Laporan Pendahuluan Yiyink & Yupika
Laporan Pendahuluan Yiyink & Yupika
Di susun Oleh :
Yiying
PO.62.20.1.10.039
Yupika
PO.62.20.1.10.040
Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kementerian Kesehatan Palangka Raya
Jurusan Keperawatan Reguler XIII-A
Akademik 2011-2012
A. PENGERTIAN LUKA
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit.( Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh
lain(Kozier, 1995).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.
2. Respon stres simpatis.
3. Perdarahan dan pembekuan darah.
4. Kontaminasi bakteri.
5. Kematian sel
b. Luka kronis
Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat
karena faktor eksogen dan endogen.
4. Berdasarkan Mekanisme Terjadinya Luka
a. Luka insisi (Incised wounds)
Luka insisi terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat
pembedahan.Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh
darah yang luka diikat (Ligasi).
b. Luka memar (Contusion Wound)
Luka memar terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera
pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound)
Luka lecet terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda
yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound)
Luka tusuk terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit
dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound)
Luka gores terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound)
Luka tembus yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk
diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
g. Luka bakar (Combustio)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan
petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001).
2. Fase Proliferatif
Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast (sel jaringan
penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase proliferasi yaitu memperbaiki dan
menyembuhkan luka.
Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu :
a. Bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan
digunakan selama proses reonstruksi jaringan.
b. Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang
dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang.
c. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah
luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi
(kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam
membangun (rekontruksi) jaringan baru.
d. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective
tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda
bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat
memasuki kawasan luka.
e. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut
sebagai jaringan “granulasi”.
f. Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat
proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh
makrofag dan platelet. Biasanya terjadi 7-21 hari.
3. Fase Maturasi
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai berbulan-
bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Dalam fase ini terdapat remodeling luka
yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih
dan regresi vaskularitas luka.
Tujuan dari fase maturasi adalah :
a. Menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan
bermutu.
b. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai
berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak
untuk memperkuat jaringan parut.
c. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah
perlukaan.
d. Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang
diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan
jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan
kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
e. Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut
mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal.
F. PENGKAJIAN LUKA
1. Tujuan Pengkajian
a. Mendapatkan informasi yang relevan tentang pasien dan luka.
b. Memonitor proses penyembuhan luka.
c. Menentukan program perawatan luka pada pasien.
d. Mengevaluasi keberhasilan perawatan
2. Pengkajian Riwayat Pasien
Pengkajian luka harusnya dilakukan secara holistic yang bermakna bahwa pengkajian luka
bukan hanya menentukan mengapa luka itu ada namun juga menemukan berbagai factor yang
dapat menghambat penyembuhan luka. (Carvile K 1998).
Faktor –faktor penghambat penyembuhan luka didapat dari pengkajian riwayat penyakit klien.
Faktor yang perlu diidentifikasi antara lain :
a. Faktor Umum
1) Usia
2) Penyakit Penyerta
3) Vaskularisasi
4) Status Nutrisi
5) Obesitas
6) Gangguan Sensasi atau mobilisasi
7) Status Psikologis
8) Terapi Radiasi
9) Obat-obatan.
b. Faktor Lokal
1) Kelembaban luka
2) Penatalaksanaan manajemen luka
3) Suhu Luka
4) Tekanan, Gesekan dan Pergeseran
5) Benda Asing
6) Infeksi Luka
3. Menurut Carville (1998), Pengkajian luka meliputi :
a. Type luka
b. Type Penyembuhan
c. Kehilangan jaringan
d. Penampilan klinis
e. Lokasi
f. Ukuran Luka
g. Eksudasi
h. Kulit sekitar luka
i. Nyeri
j. Infeksi luka
k. Implikasi psikososial
G. KOMPLIKASI LUKA
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam.
Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan
dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan denyut nadi dan temperatur, dan peningkatan
jumlah sel darah putih.
H. PERAWATAN LUKA
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi
luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan,
pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
1. Evaluasi luka
Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
2. Tindakan Antiseptik
Tindakan antiseptik prinsipnya untuk mencuci amankan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti:
a. Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
b. Halogen dan senyawanya.
1) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2%
membunuh spora dalam 2-3 jam.
2) Povidon Yodium(Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks yodium
dengan polyvinylpirrolidoneyang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan
stabil karena tidak menguap.
c. Oksidansia
1) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah berdasarkan sifat
oksidator.
2) (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan
membunuh kuman anaeb.
d. Logam berat dan garamnya.
1) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.
2) Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik lemah,
mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts).
e. Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
f. Derivat fenol
1) Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan genitalia eksterna
sebelum operasi dan luka bakar.
2) Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
3. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan
nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16). Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam
pembersihan luka yaitu :
a. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda
asing.
b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c. Berikan antiseptik
d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal.
e. Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)
4. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam
boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas
sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.
5. Penutupan Luka
Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
6. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian
kondisi luka.
Pembalutan berfungsi :
a. Sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi.
b. Mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan.
c. Sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
7. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
8. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan
jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia,
kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan
pengaruh pada fungsi organ :
a.Aktifitas/Istirahat
b.Sirkulasi
c.Integritas ego
d.Eliminasi
e.Makanan/cairan
• Hilang nafsu makan, mual/muntah.
f.Neurosensori
g.Nyeri/kenyamanan
• Abdomen tegang/nyeri
h.Keamanan
• Demam, diaforesis
1.Diagnosa Keperawatan
f.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb,
penekanan respons inflamasi
3.Mempertahankan status gizi secara optimal selama proses penyembuhan dengan cara:
(Almatsier, 2005)
Syarat-Syarat Pemberian :
Mineral tinggi, terutama zat besi, seng, natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan
magnesium. Sebagianmineral diberikan dalam bentuk suplemen.
Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan oleh perawat diharapkan luka pasien dapat sembuh /
berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
1.Kaplan NE, Hentz VR,Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An
Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA,1992.
2.Oswari E,Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta, 1993.
3.Thorek P,Atlas Teknik Bedah, EGC , Jakarta, 1994.
4.Saleh M, Sodera VK,Ilustrasi Ilmu Bedah Minor , Bina rupaAksara, Jakarta 1991.
5.Wind GG, Rich NM,Prinsip-prinsip Teknik Bedah, HipokratesJakarta, 1992.
6.Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S,PedomanTindakan Medik dan Bedah,
EGC Jakarta 2000.
7.Bachsinar B,Bedah Minor, Hipokrates, Jakarta, 1995.
8.Puruhito,Dasar-daasar Teknik Pembedahan, AUP Surabaya,1987.
9.Zachary CB,Basic Cutaneous Surgery, A Primer in Technique,Churchill Livingstone,
London GB, 1990.
10.Doengoes, (2002).Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
11.Mansjoer, Arif., et all. (1999).Kapita Selekta Kedokteran. FakultasKedokteran UI : Media
Aescullapius.
12.Price, Anderson Sylvia. (1997)Patofisiologi. Ed. I. Jakarata: EGC.
13.Perry & Potter, 1999. Buku Ajar Fundamental Of Nursing Vol.2.Jakarta : EGC
Luka dan Perawatannya (Ismail S.Kep, Ns, M.Kes), Manajemen Luka (Moya J.
Morison,2003).
15.Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih bahasa.
Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.