Anda di halaman 1dari 25

“””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””’SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN HALUSINASI


DI RUANG POLI JIWA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAIFUL ANWAR
MALANG

Oleh:
Tim PKRS RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

TAHUN 2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN HALUSINASI
DI RUANG POLI JIWA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAIFUL ANWAR
MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Jiwa

Oleh:
KELOMPOK 2
Renny Revita P A
Taramita Purbandari
Ni Putu Ika Purnamawati
Resty Dewi A
Tri Heru S

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan yang berjudul “Peran Keluarga Dalam Merawat Pasien
Halusinasi”
di Ruang Poli Jiwa RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang akan dilaksanakan pada hari
KAMIS tanggal 2 November 2017 yang disusun oleh:

KELOMPOK 2
Renny Revita P A
Taramita Purbandari
Ni Putu Ika P
Resty Dewi A
Tri Heru S
Telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Mengetahui,
Kepala Ruangan Poli Jiwa RSSA
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


“PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN HALUSINASI”
di Ruang Poli Jiwa RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Ka Instalasi IRJ Koordinator Medis

dr. I Wayan Agung Indrawan, SpOG (k) dr. Ratri, Sp.KJ


NIP 197103232006041019 NIP 198605162011012012
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kesehatan Jiwa masyarakat (community mental health) telahmenjadi bagian
masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapisemua negara.Salah satu
pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak modernisasi
dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahan dan kemajuan
teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung namun
akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi
keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam UU No.23 tahun 1992
tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera
yang meliputi fisik,mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan.Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari
gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia, ada keserasian
antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar
kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari. Penyakit mental,
disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, atau gangguan jiwa, adalah gangguan
yang mengenai satu atau lebih fungsi mental. Penyakit mental adalah gangguan otak
yang ditandai oleh terganggunya emosi proses berpikir, perilaku, dan persepsi
(penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan
bagi penderita(dan keluarganya).
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) pasca indera tanpa a danya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan dimana terjadi
pada saat kesadaran individu itu penuh / baik. Halusinasi merupakan bentuk yang paling
sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang
bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam
bentuk kalimat yang agak sempurna. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara
dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar
atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya
bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap
tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya
bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain. Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi
secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia,
Depresi, Delirium dan kondisiyang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan
substansi lingkungan.Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa
ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi (Wardani dkk, 2012).
Lingkungan terdekat pasien adalah keluarga. Orang yang paling sering beribteraksi
dengan pasien adalah keluarga. Keluarga memiliki peran pentig dalam proses
penyembuhan pasien seperti memberikan nasihat dan pengarahan kepada klien,
menyiapkan obat dan pengawasan minum obat, dan memberikan pujian kepada kllien
(Wardani dkk, 2012). Berdasarkan hal tersebut maka kami akan menyelenggarakan
penyuluhan kepada anggota keluarga pasien dan pasien gangguan psikis dengan topik
“ Peran Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi”.

2. TUJUAN
2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan keluarga dan pasien mampu mengetahui peran
keluarga dalam merawat pasien halusinasi. Selama 60 menit, pasien dan keluarga
di ruang poli jiwa memahami tentang materi yang disampaikan.
2.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan keluarga pasien dapat:
a. Memahami pengertian halusinasi
b. Memahami tanda gejala halusinasi
c. Memahami rentang respon halusinasi
d. Memahami tahapan halusinasi
e. Memahami penatalaksanaan medis pasien dengan halusinasi
f. Memahami peran keluarga dalam merawat pasien halusinasi
g. Memahami cara berhenti obat dengan aman

3. MANFAAT
Penyuluhan ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi pada pasien dan
keluarga tentang pengertian halusinasi, peran keluarga dan penatalaksanaan
halusinasi.
BAB II
LANDASAN TEORI

MATERI PENYULUHAN

PENGERTIAN HALUSINASI

 Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2003). Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar.
Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui pancaindera tanpa
stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien
mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal
dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien.
 Halusinasi adalah perubahan persepsi sensori : keadaan dimana individu atau
kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah,
pola atau interpretasi stimulus yang datang.(Carpenito,2000)
 Halusinasi merupakan gangguan sensori persepsi di mana terjadi jika seseorang
merasakan sensori persepsi yang salah tentang sesuatu, atau merasakan suatu
pengalaman yang sebenarnya tidak terjadi tetapi dianggap terjadi (Videbeck,
2004).

TAHAPAN HALUSINASI
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart Lardia (2001)
dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda yaitu :
a. Fase I
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Disini kliuen tyersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam
dan asyik sendiri. Jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran
dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.
b. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsi. Disini terjadi penin gkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital. Asyik dengan
pengalaman sensori danb kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi dengan realita. Ansietas meningkat dan berhubungan dengan
pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada tingkat listening
pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan
sensori dan halusionasinya dapat berupa bisikan yang jelas, klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
c. Fase III
Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah
pada halusinasi tersebut. Disini klien sukar berhubungan dengan orang lain
dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi
lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasi
tersebut memberi kesenangan dan rasa aman sementara.

d. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancamjika klien mengikuti perintah
halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang. Kondisi klien sangat membahayakan. Klien
tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung
secara singkat atau bahkan selamanya.

LEVEL OF INTENSITY OF HALUSINATIONS (Stuart & Sundeen, 1998)


Level Characteristic Observable Patien behaviora
I : comporting Non psikotik Tersenyum / tertawa sendiri,
Cemas sedang Merasa cemas, bicara tanpa suara, pergerakan
Halusinasi kesepian, bersedih, mata cepat, bicara pelan, diam
merupakan sehingga mencoba dan asyik sendiri.
kesenangan berfikir hal-hal yang
menyenangkan
Halusinasi masih dapat
dikontrol
II : comdemning Non psikotik Peningkatan aktivitas saraf
Cemas berat Pengalaman sensori otonom : peningkatan TTV
Halusinasi menjadi menjadi menakutkan, Perhatian terhadap lingkungan
repulsif klien merasa hilang menyempit dan tidak dapat
kontrol dan merasa membedakan halusinasi
dilecehkan oleh dengan realita
pengalaman sensori
tersebut serta menarik
diri dari orang lain.
III : controlling Psikotik Mengikuti perintah
Cemas berat Klien menyerah halusinasinya
Halusinasi tidak terhadap halusinasinya Sulit berhubungan dengan
dapat ditolak Halusinasi menjadi orang lain
lebih mengancam dan Perhatian terhadap lingkungan
klien merasa hanya beberapa detik / menit
kehilangan jika Gejala fisik cemas berat seperti
halusinasinya berakhir berkeringat, tremor, tidak dapat
mengikuti perintah.
IV : conquering Psikotik Perilaku panik
Panik Pengalaman sensori Resti mencederai diri sendiri /
Klien dikuasai oleh menjadi menakutkan orang lain
halusinasi dan mengancam jika Aktivitas menggambarkan isi
klien tidak mengikuti halusinasi seperti perilaku
perintahnya kekerasan, gelisah, isolasi
sosial, atau katatonia
Halusinasi dapat
bertahan berjam-jam /
berhari-hari jika tidak
segera di intervensi

RENTANG RESPON (Stuart dan Lardia, 2001)

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

 Pikiran Logis  Pikiran kadang  Kelainan pikiran /


 Persepsi akurat menyimpang delusi
 Emosi konsisten  Ilusi  Halusinasi
dengan pengalaman  Reaksi emosional  Ketidakmampuan
 Perilaku sesuai berlenihan atau kurang untuk mengalami
 Hubungan sosial  Perilaku ganjil atau tak emosi
lazim  Ketidakteraturan
 Menarik diri  Isolasi sosial
 Pikiran logis yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren
 Persepsi akurat yaitu proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang
ada didalam maupun diluar dirinya
 Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu manifestasi perasaan yang konsisten
atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung
tidak lama.
 Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang
berlaku
 Hubungan sosial harmonis : hubungan yang dinamis menyangkut hubungan
antar individu dalam bentuk kerjasama
 Proses pikir kadang terganggu (ilusi) : manifestasi dari persepsi impuls eksternal
melalui alat panca indera yang memproduksi gambaran sensorik pada area
tertentu di otak, kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
 Emosi belebihan atau kurang : manifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan
atau kurang
 Perilaku tidak sesuai atau biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya
umum yang berlaku
 Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya
umum yang berlaku
 Menarik diri : percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain
Halusinasi merupakan respon persepsi yang paling maladaptif. Jika klien
sehat, persepsinya akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera, sedangkan
klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun
sebenarnya stimulus tidak ada.

PENYEBAB HALUSINASI
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Pada tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang
berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal, bila dalam pencapaian
tugas perkembangan tersebut mengalami gangguan akan menyebabkan
seseorang berperilaku menarik diri, serta lebih rentan terhadap stres.
b. Faktor biologik
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologist yang mal
adaptif yang baru di mulai di pahami,ini termasuk hal hal sebagai berikut
:Penilaian pencitraan otak sudah mulai menunjukan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia: lesi pada area frontal temporal
dan limbic paling berhubungan dengan perilaku psikotik,beberapa kimia otak
dikaitkan dengan gejala skizofrenia antara lain : dopain, neurotransmitter dan
lain lain.
c. Faktor sosiokultural.
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi (unwanted
child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya kepada
lingkungannya.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mass depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua yang
mengalami skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Yang berasal dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain, stressor
juga bisa menjadi salah satu penyebabnya.
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon nurobiologik yang mal
adaptis termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
proses informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara efektif menanggapi
rangsangan
b. Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menetapkan terjadinya
gangguan perilaku.
c. Perilaku
respon klien terhadap halusinasi dapat berupa kecurigaan, merasa tidak
nyaman, gelisah, bingung, dan tidak dapat membedakan keadaan nyata dan
tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 menyebutkan bahwa
hakikat keberadaan seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas
dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual seehingga dapat dilihat dari 5
dimensi yaitu :
 dimensi fisik
 dimensi emosional
 dimensi intelektual
 dimensi sosial
 dimensi spiritual

TANDA DAN GEJALA HALUSINASI


1. Menurut Mary C. Townsend, 1998
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium dan merasa
sesuatu tidak nyata.
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
d. Tidak dapat membedaka hal nyata dan tidak nyata.
e. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
f. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
g. Sikap curiga.
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan, ketakutan.
j. Tidak mampu melakukan asuhan mandiri.
k. Mudah tersinggung dan menyalahkan diri sendiri dan orang lain.
l. Muka merah dan kadang pucat.
m. Ekspresi wajah tenang.
n. Tekanan Darah meningkat, Nadi cepat dan banyak keringat.
2. Karakteristik halusinasi menurut (Stuart and Laraia, 2003)
Jenis Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Mendengar suara-suara/kebisingan, paling sering suara
kata yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat
membahayakan.
Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar
giometris, gambar karton dan atau panaroma yang luas
dan komplek. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan/ sesuatu yang menakutkan seperti
monster.
Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine, feses
umumnya bau-bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat stroke, tumor,
kejang/dernentia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, feses
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain
Kinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divera
(arteri), pencernaan makanan
Klinestetik Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri

PENATALAKSANAAN MEDIS :

1) Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah therapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk
menghilangkan gejala gangguan jiwa, adapun yang tergolong dalam
pengobatan psikofarmaka adalah :
a. Clopromazine (CPZ)
Indikasinya untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realita, kesadaran diri terganggu, daya ingat normal,
sosial dan titik terganggu berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari,
tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mekanisme kerjanya adalah memblokade dopamine pada reseptor
sinap diotak khususnya system ekstra pyramida.
Efek sampingnya adalah gangguan otonomi, mulut kering, kesulitan
dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung.
Kontra indikasinya penyakit hati, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit sistem syaraf pusat, gangguan kesadaran.
b. Thrihexyfenidil (THP)
Indikasinya adalah segala penyakit parkinson, termasuk pasca
ensefalitis dan idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya reserfina
dan senoliazyne.
Mekanisme kerja : sinergis dan kinidine, obat anti depresan trisiclin dan
anti kolinergik lainnya.
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, konstipasi, takikardi dilatasi, ginjeksial letensi urin.
Kontra indikasi : hipersensitif terhadap trihexyphenidil, glukoma sudut
sempit, psikosis berat, psikoneurosis, hipertropi prostase dan obstruksi
saluran cerna.
c. Halloperidol (HLP)
Indikasinya : berbahaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Mekanisme kerja : obat anti psikosis dalam memblokade dopamine
pada reseptor pasca sinoptik neuron di otak, khususnya system limbic dan
system ekstra pyramidal
Efek samping : sedasi dan inhabisi psimotor gangguan otonomik yaitu
mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung.
Kontra indikasi : penyakit hati, epilepsy, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit system saraf pusat, gangguan kesadaran. .

d. Clozapine
Indikasi : Clozapine digunakan dalam perawatan, kontrol, pencegahan, &
perbaikan penyakit, kondisi dan gejala berikut ini:
 pengobatan skizofrenia tahan
 gangguan psikotik
 pengurangan risiko perilaku bunuh diri berulang pada pasien skizofrenia
Efek samping : sedasi, takikardia, sembelit, pusing, hipotensi, demam

e. Fluoxetine
Fluoxetine adalah obat yang digunakan untuk mengatasi beberapa
gangguan psikologi, seperti depresi, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan
bulimia nervosa.
Fluoxetine bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas dan sirkulasi suatu
zat kimia di dalam otak yang disebut dengan serotonin. Dengan meningkatnya
kadar serotonin, maka keseimbangan kimia di dalam otak berubah dan gejala
ketiga gangguan psikologi tersebut dapat teratasi
Efek samping perubahan pada indera pengecap mulut kering, nafsu makan
berkurang, sulit tidur, libido menurun, jantung berdebar, lelah, sakit kepala
f. Risperidone
Risperidone adalah obat yang digunakan untuk menangani skizofrenia dan
gangguan psikosis lain, serta perilaku agresif dan disruptif yang membahayakan
pasien maupun orang lain. Antipsikotik ini bekerja dengan menstabilkan senyawa
alami otak yang mengendalikan pola pikir, perasaan, dan perilaku.
Efek samping : pusing., mengantuk., pandangan kabur, gangguan
pencernaan, gemetar atau gelisah., sulit tidur, emosi yang tidak stabil, detak jantung
yang cepat, kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah

PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN HALUSINASI


Menurut penelitian Nurdiana (2007) ditemukan bahwa salah satu faktor penyebab
terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia khususnya halusinasi adalah kurangnya
peran serta keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita
penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak tahu
cara menangani penderita halusinasi di rumah.
Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita, dan merupakan perawat
utama bagi penderita. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawatan yang
diperlukan penderita di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika
tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan penderita harus di rawat
kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan
meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita sehingga kemampuan kambuh
dapat dicegah.
Adapun prinsip dalam merawat anggota keluarga dengan halusinasi adalah
sebagai berikut :

1. Menciptakan lingkungan yang nyaman


 Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di
pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Di ruangan itu
hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
 Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan (jika sendiri), isi dan
frekwensi.
2. Meningkatkan Kontak Dengan Realita.
 Bicara tentang topik yang nyata tidak mengikuti halusinasi.
 Bicara dengan klien secara sering dan singkat
 Buat jadwal kegiatan sehari-hari untuk menghindari kesendirian.
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukan diri
melakukan aktivitas yang teratur.Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan
halusinasi.oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktifitas
secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam.tahapan intervensi perawat
dalam memberikan aktivitas yang terjadwal,
 Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi.
3. Bantu Menurunkan Kecemasan dan Ketakutan.
 Temani, cegah isolasi dan menarik diri.
 Terima halusinasi klien tanpa mendukung dan menyalahkan. Misalnya: “Saya
percaya anda mendengar tetapi saya sendiri tidak dengar”.
 Beri kesempatan untuk mengungkapkan.
 Tetap hangat, empati, kalem dan lemah lembut.
4. Mencegah Klien Melukai Diri Sendiri dan Orang Lain.
 Lakukan perlindungan.
 Kontak yang sering secara personal atau bercakap-cakap
Bercakap- cakap dengan orang lain dapat membantu mengotrol
halusinasi.Ketika pasien bercakap- cakap dengan orang lain, terjadi distraksi;
fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain
 Tingkatkan Harga diri.
5. Keluarga harus menemani dan membimbing anggota keluarga dengan halusinasi
saat minum obat
 Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi.Pasien juga harus dilatih
untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi dokter.Pasien
gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga
pasien mengalami kekambuhan.Jka kekambuhan terjadi,untuk mencapai kondisi
seperti semula akan membutuhkan waktu.oleh karena itu, pasien harus dilatih
minum obat sesuai program dan berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat
dilakukan perawat agar pasien patuh minum obat

Cara Berhenti Mengkonsumsi Obat Psikiatri dengan Aman

Penggunaan obat antipsikiatri apa saja, baik itu antidepresan, obat tidur,
antipsikotik, maupun obat ADHD bukanlah suatu hal yang permanen. Dokter sering kali
hanya meresepkan obat-obatan tersebut dalam jangka waktu tertentu untuk mengatasi
masalah konsentrasi, gangguan tidur, dan gangguan dalam kualitas hidup lain yang
dialami oleh pasien. Namun dalam beberapa kasus, pasien pengguna obat psikiatri
mengalami efek samping yang mengakibatkan masalah dan gangguan kualitas hidup
yang lebih berat dibandingkan penyakit itu sendiri. Obat-obatan seperti ini sering kali
menyebabkan "gejala diskontinuasi" yang dapat dihindari atau diringankan dengan
proses penyapihan secara bertahap, bukan secara mendadak. Artikel ini akan
menunjukkan cara menghentikan penggunaan obat psikiatri dengan aman. Perlu
diperhatikan bahwa sebelum menghentikan obat psikiatri, Anda harus berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter.

1. Berkonsultasi dengan Dokter Pemberi Resep


a. Kenali obat yang Anda gunakan. Tanyakan kepada dokter obat psikiatri apa
yang Anda gunakan dan seberapa lama waktu paruhnya sebelum memulai
menghentikan penggunaannya. Semakin pendek waktu paruh obat (lama waktu
yang diperlukan tubuh untuk memetabolismenya), semakin lambat proses
penyapihannya. Peralihan dosis obat dari tinggi ke rendah akan lebih sulit pada
obat dengan waktu paruh pendek. Jadi, tanyakan pilihan obat sejenis dengan
waktu paruh yang panjang kepada dokter karena dapat membuat proses
penghentian penggunaannya lebih lancar bagi Anda. Sebagai contoh, jika Anda
menggunakan Klonopin, mintalah dokter menggantinya dengan Valium dan
jelaskan alasannya. Meskipun demikian, dokter mungkin lebih mengetahui
pilihan yang terbaik. Jadi sebaiknya, tetap ikuti anjuran dokter jika ia tidak
menyetujui pertimbangan Anda.
b. Tanyakan kepada dokter apakah kebutuhan terapi Anda terpenuhi. Jika
demikian, tanyakan kepada dokter apakah menghentikan penggunaan obat
akan lebih bermanfaat bagi Anda daripada meneruskannya. Jika pilihan yang
terbaik bagi Anda adalah menghentikan penggunaan obat, dokter akan
menjelaskan cara yang aman untuk melakukannya.
c. Tanyakan apakah Anda boleh membagi tablet obat menjadi dua. Cari tahu
apakah tablet obat yang Anda gunakan boleh dibagi menjadi dua tanpa
mengganggu efeknya. Sebagian tablet obat diformulasikan lepas lambat,
sementara tablet lainnya tidak. Sediaan kapsul dan tablet lepas lambat tidak
boleh dibagi, tetapi tablet lainnya boleh dibagi menjadi dua. Setelah itu, gunakan
obat yang telah dibagi menjadi dua untuk "mengurangi" dosisnya. Selanjutnya,
bagi tablet menjadi empat setelah menggunakan separuh tablet obat sesuai
waktu yang dianjurkan dokter.
d. Coba gunakan dosis yang lebih rendah. Tanyakan kepada dokter apakah
sediaan obat dalam dosis yang lebih rendah tersedia untuk menghentikan
penggunaannya. Sebagian tablet dan kapsul dosis tinggi dapat dikurangi
dosisnya hanya dengan meresepkan obat dalam dosis yang lebih rendah.
2. Melindungi Diri Sendiri
a. Patuhi anjuran dokter. Anda harus mengikuti rencana dokter dalam
menghentikan penggunaan obat secara saksama. Jika Anda melenceng dari
rencana dokter, sekalipun sedikit saja, hal ini bisa berdampak negatif terhadap
kesehatan Anda dan keamanan penghentian penggunaan obat psikiatri. Untuk
memastikannya, buatlah jadwal dalam kalender pribadi berisi apa dan kapan
Anda harus melakukan sesuatu. Mintalah anggota keluarga atau teman yang
Anda percaya untuk mengingatkan Anda memeriksa kalender ini. Dengan
demikian, Anda dapat memastikan mengikuti rencana diskontinuasi obat.
Tanyakan kepada dokter langkah apa yang harus Anda ambil jika tidak sengaja
melenceng dari rencana diskontinuasi obat.
b. Pahami gejala putus obat. Bersiaplah mengalami beberapa jenis gejala atau efek
samping proses penghentian obat, misalnya gejala seperti flu yang meliputi mual,
diare, sakit kepala, muntah, kelelahan, dan menggigil. Efek samping yang
berhubungan dengan tidur dan kondisi emosional seperti insomnia, mimpi yang
terasa nyata, gangguan berkonsentrasi, mudah marah, dan terkadang pemikiran
bunuh diri mungkin Anda alami selama 1-7 minggu. Gejala atau efek samping
fisik lainnya mungkin meliputi nyeri otot, pusing, berkeringat, pandangan buram,
kesemutan, atau sensasi tersengat aliran listrik. Pastikan untuk bertanya kepada
dokter gejala putus obat apa yang paling mungkin terjadi berdasarkan diagnosis
dan jenis obat psikiatri yang ingin Anda hentikan.
c. Ajukan pertanyaan. Jangan berasumsi bahwa dokter pemberi resep Anda benar-
benar memahami obat psikiatri dan proses diskontinuasinya. Dokter umum
berhak memberikan resep obat tentunya, tetapi mereka mungkin tidak
mengetahui detail obat psikiatri dan proses diskontinuasinya sebaik dokter
spesialis jiwa. Ada beberapa pertanyaan yang bisa Anda ajukan kepada dokter.
Misalnya, tanyakan kepada dokter apakah ia mengetahui pilihan perawatan
berbeda untuk menghentikan penggunaan obat Anda. Anda juga boleh
menanyakan pengalaman dokter dalam menangani gangguan yang Anda derita
dan proses diskontinuasi obat yang Anda gunakan.
d. Jangan merasa malu. Kesehatan jiwa dan raga Anda taruhannya. Jangan malu
mengajukan pertanyaan. Seorang dokter yang baik tentu memahami situasi
Anda dan menghargai serta mau bersabar menjawab pertanyaan Anda sebagai
bagian dari pekerjaannya demi memastikan Anda mendapatkan perawatan yang
baik dan benar.
e. Pertimbangkan mencari pendapat lainnya. Jika dokter menolak menjawab
pertanyaan Anda atau langsung setuju menghentikan penggunaan obat Anda,
pertimbangkan untuk mencari pendapat dari psikiater lainnya. Biaya konsultasi
dengan psikiater lain kemungkinan lebih kecil dibandingkan mengikuti anjuran
yang salah dalam menghentikan obat psikiatri. Jadi, jika mencemaskan anjuran
yang Anda dapatkan, carilah pendapat dari dokter lainnya.
f. Pantau perkembangan Anda baik-baik. Terkadang, gejala putus obat baru
muncul setelah beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan. Jadi, selama
berusaha menghentikan penggunaan obat, periksakan diri secara rutin ke dokter.
Sampaikan gejala putus obat yang Anda cemaskan kepada dokter, dan ikuti
anjuran frekuensi pemeriksaan lanjutannya. Dokter mungkin akan
memberitahukan gejala khusus yang perlu Anda waspadai berdasarkan
diagnosis penyakit dan obat psikiatri tertentu yang Anda gunakan.
3. Menjalani Proses Penghentian Penggunaan
a. Berolahragalah. Anda akan sulit menghentikan penggunaan obat psikiatri dalam
kondisi stres berat dan tubuh yang tidak sehat. Olahraga rutin memiliki efek
antidepresan ringan, juga dapat meredakan stres, serta memudahkan proses
putus obat. Selama berolahraga, cobalah dengarkan musik yang dapat
memompa semangat dan memotivasi Anda terus berolahraga di saat ingin
menyerah. Namun, pastikan untuk juga mendengarkan tubuh Anda dan tidak
memaksakan diri!
b. Bersedia mengubah pikiran Anda. Ingatlah bahwa tujuan menghentikan
penggunaan obat psikiatri adalah untuk merasa sehat, tetapi bukan berarti Anda
harus bebas dari obat sama sekali. Jika menghentikan penggunaan obat
membuat Anda merasa tidak sehat, ingatlah jika dokter menyetujuinya, Anda
boleh kembali menggunakan obat tersebut. Pastikan untuk berkonsultasi
dengan dokter sebelum mengubah keputusan Anda dan mengikuti anjurannya
secara khusus.
c. Makan sehat. Makanan yang tidak sehat dapat membuat Anda merasa negatif
sehingga mengganggu usaha Anda menghentikan penggunaan obat psikiatri
dengan aman. Jadi, Anda harus mengonsumsi makanan sehat. Berikut ini
adalah beberapa contoh makanan sehat: daging rendah lemak, kacang-
kacangan, buah-buahan, dan sayuran. Ingatlah bahwa makan sehat sangat
dipengaruhi oleh pola makan seimbang. Jadi, hindari mengonsumsi salah satu
jenis bahan makanan secara berlebihan.
d. Banyak tidur. Kurang tidur dapat menyebabkan kesehatan jiwa Anda memburuk
karena menimbulkan perasaan lelah, sedih, dan cemas yang dapat
mengganggu usaha Anda menghentikan penggunaan obat psikiatri dengan
aman. Jika sulit tidur, cobalah menggelapkan seluruh kamar Anda. Redam
suara sekitar dengan berpindah ke lingkungan yang berbeda dan/atau
mengenakan sumbat telinga. Biasakan tidur di waktu yang nyaris sama setiap
malam. Pastikan untuk mencatat durasi tidur yang Anda butuhkan untuk
menyegarkan diri dan beristirahat. Usahakan untuk tidur dalam durasi tersebut
setiap malam. Sebagai contoh, jika Anda biasanya mulai berbaring di tempat
tidur pada pukul 10.30 malam dan kemudian membaca selama 30 menit
sebelum tidur, berusahalah semaksimal mungkin untuk menjalani rutinitas
tersebut setiap malam. Dengan demikian, Anda dapat melatih tubuh untuk
tertidur.
e. Jangan mengonsumsi terlalu banyak kafeina. Kafeina dapat membuat Anda
merasa cemas sehingga memengaruhi tingkat stres dan kecemasan, serta pada
akhirnya mempersulit dan menurunkan tingkat keberhasilan proses penghentian
penggunaan obat.
f. Coba jalani psikoterapi. Konseling atau psikoterapi diketahui efektif dilakukan
secara terpisah maupun jika dikombinasikan dengan obat psikiatri. Jadi, jika
Anda ingin menghentikan penggunaan obat, tetapi merasa masih mendapatkan
manfaat dari perawatan ini, pertimbangkan untuk menjalani psikoterapi atau
konseling.
4. Menghentikan Penyalahgunaan Obat Ilegal dengan Aman
a. Konsultasikan dengan dokter. Meskipun Anda mungkin merasa malu mengakui
telah menggunakan obat resep secara ilegal, Anda sebaiknya tetap
berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui cara terbaik menghentikan
penggunaan obat yang tidak diresepkan kepada Anda dengan aman. Ingatlah
bahwa dokter merawat segala jenis masalah dan gangguan tubuh setiap
harinya. Hal ini biasa bagi mereka dan hanyalah bagian dari pekerjaan. Jadi,
Anda tidak perlu merasa malu. Jika Anda merasa khawatir karena telah
menggunakan obat secara ilegal, coba bicarakan dalam kalimat hipotetis.
Sebagai contoh, Anda bisa mengawali pembicaraan dengan menanyakan, "jika
saya menggunakan obat resep secara ilegal, apakah dokter bisa membantu
saya menghentikannya dengan aman? Atau, apakah dokter bisa memberikan
rujukan untuk membantu?"
b. Pahami program rehabilitasi. Pertimbangkan untuk mendaftarkan diri ke panti
rehabilitasi untuk menghentikan penggunaan obat psikiatri. Carilah panti yang
tepat untuk Anda. Sebagian panti rehabilitasi khusus merawat orang-orang yang
kecanduan terhadap obat tertentu. Jadi, Anda harus mencari panti rehabilitasi
yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Selain itu, tersedia pilihan program
rehabilitasi rawat jalan dan rawat inap. Bicaralah dengan dokter untuk
menentukan jenis program rehabilitasi yang paling bermanfaat bagi Anda.
Program rehabilitasi rawat inap berlangsung selama paling tidak 28 hari.
Program ini cocok untuk Anda jika pernah mencoba menjalani program rawat
jalan untuk menghentikan penggunaan obat, tetapi tidak berhasil. Pilihan ini juga
cocok untuk Anda jika membutuhkan perawatan detoksifikasi (penghentian
penggunaan obat secara aman dan dalam pengawasan). Program rehabilitasi
rawat jalan memberikan kebebasan yang lebih luas bagi pasien. Pilihan ini
cocok jika Anda tidak bisa berhenti bekerja atau harus selalu bertanggung jawab
atas keluarga. Pilihan ini kurang cocok bagi Anda jika kesulitan mengendalikan
diri karena Anda tidak diawasi dan bisa kembali menggunakan obat yang sama.
Kedua program rehabilitasi ini meliputi perawatan yang mungkin terdiri atas
terapi berkelompok. Namun, perawatan bagi pasien dalam program rawat jalan
dirancang lebih individual karena mereka tinggal di dalam panti.
c. Jujurlah kepada diri sendiri. Ingatlah bahwa saat mengalami kecanduan obat
psikiatri, pertimbangan pilihan perawatan rawat jalan atau rawat inap Anda
mungkin tidak netral. Bertanyalah kepada dokter dan bicaralah dengan anggota
keluarga atau teman yang Anda percaya, dan orang yang Anda sayangi untuk
membantu Anda mengambil keputusan karena pertimbangan mereka mungkin
lebih netral. Untuk membantu Anda jujur kepada diri sendiri, coba
pertimbangkan perawatan apa yang Anda butuhkan di saat Anda merasa paling
tenang dan tidak tertekan, dan di saat Anda merasakan tidak terlalu merasakan
efek putus obat, jika Anda mengalaminya.
d. Coba jalani rehabilitasi. Ingatlah bahwa keputusan untuk menjalani program
rehabilitasi harus disesuaikan dengan anjuran dokter (utamanya) dan saran
keluarga mengenai perawatan yang Anda perlukan dan paling bermanfaat bagi
Anda. Jalani rehabilitasi dengan serius, berusahalah semaksimal mungkin. Jika
meragukan niat Anda menjalaninya, ingatlah bahwa badai pada akhirnya akan
berlalu, begitu pula gejala negatif yang berhubungan dengan penggunaan obat
psikiatri.

Tips
Proses pemulihan dan putus obat sangat ditentukan oleh komposisi tubuh masing-
masing orang. Jadi, jangan beranggapan bahwa proses putus obat Anda akan sama
persis dengan sumber yang Anda baca. Sebagian pasien hanya membutuhkan waktu
singkat dan tidak banyak merasakan gejala. Sementara itu, pasien lainnya mungkin
harus menjalani proses yang lebih berat.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart & Sudden .1988. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Towsend, Mary C .1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta:
EGC.
Yosep, Iyus. 2009. Keperwatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama.
Stuart, G.W., dan Laraia, 2003. Principles and practice of psychiatric Nursing.St. Louis:
Mosby year book

Keliat budi, ana. Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa. EGC. 1995

Keliat budi, ana dkk. Proses keperawatan jiwa. EGC. 1987

Anda mungkin juga menyukai