Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit susunan pernapasan menimbulkan banyak masalah dari saat lahir
sampai masa kanak-kanak. Penyakit ini melibatkan masalah inspirasi, ekspirasi,
dan pertukaran gas pada tingkat alveolar, hambatan mekanik terhadap gerakan
paru-paru dan interferensi saraf atau mekanik terhadap ventilasi paru-paru.

Adanya sumbatan pada bronchial akibat sekresi karena tekanan oleh udara,
cairan, darah dan pus. Sekresi yang meningkat tidak dapat diabsorsi sehingga
menyebabkan kolaps paru-paru aktif. Kavum pleura kemudian harus diaspirasi
atau di drainase. Drainase tertutup (WSD) merupakan salah satu prosedur spesifik
dalam penanganan kasus ini.

1.2 Batasan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, Kami membahas mengenai perlengkapan


WSD, cara penggunaan, perawatan anak dengan WSD, manajemen drainase
toraks, dan perawatan pemulihan pada anak.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai perawatan anak


dengan pemasangan drainase tertutup (WSD).

1.3.2 Tujuan Khusus

- Untuk mengetahui perlengkapan WSD, cara penggunaan,


perawatan anak dengan WSD, manajemen drainase toraks, dan
perawatan pemulihan pada anak.
- Untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Keperawatan Anak II.

1.4 Manfaat

Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam


memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan pemasangan WSD.
BAB II
ISI

Drainase toraks merupakan metode yang penting dikerjakan untuk


mencegah kolaps dari paru-paru. Keadaan ini dapat timbul karena obstruksi
bronkial akibat sekresi sebagai akibat tekanan oleh udara, cairan, darah dan pus.
Kendatipun terdapat berbagai metoda yang diperlukan untuk kedua sebab,
pneumotoraks yang menyebabkan kolaps parsial dari paru-paru akibat kompresi
(pasif) dapat diikuti oleh drainase bronkial yang adekuat. Sekresi yang meningkat
tidak dapat diabsorpsi menyebabkan kolaps paru-paru aktif. Kavum pleura
kemudian harus diaspirasi atau didrainase. Jika diperlukan drainase, maka
digunakan WSD. Seal mencegah masuknya udara melalui susunan drainase dan
memungkinkan paru-paru mengembang. Udara darah atau eskudat lainnya
didrainase.

Drainase pleura dilakukan dengan alasan berikut :


1. Secara rutin setelah pembedahan toraks untuk mencegah pneumotoraks
tegangan
a. Jika jaringan paru-paru di potong dan udara dari permukaan yang
terpotong tetap bocor.
b. Untuk mempermudah drainase jika area yang luas kemungkinan
diharapkan berdarah pada masa pasca-bedah.
c. Mempermudah drainase jika esophagus dibuka dan kemungkinan
terjadinya kontaminasi atau kebocoran dari garis jahitan.
2. Mempermudah drainase setelah cidera ketika ditemukan hemotoraks atau
pneumotoraks.
3. untuk mengurangi tegangan pneumotoraks setelah suatu pneumotoraks
spontan.
4. Untuk mengurangi empiema.
II.1. Perlengkapan yang diperlukan
1. Botol yang besar (diameter 10 cm) lebih baik dengan skala pengukur.
2. Volume yang diketahui, misalnya 1 liter cairan steril.
3. kayu gabus yang dilubangi :
a. Tuba bersudut Pendek.
b. Tuba panjang, diameter tidak kurang dari 0,5 cm dengan 2,5 sampai
5,0 cm di bawah permukaan air. Tuba ini dilekatkan pada brain toraks
dengan panjang tuba yang sesuai, misalnya 75 sampai 100 cm.
c. Forsep Spencer Wells yang menjepit tuba jika memindahkan pasien
atau mengganti botol
d. Plester dan peniti, untuk mencegah tarikan pada tuba.
e. Peralatan penyedot dengan vakum di pasang pada sekitar 10 mmHg.
Hal ini mendorong drainase dari vakum pleura dan mengurangi
pernapasan paradoks. Pernapasan paradoks timbul jika tuba interkostal
dilekatkan pada potongan tuba yang agak panjang ke WSD. Lebih
besar “ayunan” dari tingkat air dalam tuba, lebih besar jumlah
paradoks.

Penggunaan botol
1. Pada saat paru-paru berekspansi, didorong keluar atau di hembus keluar
melalui seal.
2. Setiap darah atau sekresi dapat di ukur.
3. Gerakan dari tinggi air sepanjang tuba menandakan bahwa ventilasi dari
paru-paru dan tuba paten.

II.2. Cara penggunaan


Susunan dari alat diperlihatkan pada gambar 23.21. Dokter bedah menginsersi
suatu kateter yang dapat tertahan sendiri pada bagian yang paling dependen dari
kavitas di mana drainase akan dilakukan. Kateter dijepit secara kuat hingga
dilekatkan pada peralatan. Jika sudah melekat pada peralatan, jepitan dilepaskan
dan darah serta sekresi lain akan mengalir dengan gravitasi melalui tuba ke dalam
botol. Tubing gelas atau plastik di bawah permukaannya air membentuk katup
satu arah yang memungkinkan udara di paksa keluar oleh tekanan yang lebih
positif yang berkembang selama ekspirasi dan mencegah udara di ambil saat
inspirasi. Keadaan ini di perkuat dengan gelembung udara yang lepas melalui air
selama ekspirasi dan kolom yang meninggi dalam tuba selama inspirasi. Pada saat
paru-paru berkembang, vakum yang terbentuk menarik cairan hanya dalam jarak
pendek keatas tuba gelas dalam botol. Ketika paru-paru menempati seluruh
hemitoraks perbedaan tekanan dalam kavum pleura antara inspirasi dan ekspirasi
kecil dan osilasi dalam tuba dapat hanya sekitar 2 cm.
Walaupun demikian, jika terdapat atelektasis dengan paru-paru yang tidak
atau berkembang dengan buruk, paru-paru gagal mengisi ruang yang
diperuntukkan baginya, dan fluktuasi dalam tekanan dalam vakum pleura akan
terjadi saat bernafas. Terjadi peningkatan osilasi terkait yang dapat di observasi
dalam tuba gelas. Lebih besar tinggi osilasi, lebih buruk pengembangan paru-
paru. Tinggi antara toraks dan permukaan WSD harus cukup untuk mencegah air
tertarik ke dalam toraks pada usaha inspirasi maksimum. Suatu usaha inspirasi
yang kuat dapat menimbulkan tekanan negatif serupa dengan suatu kolom 60 cm
air. Karena itu, dianjurkan tinggi sebesar 100 cm.
II.3. Perawatan anak
Penempatan posisi anak secara seksama merupakan hal yang penting,
sehingga tidak ada tarikan terhadap tubing dan tidak ada kompresi dari tubing.
Plester dapat dilekatkan pada tubing yang dipenitikan pada seprei meninggalkan
cukup tubing untuk memungkinkan beberapa gerakan dari anak. Harus selalu ada
forceps untuk menjepit tubing dengan segera seandainya terjadi keadaan darurat.
Setiap prosedur perawatan harus dilakukan paling tidak oleh dua perawat.
Jika seprei tempat tidur perlu diganti, maka dua orang perawat harus membuat
tempat tidur, sedangkan perawat ketiga memegang anak serta mengontrol tubing.
Makanan dapat diberikan pada bayi dalam posisi terlentang yang memungkinkan
efisiensi maksimal dari otot pernapasan. Perawatan area bertekanan merupakan
hal yang penting, karena sedikit perubahan posisi terjadi secara volunter hal ini
juga tidak dianjurkan karena bahaya tarikan pada tuba. Anak yang lebih tua akan
memerlukan perasaan aman dan mungkin diperlukan sedasi jika keadaan gelisah
berlebihan. Fisioterapi dilaksanakan secara dini dan diberikan latihan pernapasan.

II.4. Manajemen dari drainase toraks


Botol drainase pada awalnya harus mengandung volume yang ditentukan
sebelumnya sehingga pengukuran permukaan akan memberikan pencatatan yang
akurat dari volume drainase. Biasanya dihubungkan dengan penyedot vakum
rendah untuk mendorong drainase yang memuaskan (10 mmHg, 1,3 kPa). Pokok
berikut menjamin drainase yang memuaskan :
1. Tuba harus difiksasi secara kuat dengan dinding toraks; tidak boleh
ada kebocoran antara tuba dan luka tusuk pada kulit.
2. Semua sambungan harus kedap udara.
3. Pengurutan dari tuba dari toraks dan yang mengarah pada botol
drainase harus dilakukan secara teratur untuk mencegah sumbatan oleh
gumpalan.
4. Tuba drainase harus dijepit secara periodik dan diputus
hubungannya dari tuba penghubung untuk memungkinkan darah
berdrainase dari tuba penghubung ke botol. Digunakan sepasang forceps
arteri besar, untuk melindungi tuba, tubing polythene dapat ditempatkan
antara forceps dan tuba.
5. tuba harus dicegah terlipat atau menyempit.
6. biarkan panjang tubing yang cukup untuk memungkinkan anak
bergerak.
7. tubing dapat diganti sekali dalam 24 jam.
8. Penting agar semua anggota staf mengerti bahaya bagi anak jika
suatu bagian terlepas. Keadaan ini dapat mengarah pada mengalirnya air
ke dalam kavum pleura sehingga terjadi kolaps paru-paru.
Botol harus dijaga dalam suatu posisi paling tidak 80 sampai 100 cm di
bawah permukaan toraks; jika dinaikkan lebih tinggi, dengan usaha inspirasi yang
kuat, cairan akan terhisap ke dalam kavum pleura. Jika diangkat di atas
permukaan toraks, cairan akan memasuki kavum pleura dengan cara sedotan.

Pengangkatan kateter
Osilasi dapat berhenti jika paru-paru berkembang secara penuh, atau jika
tuba tersumbat dengan pus atau darah. Temuan klinis dan X-ray akan
membuktikan jika terjadi keadaan yang terakhir. Jika paru-paru berkembang
secara penuh, kateter diangkat asal tidak terdapat akumulasi dari udara dalam 24
jam. Kapan saja osilasi berhenti dokter harus diberi tahu. Metode untuk
mengangkat tuba tergantung metode yang digunakan untuk insersi. Jika tuba
ditahan dalam posisi dengan jahitan, maka hal ini harus diputuskan, kateter
diangkat dengan cepat dan pembalut yang kedap udara harus dikenakan dengan
segera. Sebagai alternatif, suatu jahitan purse string dapat digunakan jika tidak
memakai balutan.

II.5. Perawatan pemulihan pada anak-anak


Ini terutama berkaitan dengan observasi dari pernapasan dan menjamin
adanya perkembangan paru-paru secara penuh. Penanganan yang lembut penting
dan setiap indikasi kesukaran pernapasan harus dilaporkan dengan segera.
BAB III
PENUTUP

Drainase tertutup atau WSD merupakan prosedur spesifik dalam


penanganan penyakit susunan pernapasan. Perawatan pada anak dengan
pemasangan WSD memerlukan paling tidaknya dua orang perawat agar dapat
memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak.
DAFTAR PUSTAKA

Sacharin,M,Rosa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed,2. Jakarta : EGC


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................... i


Daftar Isi ...................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah................................................................. 1
1.3 Tujuan ...............................................................................1
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................... 1
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... 1
1.4 Manfaat ...............................................................................1
BAB II Isi ............................................................................... 2
2.1 Perlengkapan yang diperlukan...................................... 3
2.2 Cara penggunaan............................................................. 3
2.3 Perawatan anak............................................................... 5
2.4 Manajemen dari drainase torak..................................... 5
2.5 Perawatan pemulihan pada anak................................... 6
BAB III Penutup ......................................................................... 7
Daftar Pustaka
Kata Pengantar]
ii

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah ke Hadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Kami dalam menyelesaikan

makalah ini tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini, Kami telah berusaha maksimal tapi mungkin

masih jauh dari kesempurnaan serta masih banyak kekurangannya.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak tidak dapat terwujud tanpa adanya

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini Kami

ingin menyampaikan terima kasih Kepada Ibu Ns.Yeni Suki,S.Kep. sebagai dosen

pembimbing dan rekan-rekan yang telah membantu secara langsung maupun tidak

langsung.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam

penyusunan makalah ini. Untuk itu Kami menerima saran dan kritikan yang

bersifat membangun guna mencapai kesempurnaan dan hasil yang lebih baik.

Akhir kata, Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan ilmu dan pengetahuan

kepada kita semua. Amin.

Padang, Desember 2005


Kelompok II

Anda mungkin juga menyukai