Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

LBP ( LOW BACK PAIN )

NAMA : Aditya Saputra


NIM : PO.62.20.1.10.002
KELAS : Reguler keperawatan XIII A

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
PALANGKA RAYA
2012
1. PENGERTIAN
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan
muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan
timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau tidak enak pada daerah lumbal berikut sakrum. LBP
diklasifikasikan kedalam 2 kelompok, yaitu kronik dan akut.LBP akut akan terjadi dalam waktu
kurang dari 12 minggu. Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan. Yang termasuk dalam
faktor resiko LBP adalah umur,jenis kelamin, faktor indeks massa tubuh yang meliputi berat
badan, tinggi badan,pekerjaan, dan aktivitas / olahraga. (Idyan, Zamna., 2007)

2. PATOFISIOLOGI
Pinggang merupakan pengemban tubuh dari toraks sampai perut. Sokoguru bagian
belakang tersebut terdiri dari lumbal dan tulang belakang pada umumnya. Tiap ruas tulang
belakang berikut diskus intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan
anatomik dan fisiologik. Bagian depan berupa korpus vertebralis dan diskus intervertebralis yang
berfungsi sebagai pengemban yang kuat dan tahanterhadap tekanan-tekanan menurut porosnya.
Berfungsi sebagai penahan tekanan adalah nukleus pulposus. Dalam keseluruhan tulang belakang
terdapat kanalis vertebralis yang didalamnya terdapat medula spinalis yang membujur ke bawah
sampai L 2. Melalui foramenintervertebralis setiap segmen medula spinalis menjulurkan radiks
dorsalis danventralisnya ke periferi. Di tingkat servikal dan torakal, berkas serabut tepi itu menuju
ke foramen tersebut secara horizontal. Namun di daerah lumbal dan sakrum berjalan secara
curam ke bawah dahulu sebelum tiba di tingkat foramenintervertebralis yang bersangkutan. Hal
tersebut dikarenakan medula spinalis membujur hanya sampai L 2 saja.Otot-otot yang terdapat di
sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan insersiopada prosesus transversus atau prosesus
spinosus. Stabilitas kolumna vertebrale dijamin oleh ligamenta secara pasif dan secara aktif oleh
otot-otot tersebut.Ujung-ujung serabut penghantar impuls nyeri terdapat di ligamenta, otot-otot,
periostium, lapisan luar anulus fibrosus dan sinovia artikulus posterior.(Sidharta, Priguna., 2004)).

3. ETIOLOGI
Etiologi low back pain dapat di hubungkan dengan hal-hal sebagai berikut :
 Proses degeneratif meliputi : Spondilosis, HNP, stenosis spinalis, osteoarthritis. Perubahan
degeneratif pada vertebrata lumbosakralis dapat terjadi pada korpusvertebrae berikut
arkus dan prosessus artikularis serta ligamenta yangmenghubungkan bagian-bagian ruas
tulang belakang satu dengan yang lain. Duluproses ini dikenal sebagai osteoartrosis
deforman, tapi kini dinamakanspondilosis. Perubahan degeneratif ini juga dapat
menyerang anulus fibrosis diskusintervertebralis yang bila tersobek dapat disusul dengan
protusio diskusintervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus
(HNP). Unsurtulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ini adalah
kartilagoartikularis yang dikenal sebagai osteoartritis.
 Penyakit inflamasi LBP akibat inflamasi terbagi 2 yaitu artritis rematoid yang sering
timbul sebagaipenyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena
secara serentakatau selisih beberapa hari/minggu, dan yang kedua adalah pada
spondilitisangkilopoetika, dengan keluhan sakit punggung dan sakit pinggang yang
sifatnyapegal-kaku dan pada waktu dingin dan sembab linu dan ngilu dirasakan.
 Osteoporotik Sakit pinggang pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita,
seringkalidisebabkan oleh osteoporosis. Sakit bersifat pegal, tajam atau radikular.
 anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari
vertebraelumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP meskipun tidak
selamanya benar.Contohnya adalah lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebrae
lumbalismerupakan variasi anatomik yang tidak mengandung arti patologik. Demikian
pulapada sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis.
 Gangguan Sirkulatorik Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang
hebat dan dapatmenyerupai sprung back atau HNP. Gangguan sirkulatorik yang lain
adalah trombosisaorta terminalis yang perlu mendapat perhatian karena mudah
didiagnosa sebagaiHNP. Gejalanya disebut sindrom Lerichie. Nyeri dapat menjalar sampai
bokong,belakang paha dan tungkai kedua sisi.(Adelia, Rizma., 2007)
 Tumor dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget,
osteoblastoma,hemangioma, neurinoma,meningioma. Atau tumor ganas yang primer
seperti mielomamultipel maupun sekunder seperti macam-macam metastasis.
 Toksik Keracunan logam berat, misalnya radium.
 Infeksi Akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafilokokus, streptokokus) dan
kronikcontohnya pada spondilitis tuberkulosis (penyakit Pott), jamur, osteomielitiskronik.
 Problem Psikoneurotik Histeria atau depresi, malingering, LBP kompensatorik. LBP yang
tidak mempunyaidasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-
batas anatomis.(Nuarta, Bagus., 1989).

4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing-masingseperti
beberapa contoh dibawah ini :
a. LBP Akibat sikap yang salah.
 Sering di keluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang , kaku dan tidak
enak namun lokasi tidak jelas.
 Pemeriksaan fisik menunjukan otot-otot paraspinal agak spatik di daerah lumbal,
namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna, walaupun
hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak.
 Lordosis yang menonjol.
b. Tidak di temukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon.
 Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihakan kelainan yang relevan. (Sidharta,
Priguna., 2004).
c. Pada Herniasi diskus lumbal
 Nyeri punggung yan onsetnya perlahan-lahan , bersifat tumpul atau terasa tidak
enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat.
 Diperhebat oleh aktivitas I atau pengarahan tenaga serta mengedan, batuk atau
bersin.
 Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit
difleksikan.
 Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan
nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh.
 Setelah periode tertentu timbul seketika atau iskialgia.
d. LBP pada spondilosis
 Kompresi radiks sulit di bedakan dengan yang di sebabkan oleh protrusi diskus,
walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis.
 Dapat mmuncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena.
 Dapat di sertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks
 Terjadi pembetukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang
menekan medula spinalis.
 Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis
kanal lumbal.
e. LBP pada spondilitis tuberkolosis
 Terdapat gejala klasik tuberkolosis seperti penurunan barat badan, keringat
malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol.
 Pada lokasi infeksi yang sering di temukan nyeri vertebra/ lokal dan menghilang
bila istirahat.
 Gejala dan tanda kompresi radiks atau medulla spinalis terjadi pada 20% kasus (
akibat abses dingin).
 Onset penyakit dapat gradual atau mendadak ( akibat kolaps vertebra dan
kifosis )
 Diawali nyeri Radikular yang mengelilingi dada atau perut, di ikuti paraparesis
yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksiadan refleks
Babinsky bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulangvertebra.
 Penekanan mulai dari bagian interior sehingga gejala klinis yang muncul
terutama gangguan motorik.
f. LBP pada Spondilitis Ankilopoetika
 Biasanya di rasakan pada usia 20 tahun.
 Tidak hilang dengan istirahat dan tidak di perberat oleh gerakan .
 Pemeriksaan fisik menunjukan pembatasan gerakan di sendi sakrolumbal dan
seluruh tulang belakan lumbal.
 Laju endap darah meninggi.
 Terjadi osifikasi ligament interspinosa. ( Mansjoer, Arif, et all, 2007 ).

5. PEMERIKSAAN
a. Riwayat penyakit dengan perhatian khusus pada lokasi dan penjalaran nyeri, posisi tubuh
yang menimbulkan atau memperberat nyeri, trauma, ligitasi(medikolegal), obat-obat
penghilang nyeri yang dipakai dan jumlah yang dibutuhkan,kemungkinan keganasan.
b. Pemeriksaan fisik, dengan perhatian khusus pada tanda-tanda infeksi sistemis, tanda-
tanda keganasan yang tersembunyi, nyeri tekan lokal atau padainsisura iskiatika, spasme
otot, ruang lingkup gerakan, tes angkat tungkai lurus(Laseque), dan pemeriksan rektum
(tonus sfingter dan prostat).
c. Pemeriksaan Neurologis, dengan perhatian khusus pada efek dan alam perasaan,
kelemahan otot, atrofi, atau fasikulasi, defisit sensorik termasuk perineum,refleks (tendon
dalam, abdominal, anal, kremaster).
d. Pemeriksaan laboratorium yaitu foto rontgen polos ( posterior, lateral, oblik ) hitung
darah lengkap dan laju endap darah, serum : kreatinin, kalsium, fosfat, alkali fosfatase,
asam urat, fosfatase asam (pria), gula darah puasa.Pemeriksaan khusus ( misalnya scan
tulang, gula darah 2 jam postprandial, scen magnetik resonan, sken tomografik,
mielografi) bergantung pada hasilpemeriksaan rutin di atas.(Mansjoer, Arif, et all., 2007)

6. PENATALAKSANAAN
Nyeri pinggang dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, istirahat dan modalitas.
Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untukjangka waktu pendek
disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping daninteraksi obat. Tidak dianjurkan
penggunaan muscle relaxan karena memiliki efekdepresan. Namun pada pasien dengan depresi
premorbid atau timbul depresi akibatrasa nyeri, penggunaan anti depresan dianjurkan. Untuk
pengobatan simptomatislainnya, kadang memerlukan campuran antara obat analgesik,
antiinflamasi,OAINS,dan penenang.Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan
manfaat. Tirah baring pada alas keras dimaksudkan untuk mencegkungnya tulang punggung.
Modalitas dapat berupa kompres es, semprotan etil klorida, dan fluorimetan.Tidak semua nyeri
dapat diatasi dengan cara-cara di atas. Terkadang diperlukantindakan injeksi anestetik atau
antiinflamasi steroid pada tempat-tempat sepertipada faset, radiks saraf, epidural, intradural.
Bahkan untuk beberapa kasus LBPdibutuhkan pembedahan. Setelah fase akut teratasi dilakukan
beberapa pencegahan kekambuhan diantaranya pelatihan peregangan dan pemakaian korset
atau braching.(Adelia, Rizma., 2007).
7. TERAPI
Pada pasien ini di berikan pengobatan yaitu :
a. Injeksi ketorolak 1 ampul sebagai analgetik,
b. Injeksi metcobalamin 500mg,
c. Diazepam 2 x 2 mg sebagai obat penenang/antidepresan,
d. Neurodex 2x1 tab sebagai neurotropik,
e. Na Diklofenac 2x50 mg sebagai analgetik selama 7 hari.

8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN LOW BACK PAIN


Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya
(misal lokasi, berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang
berhubungan). Penjelasan mengenai bagaimana nyeri timbul dengan tindakan
tertentu atau dengan aktifitas dimana otot yang lemah digunakan secara berlebihan
dan bagaimana pasien mengatasinya. Informasi mengenai pekerjaan dan aktifitas
rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area untuk pendidikan kesehatan.
Selama wawancara ini, perawat dapat melakukan observasi terhadap postur
pasien, kelainan posisi dan cara jalan. Pada pemeriksaan fisik, dikaji lengkungan
tulang belakang, Krista iliakan dan kesimetrisan bahu. Otot paraspinal dipalpasi dan
dicatat adanya spasme dan nyeri tekan. Pasien dikaji adanya obesitas karena dapat
menimbulkan nyeri punggung bawah.

9. DIAGNOSA LOW BACK PAIN


a. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal
b. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya
kelenturan
c. Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung
d. Perubahan kinerja peran b.d gangguan mobilitas dan nyeri kronik
e. Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh b. d obesitas

10. INTERVENSI DAN INPLEMENTASI LOW BACK PAIN


a. Meredakan nyeri
Untuk mengurangi nyeri perawat dapat menganjurkan tirah baring dan
pengubahan posisi yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal. Pasien
diajari untuk mengontrol dan menyesuaikan nyeri yang dilakukan melalui
pernafasan diafragma dan relaksasi dapat membantu mengurangi tegangan
otot yang berperan pada nyeri punggung bawah. Mengalihkan perhatian
pasien dari nyeri dengan aktifitas lain misal membaca buku, menonton TV
maupun dengan imajinasi (membayangkan hal-hal yang menyenangkan
dengan memusatkan perhatian pada hal tersebut).
Masase jaringan lunak dengan lembut sangat berguna untuk mengurangi
spasme otot, memperbaiki peredaran darah dan mengurangi pembendungan
serta mengurangi nyeri. Bila diberikan obat perawat harus mengkaji respon
pasien pada setiap obat.
b. Memperbaiki mobilitas fisik
Mobilitas fisik dipantau melalui pengkajian kontinu. Perawat mengkaji
bagaimana pasien bergerak dan berdiri. Begitu nyeri punggung berkurang,
aktifitas perawatan diri boleh dilakukan dengan regangan yang minimal pada
struktur yang cedera. Perubahan posisi harus dilakukan perlahan dan dibatu
bila perlu. Gerakan memutar dan melenggok perlu dihindari. Pasien
didorong untuk berganti-ganti aktifiats berbaring, duduk dan berjalan-jalan
dalam waktu lama. Perawat perlu mendorong pasien mematuhi program
latihan sesuai yang ditetapkan, latihan yang salah justru tidak efektif.
c. Meningkatkan mekanika tubuh yang tepat
Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan
mengangkat barang dengan benar.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan
mengangkat barang dengan benar
e. Memperbaiki kinerja peran
Tanggung jawab yang berhubungan dengan peran mungkin telah
berubah sejak terjadinya nyeri punggung bawah. Begitu nyeri sembuh,
pasien dapat kembali ke tanggung jawab perannya lagi. Namun bila aktifitas
ini berpengaruh terhadap terjadinya nyeri pungung bawah lagi, mungkin
sulit untuk kembali ke tanggung jawab semula tersebut tanpa menanggung
resiko terjadinya nyeri pungggung bawah kronik dengan kecacatan dan
depresi yang diakibatkan.
f. Mengubah nutrisi dan penurunan berat badan
Penurunan BB melalui penyesuaian cara makan dapat mencegah
kekambuhan nyeri punggung, dengan melalui rencana nutrisi yang rasional
yang meliputi perubahan kebaisaaan makan untuk mempertahankan BB
yang diinginkan.

11. EVALUASI
1. Mengalami peredaan nyeri
 Istirahat dengan nyaman
 Mengubah posisi dengan nyaman
 Menghindari ketergantungan obat
2. Menunjukkan kembalinya mobilitas fisik
 Kembali ke aktifitas secara bertahap
 Menghindari posisi yang menyebabkan yang menyebabkan
ketidaknyamanan otot
 Merencanakan istirahat baring sepanjang hari
3. Menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung
 Perbaikan postur
 Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stress punggung
 Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baiK
 Berpartisipasi dalam program latihan
4. Kembali ke tanggung jawab yang berhubungan dengan peran
 Menggunakan teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri
dengan situasi stress
 Memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain untuk
perawatan diri
 Kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung telah sembuh
 Kembali ke gaya hidup yang produktif penuh
5. Mencapai BB yang diinginkan
 Mengidentifikasi perlunya penurunan BB
 Berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan BB
 Setia dengan program penurunan BB

Daftar Pustaka :

1. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
2. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
3. Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot,
Philadelphia, 2000
4. Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997
5. Sadeli HA, Tjahjono B. 2000. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,
patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS,
Sadeli HA. Perdossi
6. Sidharta P. 1980. Anamnesa kasus nyeri di ekstermitas dan pinggang. Sakit
pinggang. In: Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka
universitas
7. Rumawas RT. 1996. Nyeri pinggang bawah (Pandangan umum). Kumpulan
makalah lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia
(PERDOSSI). Palembang
8. Harsono, 1996, Buku Ajar Neurology Klinis, ed.1, Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai