Terapi Bermain
Terapi Bermain
M E N G G A M B A R
PADA KELOMPOK ANAK USIA SEKOLAH
DENGAN MASALAH: PERUBAHAN POLA MAKAN
DI RUANG BEDAH BANGSAL ANAK RS.DR.M.DJAMIL
PADANG
Oleh
Kelompok III
Sasaran : Klien (anak) yang kooperatif ( 4-6 orang) dan sesuai dengan kriteria.
I. Latar belakang
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan baik bagi
anak yang sakit maupun keluarga. Dimana seorang anak dirawat dengan kondisi
yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya dan merasa terkekang dengan
lingkungan yang dibatasi oleh tempat tidur dan ruang perawatan, hal ini
menimbulkan stressor bagi anak dan keluarga yang meliputi rasa nyeri, cemas dan
gangguan hubungan sosial. Bila koping yang digunakan salah dan tidak berhasil akan
menimbulkan suatu krisis yang berdampak pada anak dan keluarga. Krisis akan
berperan sebagai inhibitor dalam proses pengobatan dan perawatan yang mengalami
gangguan fisik dan mental. Faktor penyembuh itu memerlukan dukungan emosional
keluarga dan perawat perlu mengadakan pembinaan hubungan yang terapeutik
dengan anak dan keluarga, salah satunya dengan mengadakan terapi bermain.
Dari survey yang Kami lakukan saat preklinik di bangsal anak, didapatkan rata-
rata anak masih terbatas dengan proses pengobatan, perawatan dan kebutuhan
bermain anak yang sesuai dengan kondisi penyakitnya. Salah satunya, di ruang
bedah dengan diagnosa medis cedera kepala pada An.R-12 tahun. Setelah diadakan
pengkajian, dapat ditegakkan beberapa masalah keperawatan pada klien tersebut.
Diantaranya adalah perubahan pola makan.
Berdasarkan hal di atas, kami merasa perlu memberikan terapi bermain pada
klien yaitu menggambar, agar perubahan pola makan tidak mengganggu perawatan
anak selama sakit.
II. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisai yang baik pada semua klien
dalam bentuk bermain berkelompok dan sebagai lahan untuk tempat bermain serta
mengurangi traumatik hospitalisasi anak terhadap rumah sakit.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan klien mampu:
1. Melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan normalnya.
2. Meningkatkan daya imajinasi atau fantasi.
3. Mengembangkan kreativitas anak.
4. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress hospitalisasi.
5. Meningkatkan kemampuan ekspresi diri, pikiran dan perasaan.
6. Memenuhi kebutuhan aktivitas bermain.
7. Menyalurkan emosi secara konstruktif.
8. Mempererat hubungan terapeutik antara perawat dan tenaga kesehatan
lainnya dengan anak dan keluarga.
Perkembangan fisik
Berat badan bertambah rata-rata 2-3 kg pertahun. pada usia 6 tahun anak laki-
laki cenderung lebih berat 0,5-1 kg dari dada anak perempuan. Tinggi badan
bertambah sekitar 5cm/tahun,pada usia 6 tahun anak laki-laki dan perempuan
memiliki tinggi yang hampir sama yaitu rata-rata 116 cm, sedangkan pada usia 12
tahun dapat mencapai 150 cm, biasanya anak perempuan lebih tinggi daripada anak
laki-laki. Gigi permanen mulai tumbuh antara usia 6-7 tahun dan pada masa ini
mulai timbul karies gigi sehingga pemeriksaan rutin mulai diperlukan. Pada usia
12-13 tahun anak-anak telah hampir semua gigi pemanen. Tanda-tanda vital pada
usia 12 tahun seperti: suhu tubuh, nadi dan respirasi sama dengan usia dewasa.
Perkembangan psikososial
Menurut Erikson : fase industri vs inferioritas. Mulai kreatif dan
mengembangkan tanggung jawab. Freud ; fase laten yang lebih senang bermain
daripada mempertahankan keadaan tubuhnya. Kesenangan anak tertuju pada
penyaluran energi.
Perkembangan kognitif
Plaget : fase kongkrit operasional 7-11 tahun. Mulai belajar mengenai
hubungan sebab akibat dan dapat mengukur dimensi ruang dan waktu.
Perkembangan moral
Kohlberg: fase prakonvensional (patuh dam melanggar).fase konvensional (10-
13 tahun) yaitu perubahan dari individu kekelompok. perkembangan moral dan
roses membuat keputusan berlangsung selama periode usia sekolah ini. mereka
tidak percaya pada standar tindakan sendiri tapi belajar tingkah laku dari orang lain
dan mempunyai perasaan bersalah bila tingkah laku mereka tidak sesuai dengan
standar tersebut.
Perkembangan spiritual
Fowler : fase mytical literal(membedakan fantasi dan kenyataan). Berpikir
dalam bentuk yang nyata suka belajar termasuk tentang Tuhan. Mereka mengagumi
surga dan takut pada neraka.
Perkembangan Sosial
o Hubungan sosial : anak usia 6-7 tahun memilih kelompok,8-9 tahun tertarik
pada sesama jenis untuk bersaing dan bertanding,10-11 tahun mulai tertarik pada
lawan jenis.
o Hubungan dengan keluarga : penanaman nilai-nilai keluargaanak mulai protes
dengan adanya pembatasan. anak membutuhkan orang tua sebagai orang dewasa
bukan sebagai sahabat.
o Bermaian : secara kelompok, memiliki dan setia pada kelompok. permainan
usia ini membutuhkan energi yang tinggi tetapi anak masih bisa melakukan
kegiatan yang mengasyikkan seperti bermaian kartu, monopoli, memasak dan seni.
muncul tokoh idola dari kalangan family, teman, guru atau artis serta atlet. anak
dapat mengikuti setiap permainan dengan kelompok dan menuruti peraturan yang
berlaku.
V. Kriteria Anak
IX. Media
- Kertas karton
- Pensil berwarna
- Crayon
X. Alokasi Waktu
- Perkenalan Terapis : 5 menit
- Perkenalan klien : 5 menit
- Permainan : 15 menit
- Istirahat : 5 menit
- Sharing persepsi : 10 menit
- Penutup : 5 menit
Jumlah : 45 menit
XI. Proses Evaluasi
1. Evaluasi struktur
- Peserta 4 – 6 orang
- Peserta duduk ditempat yang telah disediakan atau ditempat yang
diinginkan oleh anak
2. Evaluasi proses
- Klien tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung.
- Klien aktif dan dapat mengikuti semua rangkaian kegiatan dengan
tertib
- Klien dapat mengikuti terapi sesuai dengan aturan permainan
3. Evaluasi hasil
- 4 dari 6 orang anak mampu menggunakan daya imajinasinya sambil
bermain dengan baik
- 4 dari 6 orang anak mempunyai teman kenalan yang baru
O
C
Keterangan :
= Leader C = Co-Leader
O = Observer = KLien
F = Fasilitator
Daftar Pustaka