17
As Shari’ani, Subulus Salam, Juz III, Terjemah Abu bakar Muhammad, (Surabaya: al-Ikhlas,
1995), 183.
balas jasa yang diterimanya, maka bukan termasuk riba, bahkan ini
dianjurkan oleh nabi. Hal ini terdapat beberapa riwayat dari nabi pada
dari hutang piutang. Sebab diantara mereka ada yang membutuhkan dan
Allah tetapkan, ada yang dilapangkan rezekinya dan ada yang disempitkan
18
Muslim, Shahih Muslim, Juz I, (Lebanon: Maktabah Dahlan, 1989),70.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya.‛19 (Q.S Al-Baqarah ayat 282)
orang yang berhutang, dengan kata lain bahwa pinjaman yang berbunga
bunga atau manfaat yang dijadikan syarat oleh orang yang memberikan
keuntungan.
19
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., 48.
20
Abu Dawud, Sunnah Abi Dawud, Juz II, (Mesir: al-Babil Waladi Bimisra), 22
B. Aplikasi Qard dalam Perbankan Islam
Dalam perbankan syariah, akad al-Qard biasanya diterapkan sebagai berikut:
1. Sebagai produk pelengkap bagi nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya disaat membutuhkan dana talangan segera, untuk masa yang
relatif pendek, nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang
yang dipinjam itu.
2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa
menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito. Atau
pinjaman Qardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai
fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami overdraft. Fasilitas ini
merupakan bagian dari satu paket pembiayaan lain untuk memudahkan nasabah
bertransaksi.
3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk
khusus yaitu al-qard al-hasan.
Karena sifat al-Qard yang tidak memberi keuntungan finansial, maka pendanaan
Qard dapat diambil menurut kategori berikut :
1. Al-Qardh yang diperlukan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan
berjangka pendek, talangan dana dapat diambilkan dari modal.
2. Al-Qardh yang diperlukan untuk usaha sangat kecil dan keperluan social, dapat
bersumber dari dana zakat, infak, dan sedekah. Di samping sumber dana umat,
para praktisi perbankan syari‟ah, demikian juga ulama melihat adanya sumber
dana lain yang dapat dialokasikan untuk al-Qardh al Hasan, yaitu pendapatan-
pendapatan yang diragukan seperti jasa nostro di bank koresponden yang
konvensional, bunga atas jaminan L/C di bank asing, dan sebagainya. Salah satu
pertimbangan pemanfaatan dana-dana ini adalah akhzu akhaf al-dharurain
(mengambil mudarat yang lebih kecil). Hal ini mengingat jika dana umat Islam
dibiarkan di lembaga-lembaga non muslim mungkin dapat digunakan untuk
sesuatu yang merugikan Islam (sebagaimana dana-dana keum muslimin Arab di
bank Yahudi di Swis). Oleh karena itu, dana yang parkir tersebut lebih baik
diambil dan dimanfaatkan untuk penanggulangan bencana alam atau membantu
dhua‟fa.
Dari aplikasi al-Qardh di perbankan syari‟ah ini, maka banyak manfaat yang dapat
diambil, antara lain ;
1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat
talangan jangka pendek
2. Al-Qardh al-Hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah
dan bank konvensional, dimana terkandung di dalamnya misi sosial disamping
misi komersial tentunya.
3. Adanya misi sosial ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas
masyarakat terhadap bank syari‟ah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan