Anda di halaman 1dari 9

TERAPI KOGNITIF PADA PASIEN DENGAN PENYALAHGUNAAN

OBAT
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Mata Ajar : Suyamto A.Kep MPH

KELAS 3C
Kelompok : 3

Alfita Desiani Putri (2620152715)


Desi Fitria Sandra (2620152725)
Destu Dwi Nur Cahya (2620152727)
Dwi Monicha Ariestanti (2620152730)
Evi Yunitasari (2620152733)
Gravilla Oktavia Besthiawati (2620152736)

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
A. Definisi
Terapi dengan Pendekatan Konsep Kognitif Perilaku (CBT) Definisi
Terapi kognitif-perilaku menggunakan teori dan riset tentang proses-proses
kognitif. Terapi kognitif-perilaku merupakan bagian dari paradigma
kognitif, namun pada kenyataannya terapi kognitif-perilaku merupakan
gabungan paradigma kognitif dan belajar (Davison dkk, 2006).
McLeod (2006) berpendapat bahwa secara historis pendekatan
kognitif-perilaku merupakan aliran terapi utama yang paling muda, dan
mungkin muncul dalam fase paling kreatif dengan ide dan teknik yang terus
ditambahkan ke dalamnya setiap tahun. Prinsip dasar dalam pendekatan
kognitif-perilaku adalah perubahan dalam berpikir dapat menghasilkan
perubahan dalam perilaku. Penyalahgunaan adalah suatu penyimpangan
perilaku yang disebabkan oleh penggunaan terus menerus sampai terjadi
masalah.
Penyalahgunaan napza ini dapat mengalami kondisi lanjut yaitu
ketergantungan napza yang merupakan suatu kondisi yang cukup berat dan
parah sehingga mengalami sakit yang cukup berat ditnapza. dengan
ketergantungan fisik (sindrome putus zat dan toleransi). Konsep
ketergantungan obat meliputi ketergantungan perilaku dan ketergantungan
fisik. Ketergantungan perilaku menekankan pada aktivitas mencari-cari zat
sedangkan ketergantungan fisik menekankan efek fisiologis dari
penggunaanzat berulang. Pada remaja masalah utama gangguan jiwa adalah
sebagai berikut seperti perilaku seksual, bunuh diri, perilaku mengancam,
perilaku antisosial dan penyalahgunaan napza.
B. Tujuan
Tujuan dasar dari terapi kognitif adalah untuk menghilangkan bias
atau distorsi dalam berfikir sehingga individu dapat berfungsi lebih efektif.
Perhatian ditujukan cara individu memproses informasi. Pasien dengan
distorsi kognitif ditantang, diuji, dan dibahas untuk membawa perasaan
menreka tentang sesuatu yang lebih positif, tingkah laku dan berfikir. Untuk
menghapus bias atau distorsi dalam berfikri, terapis hadir tidak hanya untuk
pikiran-pikiran otomatis tetapi juga untuk skema kognitif yang mereka
wakili. Dengan demikian, mengubah skema kognitif, merupakan tujuan
penting dari terapi kognitif (Nelson2011).
Mengubah skema kognitif dapat dilakukan pada tiga tingkatan yang
berbeda (Nelson2011). Jenis perubahan paling terbatas adalah reinterpretasi
skema. Di sini seorang individu mengakui skema tetapi menghindari atau
bekerja disekitarnya. Misalnya seorang perfeksionis mungkin tidak
mengubah perfeksionisme, melainkan bekerja sebagai inspektur dimana
sifat-sifat ini dinilai dan diperkuat. Dalam memodifikasi skema individu
membuat beberapa tapi bukan perubahan total dalam skema(Nelson2011).
Memberikan contoh orang dengan paranoia yang membuat
perubahan pada beberapa orang percaya dalam situasi tertentu tetapi harus
berhati-hati dalam mempercayai orang pada umumnya. Level tertinggi dari
perubahan skema adala restrukturisasi skema. Sebagai contoh, seorang yang
para paranoia yang menjadi percaya orang lain akan direkstrukturisasi
skema signifikasinya kognitif. Orang seerti itu percaya bahwa orang lain
akan dapat dipercaya dan tidak akan menyerangnya.ketiga tingkat
perubahan skema menyediakan cara untuk memeriksa goal dalam terapi
kognitif (Nelson2011).

Tujuan Terapi Kognitif-Perilaku


(McLeod, 2009) mengatakan bahwa tujuan utama dari sebagian
besar karya kognitif-perilaku adalah untuk menggantikan keyakinan yang
memberikan kontribusi kepada perilaku self-defeating dengan keyakinan
yang diasosiasikan dengan penerimaan diri (self-acceptance) dan
pemecahan masalah yang konsatruktif.
McLeod, Nevid dkk (2005) menyatakan bahwa terapi kognitif
perilaku bertujuan untuk membantu klien mengidentifikasi dan
memperbaiki keyakinan-keyakinan maladaptif, jenis pikiran otomatis, dan
sikap self-defeating yang menghasilkan atau menambah masalah emosional.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
terapi kognitif-perilaku adalah untuk mengajak klien mengenali dan
mengubah distorsi kognitif, yang mempengaruhi mood dan merusak diri
sendiri yang dititikberatkan pada masa kini untuk diubah dari negatif
menjadi positif dengan tidak mengabaikan masa lalu klien.
C. Manfaat
Pelaksaan terapi kognitif diharapkan dapat mengurangi penyalahgunaan
obat yang terjadi dan meningkatkan mengubah fikiran negative pada pasien
penyalahguna narkoba.
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Memberikan perkembangan wawasan sebagai kompetensi perawat
dalam penanganan pada pasien penyalahguna narkoba.
2. Bagi Pasien
Dengan terapi kognitif maka terjadi perubahan perilaku sehingga pasien
tidak kembali menggunakan obat. Memeberikan pengalaman kepada
para pasien untuk mempelajari terapi kognitif untuk pasien
penyalahguna narkoba.

D. Proses Pelaksanaan
Proses pelaksanaan terapi kognitif pada pasien penyalahgunaan obat
adalah CBT. CBT adalah yang terfokus dan jangka pendek untuk
mengarahkan klioan agar dapat mengenali situasi beresiko terhadap relaps
kemudian menghindari situasi tersebut , dean melakukan adaptasi perilaku
yang efektif berkenaan dengan masalah dan perilaku yang berhubungan
dengan penyalahgunaan zat (NIDA dalam Panduan Pelayanan Psikologi
BNN.2009)
Pemberian TPK yang dilakukan secara bertahap dari mulai proses
membina hubungan saling percaya , identifikasi masalah ,proses perubahan
, distorsi kognitif , proses perubahan perilaku negatif dan pembekalan
pencegahan kekambuhan merupakan rangkaian penting bagi setiap individu
untuk menolong dirinya keluar dari masalah yang sedang.
dialaminya. Suatu bentuk psikoterapi jangka pendek, yang menjadi
dasar bagaimana seseorang berfikir dan bertingkah laku positif dalam setiap
interaksi.
Sesi 1 : Bina Hubungan Saling Percaya dengan Klien
Mendiskusikan Dampak Penyalahgunaan Obat
Mendiskusikan Cara Meningkatkan Motivasi
Melatih Cara Mengontrol Keinginan
Mengajarkan Cara Membuat Jadual Aktivitas

Sesi 2 : Mendiskusikan Cara Menyelesaikan Masalah


Mendiskusikan Cara Hidup Sehat
Melatih Cara Menyelesaikan Masalah
Melatih Cara Hidup Sehat
Mendiskusikan Tentang Obat

E. Petunjuk Pelaksanaan Kognitif Terapi


Teknik dalam Cognitive Behavioral Therapy :
a. Cognitive Restructuring Methods
Konsep dasar Cognitive Restructuring Methods yaitu untuk membantu
klien mengidentifikasi pikiran-pikiran buruknya, kemudian
menggantinya dengan pikiran-pikiran yang lebih rasional dan realistis.
Ada dua jenis Cognitive Restructuring Methods :
1) Ellis’s Rational-Emotive (Behavior) Therapy
a) Masalah emosi berasal dari pernyataan irrasional ketika
menghadapi kejadian yang tidak sesuai dengan harapannya.
b) Mengajarkan klien mengubah pikiran irrasional menjadi pikiran
rasional yang lebih positif dan realistis.
c) Menantang pikiran irasional dengan memberikan interpretasi
rasional terhadap kejadian buruk yang menimpa klien.
d) Memberikan tugas rumah.
2) Beck’s Cognitive Therapy
a) Gangguan emosi karena adanya disfungsi berfikir (dichotomous
thingking) overgeneralization, magnification).
b) Mengidentifikasi disfungsi berpikir dan asumsi maladaptif yang
menjelaskan emosi yang tidak menyenangkan.
c) Menetralisir disfungsi berfikir  testing realitas.
d) Memberikan tugas rumah.
b. Self Instructional Coping Methods (Meichenbaum)
Konsep Self Instructional Coping Methods yaitu mengganti pikiran
negatif menjadi positif. Self Instructional  untuk mengubah perilaku.
Langkah-langkah dalam Self Instructional Coping Methods :
1) Mengidentifikasi stimulus yang menyebabkan stress  negative self
statement.
2) Melalui modelling atau behaviour rehearsal  klien belajar self talk
untuk menetralisir negative self statement ketika situasi yang
menimbulkan stress muncul.
3) Mengajarkan klien self instruction (misalnya menarik nafas
panjang).
4) Mengajarkan self reinforcing setelah berhasil menguasai situasi.
c. Problem – Solving Methods (Dzurilla & Golfried)
Asumsi dasar : problem solving mengandung proses perilakuan, baik
overt (tampak), atau kognitif yang menyediakan berbagai alternatif
respon efektif untuk menyelesaikan situasi problematis, dan
meningkatkan kemungkinan memilih respon-respon yang paling efektif
dari berbagai alternatif tersebut.
Tujuan Pelatihan : bukan untuk memberikan solusi tetapi memberikan
ketrampilan umum supaya individu memiliki kemampuan
menyelesaikan berbagai probem secara efektif.
Tahap Problem Solving :
1) Orientasi Umum
a. Menjelaskan dasar pikiran
b. Mengarahkan pemahaman yang merupakan bagian hidupnya
c. Menekankan pada klien bahwa ia harus belajar mengenali situasi
yang terjadi dan responnya yang seharusnya tidak dimunculkan
secara otomatis
d. Klien dapat bertanya
e. Klien menceritakan situasi problematis yang dialami dan reaksi
berhubungan dengan pemikiran dan perasaannya
2) Definisi & Formulasi Problem
a. Pada mulanya menceritakan problem secara samar dan abstrak
(gambaran umum)
b. Klien harus belajar menceritakan problem secara spesifik dan
mendetail
c. Tidak hanya menceritakan kejadian yang eksternal, tetapi juga
pikiran dan perasaan yang terlibat didalamnya
d. Klien belajar memisahkan informasi relevan dan memfokuskan
pada informasi yang berhubungan dengan problemnya
3) Membuat Alternatif
a. Setelah mendefinisikan masalah dengan tepat, klien
diinstruksikan melakukan brainstorming tentang solusi-solusi
yang dilakukan
b. Setelah klien mengidentifikasi beberapa alternatif respon
penting, ia siap membuat keputusan berkaitan dengan strategi
berikutnya
4) Mengambil Keputusan
a. Membuat estimasi dari beberapa alternatif yang muncul
b. Memperkirakan kemungkinan efektivitas dan konsekuensi
jangka pendek dan panjang
c. Membuat evaluasi
5) Verifikasi
a. Setelah ditemukan pemecahan masalah, dibuat pelatihan dan
diwujudkan dalam kehidupan nyata dalam tingkah lakunya
b. Terapis perlu memotivasi dan membimbing klien untuk
menerapkan tingkah laku yang dipilih
c. Mengevaluasi apa yang telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

BNN. (2008). Terapi Rehabilitasi Komprehensif Bagi Pecandu Narkoba Dilihat


Dari Sisi Psikososial. Pusat Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Republik Indonesia: Jakarta

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika

McLeod, J (2009). Pengantar Konseling: Teori Dan Studi Kasus. Ed. 3. Jakarta:
Prenada Media Group.

Nevid, J.S.; Rathus, S.A.; Greene. B. (2005). Psikologi Abnormal. Jil. 1&2.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Stanley Mickey dan Gauntlett Patricia Beare. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Jakarta: EGC

W. Gail Stuart. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa STUART.
Indonesia: ELSIVER

Prabowo Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika

Prabowo Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai