Laporan Pendahuluan CKD
Laporan Pendahuluan CKD
TINJAUAN TEORI
c) Kelainan mata
d) Kardiovaskuler :
1. Hipertensi
2. Pitting edema
3. Edema periorbital
4. Pembesaran vena leher
5. Friction Rub Pericardial
e) Kelainan kulit
1. Gatal. Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:
Toksik uremia yang kurang terdialisis
Peningkatan kadar kalium phosphor
Alergi bahan-bahan dalam proses HD
2. Kering bersisik. Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan
kristal urea di bawah kulit.
3. Kulit mudah memar
4. Kulit kering dan bersisik
5. rambut tipis dan kasar
6. Neuropsikiatri
7. Kelainan selaput serosa
f) Neurologi :
1. Kelemahan dan keletihan
2. Konfusi, Disorientasi
3. Kejang
4. Kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki
5. Perubahan Perilaku
g) Kardiomegali.
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi
ginjal yang serupa yang disebabkan oleh desstruksi nefron progresif.
Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan efek berikut pada
pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus
mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut Sindrom Uremik
Terdapat dua kelompok gejala klinis :
1. Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen
dan metabolit lainnya, serta anemia akibat defisiensi sekresi ginjal.
2. Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan kelainan
lainnya
2.6 Komplikasi
a) Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme
dan masukan diet berlebih.
b) Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
c) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiotensin-aldosteron
d) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan
drah selama hemodialisa
e) Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
f) Asidosis metabolic
g) Osteodistropi ginjal
h) Sepsis
i) neuropati perifer
j) hiperuremia
Nilai normal :
Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau
0,93 - 1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau
0,85 - 1,23 mL/detik/m2
Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
Endokrin : PTH dan T3,T4
b) Diagnostik
1) Etiologi CKD dan terminal
Foto polos abdomen.
USG.
Nefrotogram.
Pielografi retrograde.
Pielografi antegrade.
Mictuating Cysto Urography (MCU).
2) Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
RetRogram
USG.
PENGKAJIAN SEKUNDER
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau
penenganan pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
a) AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
b) Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
c) Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
e) Keluhan Utama. Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabu-
abuan, kadang-kadang disertai udema ekstremitas, napas terengah-engah.
f) Riwayat kesehatan. Faktor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas,
infeksi kulit, infeksi saluran kemih, hepatitis, riwayat penggunaan obat
nefrotik, riwayat keluarga dengan penyakit polikistik, keganasan, nefritis
herediter)
g) Anamnesa
Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC,
RBC)
Cardiovaskuler: Oedema, hipertensi, tachicardi, aritmia, peningkatan
kalium
Kulit : pruritus, ekskortiasis, pucat kering.
Elektrolit: Peningkatan kalium, peningkatan H+, PO, Ca, Mg,
penurunan HCO3
Gastrointestinal : Halitosis, stomatitis, ginggivitis, pengecapan
menurun, nausea, ainoreksia, vomitus, hematomisis, melena, gadtritis,
haus.
Metabolik : Urea berlebihan, creatinin meningkat.
Neurologis: Gangguan fungsi kognitif, tingkah laku, penurunan
kesadaran, perubahan fungsi motorik
Oculair : Mata merah, gangguan penglihatan
Reproduksi : Infertil, impoten, amenhorea, penurunan libido
Respirasi : edema paru, hiperventilasi, pernafasan kusmaul
Lain-lain : Penurunan berat badan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan bendungan
atrium kiri.
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke
jaringan menurun
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine,
diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane
mukosa mulut.
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Intervensi Rasional
1 Gangguan pertukaran gas Mandiri : 1) Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk
berhubungan dengan peningkatan 1. Kaji status pernafasan, catat
hipoksemia dan peningkatan usaha nafas.
bendungan atrium kiri. peningkatan respirasi atau
perubahan pola nafas. 2) Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada
Tujuan : 2. Catat ada tidaknya suara nafas dan
ditemukan. Crakles terjadi karena peningkatan cairan
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah adanya bunyi nafas tambahan
diberikan intervensi keperawatan, seperti crakles, dan wheezing. di permukaan jaringan yang disebabkan oleh
tidak terjadi gangguan pertukaran gas. 3. Kaji adanya cyanosis.
peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler.
4. Observasi adanya somnolen,
Kriteria hasil : confusion, apatis, dan ketidak- Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya
1) Pasien dapat memperlihatkan mampuan beristirahat
mukus pada jalan nafas
ventilasi & oksigenasi yang 5. Berikan istirahat yang cukup dan
adekuat dengan nilai ABGs normal nyaman 3) Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr
:
dari Hb) sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis
PH = 7,35 -7,45 Kolaboratif :
PO2 = 80-100 mmHg 1. Berikan humidifier oksigen dengan dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya
Saturasi O2 = > 95 % masker CPAP jika ada indikasi.
hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada
PCO2 = 35-45 mmHg 2. Berikan pencegahan IPPB
HCO3 = 22-26mEq/L 3. Review X-ray dada. kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi.
BE (kelebihan basa) = -2 sampai 4. Berikan obat-obat jika ada indikasi
4) Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari
+2 seperti steroids, antibiotik,
2) Bebas dari gejala distress bronchodilator dan ekspektorant. miokardium
pernafasan
5) Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan
oksigen.
6) Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus
menerus dengan tekanan yang sesuai
7) Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
8) Memperlihatkan kongesti paru yang progresif
9) Untuk mencegah gngguan pola napas
2 Gangguan perfusi jaringan 1) Ajarkan pasien untuk melakukan 1) dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
berhubungan dengan suplai oksigen ke mobilisasi
2) meningkatkan melancarkan aliran darah balik
jaringan menurun 2) Ajarkan tentang faktor-faktor yang
dapat meningkatkan aliran darah : sehingga tidak terjadi oedema.
Tujuan : setelah diberikan intervensi Tinggikan kaki sedikit lebih
3) kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya
selama 2 x 24 jam mempertahankan rendah dari jantung ( posisi elevasi
sirkulasi perifer tetap normal. pada waktu istirahat ), hindari arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan
penyilangkan kaki, hindari balutan
terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi
Kriteria Hasil : ketat, hindari penggunaan bantal, di
1) Denyut nadi perifer teraba kuat dan belakang lutut dan sebagainya. untuk mengurangi efek dari stres.
reguler 3) Ajarkan tentang modifikasi faktor-
4) pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi
2) Warna kulit sekitar luka tidak faktor resiko berupa : Hindari diet
pucat/sianosis tinggi kolestrol, teknik relaksasi, pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat
3) Kulit sekitar luka teraba hangat. menghentikan kebiasaan merokok,
diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara
4) Oedema tidak terjadi dan luka tidak dan penggunaan obat vasokontriksi.
bertambah parah. 4) Kerja sama dengan tim kesehatan rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan
lain dalam pemberian vasodilator,
pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah
pemeriksaan gula darah secara rutin
dan terapi oksigen ( HBO ). ulkus/gangren.
3 Kelebihan volume cairan berhubungan Mandiri : 1) Untuk menentukan tindakan keperawatan
dengan penurunan keluaran urine, diet 1) Identifikasi faktor penyebab
2) Untuk mengetahui kondisi pasien
berlebih dan retensi cairan dan 2) Kaji tanda tanda vital
natrium. 3) Batasi masukan cairan 3) Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal,
4) Anjurkan klien untuk melakukan
Tujuan : aktifitas pergerakan seperti berdiri, haluaran urin, dan respon terhadap terapi.
Setelah dilakukan asuhan keperawaan meninggikan kaki
4) Agar tidak terjadi imobilitasi
selama 3 x 24 jam klien dapat 5) Kurangi asupan garam,
mempertahankan berat tubuh ideal pertimbangkan penggunaan garam 5) Agar tidak terjadi peningkatan natrium
tanpa kelebihan cairan. pengganti
6) Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan
6) Jelaskan pada pasien dan keluarga
Kriteria Hasil : tentang pembatasan cairan. keluarga dalam pembatasan cairan
1) Haluaran urine tepat dengan berat 7) Bantu pasien dalam menghadapi
7) Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan
jenis/hasil lab mendekati normal. ketidaknyamanan akibat pembatasan
2) BB stabil. cairan. terhadap pembatasan diet.
3) TTV dalam batas normal (RR: 16-
8) Diuretic bertujuan untuk menurunkan volume plasma
24 x/menit; N: 60-100 x/menit; Kolaborasi :
TD: 120/80; T: 36,5-37,5 0C) 8) Berikan diuretic: furosemide, dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga
4) Tidak ada edema spironolakton, hidronolakton,
menurunkan resiko terjadinya edema
5) Turgor kulit baik Adenokortikosteroid, golongan
6) Membran mukosa lembab prednisone paru. Adenokortikosteroid, golongan predison
digunakan untuk menurunkan proteinuri.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito. 2011. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan
dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2014. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Kasuari. 2012. Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan
Pendekatan Patofisiology. Magelang. Poltekes Semarang PSIK Magelang
Mansjoer, A dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Nanda. 2015. Nursing Diagnoses Definition dan Classification. Philadelpia
Rab, T. 2013. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2015-2016. Jakarta:
Prima Medika
Udjianti, WJ. 2011. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika