Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun

(UU 13 Tahun 1998). Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk

yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai

dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap

serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan

terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ (Darmojo, 2004).

Populasi lansia di dunia menurut World Health Organization

(WHO) akan terus mengalami peningkatan, pada tahun 2000 jumlah lansia

sebanyak 7,4% dari total populasi, pada tahun 2010 jumlah lansia

meningkat menjadi 9,77% dari total populasi dan pada tahun 2020

diperkirakan jumlah lansia akan meningkat menjadi 11,34% dari total

populasi (Kemenkes RI, 2013). Indonesia adalah termasuk negara yang

memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (Aging Struktured

Population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar

7,18%. Pada tahun 2011 jumlah lansia meningkat sebesar 9,51% dari jumlah

penduduk dan pada tahun 2020 diperkirakan akan terjadi peningkatan

jumlah lansia sebesar 11,34% dari jumlah penduduk (Depkes, 2012).

1
Penyakit reumatik yang biasa disebut artritis (radang sendi) dan

dianggap sebagai satu keadaan sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe

kelainan yang berbeda. Penyakit ini terutama mengenai otot–otot skelet,

tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki–laki maupun wanita

dengan segala usia. Sebagian gangguan lebih besar kemungkinannya untuk

terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien atau lebih

menyerang jenis kelamin yang satu dibandingkan lainnya. Dampak keadaan

ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan

kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit reumatik tidak

hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas

hidup sehari – hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat

menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah

seperti rasa nyeri. Keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan

tidur (Kisworo, 2008).

Lebih lanjut awitan keadaan ini bisa bersifat akut atau insidius, dan

perjalanan penyakitnya dapat ditandai oleh periode remisi (suatu periode

ketika gejala penyakit berkurang atau tidak terdapat) dan eksaserbasi (suatu

periode ketika gejala penyakit terjadi atau bertambah berat). Terapi dapat

sangat sederhana dan bertujuan untuk melokalisaasi rasa nyeri, atau dapat

kompleks dan dimaksudkan untuk mengurangi efek sistemiknya. Perubahan

yang permanent dapat terjadi akibat penyakit ini. Arthritis rheumatoid

merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Biasanya terdapat

banyak tanda-tanda fisik. Insiden puncak dari arthritis rheumatoid terjadi

2
pada umur dekade ke empat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali

lebih sering dari pada laki-laki (Akhtyo, 2009).

Arthritis rheumatoid memang lebih sering dialami oleh lansia, untuk

itu perlu perawatan dan perhatian khusus bagi lansia dengan arthritis

rheumatoid terutama dalam keluarga. Kedudukan dan peranan orang lansia

dalam keluarga dianggap sebagai orang yang harus dihormati dan dihargai

apalagi dianggap memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat

menjadikan secara psikologis lebih sehat secara mental. Perasaan diterima

oleh orang lain akan mempengaruhi tanggapan mereka dalam memasuki hai

tua, dan berpengaruh pula kepada derajat kesehatan lansia (Fitriani, 2009).

Lebih dari 355 juta orang di dunia ternyata menderita penyakit

rematik. Itu berarti, setiap enam orang di dunia ini satu di antaranya adalah

penyandang rematik. Namun, sayangnya pengetahuan tentang penyakit

rematik belum tersebar secara luas. Sehingga banyak mitos yang keliru

beredar di tengah masyarakat yang justru menghambat penanganan

penyakit itu. Hal yang perlu jadi perhatian adalah angka kejadian penyakit

rematik ini yang relatif tinggi, yaitu 1-2 persen dari total populasi di

Indonesia. Pada tahun 2004 lalu, jumlah pasien rematik ini mencapai 2 Juta

orang, dengan perbandingan pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pria.

Penderita arthritis rheumatoid di seluruh dunia telah mencapai angka

355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita rheumatoid.

Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi

lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia

3
(WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit

arthritis rheumatoid. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun

dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono, 2010). Berdasarkan hasil

penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi nyeri rematik di

Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa

rasa nyeri akibat rematik sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat

Indonesia, terutama mereka yang memiliki aktivitas sangat padat di daerah

perkotaan seperti mengendarai kendaraan di tengah arus kemacetan, duduk

selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh yang berarti, tuntutan untuk tampil

menarik dan prima, kurangnya porsi berolah raga, serta faktor

bertambahnya usia. Data pelayanan kesehatan tahun ketahun menunjukkan

proporsi kasus rematik di Jawa Tengah mengalami peningkatan dibanding

dengan kasus penyakit tidak menular. Secara keseluruhan pada tahun 2007

proporsi kasus rematik sebesar 17,34 %, meningkat menjadi 29,35% di

tahun 2008. kemudian pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi

39,47% (Seksi PZPTM, 2009).

Kota Semarang penderita rematik terdapat 7,179 kasus rumah sakit

dan 33,985 kasus di Puskesmas pada tahun 2008. dalam kasus puskesmas

tersebut untuk 4 penderita rematik tertinggi karena terdapat ditiap-tiap

Puskesmas yang ada di jawa tengah. Pada tahun 2009 jumlah penduduk

rematik di Puskesmas Kedung Mundu Semarang mendekati urutan ke tiga

setelah Hipertensi dan ISPA. Jumlah penderita rematik di Puskesmas

Kedung Mundu Semarang adalah 146 kasus (Jurnal, 2008). Perawat

4
berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada anggota keluarga

yang sakit, sebagai pendidik kesehatan dan sebagai fasilitator agar

pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan perawat dengan mudah dapat

menampung permasalahan yang dihadapi keluarga serta membantu

mencarikan jalan pemecahannya, misalnya mengajarkan kepada lansia

untuk mencegah agar tidak terjadi penyakit Artritis Rhematoid. Peran klien

lebih difokuskan untuk menjalankan lima tugas tersebut adalah mengenal

masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat,

memberi perawatan terhadap yang sakit, mempertahankan atau

menciptakan suasana rumah yang sehat, mempertahankan hubungan dengan

menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut

penulis tertarik untuk membahas tentang perawatan gerontik terutama pada

lansia yang mempunyai masalah kesehatan dengan nyeri sendi dan dapat

mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga

gerontikdengan Rheumatoid Artritis.

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan yang diharapkan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Tujuan Umum

Penulis dapat memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny. K

secara optimal.

5
2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian yang meliputi penyebab masalah kesehatan

dan masalah keperawatan pada keluaga Ny. K sehingga tanda gejala serta

komplikasi dapat di cegah sedini mungkin.

b. Mengidentifikasi hasil analisa data yang diperoleh dan diagnosa

keperawatan yang muncul pada keluarga Ny. K.

c. Mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan secara langsung dengan

masalah nyeri sendi.

d. Mengidentifikasi tindakan keperawatan dalam rangka memandirikan

keluarga dalam melaksanakan tugas asuhan keperawatan dengan nyeri

sendi.

e. Mengidentifikasi hasil evaluasi yang berhasil dilakukan.

C. METODE PENULISAN

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode

deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, prioritas masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dan

tehnik penulisan yang digunakan antara lain :

1. Wawancara

Wawancara merupakan pembicaraan terarah yang dilakukan bertatap muka

secara langsung.wawancara untuk memperoleh data dapat dilakukan secara

formal yaitu pada saat melakukan pengambilan riwayat kesehatan

keluarga.wawancara informal yaitu pada saat melakukan implementasi

6
keperawatan yang memungkinkan keluarga memberikan informasi tentang

permasalahan kesehatan yang mungkin ada.

2. Observasi

Pengamatan yang dilakukan terhadap keluarga baik secara langsung

maupun tidak langsung untuk memperoleh data, dimana penulis ikut serta

memberikan asuhan keperawatan keluarga melalui pengkajian, diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penyusunan karya tulis

ilmiah ini, maka penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri

dari lima Bab yaitu

BAB I : Berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan

Penulisan metode dan tehnik penulisan, serta sistematika

penulisan.

BAB II : Berisi tentang tinjauan teori yang meliputi pengertian

Asuhan Keperawatan Gerontik, pengertian arthritis

reumatoid, tanda gejala faktor Yang mempengaruhi

arthritis reumatoid, patofisiologi, komplikasi,

penatalaksanaan dan Asuhan keperawatan gerontik

dengan masalah Artritis reumatoid.

BAB III : Berisi tentang tinjauan kasus yang meliputi pengkajian,

masalah , Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

7
BAB IV : Berisi tentang pembahasan, yang membahas kesenjangan

antara teori dari Kenyataan lapangan.

BAB V : Meliputi kesimpulan dan saran

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia

1. Pengertian

Dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke

atas. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang

perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial

(BKKBN). Menurut prof koesmoto setyonegoro lanjut usia adalah orang yg

berumur 65 tahun keatas. Sebenarnya lanjut usia adalah suatu proses alami

yang tidakapat ditentukan oleh tuhan yang maha esa (Wahyudi, 2000).

2. Batasan Lansia

Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para

ahli karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling

mempengaruhi sebagai indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses

peneuan berdasarkan teori psikologis ditekankan pada perkembangan). World

Health Organization (WHO) mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :

a. Middle Aggge (45-59 tahun).

b. Erderly (60-74 tahun).

c. Old (75-90 tahun).

d. Very old (> 91 tahun).

9
3. Proses Menua

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi

seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem

fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadapa berbagai penyakit dan

kematian (Setiadi dkk, 2006).

Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan

proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa

awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari

apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan

sekunder merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan faktor-

faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang

(Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia, Olds & Feldman,

2005).

4. Perubahan- perubahan yang Terjadi Pada Lansia

a. Perubahan Fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem

organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,

kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal,

genito urinaria, endokrin dan integumen.

1) Sistem pernafasan pada lansia

a) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume

udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

b) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk

sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

10
c) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya )

sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami

penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

d) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas

permukaan normal 50m²), menyebabkan terganggunya prose difusi.

e) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose

oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua

kejaringan.

f) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri

juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh

sendiri.

g) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret &

corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial

terjadinya obstruksi.

2) Sistem persyarafan.

a) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.

b) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.

c) Mengecilnya syaraf panca indera.

d) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya

syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

3) Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.

a) Penglihatan

11
(1) Kornea lebih berbentuk skeris.

(2) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar.

(3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

(4) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya

gelap.

(5) Hilangnya daya akomodasi.

(6) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.

(7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau

pada skala.

b) Pendengaran.

(1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya

kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama

terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara

yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia

diatas umur 65 tahun.

(2) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

(3) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya kreatin.

c) Pengecap dan penghidu.

(1) Menurunnya kemampuan pengecap.

12
(2) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan

selera makan berkurang.

d) Peraba.

(1) Kemunduran dalam merasakan sakit.

(2) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

e) Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.

(1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

(2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun

sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

(3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Kurangnya

efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,

perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa

menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg

( mengakibatkan pusing mendadak ).

(4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

f) Sistem Perkemihan

(1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke

ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun

sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya

kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun

13
proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ;

nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

(2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,

kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan

frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan

pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.

(3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65

tahun.

(4) Atropi vulva.

(5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun

juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,

reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.

(6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun

tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

g) Sistem endokrin / metabolik pada lansia.

(1) Produksi hampir semua hormon menurun.

(2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.

(3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan

hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari

ACTH, TSH, FSH dan LH.

(4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya

pertukaran zat.

(5) Menurunnya produksi aldosteron.

14
(6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen,

testosteron.

(7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi

dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi

tekanan jiwa (stess).

h) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.

(1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease

yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi

kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

(2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari

selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya

sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis,

asin, asam & pahit.

(3) Esofagus melebar.

(4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ),

asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

(5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.

(6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).

(7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat

penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

i) Sistem muskuloskeletal.

(1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.

(2) Resiko terjadi fraktur.

15
(3) Kyphosis.

(4) Persendian besar & menjadi kaku.

(5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.

(6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

(7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi

badan berkurang ).

j) Perubahan sistem kulit & karingan ikat.

(1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

(2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan

hilangnya jaringan adiposa

(3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik,

sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur

yang tinggi.

(4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya

aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

(5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan

penyembuhan luka luka kurang baik.

(6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

(7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta

warna rambut kelabu.

(8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang

menurun.

16
(9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang

menurun.

(10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak rendahnya akitfitas otot.

k) Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.

(1) Selaput lendir vagina menurun/kering.

(2) Menciutnya ovarium dan uterus.

(3) Atropi payudara.

Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan

secara berangsur berangsur.

Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi

kesehatan baik.

5. Perubahan-perubahan mental/ psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

d. Keturunan (herediter).

e. Lingkungan.

f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

famili.

17
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri

dan perubahan konsep diri Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini

jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan

seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-

penyakit.

Kenangan (memory) ada dua :

1) Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu,

mencakup beberapa perubahan.

2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.

Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan

perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan

keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan,

karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

6. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya

(Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal

ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.

B. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang

berarti mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi

dan struktur lain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata

18
lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem

muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit jaringan ikat.

Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang

manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit

ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006). Osteoartritis atau

rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang

rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut,

terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban

Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran

sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar.

Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang

berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit

sendi lainnya.

2. Klasifikasi

Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :

a. Osteoartritis.

Penyakit merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis

ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan

gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung

beban ini.

19
b. Artritis Rematoid.

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik

dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh

organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi

setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat

progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa

kelemahan umum cepat lelah.

c. Polimialgia Reumatik.

Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan

kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher,

bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut

sekitar 50 tahun ke atas.

d. Artritis Gout (Pirai).

Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran

khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria

dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,

sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.

3. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa

faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara

lain:

20
a. Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan

adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan

akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan

berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.

b. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan

lakilaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan

leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis

kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50

tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada

wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada

patogenesis osteoartritis.

c. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku

bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup

maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan

pertumbuhan tulang.

d. Genetik.

e. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya

resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.

Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada

21
sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan

osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu

disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban

mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada

timbulnya kaitan tersebut.

f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus

menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.

Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan

resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

g. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan

timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.

h. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko

timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang

lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang

diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi

menjadi lebih mudah robek.

4. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,

kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang

22
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular

kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau

penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.

Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada

nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan

sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara

permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).

Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi

lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.

Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai

dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada

orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang

lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif

gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

5. Manifestasi Klinik

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang

terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.

Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan

istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,

23
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat

pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul

belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri

tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,

antara lain:

a. Nyeri sendi Keluhan ini merupakan keluhan utama.

Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan

istirahat. Beberapa gerakan tertentu

kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan

yang lain.

b. Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat

dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

c. Kaku pagi Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah

immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

d. Krepitasi Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi

yang sakit.

e. Pembesaran sendi (deformitas) Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah

satu sendinya (lutut atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan

membesar.

f. Perubahan gaya berjalan Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan

kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan

24
berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang

besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Tes serologi

1) Sedimentasi eritrosit meningkat

2) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis

3) Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita

b. Pemerikasaan radiologi

1) Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi

2) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis

c. Aspirasi sendi

Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari

sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

7. Penatalaksanaan

a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan

prognosis penyakit ini.

b. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini

bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.

d. Termoterapi.

e. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat, Pemberian Obat-obatan.

25
8. Komplikasi

a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses

granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

d. Terjadi splenomegaly.

C. Konsep Keperawatan

Proses keperawatan adalah kerangka kerja dalam melaksanakan

tindakan yang digunakan agar proses pertolongan yang diberikan kepada

keluarga menjadi sistematis (S.G. Bailon dan Arcelis Maglaya, 1989).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan untuk

mengukur keadaan klien dan keluarga dengan memakai patokan norma-

norma kesehatan pribadi maupun sosial, sistem integritas dan kesanggupan

keluarga menjadi sistematis (S.G. Bailon dan Arcelis Magalaya, 1989)

a. Pengumpulan data.

b. Analisa data.

c. Pengumpulan masalah.

d. Menentukan prioritas masalah.

2. Perencanaan

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang

ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah

26
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (SG. Bailon,

1989:1972). Perencanaan tersebut meliputi tujuan, intervensi dan kriteria

evaluasi yang disesuaikan dengan diagnosa keperawatan.

3. Implementasi

Merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang telah ditetapkan

bersama keluarga. Adapun implementasi yang telah dilakukan adalah

penyuluhan.

4. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.

Evaluasi berkaitan dengan tujuan bagaimana tujuan dinyatakan akan

menentukan mudah atau sulitnya mengadakan evaluasi.

27
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Karakteristik Demografi

1. Identitas Diri Klien

Nama Lengkap : Kartinah Pendidikan terakhir : SD

Tempat/tgl lahir : Purwekerto, 15 Diagnosa Medis : Reumatik

Febuari 1943 Alamat : Sancang 2 Bandung

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Janda

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

2. Keluarga atau Orang Lain yang Penting/Dekat yang Dapat Dihubungi

 Nama : Riyadi

 Alamat : Riung Bandung

 No. Telepon : -

 Hubungan dengan klien : Anak

3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

 Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja

 Pekerjaan sebelumnya : Pengurus Panti

 Sumber pendapatan :

 Kecukupan pendapatan :

28
4. Aktivitas Rekreasi

 Hobi : Pengajian

 Bepergian/wisata : Jalan-jalan dengan keluarga

 Keanggotaan organisasi : Tidak ada

 Lain-lain : Tidak ada

5. Riwayat Keluarga

a. Saudara Kandung

Nama Keadaan Saat ini Keterangan

Sehat atau sakit Masih hidup/sdh

meninggal

1. Tidak ada Tidak ada Tidak ada

2. Tidak ada Tidak ada Tidak ada

3. Tidak ada Tidak ada Tidak ada

b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)

 Nama : Tidak ada

 Umur : Tidak ada

 Penyebab Kematian : Tidak ada

c. Kunjungan keluarga : Satu minggu 1x berkunjung ke panti

B. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

 Frekuensi makan : 3x sehari

 Nafsu makan : Menurun

29
 Jenis makanan : Nasi + Lauk Pauk

 Kebiasaan sebelum makan : Berdo’a

 Makanan yang tidak disukai: Daging ayam, ikan, usus, ati ampela

 Alergi terhadap makanan : Tidak ada

 Pantangan makan : Udang, pisang

 Keluhan yang berhubungan: Tidak ada

dengan makan

2. Eliminasi

a. BAK

 Frekuensi dan waktu : 2x sehari

 Kebiasaan BAK pada malam hari : Tidak

 Keluhan yang berhubungan dengan BAK: Tidak ada

b. BAB

 Frekuensi dan waktu : 2x sehari

 Konsistensi : Padat

 Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak ada

 Pengalaman memakai Laxatif/Pencahar : Tidak

3. Personal Higiene

a. Mandi

 Frekuennsi dan waktu mandi : 2x sehari

 Pemakaian sabun (ya/tidak) : Ya

b. Oral Higiene

30
 Frekuensi dan waktu gosok gigi : 2x Sehari

Menggunakan pasta gigi : Ya

c. Cuci Rambut

 Frekuensi : 1 Minggu sekali

 Penggunaan shampo (ya/tidak) : Ya

d. Kuku dan Tangan

 Frekuensi gunting kuku : 1 Minggu sekali

 Kebiasaan mencuci tangan : Ya

4. Istirahat dan Tidur

 Lama tidur malam : 6 Jam

 Tidur siang : 1 Jam

 Keluhan yang berhubungan dengan tidur : Tidak ada

5. Kebiasaan mengisi waktu luang

a. Olahraga : Ya (Selasa-Rabu)

b. Nonton TV : Selalu

c. Berkebun/memasak : Tidak

d. Lain-lain : Pengajian, membaca Al-qur’an

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:

31
(Jenis/frekuensi/jumlah/lama pakai)

a. Merokok (ya/tidak) : Tidak

b. Minuman keras (ya/tidak) : Tidak

c. Ketergantungan terhadap obat (ya/tidak) : Ya

7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari

Jenis Kegiatan Lama waktu untuk setiap kegiatan

1. 02.00 Bangun tidur, sahur dan shalat subuh

2. 06.00 Membereskan rungan dan tempat tidur

3. 08.00 Mencuci pakaian

4. 09.00 Mengisi waktu luang menjahit kain perca

5. 11.00 Pengajian

6. 12.00 Shalat dzuhur

7. 13.00 Istirahat tidur/ ngobrol dengan teman

sekamar

8. 15.00 Shalat ashar

9. 18.00 Shalat magrib berjamaah

10. 19.00 Mengisi waktu luang menonton TV

11. 19.30 Shalat isya berjamaah di rumah

12. 21.00 Tidur

C. Status Kesehatan

1. Status Kesehatan Saat Ini

32
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Reumatik

b. Riwayat penyakit sekarang : Pada saat melakukan pengkajian

klien mengeluh sakit lutut sejak 4 tahun lalu, klien mengatakan sudah

berobat ke klinik dekat panti. Nyeri lutut menjalar hingga ke pinggang skala

nyeri yang dirasakan 4 (0-10), nyeri lutut yang dirasakan hilang timbul, Ny.

K juga sering merasa kesemutan pada kaki sebelah kanan dan kiri.

c. Gejala yang dirasakan : Terasa pegal nyeri kaki sebelah kiri

disertai panas.

d. Faktor Pencetus : Terkena dingin setelah mencuci

pakaian.

e. Timbulnya Keluhan: ( √ ) Mendadak ( ) Bertahap

f. Waktu mulai timbulnya keluhan

g. Upaya mengatasi :

 Pergi ke RS/klinik pengobatan/dokter praktek : Pergi ke klinik

 Pergi ke Bidan/perawat

 Mengkonsumsi obat-obatan sendiri : Tidak

 Mengkonsumsi obat-obatan tradisional : Tidak

 Lain-lain :

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Penyakit yang pernah di derita : Hipertensi, Gastritis.

b. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu,dan lain-lain): Makan

udang.

c. Riwayat kecelakaan : Tidak

33
d. Riwayat dirawat di rumah sakit : Ya, 2 bulan yang lalu terserempet motor.

e. Riwayat pemakaian obat : Ya, obat amlodipin 1x1 hari dan B-Complex

1x1 hari

3. Pemeriksaan fisik

a. Penampilan umum

1) Tingkat kesadaran : Compos mentis GCS 15 (E4 M6 V5).

2) Tinggi Badan : 147 Cm

3) Berat Badan : 39Kg

4) Tanda-tanda Vital

a) Tekanan Darah : 130/90 mmHg

b) Nadi : 88 x/ menit

c) Respirasi : 21 x / menit

d) Suhu : 36,5° C

b. Sistem Integumen

Warna kulit sawo matang, kulit tampak pucat, turgor kulit kembali dalam

±2 detik.

c. Sistem Pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada

sekret, tidak ada pembengkakakan sinus, kedua lubang hidung bersih, tidak

ada sumbatan, fungsi penciuman klien baik, respirasi 21x/menit.

34
d. Sistem Kardiovaskuler

Warna Konjungtiva merah muda, tidak ada peningkatan jpv, CRT <2detik,

palpasi arteri radialis teraba dangkal, amplitudo kuat, Nadi 88x/menit, TD :

130/90mmHg.

e. Sistem Pencernaan

Pada saat inspeksi mulut kering, bibir kering, dinding mukosa mulut kering,

kebersihan mulut lumayan bersih, tercium bau mulut, tonsil ada, uvula

ditengah, gigi bagian atas sudah abis, lidah dapat bergerak mendorong,

melipat. Fungsi pengecapan baik, abdomen cembung. Pada saat auskultasi

terdengar bising usus 10x/menit. Saat palpasi tidak ada nyeri tekan.

f. Sistem Persyarafan

Nervus I (Olfaktorius)

Fungsi penciuman klien baik, klien dapat mencium minyak kayu putih.

Nervus II (Optikus)

Fungsi penglihatan klien kurang baik, klien dapat membaca name tag

perawat dengan jelas.

Nervus III, IV, dan V( Okulomotorius, Toclearis, dan Abdusen)

Bentuk pupil bulat, refleks cahaya (+)

Nervus VI (Trigeminus)

Klien dapat merasakan sentuhan alat-alat saat disentuhkan ke kulit.

Nervus VII (Facialis)

Klien dapat tersenyum simetris, bisa mengangkat kedua alis dan klien bisa

membuka mulut dengan lebar.

35
Nervus VIII (Vestibulocoklearis)

Pendengaran klien baik, klien kurang dapat mendengar dan menjawab apa

pertanyaan perawat terhadap klien.

Nervus IX, X (Glosofaringeus Vagus)

Terdapat uvula ditengah-tengah dan terdapat langit-langit.

Nervus XII (Hipoglosus)

Klien dapat menggerakan lidah.

g. Sistem Endokrin

Ketika diinspeksi leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid.

h. Sitem Perkemihan

Klien mengatakan tidak nyeri pada saat berkemih, warna urin kuning jernih.

i. Sistem Reproduksi

Klien mengatakan tidak ada masalah pada sistem reproduksinya

j. Sistem Muskuloskeletal

1) Ekstremitas atas

Kedua tangan klien simetris, reflek bisep(+) refleks trisep (+)

2) Ekstremitas bawah

Kedua kaki klien simetris, reflek patela (+)

4. Pengkajian spiritual

a. Apakah teratur beribadah : Ya

b. Apakah tertatur mengikuti kegiatan keagamaan : Ya

36
c. Bagaimana cara menyelesaikan masalah :

d. Apakah lansia sabar dan tawakal : Ya

e. Kebiasaan ibadah yang dilakukan : Sholat 5 waktu, membaca al-qur’an,

dan mengikut pengajian

D. Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)

1. Masalah Kesehatan Kronis : Ny. K tidak ada masalah kesehatan

kronis s/d masalah kronis ringan.

2. Fungsi Kognitif : Kemampuan klien dalam orientasi

terhadap waktu, orang, tempat, serta daya ingat masih baik. Dan jika

dilakukan pengkajian dengan hasil fungsi intelektual utuh.

3. Status Fungsional :Klien sangat mandiri dalam

menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.

4. Status Psikologis (skala depresi) :

5. Resiko Jatuh : Resiko jatuh klien jika dilakukan

dengan pengkajian Mors falls scale dengan hasil 15.

E. Lingkungan Tempat Tinggal

1. Kebersihan dan Kerapihan Ruangan : Lumayan bersih dan rapih

2. Penerangan : Cukup

3. Sirkulasi udara : Cukup

4. Keadaan kamar mandi dan WC : Cukup bersih

5. Pembuangan air kotor : Ada

37
6. Sumber air minum : Ada

7. Pembuangan sampah : Ditampung

8. Sumber pencemaran : Tidak ada

9. Penataan halaman (kalau ada) : Kurang rapih

10. Privasi : Tidak ada

11. Risiko injury : Ada

1. MASALAH KESEHATAN KRONIS

No Keluhan kesehatan atau Selalu Sering Jarang Tidak.Pernah

gejala yang dirasakan klien (3) (2) (1) (0)

dalam waktu 3 bulan

terakhir berkaitan dengan

fungsi-fungsi

A. Fungsi Penglihatan √

1. Penglihatan kabur

2. Mata berair √

3. Nyeri pada mata √

B. Fungsi Pendengaran √

4. Pendengaran

berkurang

5. Telinga Berdenging √

38
C. Fungsi Paru (pernapasan) √

6. Batuk lama disertai

keringat malam

7. Sesak napas √

8. Berdahak/sputum √

D. Fungsi Jantung √

9. Jantung berdebar-

debar

10. Cepat lelah √

11. Nyeri dada √

E. Fungsi pencernaan √

12. Mual/muntah

F. 13. Nyeri ulu hati √

14. Makan dan minum √

banyak (berlebihan)

15. Perubahan √

kebiasaan buang air

besar (mencret atau

sembelit)

G. Fungsi Pergerakan √

16. Nyeri kaki saat

berjalan

39
17. Nyeri pinggang √

atau tulang

belakang

18. Nyeri √

persendian/bengkak

H. Fungsi Persyarafan √

19. Lumpuh/kelemahan

pada kaki atau

tangan

20. Kehilangan rasa √

21. Gemetar/tremor √

22. Nyeri/pegal pada √

daerah tengkuk

Fungsi saluran √

perkemihan

23. Buang air kecil

banyak

24. Sering buang air √

kecil pada malam

hari

40
25. Tidak mampu √

mengontrol

pengeluaran air

kemih (ngompol)

JUMLAH 6 6 1 13

Analisis Hasil

Skor : < 25 : Tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan

kronis ringan

Skor : 26-50 : Masalah kesehatan kronis sedang

Skor > 51 : Masalah kesehatan kronis berat

2. PENGKAJIAN STATUS MENTAL

Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan

klien berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya

ingat. Pengjian yang digunakan yaitu Short Portable Mental Status

Quesioner (SPMSQ).

Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respons klien

No Item pertanyaan Benar Salah

1 Jam berapa sekarang? √

41
Jawab : 10.00 WIB

2 Tahun berapa sekarang? √

Jawab : 2018

3 Kapan Bapak/Ibu lahir? √

Jawab : 1943

4 Berapa umur bapak/ibu sekarang? √

Jawab : 75 Tahun

5 Dimana alamat bapak/ibu sekarang? √

Jawab : Panti werdha Budi pertiwi Jl.

Sancang No 2

6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal √

bersama bpk/ibu?

Jawab : 1 Bersaudara

7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal √

bersama bpk/ibu?

Jawab : Tidak ada

8 Tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia? √

Jawab : 1945

9 Siapa nama presiden republik Indonesia √

sekarang?

Jawab : Bapak Jokowi

10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1? √

42
Jawab : 20, 19, 18, 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11,

10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1

JUMLAH BENAR 10

Interpretasi hasil :

Salah 0 – 3 : fungsi intelektual utuh

Salah 4 – 5 : kerusakan intelektual ringan

Salah 6 – 8 : kerusakan intelektual sedang

Salah 9 – 10 : kerusakan intektual berat

3. STATUS FUNGSIONAL

Modifikasi indeks kemandirian KATZ INDEK

Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klien dalam

menjalankan aktivitas kehidupan sehari hari. Kemandirian berarti tanpa

pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang lain. Pengkajian ini

didasarkan pada kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan, artinya

jika klien menolak untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak

melakukan fungsi meskipun ia sebenarnya mampu.

Termasuk kategori manakah klien ?

A  mandiri dalam makan, kontinensia, berpakaian, ke toilet, berpindah

dan mandi

B  mandiri semua, kecuali satu fungsi di atas

C  mandiri, kecuali mandi dan satu fungsi lain

D  mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi lain

43
E  mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi lain

F  mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu

fungsi lain

G  ketergantungan untuk semua fungsi di atas

Pengkajian status fungsional dapat juga menggunakan Modifikasi dari

BARTHEL indeks. Kajilah pasien Anda sesuai dengan tinggkat

kemandirian berdasarkan skore berikut ini :

44
No KRITERIA DGN MANDIRI NILAI

BANTUAN

1. Makan 5 10 10

2. Minum 5 10 10

3. Berpindah 5 10 10

4. Personal toilet (cuci muka, 0 5 5

menyisir rambut, gosok

gigi)

5. Keluar masuk toilet 5 10 10

(memcuci pakaian,

menyeka tubuh,

menyiram)

6. Mandi 5 15 15

7. Jalan dipermukaan datar 0 5 5

8. Naik turun tangga 5 10 10

9. Mengenakan pakaian 5 10 10

10. Kontrol Bowel (BAB) 5 10 10

11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 10

12. Olah raga/latihan 5 10 5

45
13. Rekreasi/pemanfaatan 5 10 5

waktu luang

Jumlah 115

Keterangan :

a. Score 125 : Mandiri

b. Score <125 s.d > 55 : Ketergantungan ½

c. Score < 55 : Ketergantungan total

4. Pengkajian masalah emosional :

Pertanyaan tahap I :

1. Apakah klien sulit tidur ? Tidak

2. Apakah klien sering merasa gelisah ? Tidak

3. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ? Tidak

4. Apakah klien sering was-was atau khawatir ? Tidak

Lanjutkan ke pertanyaan Tahap II jika ≥ 1 jawaban “YA”

Pertanyaan tahap II :

1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan

2. Ada masalah atau banyak pikiran

3. Ada gangguan/masalah dgn keluarga lain ?

4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter ?

46
5. Cenderung mengurung diri

Bila ≥ 1 jawaban “YA”  terdapat masalah emosional

Apabila ada masalah emosional maka lanjutkan dengan pengkajian berikut

ini Berdasarkan Geriatric Depression Scale (GDS)

Petunjuk : Pilihlah jawaban yang paling tepat sesuai dengan perasaan yang

pasien dalam dua minggu terakhir. Apabila pasien menjawab sesuai

dengan yang dicetak tebal beri nilai 1

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah puas dengan kehidupan Ya Tidak

bapak/ibu

2. Apakah telah banyak meninggalkan Ya Tidak

minat/kesenagan/hobi?

3. Apakah kehidupan bapak/ibu terasa Ya Tidak

kosong?

4. Apakah sering merasa bosan? Ya Tidak

5. Apakah mempunyai semangat yang Ya Tidak

baik setiap saat?

47
6. Apakah takut bahwa sesuatu yang Ya Tidak

buruk akan terjadi?

7. Apakah merasa bahagia dengan Ya Tidak

sebagian besar kehidupan sekarang?

8. Apakah sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak

9. Apakah lebih senang tinggal di Ya Tidak

dalam kamar daripada menggerjakan

sesuatu?

10. Apakah merasa mempunyai banyak Ya Tidak

masalah dengan daya ingat bapak/ibu

dibandingan dengan orang lain?

11. Apakah berpikir bahwa hidup ini Ya Tidak

menyenangkan?

12. Apakah Bapak/Ibu merasa tidak Ya Tidak

berharga pada saat ini?

13. Apakah merasa penuh semangat? Ya Tidak

14. Apakah merasa tidak ada harapan Ya Tidak

lagi?

15. Apakah berpikir bahwa orang lain Ya Tidak

keadaannya lebih baik daripada

bapak/Ibu?

Interpretasi :

Nilai < 5 : tidak ada depresi

48
Nilai 5-9 : Depresi ringan

Nilai 10-15 : Depresi sedang-berat

5. PENGKAJIAN RESIKO JATUH BERDASARKAN MORSE FALLS

SCALE

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET

YA TIDAK

1. Riwayat jatuh: apakah lansia 25 0 0

pernah jatuh dalam 3 bulan

terakhir?

2 Apakah lansia memiliki 15 0 15

lebih dari satu penyakit

3. Alat bantu jalan

- Bedrest/ dibantu 0 0

- Kruk/tongkat/walker 15 0

- Berpegagangan pada 30 0

benda-benda sekitar

4 Terapi intravena

- Apakah lansia 20 0 0

terpasang infus?

49
5 Gaya berjalan/ cara

berpindah

- Normal/ bed rest/ 0 0

immobile (tidak

dapat bergerak

- Lemah/tidak 10 0

bertenaga

- Gangguan/tidak 20 0

normal

(pincang/diseret)

6 Status mental

- Lansia menyadari 0 0

kondisi tubuhnya

- Lansia mengalami 15 0

keterbatasan daya

ingat

Total nilai 15

Interpretasi

Tingkatan resiko Nilai MFS Tindakan

Tidak berisiko 0 – 24 Perawatan dasar

50
Risiko rendah 25 – 50 Pelaksanaan pencegahan

jatuh standar

Risiko Tinggi ≥ Pelaksanaan pencegahan

jatuh tinggi

a. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : Usia Nyeri Kronis

 Ny. K mengatakan Kerusakan fokal tulang


rawan sendi
sudah ± 4 tahun

merasa kesemutan Perubahan metabolisme


tulang
dan linu pada kaki
Peningkatan aktivitas
sampai menjalar ke enzim yang merusak
makro molekul matriks
pinggang
tulang rawan sendi
 Ny. K mengatakan
Penurunan kadar
rasa kesemutan dan proteoglikan

linu bertambah jika Berkurangnya


proteoglikan
terkena

dingin(setelah Vasokontriksi
pembuluh darah ke otak
mencuci pakaian)
Aliran darah ke otak
dan berkurang
Suplai oksigen ke otak
setelah istirahat.

51
 Klien mengatakan Metabolisme anaerob

kakinya sering terasa Penumpukan asam


laktat
linu dan kesemutan

pada pagi hari Nyeri kronis

DO :
Nyeri Akut
 Klien tampak

memegangi kaki nya

 Skala nyeri 4 (0-5)

1. Ds : Kurang pengetahuan Ketidakefektifan

 Ny. K mengatakan manajemen kesehatan


Kurang pengetahuan
mempunyai penyakit
tentang program
rematik sejak 4 tahun terapeutik

lalu

 Ny. K mengatakan Ketidakefektifan

suka mencuci manajemen kesehatan

menggunakan

tangan di sore hari.

 Ny. K mengatakan

terkadanag lupa

bahwa klien

memiliki penyakit

rematik.

52
Do :

 Ny. K saat

dilakukan

pemeriksaan

SPQMS termasuk

dalam kategori

utuh

 Ny. K pada saat

dilakukan

pemeriksaan

MMSE

memperoleh total

skor ... termasuk

dalam kategori

depresi rigan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Nyeri kronis b.d kesemutan dan rasa ngilu pada persendian

2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang

program terapeutik.

53
b. Perencanaan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri kronis b.d kesemutan 1. Kaji keluhan yang 1. Untuk mengetahui tanda
Setelah dilakukan pencegahan
dan rasa ngilu pada persendian dirasakan klien nyeri pada klien
selama 1x24 jam tatap muka,
2. Catat faktor yang 2. Membantu dalam
klien mampu mengurangi nyeri
DS : mempercepat dan tanda- menentukan kebutuhan
pada persendian dengan kriteria
 Ny. K mengatakan tanda rasa sakit non verbal. manajemen nyeri dan
hasil :
sudah ± 4 tahun merasa keefektifan program.
 Klien dapat beraktifitas
kesemutan dan linu 3. Menganjurkan klien untuk 3. Panas meningkatkan
tanpa rasa ngilu dan
pada kaki sampai mandi air hangat, kompres relaksasi otot dan
kesemutan
menjalar ke pinggang sendi-sendi yang sakit mobilitas, menurunkan
 Klien dapat mengatasi
 Ny. K mengatakan rasa menggunakan kompres rasa sakit.
nyeri secara mandiri
kesemutan dan linu hangat

54
bertambah jika terkena  Skala nyeri berkurang 4. Memberikan masase yang 4. Meningkatkan relaksasi/

dingin(setelah mencuci dari 4 menjadi 1 (0-5) lembut mengurangi tegangan otot

pakaian) dan dan melancarkn peredaran

berkurang setelah darah.

istirahat. 5. Demonstrasikan 5. Membantu klien secra

 Klien mengatakan pengobatan secara herbal mandiri dalam pengobatan

kakinya sering terasa pada rematik penyakitnya.

linu dan kesemutan a.

pada pagi hari

DO :

 Klien tampak

memegangi kaki nya

 Skala nyeri 4 (0-10)

55
2. 1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Agar mengetahui sejauh
manajemen kesehatan keperawatan selama 1x /hari klien tentang proses mana klien mengetahui
berhubungan dengan ketidakefektifan manajemen penyakit tentang penyakitnya
kurang pengetahuan kesehatan dapat teratasi, dengan
tentang program terapeutik kriteria hasil :
 Klien mengetahui tentang
penyakitnya
 Klien mematuhi tentang 2. Memberikan penyuluhan 2. Untuk menambah
makanan yang tentang reumatik pengetahuan klien tentang
dibolehkan dan yang reumatik
tidak dibolehkan
 Klien mampu memahami
tentang edukasi pola 3. Memberikan penyuluhan 3. Agar klien lebih
makan hidup sehat tentang makanan yang mengetahui makanan yang
 boleh dimakan. boleh di makan pada
penderita reumatik

4. Menganjurkan klien untuk 4. Agar klien lebih patuh


meminum obat yang telah dalam meminum obat jika
diresepkan kalau terasa nyeri dan kesemutan
nyeri dan kesemutan

56
No. Tanggal/Waktu No diagnosa Tindakan Respon Paraf
1. Senin, 1 1. Melakukan pengkajian 1. Klien mengatakan nyeri Riri Pratiwi
04 Juni 2018 nyeri secara yang dirasakan berkurang
09.00 WIB komprehensif menjadi 4 (0-10)

11.20 WIB 2. Mengukur TD klien 2.TD : 140/80 mmHg.


3. Mencatat faktor yang 3. Klien mengatakan nyeri
13.10 WIB mempercepat dan bertambah jika klien banyak
tanda-tanda rasa sakit bergerak.
non verbal

1. Melakukan pengkajian
nyeri secara 1. Klien mengatakan nyeri
Selasa, komprehensif kepala bertambah menjadi Riri Pratiwi
05 Juni 2018 skala 5 (0-10)
09.10 WIB

2. Observasi TD klien

57
2. TD : 130/80 mmHg
3. Meganjurkan klien
12.35 WIB untuk mandi air 3. Ny.K mengatakan nyaman
hangat, kompres sendi- saat dikompres hangat
12.55 WIB sendi.

4. Memotivasi klien untuk


melakukan kompres 4. Ny.K mengatakan akan
hangat secara konsisten melakukan kompres
13.25 WIB hangat jahe jika rasa nyeri
nya muncul.

1. Menjelaskan kepada
klien tentang tujuan dan
prosedur kompres
Rabu, hangat jahe 1. Ny.K mengatakan sedikit
06 Juni 2018 2. Memotivasi klien untuk paham tentang tujuan dan
08.30 WIB mempraktekkan prosedur kompres hangat
kompres hangat jahe jahe yang telah dijelaskan

58
untuk mengurangi rasa 2. Ny.K mengatakan sudah
nyeri siap mempraktekan
kompres hangat jahe
1. Melakukan pengkajian
nyeri secara
09.45 WIB komprehensif
1. TD klien 120/80 mmHg

2. Observasi TD klien

a. WIB

59
Senin 2. 1. Memberikan 1. Klien dapat menyebutkan Riri Pratiwi
04 Juni 2018 penyuluhan tentang kembali tentang penyakit
09.00 WIB reumatik reumatik.

1. Ny.M mengatakan sudah


mengurangi konsumsi Riri Pratiwi
Selasa, 1. Mengevaluasi makanan yang hijau-
05 Juni 2018 perubahan pola makan hijauan.
11.25 WIB klien

Rabu, 06 Juni 1. Memberikan penkes 1. Ny.K mengatakan sudah Riri Pratiwi


2018 kepada klien tentang paham dengan apa yang
09.45 WIB makanan yang boleh telah dijelaskan
dimakan 1. Ny.K mengatakan sudah
mengurangi sedikit
makanan kesukaannya

60
Kamis, 1. Mengevaluasi klien
07 Juni 2018 tentang kepatuhan
08.30 WIB makanan yang
dikonsumsi dan
makanan yang dihindari

c. Implementasi

61
62
No. Tanggal/Waktu No Diagnosa Evaluasi Paraf
1. Senin s/d Selasa, 1 S: Riri Pratiwi
04 s/d 05 Juni 2018 - Ny.K mengatakan sudah cukup
12.35 WIB mengerti tentang penyakitnya
- Ny.K mengatakan setelah
dikompres hangat jahe terasa
nyeri yang dirasakan berkurang
- Ny.K mengatakan nyaman saat
dikompres hangat Jahe
- Ny.K mengatakan sudah
melakukan kompres hangat
jahe
O:
- Ny.K sudah mampu memahami
tentang penyakitnya
- Skala nyeri 3(0-10)
- Ny.K sudah tampak sedikit
lebih rileks dari sebelumnya
A : Masalah nyeri kronis teratasi
sebagian
P : Motivasi klien untuk melakukan
kompres hangat jahe

Rabu s/d kamis, 1 S: Riri Pratiwi


06 s/d 07 Juni 2018 - Ny.K mengatakan sudah
13.45 melakukan kompres hangat
jahe
- Ny.K mengatakan kompres
hangat jahe nyeri mulai
berkurang
O:
- Skala nyeri 3 (0-10)
- Ny.K sudah tampak lebih rileks
A : Masalah nyeri Kronis teratasi
P:
Menganjurkan klien untuk terus
kompres hangat agar nyeri klien
dapat berkurang.

2. Senin s/d Kamis, 2 S: Riri Pratiwi

62
04 s/d 07 Juni 2018 - Ny.K mengatakan sudah mau
12.35 WIB minum obat kalau nyeri dan
kesemutan
O:
- Ny.K mampu menyebutkan
makanan yang boleh
dikonsumsi dan yang tidak
boleh dikonsumsi
A : Masalah teratasi
P:
Edukasi klien tentang pola makan
hidup sehat

63
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis melakukan pembahasan Askep pada Ny. K terutama
dengan masalah utama rheumatoid arthtitis di Panti Werdha Budi Pertiwi, dimana
terdapat kesenjangan antara teori dengan keadaan yang ada di dalam asuhan
keperawatan saat ini. Dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik , penulis
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian,
perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Penulis melakukan
pembahasan keperawatan pada Ny. K dengan membandingkan antara Bab II dan
Bab III.

B. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan penulis pada tanggal 04 juni 2018, data yang
diambil tidak hanya dari klien tetapi juga dari petugas panti, pemeriksaan fisik, serta
observasi langsung dimana dalam pengumpulan data ini penulis tidak mengalami
hambatan. Pada saat penulis melakukan pengkajian observasi dan pemeriksaan fisik
didapatkan data terdapat nyeri, pegal-pegal, bengkak di daerah mata kaki. Dan
sewaktu beraktivitas seperti berjalan, sholat dan bekerja terganggu pada Ny. K.

Menurut Banton, 1998 dalam dr Setiawan dalimartha bahwa tanda dan


gejala dari rheumatoid artritis adalah nyeri pada sendi, kaku pada pagi hari,
kedudukan sendi tidak stabil dan permukaannya tidak rata, sendi tidak dapat
bergerak, nodul reumatoid (benjolan kecil), dan bercak merah dikulit.

Berdasarkan data di atas, bahwa terdapat data kesenjangan teori dengan


kenyataan, yaitu pada kasus Ny. K Gejala yang tidak ditemukan adalah kekakuan
di pagi hari karena merupakan gejala awal dari rheumatoid artritis dan merupakan
tahap lanjut dari penyakit rheumatoid artritis, yang mana biasanya pada penderita
rheumatoid biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku, terutama saat bangun
tidur atau setelah lama tidak beraktivitas. Kedudukan sendi Ny. K juga masih stabil
dan persendian Ny. K dapat digerakan dan klien dapat beraktivitas secara mandiri
seperti berjalan dan beraktifitas. Saat dilakukan pemeriksaan head to toe tidak
tampak nodul reumatoid dan bercak merah di kulit dan daerah yang terkena
reumatoid, kulit klien tanpak normal dan berwarna sawo matang.
Pada teori tanda gejala Reumatik adalah nyeri, pegal-pegal, linu-linu,
kesemutan, kekakuan pada sendi pada pagi hari,adanya nodul Rematoid, adanya
pembengkakan pada persendian,deformitas dan cepat lelah (Alif Manjoer.2001).

64
C. Skoring

Skoring adalah tahap penilaian untuk menentukan masalah keperawatan,

dimana pada tahap ini penulis menentukan masalah yang harus ditangani terlebih

dahulu dari tiga masalah yang telah penulis temukan. Pada tahap ini penulis tidak

menemukan hambatan karena keluarga dapat bekerja sama dan kooperatif dan

penulis menemukan masalah yaitu nyeri Nyeri kronis b.d kesemutan dan rasa

ngilu pada persendian, hal ini dibuktikan karena masalah ini sedang terjadi dan

dirasakan. Kemungkinan masalah untuk diubah, hal ini terbukti karena klien

mampu membawa kepelayanan kesehatan.

D. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang didapat menurut Marilyn E. Doengoes, 1999


bahwa diagnosa yang muncul pada klien rheumatoid arthtitis yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri akut/kronis b.d ketidak mampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit rheumatoid arthritis

2. Gangguan mobilitas fisik b.d ketidak mampuan keluarga memodifikasi

lingkungan

3. Gangguan citra tubuh b.d ketidak mampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit rheumatoid arthritis.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan bahwa diagnosa yang muncul pada Ny.
K dengan rheumatoid arthtritis adalah :
1. Nyeri kronis , diagnosa tersebut muncul ditunjang dengan data : Klien Ny. K

mengatakan mempunyai keluhan nyeri, linu-linu, pegal pada kaki . Masalah ini

dapat terjadi lagi karena klien tidak mampu merawat.

65
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang

program terapeutik : Ny. K masih belum mampu mengatasi penyakit

reumatiknya itu yang sudah lama dideritanya.

E. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dibuat berdasarkan sifat masalah dan sumber-sumber yang ada
dalam asuhan keperawatan. Penulis menentukan rencana sesuai dengan
diagnosa yang telah ditemukan dalam penilaian. Kemudian penulis menetukan
prioritas untuk mengetahui masalah yang harus ditangani. Penulis menentukan
rencana sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan.

Pada saat penyusunan intervensi penulis menemukaan kesenjangan yaitu tidak


ada pernyakit yang mematikan pada Ny. K. Dan tidak ada hambatan karena
klien sangat kooperatif dan aktif sehingga penulis dapat menyusun rencana
sesuai dengan kondisi klien saat ini.
Diagnosa 1
Pada Intervensi I Penulis rencana Kaji keluhan yang dirasakan klien

Pada Intervensi II Penulis akan mencatat faktor yang mempercepat dan


tanda-tanda rasa sakit non verbal.
Pada Intervensi III Penulis akan mengajarkan Menganjurkan klien untuk
mandi air hangat, kompres sendi-sendi yang sakit
menggunakan kompres hangat.

Pada Intervensi IV Penulis membantu keluarga dengan menyarankan


agar dapat memodifikasi lingkungan dengan cara
tidak mengkonsumsi melinjo, kacang-kacangan,
jeroan, hindari aktifitas berlebih, olahraga teratur,
hindari kegemukan, makan makan yang bergizi, yang
merupakan faktor penyebab rhumatik.

Pada Intervensi V Mendomonstrasikan untuk kompres hangat jahe

F. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada hari Senin, tanggal 04 Juni 2018
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan perencanaan
yang telah disepakati dan berdasarkan intervensi. Pada tahap ini penulis tidak
mengalami hambatan saat pelaksanaan, keluarga dapat mengerti maksud dan
tujuan. Penulis melakukan tindakan keperawatan antara lain :
Intervensi Penulis mengkaji rasa nyeri yang dialami pasien dengan cara
I menanyakan rasa nyeri dengan skala 0-10, dan melihat raut

66
wajah klien saat klien merasa nyeri.
Intervensi Penulis mencatat faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa
II sakit non verbal dengan cara melihat wajah klien.
Intervensi Penulis Menganjurkan klien untuk mandi air hangat, kompres
III sendi-sendi yang sakit menggunakan kompres hangat, untuk
mencegah kembali timbuk nyeri dan mengurangi rasa nyeri dan
pegal-pegal pada sendi-sendi.
Intervensi Penulis memberikan penyuluhan tentang modifikasi makanan
IV yang tidak boleh dikonsumsi yaitu seperti jeroan, kacang-
kacangan, kolbis, dan makanan yang mengandung purin. Daan
memberikan penyuluhan tentang modifikasi lingkungan untuk
rheumatoid artritis dengan memanfaatkan tumbuhan disekitar
lingkungan rumah dengan metode ceramah dan diskusi, media
yang digunakan adalah leaflet dan flipchart.
Intervensi Penulis menjelaskan akan pentingnya fasilitas kesehatan yang
V ada dengan metode ceramah dan diskusi, media yang digunakan
adalah poster, dan flipchat. Ny. K merespon dengan baik apa
yang telah perawat sajikan.

Implementasi dan intervensi keperawatan dapat dilakukan bersama klien Ny.


K. Penulis tidak mendapatkan hambatan karena pada saat melakukan
penyuluhan, Ny. K sangat kooperatif disaat melakukan penyuluhan.

G. Evaluasi

Setelah melakukan tindakan keperawatan, penulis mengetahui keberhasilan


dengan menggukan SOAP dari hasil evaluasi didapatkan:

Pada diagnosa I
Intervensi I : Masalah dapat teratasi dengan kriteria skala nyeri klien dapat
berkurang. Intervensi I yang selanjutnya dapat teratasi dengan
kriteria : Skala nyeri klien berkurang menjadi 1 (0-10)

Intervensi II :Masalah dapat teratasi, klien mampu mencatat skala


perubahan nyeri.

Intervensi III :Masalah dapat teratasi dengan kriteria : mencegah kembali


timbuk nyeri dan mengurangi rasa nyeri dan pegal-pegal pada
sendi-sendi.

Intervensi IV :Masalah teratasi dengan kriteria : memodifikasi


lingkungan dengan cara tidak mengkonsumsi
melinjo, kacang-kacangan, jeroan, hindari aktifitas
berlebih, olahraga teratur, hindari kegemukan, makan

67
makan yang bergizi, yang merupakan faktor
penyebab rhumatik.
Intervensi V : Masalah teratasi : Klien mampu
melakukanpengobatan herbal untuk menurunkan
intensitas nyeri dengan cara kompres hangat jahe.

68
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti

mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur

lain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi

yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik

termasuk penyakit jaringan ikat. Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit

inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang

progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat,

2006).

Reumatik disebabkan oleh banyak faktor, tetapi pada kasus Ny. K reumatik

dialaminya merupakan karena fator usia, sebagaimana kita ketahui bahwa dengan

menuanya terjadi perubahan inflamasi yang nantinya akan menyebabkan reumatik

itu sendiri. Tanda gejala yang sering muncul pada Ny. K yaitu nyeri pada kedua

lututnya sampa menjalar ke pinggang dan disertai kesemutan tanda gejala tersebut

muncul, terkadang jika Ny. K terlalu banyak bergerak atau terkena dingin setelah

mencuci pakaian atau setelah mandi.

Diagnosa keperawatan yang diambil pada kasus Ny. K yaitu nyeri kronis

dan ketidakefektifan manajemen kesehatan, kedua diagnosa tersebut diambil sesuai

dengan data yang dialaminya merupakan faktor usia, sebagaimana kita ketahui

bahwa dengan menuanya usia terjadi perubahan elastisitas inflamasiyang akan

69
menyebabkan reumatik itu sendiri. Tanda dan gejala yang sering dialami Ny. K

yaitu nyeri di kedua lutut kaki dan kiri sehingga menjalar ke pinggang tanda dan

gejala tersebut muncul, terkadang kesemutan dan nyeri pada kedua kaki pada Ny.

K tidak disertai dengan tanda dan gejala.

Diagnosa keperawatan yang diambil pada kasus Ny. K yaitu nyeri kronis

dan ketidakefektifan manajemen kesehatan, kedua diagnosa tersebut diambil sesuai

dengan data yang didapat dari hasil pengkajian kepada Ny. K.

B. Saran

Penting bagi kita mempelajari tentang kasus dan asuhan keperawatan gerontik

dengan kasus reumatik, agar pada saat menerapkan asuhan keperawatan pada

pasien sudah tergambar bagaimana asuhan keperawatan yang seharusnya dilakukan

pada pasien tersebut.

70
DAFTAR PUSTAKA

Gloria, M.B. (2004). Nursing Intervention Classification. America: Mosby

Elsevier.

Herdman, T.H. (2009). NANDA International Nursing Diagnoses: Defenitions and

Classification edition 2009-2011. United Kingdom: Willey Blackwell.

http://ajunkdoank.wordpress.com/2008/12/25/definisi-dan-patologi-osteoarthritis-

oa/.

http://www.slideshare.net/sibermedik/osteoartritis-2809824

http://mukipartono.com/osteoartritis/

Lueckenotte, A.G. (1996). Gerontologic Nursing. America: Mosby.

71
Masjoer, A, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (edisi ketiga). Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia: Media Aesculapius.

Moorhead. (2004). Nursing Outcomes Classification (fourth edition). America:

Mosby Elsevier

Purwoastuti, E. (2009). Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta: Kanisius.

Wiyayakusuma, H. (2007). Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta:

Puspa Swara.

72

Anda mungkin juga menyukai