Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ST ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION

A. PENGERTIAN
STEMI terjadi karena sumbatan yang komplit pada arteri koroner. Jika
tidak dilakukan pengobatan dapat menyebabkan kerusakan miokardium yang
lebih jauh. Pada fase akut pasien beresiko tinggi untuk mengalami fibrilasi
ventrikel atau takhikardi yang dapat menyebabkan kematian. Bantuan medis
harus segera dilakukan. Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat
gangguan aliran darah ke otot jantung (Kapita Selekta : 437).
Infark miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen yang berkepanjangan (Corwin : 367).
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung
akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah korener berkurang.
Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan krisis arteri
koroner karena arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau
thrombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau
perdarahan (KMB 2 : 788).
B. PENYEBAB
Infark miokard secara umum dapat disebabkan oleh :
Penyempitan kritis arteri koroner akibat ateriosklerosis atau oklusi
arteri komplit akibat embolus atau trombus. Penurunan aliran darah koroner
dapat juga disebabkan oleh syok dan hemoragi. Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen miokard.
Menurut Kasuari, 2002 ada beberapa etiologi / penyebab terjadinya
infark miokard akut yaitu :
1. Faktor penyebab :
a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang disebabkan oleh tiga
faktor:
 Faktor pembuluh darah :
· Aterosklerosis
· Spasme
· Arteritis
 Faktor sirkulasi:
- Hipotensi
· Stenosis aorta
· Insufisiensi
 Faktor darah:
· Anemia
· Hipoksemia
· Polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat:
- Aktivitas yang berlebihan
- Makan terlalu banyak
- Emosi
- Hipertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miokard meningkat, pada:
· Kerusakan miokard
· Hipertropimiokard
· Hipertensi diastolik
2. Faktor predisposisi
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat dirubah:
- Umur lebih dari 40 tahun
- Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
- Hereditas
- Ras: insiden pada kulit hitam lebih tinggi
b. Faktor resiko yang dapat dirubah:
1) Mayor:
- Hipertensi
- Hiperlipidemia
- Obesitas
- Diabetes
- Merokok
- Diet: tinggi lemak jenuh, tinggi kalori
2) Minor:
- Kepribadian tipe A (agresif, ambisius, emosional kompetitif)
- Stress psikologis berlebihan
- Inaktifitas fisik
C. TANDA DAN GEJALA
Pada infark miokard dikenal istilah TRIAS, yaitu:
1. Nyeri :
a. Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terusmenerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal
bawah dan abdomen bagian atas.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar
ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin.
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor.
2. Laboratorium
Pemeriksaan enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali
normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata / khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak
dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
d. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang
terjadi kemudian adalah adanya gelombang Q/QS yang menandakan
adanya nekros.
D. PATOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara
lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak
kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark
terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika
kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus
mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian
histology menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture jika
mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat
mengenai endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural.namun
bisa juga hanya mengenai daerah subendokardial,disebut infark
subendokardial.Setelah 20 menit terjadinya sumbatan,infark sudah dapat
terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam
telah terjadi infark transmural.Kerusakan miokard ini dari endokardium ke
epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam.Meskipun nekrosis
miokard sudah komplit,proses remodeling miokard yang mengalami injury
terus berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark
meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi.
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
1. Aritmia
2. Bradikardia sinus
3. Irama nodal
4. Gangguan hantaran atrioventrikular
5. Gangguan hantaran intraventrikel
6. Asistolik
7. Takikardia sinus
8. Kontraksi atrium premature
9. Takikardia supraventrikel
10. Flutter atrium
11. Fibrilasi atrium
12. Takikardia atrium multifocal
13. Kontraksi prematur ventrikel
14. Takikardia ventrikel
15. Takikardia idioventrikel
16. Flutter dan Fibrilasi ventrikel
17. Renjatan kardiogenik
18. Tromboembolisme
19. Perikarditis
20. Aneurisme ventrikel
21. Regurgitasi mitral akut
22. Ruptur jantung dan septum
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiografi (EKG) Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu
- Lead II, III, aVF : Infark inferior
- Lead V2-V4 : Infark anterior
- Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
- Lead I, aVL : Infark high lateral
- Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
- Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark
- inferolateral Adanya Q valve
patologis pada sadapan tertentu.
2. Ekokardiogram
Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung
khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasoouns
3. Laboratorium- Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah sernagan
puncaknya 10-30 gram dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH
setelah serangan puncaknya 48-172 jam dan kembali normal 7-14 hari-
Leukosit meningkat 10.000 – 20.000 kolesterol atau trigliserid meningkat
sebagai akibat aterosklerosis
4. Foto thorax roentgenTampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan
terlihat pada bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan
hipertropi ventrikel
5. Percutaneus Coronary Angiografi (PCA)Pemasangan kateter jantung
dengan menggunakan zat kontras dan memonitor x-ray yang mengetahui
sumbatan pada arteri koroner
6. Tes TreadmillUji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap
aktivitas
H. PENATALAKSANAAN
1. stirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.
2. Monitor EKG
3. Diet rendah kalori dan mudah dicerna ,makanan lunak/saring serta rendah
garam (bila gagal jantung).
4. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5. Atasi nyeri :
a. Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-
ulang.
b. Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan beta bloker.
c. oksigen 2-4 liter/menit.
d. sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral
6. Antikoagulan :
a. Heparin 20.000-40.000 U/24 wad iv tiap 4-6 wad atau drip iv
dilakukan atas indikasi
b. Diteruskan asetakumoral atau warfarin
c. Streptokinase / trombolisis
7. Bowel care : laksadin
8. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran
pembuluh darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat
diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit. Dengan trombolisis, kematian
dapat diturunkan sebesar 40%.
9. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airways
- Sumbatan atau penumpukan sekret
- Wheezing atau krekles
2) Breathing
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
- Ronchi, krekles
- Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu nafas
3) Circulation
- Nadi lemah , tidak teratur
- Takikardi
- TD meningkat / menurun
- Edema
- Gelisah
- Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Output urine menurun
b. Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas
Gejala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap
- Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.
2) Sirkulasi
Gejala :
- riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus.
Tanda :
- Tekanan darah Dapat normal / naik / turun : Perubahan postural
dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
- Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia).
- Bunyi jantung
a) Ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung
atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
b) Murmur :Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi
otot jantung
c) Friksi ; dicurigai Perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
- Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
- Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa
atau bibir
3) Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau
perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma
nyeri.
4) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun. 5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan.
5) Higiene
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
6) Nyeri atau ketidak nyamanan
- Gejala: Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
- Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat
menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya
seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
- Kualitas :“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
- Intensitas :Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman
nyeri paling buruk yang pernah dialami.
- Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi,
diabetes mellitus , hipertensi, lansia
7) Pernafasan
Gejala :
- dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
- dispnea nokturnal
- batuk dengan atau tanpa produksi sputum
- riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
- peningkatan frekuensi pernafasan
- nafas sesak / kuat
- pucat, sianosis
- bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
8) Interaksi sosial
Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit,
perawatan di RS
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut ) Menarik diri
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor-
faktor listrik, penurunan karakteristik miokard.
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot
jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
d. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan
tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
e. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
f. Alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler
( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi
berlebihan/ perdarahan aktif )
g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis jaringan
miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah
dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
h. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
i. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi
jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan
datang , kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan pernyataan
masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat
dicegah.
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)

1. 1 Tujuan : Intervensi :
Nyeri berkurang setelah 2. Observasi karakteristik,
lokasi, waktu, dan
dilakukan tindakan
perjalanan rasa nyeri dada
Nyeri berhubungan perawatan selama di RS 3. Anjurkan pada klien
menghentikan aktifitas
dengan iskemia jaringan Kriteria Hasil:
selama ada serangan dan
sekunder terhadap · Nyeri dada berkurang istirahat.
4. Bantu klien melakukan
sumbatan arteri ditandai misalnya dari skala 3 ke
tehnik relaksasi, misalnya
dengan : 2, atau dari 2 ke 1 ekpresi nafas dalam, perilaku
distraksi, visualisasi, atau
· nyeri dada dengan / wajah rileks /tenang, tak
bimbingan imajinasi.
tanpa penyebaran tegang 5. Pertahankan oksigenasi
dengan bikanul contohny
· wajah meringis · tidak gelisah
( 2-4 L/ menit )
· gelisah · nadi 60-100 x / menit, 6. Monitor tanda-tanda vital
( nadi & tekanan darah
· delirium · TD 120/ 80 mmHg
tiap dua jam.
· perubahan nadi, tekanan 7. Kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam
darah.
pemberian analgetik.
2 Resiko penurunan curah Tujuan : Curah jantung Intervensi :
jantung berhubungan membaik / stabil setelah 1. Pertahankan tirah baring
dengan perubahan faktor- dilakukan tindakan selama fase akut
faktor listrik, penurunan keperawatan selama di 2. Kaji dan laporkan adanya
karakteristik miokard. RS. tanda – tanda penurunan
Kriteria Hasil : COP, TD
· Tidak ada edema 3. Monitor haluaran urin
· Tidak ada disritmia 4. Kaji dan pantau TTV tiap
· Haluaran urin normal jam
· TTV dalam batas 5. Kaji dan pantau EKG tiap
normal hari
6. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
7. Auskultasi pernafasan dan
jantung tiap jam sesuai
indikasi
8. Pertahankan cairan
parenteral dan obat-obatan
sesuai advis
9. Berikan makanan sesuai
diitnya
10. Hindari valsava manuver,
mengejan ( gunakan laxan
)
3 Gangguan perfusi Tujuan : Intervensi :
jaringan berhubungan Gangguan perfus 1. Monitor Frekuensi dan
dengan , iskemik, jaringan berkurang / irama jantung
kerusakan otot jantung, tidak meluas selama 2. Observasi perubahan status
penyempitan / dilakukan tindakan mental
penyumbatan pembuluh perawatan di RS. 3. Observasi warna dan suhu
darah arteri koronaria
ditandai dengan : Kriteria Hasil: kulit / membran mukosa
- Daerah perifer - Daerah perifer hangat 4. Ukur haluaran urin dan catat
dingin - Tidak sianosis berat jenisnya
- EKG elevasi segmen - Gambaran EKG tak 5. Kolaborasi : berikan cairan
ST & Q patologis menunjukan perluasan IV sesuai indikasi
pada lead tertentu infark 6. Pantau pemeriksaan
- RR lebih dari 24 x/ - RR 16-24 x/ menit diagnostik / dan
menit - Tidak terdapat laboratorium misal EKG,
- Kapiler refill lebih clubbing finger elektrolit , GDA (Pa O2,
dari 3 detik Nyeri - Kapiler refill 3-5 Pa CO2 dan saturas O2).
dada detik Dan pemberian oksigen
- Gambaran foto torak - Nadi 60-100x /menit
terdpat pembesaran - TD 120/80 mmHg
jantung & kongestif
paru (
tidak selalu )
4 Resiko kelebihan volume Keseimbangan volume 1. Ukur masukan / haluaran,
cairan ekstravaskuler cairan dapat catat penurunan ,
berhubungan dengan dipertahankan selama pengeluaran, sifat
penurunan perfusi ginjal, dilakukan tindakan konsentrasi, hitung
peningkatan natrium / keperawatan di RS keseimbangan cairan
retensi air , peningkatan Kriteria Hasil : 2. Observasi adanya oedema
tekanan hidrostatik - Tekanan darah dalam Dependen
penurunan protein plasma batas normal 1. Timbang BB tiap hari
- Tak ada distensi vena 2. Pertahankan masukan
perifer/ vena dan total cairan 2000 ml/24
edema dependen jam dalam toleransi
- Paru bersih kardiovaskuler
- Berat badan ideal ( BB 3. \Kolaborasi : pemberian
ideal TB -100 - 10 %) diet rendah natrium,
berikan diuretik.
5 Kerusakan pertukaran gas Tujuan : Intervensi :
berhubungan dengan Oksigenasi dengan GDA a. Catat frekuensi &
gangguan aliran darah ke dalam rentang normal (Pa kedalaman pernafasan,
alveoli atau kegagalan O2 < 80 mmHg, Pa CO2 penggunaan otot bantu
utama paru, perubahan > 45 pernafasan
membrane alveolar- kapiler mmHg dan Saturasi < 80 b. Auskultasi paru untuk
( atelektasis , kolaps jalan mmHg ) setelah mengetahui penurunan /
nafas/ alveolar edema dilakukan tindakan tidak adanya bunyi nafas
paru/efusi, sekresi keperawatan selama dan adanya bunyi tambahan
berlebihan / perdarahan di RS. missal krakles, ronki dll.
aktif ) ditandai dengan : Kriteria hasil : c. Lakukan tindakan untuk
· Dispnea berat · Tidak sesak nafas memperbaiki /
· Gelisah · Tidak gelisah mempertahankan jalan
· Sianosis · GDA dalam batas nafas misalnya , batuk,
· Perubahan GDA Normal penghisapan lendir dll.
· Hipoksemia ( Pa O2 < 80 mmHg, Pa d. Tinggikan kepala / tempat
CO2 > 45 mmHg dan tidur sesuai kebutuhan /
Saturasi < 80 mmHg ) toleransi pasien
e. Kaji toleransi aktifitas
misalnya keluhan
kelemahan/ kelelahan
selama kerja atau tanda
vital berubah.
6 Intoleransi aktifitas Tujuan :
Intervensi :
berhubungan dengan Terjadi peningkatan
1. Catat frekuensi jantung,
ketidakseimbangan antara toleransi
irama, dan perubahan TD
suplai oksigen miokard pada klien setelah
selama dan sesudah
dan kebutuhan, adanya dilaksanakan tindakan
aktifitas
iskemik/ nekrosis jaringan keperawatan selama di
2. Tingkatkan istirahat ( di
miokar ditandai dengan RS
tempat tidur )
gangguan frekuensi Kriteria Hasil :
3. Batasi aktifitas pada dasar
jantung, tekanan darah - Klien berpartisipasi
nyeri dan berikan aktifitas
dalam aktifitas, terjadinya dalam aktifitas sesuai sensori yang tidak berat.
disritmia, kelemahan 4. Jelaskan pola peningkatan
kemampuan klien
umum bertahap dari tingkat
- Frekuensi jantung 60- aktifitas, contoh bengun
dari kursi bila tidak ada
100 x/ menit
nyeri, ambulasi dan istirahat
- TD 120-80 mmHg selam 1 jam setelah mkan.
5. Kaji ulang tanda gangguan
yang menunjukan tidak
toleran terhadap aktifitas
atau memerlukan pelaporan
pada dokter.
7 Cemas berhubungan Tujuan : Intervensi :
dengan ancaman actual Cemas hilang /berkurang 1. Kaji tanda dan respon
terhadap integritas setelah dilakukan verbal serta non verbal
Biologis tindakan keperawatan terhadap ansietas
selama di RS 2. Ciptakan lingkungan
Kriteria Hasil : yang tenang dan nyaman
- Klien tampak rileks 3. Ajarkan tehnik relaksasi
- Klien dapat 4. Minimalkan rangsang
beristirahat yang membuat stress
- TTV dalam batas 5. Diskusikan dan
- normal orientasikan

