Anda di halaman 1dari 11

PRE-PLANNING PROGRAM TERAPI BERMAIN :

M E N G G A M B A R
PADA KELOMPOK ANAK USIA SEKOLAH
DENGAN MASALAH: PERUBAHAN POLA MAKAN
DI RUANG BEDAH BANGSAL ANAK RS.DR.M.DJAMIL
PADANG

Oleh
Kelompok III

1. DWI FEBRINA 02 121 013


2. INA MUTIA FARINA 02 121 014
3. IRA MULYA SARI 02 121 015
4. IVA FITRI WAHYUNI 02 121 016
5. ERWINDO PURWANTO 02 121 018
6. RIFNI AURORA WIRYA 02 121 019
7. DELVI SRI HAYATI 02 121 033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2005
Pre-Planning Program Terapi Bermain :
M e n g g a m b a r
pada Kelompok Anak Usia Sekolah
Dengan Masalah: Prubahan Pola Makan
Di Ruang Bedah Bangsal Anak RS.Dr.M.Djamil Padang

Topik : Bermain dan menggambar

Terapi : 7 orang mahasiswa PSIK FK UNAND

Sasaran : Klien (anak) yang kooperatif ( 4-6 orang) dan sesuai dengan kriteria.

I. Latar belakang
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan baik bagi
anak yang sakit maupun keluarga. Dimana seorang anak dirawat dengan kondisi
yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya dan merasa terkekang dengan
lingkungan yang dibatasi oleh tempat tidur dan ruang perawatan, hal ini
menimbulkan stressor bagi anak dan keluarga yang meliputi rasa nyeri, cemas dan
gangguan hubungan sosial. Bila koping yang digunakan salah dan tidak berhasil akan
menimbulkan suatu krisis yang berdampak pada anak dan keluarga. Krisis akan
berperan sebagai inhibitor dalam proses pengobatan dan perawatan yang mengalami
gangguan fisik dan mental. Faktor penyembuh itu memerlukan dukungan emosional
keluarga dan perawat perlu mengadakan pembinaan hubungan yang terapeutik
dengan anak dan keluarga, salah satunya dengan mengadakan terapi bermain.
Dari survey yang Kami lakukan saat preklinik di bangsal anak, didapatkan rata-
rata anak masih terbatas dengan proses pengobatan, perawatan dan kebutuhan
bermain anak yang sesuai dengan kondisi penyakitnya. Salah satunya, di ruang
bedah dengan diagnosa medis cedera kepala pada An.R-12 tahun. Setelah diadakan
pengkajian, dapat ditegakkan beberapa masalah keperawatan pada klien tersebut.
Diantaranya adalah perubahan pola makan.
Berdasarkan hal di atas, kami merasa perlu memberikan terapi bermain pada
klien yaitu menggambar, agar perubahan pola makan tidak mengganggu perawatan
anak selama sakit.

II. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisai yang baik pada semua klien
dalam bentuk bermain berkelompok dan sebagai lahan untuk tempat bermain serta
mengurangi traumatik hospitalisasi anak terhadap rumah sakit.

Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan klien mampu:
1. Melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan normalnya.
2. Meningkatkan daya imajinasi atau fantasi.
3. Mengembangkan kreativitas anak.
4. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress hospitalisasi.
5. Meningkatkan kemampuan ekspresi diri, pikiran dan perasaan.
6. Memenuhi kebutuhan aktivitas bermain.
7. Menyalurkan emosi secara konstruktif.
8. Mempererat hubungan terapeutik antara perawat dan tenaga kesehatan
lainnya dengan anak dan keluarga.

III. Pembagian Tugas


A. Leader : Ira Mulya Sari
B. Co-Leader : Dwi Febrina
C. Observer : Ina Mutia Farina
D. Fasilitator : Iva Fitri Wahyuni
Rifni Aurora Wirya
E. Anggota : Erwindo Purwanto
Delvi Sri Hayati
IV. Landasan Teori
A. Hospitalisasi
Konsep Dasar
 Pengalaman hospitalisasi berkesan pada anak (traumatisasi life ).
 Secara umum sepertiga anak pernah dirawat sebelum dewasa.
 Kebanyakan rumah sakit umum tidak mempunyai bangsal anak khusus.
 Seorang anak yang dirawat akan mengalami stres hospitalisasi dan bila
koping yang digunakan salah atau tidak berhasil akan menimbulkan krisis
mental dan fisik.
 Diperlukan dukungan emosional dari keluarga.
 Anak sakit yang segera dibawa ke IGD yang bukan tempat khusus anak dan
perawat yang tidak terlatih dalam menghadapi anak menjadi stressor traumatik
awal anak terhadap rumah sakit.

B. Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah


Karakteristik anak usia sekolah umur 6-12 tahun merupakan fase peralihan dari
masa kanak-kanak menuju remaja dimana organ seks sekunder mulai
berkembang(laki-laki mulai usia 12 tahun, perempuan mulai usia 10 tahun).

Perkembangan fisik
Berat badan bertambah rata-rata 2-3 kg pertahun. pada usia 6 tahun anak laki-
laki cenderung lebih berat 0,5-1 kg dari dada anak perempuan. Tinggi badan
bertambah sekitar 5cm/tahun,pada usia 6 tahun anak laki-laki dan perempuan
memiliki tinggi yang hampir sama yaitu rata-rata 116 cm, sedangkan pada usia 12
tahun dapat mencapai 150 cm, biasanya anak perempuan lebih tinggi daripada anak
laki-laki. Gigi permanen mulai tumbuh antara usia 6-7 tahun dan pada masa ini
mulai timbul karies gigi sehingga pemeriksaan rutin mulai diperlukan. Pada usia
12-13 tahun anak-anak telah hampir semua gigi pemanen. Tanda-tanda vital pada
usia 12 tahun seperti: suhu tubuh, nadi dan respirasi sama dengan usia dewasa.
Perkembangan psikososial
Menurut Erikson : fase industri vs inferioritas. Mulai kreatif dan
mengembangkan tanggung jawab. Freud ; fase laten yang lebih senang bermain
daripada mempertahankan keadaan tubuhnya. Kesenangan anak tertuju pada
penyaluran energi.

Perkembangan kognitif
Plaget : fase kongkrit operasional 7-11 tahun. Mulai belajar mengenai
hubungan sebab akibat dan dapat mengukur dimensi ruang dan waktu.

Perkembangan moral
Kohlberg: fase prakonvensional (patuh dam melanggar).fase konvensional (10-
13 tahun) yaitu perubahan dari individu kekelompok. perkembangan moral dan
roses membuat keputusan berlangsung selama periode usia sekolah ini. mereka
tidak percaya pada standar tindakan sendiri tapi belajar tingkah laku dari orang lain
dan mempunyai perasaan bersalah bila tingkah laku mereka tidak sesuai dengan
standar tersebut.

Perkembangan spiritual
Fowler : fase mytical literal(membedakan fantasi dan kenyataan). Berpikir
dalam bentuk yang nyata suka belajar termasuk tentang Tuhan. Mereka mengagumi
surga dan takut pada neraka.

Perkembangan Sosial
o Hubungan sosial : anak usia 6-7 tahun memilih kelompok,8-9 tahun tertarik
pada sesama jenis untuk bersaing dan bertanding,10-11 tahun mulai tertarik pada
lawan jenis.
o Hubungan dengan keluarga : penanaman nilai-nilai keluargaanak mulai protes
dengan adanya pembatasan. anak membutuhkan orang tua sebagai orang dewasa
bukan sebagai sahabat.
o Bermaian : secara kelompok, memiliki dan setia pada kelompok. permainan
usia ini membutuhkan energi yang tinggi tetapi anak masih bisa melakukan
kegiatan yang mengasyikkan seperti bermaian kartu, monopoli, memasak dan seni.
muncul tokoh idola dari kalangan family, teman, guru atau artis serta atlet. anak
dapat mengikuti setiap permainan dengan kelompok dan menuruti peraturan yang
berlaku.

C. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok


Pada dasarnya digunakan pada klien yang mengalami gangguan persepsi,
gangguan orientasi realita, gangguan inter personal terhadap nilai-nilai dari
pergaulan anak, maka komunikasi perlu diberikan sebagai upaya untuk merangsang
motivasi hubungan interpersonal.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai keinginan untuk
kesenangan dan kepuasan kepada anak-anak dan kelompoknya.
Jenis permainan anak usia sekolah dibagi atas;
 Motorik halus ; menulis nama, alamat dan umur; membaca dan
menggambar; memanipulasi benda-benda dengan ketangkasan yang tinggi;
aritmatika; bersandiwara; pekerjaan tangan seperti perkayuan dan
menyulam ; permainan di luar rumah, berenang, menunggang kuda,
bermain kayu dan monopoli
 Motorik kasar ; berolah raga, sepak bola, tenis, kasti, lari; ballet; bermain
alat musik dan bersepeda.

V. Kriteria Anak

Kriteria anak yang akan mengikuti kegiatan adalah :


 Keadaan umum anak sedang
 Anak yang kooperatif
 Anak berusia 5-12 tahun

VI. Proses Seleksi

1. Identifikasi klien yang masuk dalam criteria


2. Membuat kontrak dengan keluarga klien
 Menjelaskan tujuan kegiatan
 Menjelaskan waktu dan tempat kegiatan
 Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam bermain
 Menjelaskan kepada anak dan keluarga untuk menggambar sesuai
kreativitasnya.

VII. Uraian Struktur Kegiatan

1. Hari / tanggal : Rabu / 11 Januari 2006


2. Tempat : Bangsal Anak RS. Dr. M. Djamil Padang
3. Waktu : 45 Menit
4. Jumlah Anggota : 4 – 6 orang
5. Metoda : Menggambar
3. Prilaku yang diharapkan dari anggota
- Klien dapat menggambar dan menghasilkan gambar yang baik
- Menyebutkan nama dan hobi
- Klien dapat meningkatkan sosialisasi dan mengekpresikan perasaan
melalui permainan ini
4. Prilaku yang diharapkan leader
- Menjelaskan tujuan aktivitas
- Memperkenalkan anggota terapis
- Memberikan kesempatan anggota untuk saling mengenal
- Menjelaskan aturan permainan
- Memberikan respon yang sesuai dengan perilaku anggota
- Menyimpulkan keseluruhan aktivitas anggota
5. Perilaku yang diharapkan dari Co Leader
- Menyampaikan informasi dan fasilitator kepada leader
- Membantu leader dalam melaksanakan tugasnya
6. Perilaku yang diharapkan dari fasilitator
- Mampu memfasilitasi klien yang kurang aktif
- Mampu memotivasi klien
7. Perilaku yang diharapkan dari Observer
- Mampu mengobservasi jalannya terapi bermain
- Mengamati dan mencatat jumlah anggota yang hadir
- Melaporkan tentang hasil terapi pada masing-masing anak.
- Membuat kesimpulan, evaluasi dan mendiskusikan tentang kondisi
anak kepada orang tua, untuk ditindak lanjuti oleh orang tua.

VIII. Rencana Jalannya Acara


1. Mengumpulkan klien
2. Acara dipimpin oleh leader, mengucapkan salam therapeutic,
kemudian memperkenalkan diri dilanjutkan dengan acara inti.
3. Memberikan kesempatan pada klien untuk berkenalan
4. Melakukan kontrak dengan klien
a. Menjelaskan tujuan
b. Waktu : 45 menit dan tepat kegiatan
c. Perjanjian dengan klien, harus mematuhi peraturan
5. Menjelaskan aturan main
Kegiatan : Sosialisasi dengan permainan mewarnai

IX. Media
- Kertas karton
- Pensil berwarna
- Crayon
X. Alokasi Waktu
- Perkenalan Terapis : 5 menit
- Perkenalan klien : 5 menit
- Permainan : 15 menit
- Istirahat : 5 menit
- Sharing persepsi : 10 menit
- Penutup : 5 menit
Jumlah : 45 menit
XI. Proses Evaluasi
1. Evaluasi struktur
- Peserta 4 – 6 orang
- Peserta duduk ditempat yang telah disediakan atau ditempat yang
diinginkan oleh anak
2. Evaluasi proses
- Klien tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung.
- Klien aktif dan dapat mengikuti semua rangkaian kegiatan dengan
tertib
- Klien dapat mengikuti terapi sesuai dengan aturan permainan
3. Evaluasi hasil
- 4 dari 6 orang anak mampu menggunakan daya imajinasinya sambil
bermain dengan baik
- 4 dari 6 orang anak mempunyai teman kenalan yang baru

XII. Setting Tempat

O
C

Keterangan :
= Leader C = Co-Leader

O = Observer = KLien

F = Fasilitator

Catatan : Setting tempat disesuaikan dengan kondisi anak dan mengikut


sertakan peserta tambahan
XIII. Penutup
Setelah kegiatan terapi aktivitas bermain ini, diharapkan anak dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yaitu meningkatkan kemampuan klien dalam
bersosialisasi dan mengungkapkan perasaan melalui terapi bermain serta anak
dapat beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang tempat ia dirawat.

Padang, 11 januari 2006


Mengetahui,
Pembimbing Ketua,

Ns. Yeni Suki, S.Kep Ira Mulya Sari

Daftar Pustaka

Skala Yaumil - Mimi, Gangguan Psikologi Anak UI


Griffith Wniter. Buku Pintar Kesehatan Ed. V

Anda mungkin juga menyukai