Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH FARMAKOLOGI

ANTI MALARIA

Disusun oleh :

Jasmine Aulia Rahman (15330124)

Dosen pembimbing:

Refdanita, Dra.M.Si.

Annisa farida muti, S.Farm. MSc, Apt

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

FAKULTAS FARMASI

JAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, dan
anugerah-Nya saya dapat menyusun Makalah ini dengan judul “Anti Malaria” yang disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi yang diberikan oleh Ibu Refdanita, Dra.M.Si.

Tidak sedikit kesulitan yang saya alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun
berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moral maupun materil,
akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini saya menyampaikan
rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Saya menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini saya membutuhkan
kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar harapan
saya agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, April 2017

Penyusun.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….………………………1

DAFTAR ISI…………………………………………………………..…………………………..2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….……………………………..3

1. Latar belakang......…………………………………..…………………………………3
2. Rumusan masalah……………………………….…………………………………….4
3. Tujuan ………………………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN……………………………..…………………………………………...5

1.1 Pembagian jenis malaria………………………………………………………………5


1.2 Siklus hidup plasmodium……………………………………………………...………5
1.3 Obat anti malaria………………………………………………………………………7
1.4 Pengobatan malaria…………………………………………………………………..12

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………...21

1. Kesimpulan…………………………………………………………………………..21

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...22

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan angka
kejadian yang masih cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir diseluruh dunia, terutama
di Negara beriklim tropis dan subtropis.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium.
Plasmodium Protista Eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah penyebab utama dari
Penyakit Malaria. Di dalam tubuh manusia parasit ini bersembunyi dan berkembang biak di
dalam hati (liver) kemudian menginfeksi sel darah merah sehingga menyebabkan gejala
seperti demam dan sakit kepala, yang mana pada kasus yang parah akan megarah ke
koma(tidak sarkan diri) dan kematian. Nyamuk dengan Plasmodium ini tersebar luas di
belahan dunia khususnya daerah tropis dan sub-tropis seperti sebagian besar daerah Asia
(khususnya Asia Tenggara), Amerika (khususnya Amerika Selatan) dan Sub-Sahara Afrika.
Ada empat jenis plasmodium yaitu plasmodium vivax, plasmadium ovale, malariae
plasmodium dan plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit malaria. Khusus
untuk plasmodium falciparum sering menjurus kepada sakit malaria berat yang sangat
sering menyebabkan kematian, sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya adalah penyakit
ringan yang sangat jarang menjurus pada Penyakit Malaria akut. Selain itu adapula
plasmodium knowlesi yang umumnya menyebabkan malaria pada spesies hewan kera tetapi
dapat juga menginfeksi manusia walaupun sangat kecil kemungkinannya.
Kata Malaria berasal dari bahasa Italia “Mala Aria” yang berarti “bad air” atau
dalam bahasa Indonesia “udara buruk”. Penyakit ini pernah juga disebut penyakit demam
rawa. Walaupun saat ini penyakit ini semakin jarang ditemukan di belahan dunia tersebut,
dikarenakan oleh perubahan geografi yang telah menyingkirkan rawa rawa tempat sebagian
besar nyamuk penyebar malaria tinggal dan berkembang biak.

3
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa itu penyakit malaria?
b. Apa saja jenis jenis malaria?
c. Apa saja obat anti malaria?
d. Bagaimana pengobatan malaria?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui apa itu malaria
b. Mengetahui jenis jenis malaria
c. Mengetahui obat obat anti malaria
d. Mengetahui pengobatan malaria

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembagian Jenis Jenis Malaria


Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang dapat
ditandai dengan demam, hepatosplenomegali dan anemia. Plasmodium hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Spesies Plasmodium pada manusia adalah:
 Plasmodium falciparum (P. falciparum).
 Plasmodium vivax (P. vivax).
 Plasmodium ovale (P. ovale).
 Plasmodium malariae (P. malariae).
 Plasmodium knowlesi (P. knowlesi).
Secara klinis dikenal 3 macam penyakit malaria, yaitu:
a. Malaria tropika, disebabkan oleh p. falciparum.
b. Malaria tersiana, disebabkan oleh p. vivax dan p. ovale (p. ovale jarang terdapat di luar
afrika).
c. Malaria kuartana, disebabkan oleh p. malariae.
Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan P.
vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara lain Lampung,
Nusa Tenggara Timur, dan Papua. P ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan
Papua. Pada tahun 2010 di Pulau Kalimantan dilaporkan adanya P. knowlesi yang dapat
menginfeksi manusia dimana sebelumnya hanya menginfeksi hewan primata/monyet dan
sampai saat ini masih terus diteliti.

2.2 Siklus Hidup Plasmodium


a. Siklus pada manusia.
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit
yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih
kurang setengah jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi

5
tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10,000-
30,000 merozoit hati (tergantung spesiesnya).
Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2
minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit.
Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung
spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit
yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah
merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
Pada P. falciparum setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan
betina). Pada spesies lain siklus ini terjadi secara bersamaan. Hal ini terkait dengan waktu
dan jenis pengobatan untuk eradikasi.
Siklus P. knowlesi pada manusia masih dalam penelitian. Reservoar utama
Plasmodium ini adalah kera ekor panjang (Macaca sp). Kera ekor panjang ini banyak
ditemukan di hutan-hutan Asia termasuk Indonesia. Pengetahuan mengenai siklus parasit
tersebut lebih banyak dipahami pada kera dibanding manusia.
b. Siklus pada nyamuk anopheles betina.
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan pembuahan
menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung
nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan
selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke
manusia.

6
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia
sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi
tergantung spesies plasmodium.
Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia
sampai parasit dapat dideteksi dalam sel darah merah dengan pemeriksaan mikroskopik.
Masa inkubasi penyakit malaria
Plasmodium Masa inkubasi (rata-rata)
p. falciparum 9 – 14 hari
p. vivax 12 – 17 hari
p. ovale 16 – 18 hari
p. malariae 18 – 40 hari
p. knowlesi 10 – 12 hari

2.3 Obat Anti Malaria


a. Klorokuinon dan turunannya
Mekanisme kerja. Mekanisme kerja klorokuinon masih controversial, salah
satunya yaitu penghambat aktivitas polymerase heme plasmodium oleh klorokuin.
Untuk kelangsungan hidupnya Plasmodium falciparum memerlukan zat makanan yang
diperoleh dengan cara mencerna hemoglobin dan vacuola makanan yang bersifat asam.
Hemoglobin yang dicerna selain menghasilkan asam amino yang menjadi nutrient bagi
parasit, juga menghasilkan zat toksik yang disebut ferryprotoporphyrin (FP IX).
Klorokuin dan antimalaria yang mengandung cincin quinolin lainnya membentuk
kompleks dengan FP IX dalam vacuola. Kompleks obat-FP IX tersebut sangat toksik
dan tidak dapat bergabung membentuk pigmen. Toksin kompleks obat-FP IX meracuni
vacuola menghambat ambilan ( intake ) makanan sehingga parasit mati kelaparan.
Farmakokinetik. Absorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan
cepat, dan makanan mempercepat absorpsi ini. Kadar puncak dalam plasma dicapai
setelah 3-5 jam, kira-kira 55% dari jumlah obat dalam plasma akan terikat pada non-
diffusible plasma constituent. Klorokuin lebih banyak diikat di jaringan. Metabolism
klorokuin dalam tubuh berlangsung lambat sekali dan metabolitnya,
monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin, lalu diekskresi melalui urin.

7
Efek samping. Sakit kepala ringan, gangguan penglihatan, gangguna pencernaan,
dan gatal-gatal, kadangkala menimbulkan diplopia, erupsi kulit likenoid, rambut putih,
perubahan gambaran EKG. Pemberian klorokuinon lebih dari 250 mg/hari dapat
menimbulkakn ototoksisitas dan renopati yang menetap. Menimbulkan toksisitas
terutama pada system kardiovaskular berupa hipotensi, vasodilatasi, penekanan fungsi
miokard, yang pada akhirnya dapat menimbulkan henti jantung.
Kontra indikasi. Pada pasien dengan penyakit hati, gangguan saluran cerna,
neurologic, dan darah yang berat penggunaannya harus hati hati. Pada pasien defisiensi
G6PD, klorokuinon dapat menyebabkan hemolisis. Pemberian klorokuinon bersama
fenilbutazon atau preparat yang mengandung emas dapat menyebabkan dermatitis.
Pemberian klorokuinon bersama meflokuin dapat meningkatkan resiko kejang.
Pemberian klorokuinon bersama antikonvulsan dapat menurunkan efek
antikonvulsannya. Pemberian klorokuinon bersama amiodaron atau halofantrin dapat
meningkatkan resiko aritmia jantung. Pemberian klorokuinon pada pasien porfiria
kutanea tarda atau psoriasisdapat menyebabkan reaksi yang lebih berat.
b. Pirimetamin.
Mekanisme kerja. Menghambat enzim dihidrofolat reduktase plasmodia pada
kadar yang jauh lebih rendah daripada yang diperlukan untuk menghambat enzim yang
sama pada manusia. Enzim ini bekerja dengan rangkaian reaksi sintesis purin, sehingga
penghambatannya menyebabkan gagalnya pembelahan inti pada pertumbuhan skizon
dalam hati dan eritrosit.resistensi terhadap pirimetamin dapat terjadi pada penggunaan
yang berlebihan dan jangka lama.
Farmakokinetik. Penyerapannya di saluran cerna berlangsung lambat tetapi
lengkap. Kadaar puncak plasma dicapai dalam waktu 4-6 jam. Konsentrai obat yang
berefek supresi dapat menetap di dalam darah selama kira-kira 2 minggu. Obat ini
ditimbun terutama di ginjal, paru, hati, dan limpa, kemudian diekskresi lalmbat dengan
waktu paruh kira-kira 4 hari. Metabolitnya diekskresi melalui urin.
Efek samping. Anemia makrositik yang dapat hilang bila pengobatan dihentikan
atau dengan pemberian asam folinat (leukovorin). Pirimetamin dalam dosis tinggi
bersifat teratogenik.

8
Kontra indikasi. Pemberian pirimetamin sebaiknya disertai pemberian suplemen
asam folat.
c. Primakuin.
Mekanisme kerja. Primakuin berubah menjadi elektrofil yang bekerja sebagai
mediator oksidasi reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas anti malaria melalui
pembentukan oksigen reaktif atau mempengaruhi transportasi electron parasit.
Farmakokinetik. Setelah pemberian oral premakuin diabsorpsi dan didistribusikan
ke jaringan. Premakuin tidak pernah di berikan parenteral karena dapat mencetuskan
terjadinya hipotensi yang nyata. Metabolismenya berlangsung cepat dan hanya sebagian
kecil dari dosis yang diberikan yang diekskresi ke urin dalam bentuk asal. Konsentrasi
plasma mencapai maksimum dalam 3 jam, dan waktu paruh eliminasinya 6 jam.
Metabolism oksidatif primakuin menghasilkam 3 macam metabolit, turunan karboksil
merupakan metabolit utama pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak toksik,
sedangkan metabolit yang lain memiliki aktivitas hemolitik, yang lebih besar dari
primakuin. Ketiga metabolit ini juga memiliki aktivitas antimalaria yang lebih ringan
dari primakuin.
Efek samping. Anemia hemolitik akut padaa pasien yang mengalami defisiensi
enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD). Dosis yang lebih tinggi dapat timbul
spasme usus dan gangguan lambung. Memperberat gangguan di perut dan menyebabkan
methemoglobinemia dan sianosis. Granulositopenia dan agranulositosis merupakan
komplikasi yang jarang sekali terjadi.
Kontra indikasi. Pada pasien dengan penyakit sistemik yang berat yang cenderung
mengalami granulositopenia misalnya arthritis rheumatoid dan lupus eritematosus.
Primakuin juga tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat
menimbulkan hemolisis, dan obat yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang.
Primakuin sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sebab fetus relative mengalami
defisiensi G6PD sehingga berisiko menimbulkan hemolisis.
d. Kina dan alkaloid sinkona
Mekanisme kerja. Bekerja di dalam organel ini melalui penghambatan aktivitas
heme polymerase, sehingga terjadi penumpukan substrat yang bersifaat sitotoksik yaitu
heme. Heme adalah hasil sampingan dari penghancuran hemoglobin di dalam vakuola

9
makanan, yang pada keadaan normal oleh enzim tersebut diubah menjadi pigmen
malaria yang tidak merusak.
Farmakokinetik. Diserap baik terutama melalui usus halus bagian atas. Kadar
puncaknya dalam plasma mencapai dalam 1-3 jam setelah suatu dosis tunggal.
Distribusinya luas, terutama ke hati. Kina juga melalui sawar uri. Dimetabolisme dalam
hati, seehingga hanya kira kira 20% yang diekskresi ddalam bentuk utuh di urin. Karena
perombakan dan ekskresi yang cepat, tidak terjadi kumulasi dalam badan.
Efek samping. Menyebabkan sinkonisme yang gejalanya mirip salisilismus yaitu
tinnitus, sakit kepala, gangguaan pendengaran, pandangan kabur, diare, dan mual. Pada
keracunan berat terlihat gangguan gastrointestinal, saraf, kardiovasccular, dan kulit.
Lebih lanjut lagi mengalami perangsangan SSP, seperti bingung, gelisah, dan delirium.
Kontra indikasi. Pada pasien malaria yang hamil dapat mengalami black water
fever dengan gejala hemolisis berat, hemoglobinemia dan hemoglobinuri. Padda pasien
defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase hipersensitivitas lebih ringan.
e. Obat lain
 Proguanil
Dahulu digunakan terutama untuk terapi profilaksis dan supresi jangka panjang
terhadap malaria topika. Sayangnya mudah sekali timbul resistensi terhadapnya
sehingga penggunaannya telah digeser oleh antifolat lain yang lebih efektif. Untuk
profilaksis saat ini masih dipakai dalam kombinasi dengan klorokuin sebagai regimen
alternative untuk meflokuin.
 Meflokuin
Mekanisme anti malarianya belum diketahui jelas, tetapi dalam beberapa hal mirip
dengan kuinin.
Farmakokinetik. Diserap baik disaluran cerna dan banyak terikat pada protein plasma.
Kadar puncak dicapai 17 jam setelaj pemberian, kemudian menurun sedikit demi
sedikit selama beberapa hari dengan waktu eliminasi sekitar 20 hari. Kadar dalam
jaringan terutama dalam hati dan paru paru, bertahan ringgi untuk beberapa lama.
Ekskresinya dalam bentuk berbagai metabolit terjadi terutama melalui feses dan
hanya sedikit yang melalui urin.

10
Efek samping. Mual, muntah, nyeri abdomen, diare, sakit kepala, pusing.
Neurotoksisitas seperti disorientasi, kekjang, ensefalopati, neurotic dan psikotik juga
dapat terjadi, namun bersifat reversible bila obat dihentikan.
Kontra indikasi. Tidak dianjurkan pada wanita hamil terutama dibawah 3 bulan dan
pada anak yang berat badannya kurang dari 5 kg. pasien dengan riwayat kejang,
gangguan konduksi jantung dan adanya reaksi samping terhadap antimalaria kuinolin,
misalnya kina, kuinidin dan klorokuin dikonta indikasikan menggunakan obat ini.
Pemberian bersama kina, kuinidin dan klorokuin atau halofantrin harus dihindari
karena dapat meningkatkan risiko kejang dan karditoksisitas.
 Halofantrin
Digunakan sebagai pilihan selain kina dan meflokuin. Halofantrin memiliki
efektivitas tinggi sebagai skizontosid darah, tetapi tidak untuk fase eksoeritrosit dan
gametosit.
Farmakokinetik. Setelah pemberian oral, kadar puncak plasma dicapai dalam 4-8 jam,
waktu paruhnya berkisar antara 10-90 jam. Halofantrin diubah menjadi N-desbutil
halofantrin suatu metabolit utama yang jugag memiliki efek anti malaria.
Efek samping. Mual, muntah, nyeri abdomen, diare, pruritus an resh.pada dosis tinggi
dapat menimbulkan aritmia ventricular bahkan kematian.
Kontra indiksi. Tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui, pasien dengan
gangguan jantung serta pasien yang menggunakan meflokuin.
 Tertasiklin
Digunakan untuk profilaksis bagi daerah daerah endemic yang terjangkit P.
falciparum yang resistensi dengan berbagai obat. Juga digunakan sebagai terapi
tanbahan dalam pengobatan malaria falciparum yang resisten terhadap klorokuin
tanpa komplikasi.
Kontra indikasi. Tidak dianjurkan diberikan pada anak usia kurang 8 tahun, wanita
hamil dan yang hipersensitif terhadap tetrasiklin.
 Kombinasi sulfadoksin-pirimetamin
Bekerja dengan cara mencegah pembentukan asam folinat (asam tetrahidrofolat) dari
PABA pada plasmodia.

11
Kontra indikasi. Sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal maupun hati, juga bila ada diskrasia darah. Dan bagi ibu menyusui, anak usia
dibawah 2 bulan, dan pasien yang mempunyai riwayat bereaksi buruk terhadap
sulfonamide.
 Artemisinin dan derivatnya
Artemisinin merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen lakton yang bersifat
sebagai skinzotosida darah untuk Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Vivax.
Senyawa ini menunjukan sifat skizontosid darah yang cepat sehingga digunakan
untuk malaria yang berat. Ikatan endoperoksida dalam senyawa ini berperan dalam
penghambatan sintesis protein yang diduga merupakan mekanisme kerja antiparasit
ini.
Artemeter oral segera diserap dan mencapai kadar puncak dalam 2-3 jam, sedangkan
artemeter IM mencapai kadar puncak dalam 4-9 jam. Obat ini mengalami demetilasi
di hati menjadi dihidroartemisinin. Waktu paruh eliminasi artemeter sekitar 4 jam,
sedangkan dihidroartemisinin sekitar 10 jam. Ikatan protein plasma pada manusia
sekitar 77% .
Efek samping. Mual, muntah, dan diare
Kontra indikasi. Tidak dianjurkan digunakan pada wanita hamil.
 Atovakuon.
Hanya diberikan secara oral. Absorpsonya dapat ditingkatkan oleh makanan
berlemak. Sebagian besar obat terikat dengan protein plasma dan memiliki waktu
paruh 2-3 hari. Sebagian besar obat dieliminasi dalam bentuk utuh ke dalam feses.
Mekanisme kerja. Menghambat transport electron pada membrane mitokondria
plasmodium.

2.4 Pengobatan Malaria


2.4.1 Pengobatan malaria falciparum dan malaria vivax
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin.
Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks, sedangkan obat
primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan

12
dosis 0,75 mg/kgBB dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25
mg/kgBB. Lini pertama pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah
seperti yang tertera di bawah ini:
a. Lini pertama

ACT + Primakuin

Pengobatan lini pertama malaria falsiparum menurut berat badan dengan


DHP dan primakuin.

Jumlah tablet per hari menurut berat badan


6-10 11-17 18-30 31-40 41-59
Hari Jenis obat <5 kg >60 kg
kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 >15 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP 1/4 1/2 1 1 1/2 2 3 4
1 Primakuin - - ¾ 1 1/2 2 2 3

Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP
dan Primakuin.

Jumlah tablet per hari menurut berat badan


6-10 11-17 18-30 31-40 41-59
Hari Jenis obat <5 kg >60 kg
kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 >15 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP 1/4 1/2 1 1 1/2 2 3 4
1-14 Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1 1

Dosis obat : Dihydroartemisinin = 2 – 4 mg/kgBB


Piperakuin = 16 – 32 mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB
(P. falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB
(P. vivax selama 14 hari)

13
Pengobatan Lini Pertama Malaria falsiparum menurut berat badan dengan
Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin
Jumlah tablet per hari menurut berat badan
6-10 11-17 18-30 31-40 41-49 50-59
Hari Jenis obat <5 kg >60 kg
kg kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 >15 >15 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Artesunat 1/4 1/2 1 1 1/2 2 3 4 4
1-3
Amodiakuin ¼ 1/2 1 1 1/2 2 3 4 4
1 Primakuin - - 3/4 1 1/2 2 2 2 3

Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan dengan


Artesunat + Amodiakuin dan Primakuin.
Jumlah tablet per hari menurut berat badan
6-10 11-17 18-30 31-40 41-49 50-59
Hari Jenis obat <5 kg >60 kg
kg kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 >15 >15 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Artesunat 1/4 1/2 1 1 1/2 2 3 4 4
1-3
Amodiakuin ¼ 1/2 1 1 1/2 2 3 4 4
1 Primakuin - - 1/4 1/2 3/4 1 1 1

Dosis obat : Amodiakuin basa = 10mg/kgBB dan


Artesunat = 4mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB
(P. falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB
(P. vivax selama 14 hari)

14
b. Lini kedua untuk malaria falciparum

Kina + doksisiklin atau tertrasiklin + primakuin

Pengobatan lini kedua Malaria falsiparum diberikan jika pengobatan lini pertama
tidak efektif, dimana ditemukan gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit
aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).

Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria falsiparum (dengan obat kombinasi


Kina dan Doksisiklin)
Jumlah tablet per hari menurut berat badan
6-10 11-17 18-30 31-33 34-40 41-45 46-60
Hari Jenis obat <5 kg >60 kg
kg kg kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 10-14 >15 >15 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Sesuai
1-7 Kina 3x1/2 3x1 3x1 1/2 3x1 1/2 3x2 3x2 1/2 3x2 1/2 3x3
BB
1 Primakuin - - 3/4 1 1/2 2 2 2 3 3

Tabel dosis doksisiklin


Jumlah tablet per hari menurut berat badan

Hari Jenis obat <5 kg 6-19 kg 20-29 kg 30-44 kg 45-59 kg >60 kg


0-1 2 bulan –
>8 tahun 10-14 tahun >15 tahun >15 tahun
bulan 8 tahun
1-7 doksisiklin - - 2x25 mg 2x50 mg 2x75 mg 2x 100 mg

Catatan:Dosis Kina diberikan sesuai BB (3x10mg/kgBB/hari)


Dosis Doksisiklin 3.5 mg/kgBB/hari diberikan 2 x sehari (> 15 tahun)
Dosis Doksisiklin 2.2 mg/kgBB/hari diberikan 2 x sehari (8-14 tahun)

15
Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria Falsiparum (dengan obat kombinasi
Kina dengan Tetrasiklin)
Jumlah tablet per hari menurut berat badan
6-10 11-17 18-30 31-33 34-40 41-45 46-60
Hari Jenis obat <5 kg >60 kg
kg kg kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 10-14 >15 >15 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Sesuai
1-7 Kina 3x1/2 3x1 3x1 1/2 3x1 ½ 3x2 3x2 1/2 3x2 1/2 3x3
BB
1 Primakuin - - 3/4 1 1/2 2 2 2 3 3

Tabel dosis tetrasiklin


Jumlah tablet per hari menurut berat badan
6-10 11-17 18-30
Hari Jenis obat <5 kg 31-40 kg 41-49 kg 50-59 kg >60 kg
kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-8 >8-14 >15 >15 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
4x125 4x125 4x250 4x250
1-7 Tetrasiklin - - - -
mg mg mg mg

Catatan : Dosis Tetrasiklin 4 mg/kgBB/kali diberikan 4 x sehari Tidak diberikan


pada anak umur<8 tahun. Oleh karena Doksisiklin dan Tetrasiklin tidak
dapat diberikan pada ibu hamil maka sebagai penggantinya dapat di
pakai Klindamisin

Dosis klindamisin pada anak


Jumlah tablet per hari menurut berat badan
6-10 11-17 18-30 31-33 34-40 41-45 46-60
Hari Jenis obat <5 kg
kg kg kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 10-14 >15 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1-7 klindamisin 2x* 2x* 2x* 2x* 2x* 2x* 2x* 2x*

 Dosis anak anak 10 mg/kg bb diberikan 2 x sehari perkapsul


klindamisin basa 150 mg dan 300 mg

16
c. Lini kedua untuk malaria vivaks

Kina + Primakuin
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks yang tidak respon
terhadap pengobatan ACT.
Pengobatan lini kedua malaria vivaks
Jumlah tablet per hari menurut berat badan
6-10 11-17 18-30 31-33 34-40 41-45 46-60
Hari Jenis obat <5 kg >60 kg
kg kg kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 10-14 >15 >15 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Sesuai
1-7 Kina 3x1/2 3x1 3x1 1/2 3x1 1/2 3x2 3x2 1/2 3x2 1/2 3x3
BB
1 Primakuin - - 1/4 1/2 3/4 ¾ 1 1 1

d. Pengobatan malaria vivaks yang relaps


Dugaan Relaps pada malaria vivaks adalah apabila pemberian primakuin dosis
0,25 mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali
dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah
pengobatan. Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan lagi
regimen ACT yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5
mg/kgBB/hari.

2.4.2 Pengobatan malaria ovale


a. Lini pertama untuk malaria ovale
Pengobatan Malaria ovale saat ini menggunakan Artemisinin Combination
Therapy (ACT), yaitu Dihydroartemisinin Piperakuin (DHP) atau Artesunat +
Amodiakuin. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.
b. Lini kedua untuk malaria ovale
Pengobatan lini kedua untuk malaria ovale sama dengan untuk malaria vivaks.

2.4.3 Pengobatan malaria malariae


Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali per hari selama 3 hari, dengan
dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin

17
2.4.4 Pengobatan infeksi campur p. falciparum + p. vivaks / p. ovale
Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale dengan ACT. Pada
penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin
dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. ovale dengan DHP


Jumlah tablet per hari menurut berat badan
6-10 11-17 18-30 31-40 41-59
Hari Jenis obat <5 kg >60 kg
kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 >15 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP 1/4 1/2 1 1 1/2 2 3 4
1 Primakuin - - 1/4 1/2 3/4 1 1

ATAU

Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. ovale dengan Artesunat +


Amodiakuin
Jumlah tablet per hari menurut berat badan
A 6-10 11-17 18-30 31-40 41-49
<5 kg >60 kg
r
Hari Jenis obat kg kg kg kg kg
t 0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 >15 >15
e bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
s Artesunat 1/4 1/2 1 2 3 4 4
u
1-3
n Amodiakuin 1/4 1/2 1 2 3 4 4
a1 Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1 1
t
= 4 mg/kgBB dan Amodiakuin basa = 10 mg/kgBB

2.4.5 Pengobatan infeksi campur p. falciparum + p. malariae


Infeksi campur antara P. falcifarum dengan P. malariae diberikan
regimen ACT selama 3 hari dan Primakuin pada hari I.

18
Penatalaksanaan kasus malaria tanpa kompikasi di Indonesia

Pasien dating dengan gejala malaria:


Demam, Menggigil, Berkeringat. Gejala lain: diare, batuk, pilek, mialgia, sakit
kepala, mual, muntah

PERIKSA SEDIAAN DARAH

Mikroskop / rapid diagnostic test (RDT)

Plasmodium falciparum (+) Plasmodium vivax (+)


Lini I : Dihydroartemisinin-Piperakuin ATAU Lini I : Dihydroartemisinin-Piperakuin ATAU Artesunat –
Artesunat – Amodiakuin selama 3 hari + Primakuin Amodiakuin selama 3 hari + Primakuin hari 1-14
hari I Dosis Dihydroartemisinin : 2-4 mg/kgBB, Dosis Piperakuin : 16-32
Dosis Dihydroartemisinin : 2-4 mg/kgBB mg/kgBB dalam 1 dosis
Dosis Piperakuin : 16-32 mg/kgBB dalam 1 dosis Dosis Artesunat : 4 mg/ kgbb,
Dosis Artesunae : 4 mg/ kgbb Dosis Amodiakuin : 10 mg/ kgbb
Dosis Amodiakuin : 10 mg/ kgbb Primakuin 0,25 mg/kgbb diberikan pada hari 1-14
Primakuin 0,75 mg/kgbb diberikan pada hari I

Lini II : Kina selama 7 hari + Primakuin selama 14 hari


Lini II : Kina + Doxyciclin / Tetracyclin selama 7 hari Dosis Kina : 10 mg / kgbb
+ Primakuin hari I Dosis Primakuin : 0,25 mg/kgbb
Dosis Doksisiklin :
- Dosis Dewasa : 3,5 mg/kgbb/hari (2x1)
- Dosis 8 – 14 th : 2,2 mg/kgbb/hari (2x1)

Malaria mix ( P. falciparum + P. vivax)


Dihydroartemisinin-Piperakuin ATAU
Artesunate – Amodiakuin ( selama 3 hari) + Primakuin ( selama 14 hari)
Dosis Dihydroartemisinin : 2-4 mg/kgBB,
Dosis Piperakuin : 16-32 mg/kgBB dalam 1 dosis
Dosis Artesunat : 4 mg/ kgbb , Dosis Amodiakuin : 10 mg/kgBB
Primakuin hari 1-14 : 0,25 mg/kgBB

19
Pengobatan malaria pada ibu hamil

Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada orang
dewasa lainnya. Perbedaannya adalah pada pemberian obat malaria berdasarkan umur
kehamilan. Pada ibu hamil tidak diberikan Primakuin.

Pengobatan Malaria falcifarum pada Ibu Hamil


Umur kehamilan Pengobatan
Trimester I (0-3 bulan) Kina tablet + klindamisin selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari

Pengobatan malaria vivaks pada ibu hamil


Umur kehamilan Pengobatan
Trimester I (0-3 bulan) Kina tablet selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari

Dosis klindamisin 10 mg/kgBB diberikan 2 x sehari

Sebagai kelompok yang berisiko tinggi pada ibu hamil dilakukan penapisan/skrining
terhadap malaria yang dilakukan sebaiknya sedini mungkin atau begitu ibu tahu bahwa dirinya
hamil. Pada fasilitas kesehatan, skrining ibu hamil dilakukan pada kunjungannya pertama sekali
ke tenaga kesehatan/fasilitas kesehatan. Selanjutnya pada ibu hamil juga dianjurkan
menggunakan kelambu berinsektisida setiap tidur.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anti malaria adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama plasmodium. Penyakit ini
ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Pasien yang terinfeksi
oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila
tidak diobati akan terjadi komplikasi yang berujung kematian. Obat anti malaria antara lain
adalah kinin, klorokuin, meflokuin, dan primakuin. Mekanisme kerja dan target molekul
obat berbeda pada setiap obat.

21
DAFTAR PUSTAKA
1. Farmakologi dan terapi edisi 5
2. P.N. Harijanto. 2011.ACT sebagai Obat Pilihan Malaria Ringan di
Indonesia. Sulawesi utara
3. Novia Akwila Rumagit, Heedy M. Tjitrosantoso, Weny I Wiyono.
2013. Studi penggunaan antimalaria pada penderita malaria di
instalasi rawat inap blu rsup prof. Dr. R. D. Kandou manado.
Manado
4. Syamsudin . 2014. Mekanisme kerja obat antimalaria. Jakarta selatan
5. Permenkes republik indonesia nomor 5 tahun 2013 tentang pedoman
tata laksana malaria

22

Anda mungkin juga menyukai