8 Kurang pengetahuan Tujuan : Intervensi :


berhubungan dengan Pengetahuan klien 1. Berikan informasi dalam
kurang informasi tentang tentang kondisi bentuk belajar yang
fungsi jantung / implikasi penyakitnya menguat bervariasi, contoh buku,
penyakit jantung dan setelah diberi pendidikan program audio/ visual,
status kesehatan yang kesehatan selama di RS Tanya jawab dll.
akan datang , kebutuhan Kriteria Hasil: 2. Beri penjelasan factor
perubahan pola hidup - Menyatakan resiko, diet ( rendah lemak
ditandai dengan pemahaman tentang dan rendah garam ) dan
pernyataan masalah, penyakit jantung , aktifitas yang berlebihan,
kesalahan konsep, rencana pengobatan, 3. Peringatan untuk
pertanyaan, terjadinya tujuan pengobatan & menghindari aktifitas
kompliksi yang dapat efek samping / reaksi manuver valsava
dicegah. merugikan 4. Latih pasien
- Menyebutkan sehubungan dengan
gangguan yang aktifitas yang bertahap
memerlukan perhatian contoh : jalan, kerja,
cepat rekreasi aktifitas
seksual.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., et.all. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :


EGC.
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI.
Jakarta : EGC.
Price, S.A. & Wilson, L.M. (1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Rokhaeni, dkk. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta :
Harapan Kita.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
Price, Sylvia and M. Wilson, Lorraine. (1992). Pathophysiology Fourth Edition.
Mosby Year Book. Michigan.

Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3,
Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta. EGC.

Long. B. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah ( Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan ). Yayasan IAPK Universitas Padjadjaran. Bandung.

Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai