Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Kemampuan berbahasa membedakan manusia dengan binatang. Orangtua dengan


antusias menunggu awal perkembangan bicara anak mereka. Bila anak tidak dapat bicara
normal, maka mereka mengira bahwa anak mereka bodoh atau retardasi. Sering orangtua
memperkirakan bahwa perkembangan bicara anak diluar normal merupakan suatu hal
yang memperkirakan bahwa perkembangan bicara anak diluar normal merupakan suatu
hal yang mengkhawatirkan, sehingga membawanya kedokter.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena
kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem
lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi dan
lingkungan disekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan
dari lingkungannya. Mereka harus mendengar pembicaraan yang berkaitan dengan
kehidupannya sehari-hari maupun pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar
mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya dengan oranglain dan
mengemukakan keinginannya.
Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering terdapat pada anak-
anak. Menurut NCHS, berdasarkan atas laporan orangtua (diluar gangguan pendengaran
serta celah pada palatum), maka angka kejadiannya adalah 0,9% pada anak dibawah
umur 5 tahun dan 1,94% pada anak yang berumur 5-14 tahun. Dari hasil evaluasi
langsung terhadap anak usia sekolah, angka kejadiannya 3,8 kali lebih tinggi dari yang
berdasarkan hasil wawancara. Berdasarkan hal ini, diperkirakan gangguan bicara dan
bahasa pada anak adalah sekitar 4-5%.
Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebabnya dapat segera dicari, sehingga
pengobatan serta pemulihannya dapat dilakukan seawal mungkin. Contohnya, pada
seorang anak yang tuli konduksi tetapi cerdas yang terlambat mendapat alat bantu dengar
dan terapi wicara, serta tidak diberi kesempatan mengembangkan sistem komunikasi non
verbal oleh dirinya sendiri sebelum usia 3 tahun, maka kesempatan untuk mengajarinya
agar mampu berbicara yang dapat dimengerti, jelas dan terang telah hilang.
BAB II
KONSEP DASAR
GANGGUAN BICARA DAN BAHASA PADA ANAK

1. PERKEMBANGAN BAHASA NORMAL


Hemisfer kiri merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 94% orang dewasa
dan lebih dari 75% pada orang dewasa kidal. Pengkhususan hemisfer untuk fungsi
bahasa sudah dimulai sejak didalam kandungan, tetapi berfungsi secara sempurna
setelah beberapa tahun kemudian. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak
dengan kerusakan otak unilateral sebelum maupun sesudah lahir, diperkirakan fungsi
berbahasa dapat diprogram oleh hemisfer lainnya, walaupun kelainan yang khusus
masih dapat diketemukan dengan tes yang teliti. Kelenturan perkembangan otak
seperti ini menyebabkan macam perkembangan bahasa pada anak sukar ditentukan.
Seperti pada orang dewasa terdapat 3 area utama pada hemisfer kiri anak khusus
untuk berbahasa, yaitu dibagian anterior (area Broca dan Korteks motorik) dan
dibagian posterior (Area Wernicke). Informasi yang berasal dari korteks pendengaran
primer dan sekunder diteruskan kebagian korteks temporoparietal posterior (area
wernicke), yang dibandingkan dengan ingatan yang sudah disimpan. Kemudian
jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh fasciculus arcuata kebagian anterior otak
dimana jawaban motorik dikoordinasi. Apabila terjadi kelainan pada salah satu dari
jalannya impuls ini, maka akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada bagian
posterior akan mengakibatkan kelainan bahasa reseptif, sedangkan kerusakan
dibagian anterior akan menyebabkan kelainan bahasa ekspresif.
Perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa pada anak normal (Towne,
1983)
Umur Bahasa reseptif Bahasa ekspresif
(Bulan) (Bahasa pasif) (Bahasa aktif)
1 Kegiatan anak terhenti akibat suara Vokalisasi yang masih sembarang,
terutama huruf hidup.

2 Tampak mendengarkan ucapan Tanda-tanda vokal yang menunjukkan


pembicara, dapat tersenyum pada perasaan senang, senyum sosial.
pembicaraan
3 Melihat kearah pembicara Tersenyum sebagai jawaban terhadap
pembicara

4 Memberi tanggapan berbeda terhadap Jawaban vokal terhadap rangsang


suara bernada marah/ senang sosial

5 Bereaksi terhadap panggilan namanya Mulai meniru suara

6 Mulai mengenal kata-kata “da da, papa, Protes vokal, berteriak karena
mama” kegirangan

7 Mulai mengenal kata-kata naik, kemari, Mulai menggunakan suara mirip kata-
dada kata kacau

8 Menghentikan aktivitas bila namanya Menirukan rangkaian suara


dipanggil

9 Menghentikan kegiatan bila dilarang Menirukan rangkaian suara

10 Secara tepat menirukan variasi suara Kata-kata pertama mulai muncul


tinggi

11 Reaksi atas pertanyaan sederhana dengan Kata-kata kacau mulai dapat


melihat atau menoleh dimengerti dengan baik

12 Reaksi dengan melakukan gerakan Mengungkapkan kesadaran tentang


terhadap berbagai pertanyaan verbal obyek yang telah akrab dan menyebut
namanya

15 Mengetahui dan mengenali nama-nama Kata-kata yang benar terdengar


bagian tubuh diantara kata-kata yang kacau, sering
dengan disertai gerakan tubuhnya

18 Dapat mengetahui dan mengenali Lebih banyak menggunakan kata-kata


gambar-gambar obyek yang sudah akrab daripada gerakan, untuk
dengannya, jika obyek tersebut disebut mengungkapkan keinginannya
namanya

21 Akan mnegikuti petunjuk yang berurutan Mulai mengkombinasikan kata-kata


(ambil topimu dan letakkan di atas meja) (mobil papa, mama berdiri)

24 Mengetahui lebih banyak kalimat yang Menyebut nama sendiri


lebih rumit
2. ETIOLOGI
Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor
yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran,
kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya. Seorang anak mungkin
kehilangan pendengaran sensoneural dari sedang sampai berat. Sedangkan yang lain
mungkin kehilangan pendengaran konduksi berulang, sehingga kemampuan bicara
keseluruhannya menurun. Demikian pula suatu gangguan bicara (disfasia) dapat
terjadi tanpa adanya cedera otak atau keadaan lainnya. Blager BF (1981) membagi
penyebab gangguan bicara dan bahasa adalah sebagai berikut:
Penyebab gangguan bicara dan bahasa pada anak
Penyebab Efek pada perkembangan bicara
1. Lingkungan :
a. sosial ekonomi kurang a. Terlambat
b. Tekanan keluarga b. Gagap
c. Keluarga bisu c. Terlambat pemerolehan bahasa
d. Dirumah menggunakan bahasa bilingual d. Terlambat pemerolehan struktur bahasa

2.Emosi
a. Ibu yang tertekan a. Terlambat pemerolehan bahasa
b. Gangguan serius pada orang tua b. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa
c. Gangguan serius pada anak c. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa

3.Masalah pendengaran
a. Kongenital a. Terlambat/gangguan bicara yang permanen
b. Didapat b. Terlambat/gangguan bicara yang permanen
4.Perkembangan terlambat
a. Perkembangan terlambat a. Terlambat bicara
b. Perkembangan lambat, tetapi masih dalam b. Terlambat bicara
batas rata-rata c. Pasti terlambat bicara
c. Retardasi mental
5.Cacat bawaan
a. Palatoschizis a. Terlambat dan terganggu kemampuan bicaranya
b. Sindrom down b. Kemampuan bicaranya lebih rendah
6.Kerusakan otak
a. Kelainan neuromuskular a. Mempengaruhi kemampuan menghisap,
b. Kelainan sesorimotor menelan, mengunyah, dan akhirnya timbul
c. Palsi serebral gangguan bicara dan artikulasi seperti disartria
d. Kelainan presepsi b. Mempengaruhi kemampuan menghisap dan
menelan, akhirnya menimbulkan gangguan
artikulasi, seperti dispraksia
c. Berpengaruh pada pernafasan, makan dan timbul
juga masalah artikulasi yang dapat
mengakibatkan disartria dan dispraksia
d. Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa,
simbolisasi, mengenal konsep, akhirnya
menimbulkan kesulitan belajar di sekolah
Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu harus
dicari dalam keluarganya apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga.
Disamping itu kelainan bicara juga lebih banyak anak laki-laki daripada perempuan. Hal
ini karena pada perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi verbal hemisfer kiri lebih
baik. Sedangkan pada laki-laki perkembangan hemisfer kanan lebih baik, yaitu untuk
tugas yang abstrak dan memerlukan keterampilan.
Sedangkan Aram DM {1987), mengatakan gangguan bahwa ganguan bicara pada
anak dapat disebabkan oleh kelainan dibawah ini:
1. Lingkungan sosial anak
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan
bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan
bahasa pada anak.
2. Sistem masukan/input.
Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik dari anak.
Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak dengan
otitis mmedia kronis dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami
keterlambatan kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan
bicara juga terdapat pada tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli
primer), tuli neurosensorial (infeksi intra uterin: sifilis, rubella, toksoplasmosis,
sitomegalovirus), tuli konduksi seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral
(sama sekali tidak dapat mendengar), tuli persepsi/afasia sensorik (Terjadi kegagalan
integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu pengertian yang menyeluruh), dan
tuli psikis seperti pada skizofrenia, autisme infantil, keadaan cemas dan reaksi
psikologis lainnya.
Pola bahasa juga akan terpengaruh pada anak dengan gangguan penglliahtan
yang berat, demikian pula dengan anak dengan defisit taktil-kinestetik akan terjadi
gangguan artikulasi.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa
Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interprestasi,
formulasi dan perencanaan bahasa, juga pada aktivitas dan kemampuan intelektual
dari anak.
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental,
misalnya pada sindrom down.
4. Sistem produksi.
Sistem produksi suara seperti laring, faring, hidung, struktur mulut, dan
mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk bicara,
bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasibicara melalui aliran udara lewat
laring, faring, dan rongga mulut.

3. KLAFIKASI DAN GEJALA


Terdapat bermacam-macam klafikasi disfasia, tergantung dari cara mereka
memandang. Kebanyakan sistem klafikasi berdasarkan atas model input-ouput. Beberapa
telah didefinisikan dengan menggunakan tes yang telah distandarisasi. Ada yang
menggunakan model yang didasari pendengaran ada pula yang berdasarkan patofisiologi
terjadinya disfasia.
Klafikasi kelainan bahasa pada anak menurut Rutter (dikutip dari toback C),
berdasarkan atas berat ringannya kelainan bahasa sebagai berikut:
Ringan Keterlambatan akuisisi dari Disfasia
bunyi kata-kata, bahasa
normal
Sedang Keterlambatan lebih berat Disfasia ekspresif
dari akuisisi bunyi kata-kata
dan perkembangan bahasa
terlambat
Berat Keterlambatan lebih berat Disfasia resptif dan tuli
dari akuisisi dan bahasa, persepsi
gangguan pemahaman
bahasa
Sangat berat Gangguan pada seluruh Tuli persepsi dan tuli sentral
kemampuan bahasa

Sedangkan Rappin dan Allen (dikutif dari klein,1991) berdasar patofisiologi, membagi
kelainan bahasa pada anank menjadi 6 subtipe,yaitu:
1. 2 primer ekspresif:
 Disfraksia verbal
 Ganguan definisit produksi fonologi
2. 2 definisit refresif dan ekspresif:
 Ganguan campuran ekspresif-refresif
 Disfasia verbal auditori agnosia
3. 2 definisit bahasa yang lebih berat:
 Gangguan leksikal-sintaksis
 Ganguan sematik-pragmatik

Anak dengan Disfraksi Verbal (afraksia verbal atau gangguan perkembangan


bicara ekspresif) mengerti segala sesuatu yang dikataka padanya, mereka lebih sering
menunjuk daripada bicara. Banyak yang mempunyai riwayat prematur, beberapa
menderita disfraksia oromotor(anak ini mengeluarkan air liur dan mempunyai kesulitan
mengikuti gerakan mulut).jika mereka bicara, lebih banyak menggunakan suara vokal
dengan gangguan pengucapan konsonan. Anak –anak ini setelah dewasa menjadi afemia.
Anak dengan disfraksia verbal kadang –kadang disertai gangguan tingkah laku (autisme).
Rehabilitasi pada anak ini lebih memerlukan terapi wicara yang intensif.
Beberapa anak berbicara dengan kata-kata dan frase yang sulit dimengerti, bahkan
pada orang-orang yang selalu kontak dengannya. Sehingga mereka sering marah dan
frustasi karena merasa bahwa kata-katanya sulit dimengerti oleh orang disekitarnya.
Mereka ini tidak ada gangguan dalam pengertian, tetapi terdapat Gangguan Defisit
Produksi Fonologi.
Anak yang bicaranya sulit dipahami yang juga menunjukan adanya gangguan
pemahaman terhadap apa yang dikatakan padanya, menunjukkan Gangguan Campuran
Ekspresif-Reseptif. Mereka bicara dalam kalimat yang pendek dan banyak dari mereka
yang austik. Setelah dewasa mereka menjadi afasia (afasia Brocca), hanya sedikit yang
diketahui bagaimana hal ini bisa terjadi.
Beberapa anak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya, walaupun
kadang-kadang mereka mengikuti suatu pembicaraan dengan cara lain, misalnya dengan
memperhatikan apa yang dilihatnya. Mereka sangat miskin dalam artikulasi kata-kata.
Mereka ini dinamakan Disfasia Verbal Auditori Agnosia. Mereka ini termasuk afasia
yang didapat, dimana mereka sebelumnya sering kejang dan kehilangan kemampuan
berbicara setelah periode perkembangan bahasa yang normal (sindrom landau kleffner).
Pada EEG anak dengan sindrom ini, akan tampak bitemporal spike. Anak dengan disfasia
jenis ini, memproses suara yang didengarkan di pusat dengar berbeda dengan anak
normal. Stimulasi bahasa akan memperbaiki keadaan, walaupun hasil akhirnya masih
belum pasti.
Anak dengan Gangguan Leksikal-Sintaksis mempunyai kesulitan dalam
menemukan kata-kata yang tepat khususnya saat bercakap-cakap. Mereka tidak gagap
dan menghindar untuk berbicara. Gejalanya seperti orang dewasa dengan afasia
konduksi, dimana mereka akan berhenti bicara sebentar untuk menemukan kata-kata
yang tepat. Anak ini biasanya orang tuanya akan membantu untuk menemukan kata-kata
yang tepat. Anak ini biasanya bicara dengan menggunakan kalimat-kalimat yang pendek
untuk umurnya. Terapi bicara akan membantu melatih anak mencari kata-kata yang tepat
pada saat bicara, tetapi prognosis selanjutnya masih belum banyak diketahui.
Beberapa anak ada yang bicara lancar dan dapat menggunakan kata-kata yang
tepat, tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai satu topik. Mereka tidak mengerti tata
bahasa. Gejalanya mirip gangguan bicara pada anak dengan hidrosefalus dan oleh Rapin
dan Allen disebut Gangguan Sematik Pragmatik. Anak ini pada umumnya menderita
gangguan hubungan sosial dan didiagnosis sebagai gangguan perkembangan perfasif.
Mereka punya sedikit teman sebaya dan tidak pernah mau belajar aturan permainan dan
bicara dari teman sebayanya. Ada baiknya anak ini diajarkan keterampilan berbicara,
bahkan diperlukan psikolog dan ahli terapi tingkah laku.
Aram DM (1987) dan Towne (1983), mengatakan bahwa dicurigai adanya
gangguan perkembangan kemampuan bahasa pada anak, kalau diketemukan gejala-gejala
sebagai berikut:
1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya suara yang
datang dari belakang atau samping.
2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri.
3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata jangan, da-
da, dan sebagainya.
4. Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10 kata tunggal.
5. Pada usia 21 bulan tidak memberi realsi terhadap perintah (misalnya duduk, kemari,
berdiri).
6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh.
7. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 buah
kata.
8. Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata yang sangat
sedikit/tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase.
9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga.
10. Pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat sederhana.
11. Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang
sederhana.
12. Pada usia 36 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh orang diluar keluarganya.
13. Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat, ba
untuk ban, dan lain-lainnya).
14. Setelah usia 4 tahun tidak bisa bicara/gagap.
15. Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan.
16. Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas yang nyata atau
mempunyai suara yang monoton tanpa henti, sangat keras dan tidak dapat
didengar.serta terus menerus memperdangarkan suara yang serak.

4. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pengambilan anmnesis harus mencakup uraian mengenai perkembangan bahasa
anak. Autisme setelah berumur 18 bulan dan bicara yang sulit dimengerti setelah
berumur 3 tahun, paling sering ditemukan. Dokter anak harus curiga bila orang
tua melaporkan bahwa anaknya tidak dapat menggunakan kata-kata yang berarti
pada umur 18 bulan atau belum mengucapkan prase pada umur 2 tahun. Atau
anak memakai bahasa yang singkat untuk menyampaikan maksudnya.
Kecurigaan adanya gangguan tingkah laku perlu dipertimbangkan kalau
dijumpai gangguan bicara dan tingkah laku yang bersamaan. Kesulitan tidur dan
makan sering dieluhkan orangtua pada awal gangguan autisme. Pertanyaan
bagaimana anak bermain dengan temannya dapat membantu mengungkap tabir
tingkah laku. Anak dengan autisme lebih senang bermain dengan huruf balok atau
megnetik dalam waktu yang lama. Mereka dapat saja bermain dengan anak
sebaya, tetapi dalam waktu singkat menarik diri.

2. Instrumen Penyaring
Selain anamnesis yang teliti, disarankan digunakan insrumen penyaring untuk
menilai gangguan perkembangan bahasa. Misalnya Early Language Milestone
Scale (Coplan dan Gleason), atau DDST (pada Denver II penilaian pada sektor
bahasa lebih banyak daripada DDST yang lama) atau Resptive- Expresive
Emergent Language Scale. Early Language Milestone Scale cukup sensitif dan
sfesifik untuk mengidentifikasikan gangguan bicara pada anak kurang dari 3
tahun.

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari
gangguan bahasa. Apakah ada mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang
berulang, sindrom William (fasien Elvin, perawakan pendek, kelainan jantung,
langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain.
Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan
gerakan mengunyah, menjulurkan lidah dan menggulung suku kata PA, TA, PA-
TA, PA-TA-KA. Gangguan oromotor terdapat pada verbal apraksia.

4. Pengamatan Saat Bermain


Mengamati saat anak bermain dengan alat permainan yang sesuai dengan
umurnya, sangat membantu dalam mengidentifikasi gangguan tingkah laku.
Idealnya pemeriksa juga bermain dengan anak tersebut dan kemudian mengamati
orang tuanya saat bermain dengan anaknya. Tetapi ini tidak praktis dilakukan
pada ruangan ruangan yang ramai. Pengamatan anak saat bermain sendiri, selama
pengambilan anamnesia dengan orang tuanya, lebih muda pemeriksaan. Anak
yang memperlakukan mainannya sebagai objek saja atau hanya sebagai satu titik
pusat perhatian saja, dapat merupakan petunjuk adanya kelainan tingkah laku.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Semua anak dengan gangguan bahasa harus dilakukan tes pendengaran. Jika anak
tidak kooperatif terhadap audiogram atau hasilnya mencurigakan maka perlu
dilakukan pemeriksaan “auditory brainstem response”.
Pemeriksaan laboratorim lainnya dimaksudkan untuk membuat diagnosis
banding. Bila terdapat gangguan pertumbuhan, mikrosefali, terdapat gejala-gejala
dari suatu sindrom perlu dilakukan CT-scan atau MRI, untuk mengetahui adanya
malformasi. Pada anak laki-laki dengan autismedan perkembangan yang sangat
lambat, skrining kromosom untuk fragil-X mungkin diperlukan. Skrining terhadap
penyakit-penyakit metabolik baru dilakukan kalau terdapat kecurigaan ke arah itu,
karena pemeriksaan ini sangat mahal.

6. Konsultasi
Pemeriksaan dari psikologi/neuropisikiater anak diperlukan jika ada gangguan
bahasa dan tingkah laku. Pemeriksaan ini meliputi riwayat dan tes bahasa,
kemampuan kognitif dan tingkah laku. Tes intelegesia dapat dipakai sebagai
perbandingan fungsi kognitif anak tersebut. Masalah tingkah laku dapat diperiksa
lebih lanjut dengan menggunakan instrumen seperti Vineland Social daptive Scale
Revised, Child Behavior Checklist, atau Chilhood Autism Rating Scale.
Konsultasi ke psikiater anak dilakukan bila ada gangguan tingkah laku yang berat.
Ahli patologi wicara akan mengevaluasi cara pengobatan anak dengan
gangguan tinkah bicara. Anak akan diperiksa apakah ada masalah anatomi yang
mempengaruhi produksi suara.

PENATALAKSANAAN

Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada anak, akan membantu
anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan pada masa sekolah
(lihat tabel 18.4).
PROGNOSIS

Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Dengan


perbaikan masalah medis seprti tuli konduksi dapat menghasilkan perkembangan bahasa
yang normal pada anak yang tidak retardasi mental. Sedangkan perkembangan bahasa
dan kognitif pada anak dengan gangguan pendengaran sensoris bervariasi. Dikataka anak
dengan gangguan fonologi biasanya frognosisnya lebih baik. Sedangkan gangguan bicara
pada anak yang intelegesinya normal perkembangannya bahasanya lebih baik daripada
anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan gangguan yang multipe, terutama
dengan ganggua pemahaman, gangguan bicara ekspresif, atau kemampuan naratif yang
tidak berkembang pada usia 4 tahun, mempunyai gangguan bahasa yang menetap pada
umur 5,5 tahun.
Tabel 18.4: Penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa (Blager BF, 1981)
Masalah Penatalaksanaan Rujukan
1. Lingkungan
a. Sos.eko rendah a. Meningkatkan stimulasi a. Kelompok BKB (bina
b. Tekanan keluarga b. Mengurangi tekanan keluarga dan balita)
c. Keluarga bisu c. Meningkatkan stimulasi atau kelompok bermain
d. Bahasa bilingual d. Menyederhanakan b. Konseling keluarga
masukan bahasa c. Kelompok
BKB/bermain
d. Ahli terapi wicara

2. Emosi
a. Ibu yang tertekan a. Meningkatkan stimulasi a. Konseling, kelompok
b. Gangguan serius pada b. Mengstabilkan lingkunga BKB/bermain
keluarga emosi b. Psikoterapi
c. Gangguan serius c. Meningkatkan status c. Psikoterapi
emosi anak
3. Masalah pendengaran
a. Kongenital a. Monitor dan obati kalau a. Audiologist/Ahli THT
memungkinkan
b. Didapat b. Monitor dan obati kalau b. Audiologist/Ahli THT
mungkin

4. Perkembangan lambat
a. Dibawah rata-rata a. Tingkat stimulasi a. Ahli terapi wicara
b. Perkembangan b. Tingkat stimulasi b. Ahli terapi wicara
terlambat
c. Retardasi mental c. Maksimalkan potensi c. Program khusus
5. Cacat bawaan
a. Palatum Sumbing a. Monitor dan dioperasi a. Ahli terapi setelah
b. Sindrom Down b. Monitor dan stimulasi operasi
b. Rujuk ke ahli terapi
wicara, SLB-C, monitor
pendengarannya

6. Kerusakan otak
a. Kerusakan a. Mengatasi masalah a. Rujuk ke ahli terapi
neuromuskular makan dan kerja, ahli gizi, ahli
meningkatkan patologi wicara
kemampuan bicara anak
b. Sensorimotor b. Mengatasi masalah b. Rujuk ke ahli terapi
makan dan kerja, ahli gizi, ahli
meningkatkan terapi wicara
kemampuan bicara anak
c. Palsi serebralis c. Mengoptimalkan c. Rujuk ke ahli
kemampuan fisik rehabilitasi, ahli terapi
kognitif dan bicara anak wicara
d. Masalah persepsi d. Mengatasi masalah d. Rujuk ke ahli patologi
keterlambatan bicara wicara, kelompok BKB
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA DAN BAHASA
Pengkajian
Karakteristik perkembangan utama bahasa dan bicara
Usia Perkembangan bahasa Perkembangan bicara normal Kejelasan
( Tahun ) normal
1 Mengatakan dua sampai tiga Mengabaikan hampir semua Biasanya tidak lebih dari
kata-kata dengan arti, konsonan akhir dan beberapa 25% kejelasan untuk
Meniru bunyi-bunyi konsonan awal pendengar yang tidak
binatang. Mengganti konsonan dikenal
“m”,”w”,”p”,”b”,”k”,”g”, Ketinggian bahasa
”n”,”t”,”d”dan “h’ dengan tertentu yang tidak
bunyi-bunyi yang lebih sulit. jelas pada usia 18
bulan
2 Menggunakan frase dua Menggunakan konsonan diatas Pada usia 2 tahun,
atau tiga kata dengan huruf hidup, tetapi kejelasan 50% dalam
Mempunyai perbendaharaan secara tidak konsisten dan konteks
kata kira-kira 300 kata dengan banyak penggantian
Menggunakan ‘saya’, Pengabaian konsonan akhir
‘aku’,’kamu’ Keterlambatan artikulasi
dibelakang p’bendaharaan kata
3 Mengatakan empat sampai Menguasai ‘b’,’t’,’d’,’k’ dan ‘g’; Pada usia 3 tahun,
kalimat lima kata bunyi ‘r’ dan ‘L’ mungkin kejelasan 75%
Mempunyai perbendaharaan masih tidak jelas, mengabaikan
kata kira-kira 900 kata atau menambahkan ‘w’
Menggunakan ‘siapa’, ’apa’, Pengulangan dan keragu-raguan
dan ‘dimana’ dalam umum terjadi.
mengajukan pertanyaan
Menggunakan kata
majemuk, kata ganti, dan
preposisi
4–5 Mempunyai perbendaharaan Menguasai “f” dan “v”; mungkin Bicara jelas 100%,
kata 1500 sampai 2100 masih tidak jelas “r”, “l”; “s”, meskipun beberapa
kata “z”, “ch”,”y” dan “th” bunyi masih tidak
Mampu menggunakan Sedikit atau tidak ada pengabaian sempurna
bentuk gramatik dengan dari konsonan awal atau akhir
benar seperti kalimat
masa lampau dari kata
kerja “kemarin”
Menggunakan kalimat
lengkap dengan kata
benda, kata kerja,
preposisi, kata sifat,kata
keterangan dan
penghubung
5-6 Mempunyai perbendaharaan Menguasai “r’, “l” dan “th”; pada
kata 3000 kata, “s”, “z”, “sh”, dan “j” (biasanya
memahami dikuasai pd usia 7 ½ tahun
“jika”,”karena” dan sampai 8 tahun)
“mengapa”
Pengkajian kerusakan komunikasi
Pertanyaan kunci untuk gangguan bahasa
1. Berapa usia anak anda saat mulai mengucapkan kata-kata pertamanya?
2. Berapa usia anak anda saat mulai menempatkan kata-kata didalam kalimat?
3. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari kata baru?
4. Apakah anak anda mengabaikan kata-kata dari kalimat (mis; apakah kalimat tersebut
berbunyi seperti telegrafik?) atau menggunakan kalimat singkat atau tidak lengkap?
5. Apakah anak anda mempunyai masalah dengan tata bahasa seperti tata kerja?
6. Dapatkah anak anda mengikuti dua sampai tiga petunjuk yang diberikan sekaligus?
7. Apakah anda harus mengulang petunjuk atau pertanyaan?
8. Apakah anak anda berespons dengan tepat terhadap pertanyaan?
9. Apakah anak anda mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan siapa, apa, dimana,
dan mengapa?
10. Apakah hal itu bahwa anak anda telah membuat sedikit atau tidak ada kemajuan
dalam bicara dan bahasa dalam 6 sampai 12 bulan yang lalu?

Pertanyaan kunci untuk kerusakan bicara


1. Apakah anak anda pernah gagap atau mengulang bunyi atau kata-kata?
2. Apakah anak anda kelihatan cemas atau frustasi bila mencoba untuk mengekspresikan
ide?
3. Pernahkah anda memperhatikan perilaku anak anda seperti mengedipkan mata,
menegakkan kepala, atau berusaha untuk mengungkapkan pikiran dengan kata-kata
yang berbeda bila ia gagap?
4. Apakah yang anda lakukan bila hal ini terjadi?
5. Apakah anak anda mengabaikan bunyi dari kata-kata?
6. Apakah hal tersebut tampak seperti anak anda menggunakan t, d, k, atau g ditempat
hampir semua konsonan yang lain?
7. Apakah anak anda mengabaikan bunyi dari kata-kata atau menambahkan konsonan
yang benar dengan konsonan lain (seperti rabbit dengan wabbit)
8. Apakah anda mengalami kesulitan dalam memahami bicara anaka anda?
9. Adakah orang lain yang pernah menunjukkan tentang adanya kesulitan dalam
memahami anak anda?
10. Adakah perubahan terbaru dalam bunyi suara anak anda?

Petunjuk untuk mendeteksi kerusakan komunikasi


Ketidakmampuan bahasa
Memberikan arti pada kata-kata
 Kata pertama tidak diucapkan sebelum tiga tahun
 Ukuran perbendaharaan kata berkurang sesuai usia atau gagal menunjukkan
peningkatan
 Kesulitan dalam menggambarkan karakteristik objek, meskipun mungkin mampu
menyebutkan namanya
 Jarang menggunakan kata ganti (sifat, keterangan)
 Terlalu banyak menggunakan jargon 18 bulan terakhir

Mengatur kata-kata ke dalam kalimat


 Kalimat pertama tidak diucapkan sebelum tiga tahun
 Kalimat pendek dan tidak lengkap
 Kecenderungan untuk mengabaikan kata-kata (artikel, preposisi)
 Kesalahan penggunaan bentuk kata kerja
 Kesulitan memahami dan menghasilkan pertanyaan
 Masa stabil pada tingkat perkembangan awal; menggunakan pola bicara yang mudah

Mengubah bentuk kata-kata


 Menghilangkan akhir untuk kalimat majemuk dan keterangan waktu
 Penggunaan akhir kalimat majemuk dan keterangan waktu yang tidak tepat
 Ketidakakuratan penggunaan kata-kata kepemilikan

Kerusakan bicara
Ketidakfasihan (gagap)
 Pengulangan bunyi, kata-kata, atau frase yang dapat terlihat setelah usia 4 tahun
 Frustasi bila berusaha untuk berkomunikasi
 Menunjukkan perilaku berjuang saat berbicara (kepala tegak, mata berkedip,
mencoba terus, atau pemakaian kata terlalu banyak dan tidak perlu)
 Malu tentang bicaranya sendiri

Defisiensi artikulasi
 Kejelasan dari bicara percakapan tidak ada pada usia 3 tahun
 Penghilangan konsonan di awal kata pada usia 3 tahun dan di akhir kata pada usia 4
tahun
 Kesalahan artikulasi yangmenetap setelah usia 7 tahun
 Pengabaian bunyi dimana salah satu harus terjadi
 Distorsi bunyi
 Penambahan bunyi an yang tidak tepat pada bunyi yang benar

Gangguan suara
 Deviasi pada nada (terlaku tinggi atau terlalu rendah, khususnya untuk usia jenis
kelamin); monoton
 Deviasi dalam kekerasan suara
 Deviasi dalam kualitas (hipernasalitas atau hiponasalitas)

Pedoman Rujukan Mengenai Kerusakan Komunikasi


Usia Temuan Pengkajian
2 tahun Gagal untuk berbicara kata-kata bermakna secara spontan
Penggunaan sikap tubuh yang konsisten bukan vokalisasi
Kesulitan dalam mengikuti petunjuk verbal
Gagal untuk berespon secara konsisten terhadap bunyi

3 tahun Bicara sangat tidak jelas


Gagal untuk menggunakan kalimat dari tiga kata-kata/ lebih
Sering mengabaikan konsonan awal
Penggunaan huruf hidup bukan konsonan

5 tahun Gagap atau jenis ketidakfasihan yang lain


Struktur kalimat secara nyata terganggu
Mengganti suara-suara yang mudah dihasilkan dengan bunyi-
bunyi yang sulit
Menghilangkan ujung kata (jamak, kalimat kerja dsb)

Usia sekolah Kualitas suara buruk (monoton, keras/ hampir tidak terdengar)
Nada suara tidak jelas untuk usianya
Adanya distorsi, pengabaian, atau penambahan bunyi setelah usia
7 tahun
Bicara yang berhubungan dicirikan dengan penggunaan konfusi
yang tidak biasa atau kebalikan

Umum Ada anak dengan tanda-tanda yang menunjukkan kerusakan


pendengaran
Ada anak yang malu atau terganggu oleh bicaranya sendiri
Orangtua yang perhatiannya terlalu berlebihan atau yang terlalu
menekan anak untuk bicara pada tingkat diatas usia yang
seharusnya.
Denver Articulation Screening Examination
The Denver Articulation Screening Examination (DASE) (Gbr.1-59) dirancang untuk
secara nyata membedakan antara keterlamabatan perkembangan yang signifikan dan
variasi normal dalam kemahiran bunyi bicara pada anak dari 2 ½ sampai 6 tahun.
Pemeriksaan ini menggunakan metode imitatifuntuk mengkaji bunyi suara. Pedoman
umum mencakup hal berikut:
1. Katakan pada anak untuk mengulangi kata, seperti car, beri beberapa contoh pada
anak untuk memastikan pemahaman. Dimulai dengan kata pertama tabel, minta anak
mengulang seluruh 22 kata setelah anda. Nilai pengucapan anak pada bunyi
digarisbawahi atau campurkan dalam setiap kata. (Ada 30 elemen bunyi artikulasi
untuk pengujian).
2. Bila anak merasa malu atau sulit untuk diuji, gunakan gambar garis sederhana untuk
menggambarkan setiap kata.
3. untuk menentukan hasil tes, cocokan skor kasar (angka dari bunyi yang benar)
dengan kolom yang menunjukkan usia anak. Anak dianggap menjadi usia sebelumnya
yang paling dekat seperti yang ditunjukkan pada grafik barisan persentil. Barisan
persentil anak adalah pada titik dimana garis dan kolom bertemu. Persentil diatas
garis tebal adalah abnormal dan dibawahnya adalah normal.
4. Nilai bicara spontan anak dalam istilah kejelasan:
a. Mudah untuk dipahami
b. Tidak dapat dipahami setengah waktu
c. Tidak dapat dipahami
d. Tidak dapat dievaluasi (bila anak tidak bicara dalam kalimat atau frase selama
wawancara)
5. Nilai hasil total tes anak sebagai berikut:
a. Normal, normal pada DASE dan kejelasan
b. Abnormal, abnormal pada DASE dan/atau kejelasan
6. Uji ulang anak dengan hasil yang abnormal dalam 2 minggu

Anda mungkin juga menyukai