Anda di halaman 1dari 2

A.

Pengertian
Tri Hita Karana ,berasal dari bahasa sansekerta. Dari kata Tri yang berarti tiga, Hita berarti
sejahtera dan Karana berarti penyebab. Pengertian Tri Hita Karana adalah tiga hal pokok yang
menyebabkan kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia.Konsep ini muncul berkaitan erat
dengan keberadaan hidup bermasyarakat di Bali. Berawal dari pola hidup ini muncul dan
berkaitan dengan terwujudnya suatu desa adat di Bali. Bukan saja berakibat terwujudnya
persekutuan teritorial dan persekutuan hidup atas kepentingan bersama dalam
bermasyaraakat,juga merupakan persekutuan dalam kesamaan kepercayaan untuk memuja Tuhan
atau Sang Hyang Widhi.Dengan demikian suatu ciri khas desa adat di Bali minimal mempunyai
tiga unsur pokok,yakni :wilayah,masyarakat dan tempat suci untuk memuja Tuhan/Sang Hyang
Widhi.
Perpaduan tiga unsur itu secara harmonis sebagai landasan untuk terciptanya rasa hidup yang
nyaman,tenteram,dan damai secara lahiriah maupun bathiniah. Seperti inilah gambaran
kehidupan desa adat di Bali yang berpolakan Tri Hita Karana.

B. Bidang Garapan Tri Hita Karana


Adapun bidang garapan Tri Hita Karana dalam kehidupan bermasyarakat,adalah sebagai berikut:
1. Bhuana dan Karang Desa. Bhuana adalah alam semesta,Karang Desa adalah wilayah
teritorial
dari suatu desa adat yang telah ditentukan secara definitif batas kewilayahannya dengan suatu
upacara adat keagamaan .
2.Kerama Desa Adat,yaitu kelompok manusia yang bermasyarakat dan bertempat tinggal di
wilayah
desa adat yang dipimpin oleh seorang Bendesa Adat dan dibantu oleh prajuru (aparatur) desa
adat
lainnya seperti kelompok-kelompok Mancagra, Mancakriya dan Pemangku ,bersama-sama
masyarakat desa membangun keamanan dan kesejahteraan masyarakat.
3.Tempat Suci adalah tempat untuk memuja Tuhan/Sang Hyang Widhi dan Sang Hyang Widhi
sebagai pujaan bersama yang diwujudkan dalam tindakan dan tingkah laku sehari-hari. Tempat
pemujaan ini diwujudnyatakan dalam bentuk Pura Kayangan Tiga. Setiap desa adat di Bali
wajib
memilikinya.. Pura Kayangan Tiga itu adalah : Pura Desa,Pura Puseh,Pura Dalem.Pura
Kahyangan Tiga di desa adat di Bali seolah-olah merupakan jiwa dari Karang Desa yang tak
terpisahkan dengan seluruh aktifitas dan kehidupan desa.
C. Manfaat Tri Hita Karana dalam Kehidupan Sehari-hari dalam Rangka Melestarikan
Lingkungan Hidup
Di dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali, kesehariannya menganut pola Tri Hita
Karana.Tiga unsur ini melekat erat setiap hati sanubari orang Bali. Penerapannya tidak hanya
pada pola kehidupan desa adat saja, namun tercermin dan berlaku dalam segala bentuk
kehidupan bermasyarakat,maupun berorganisasi.Seperti salah satu organisasi pertanian yang
bergerak di bidang pengairan yakni Sekehe Subak. Sistem Sekehe Subak di Bali mempunyai
masing-masing wilayah subak yang batas-batasnya ditentukan secara pasti dalam awig-awig
(peraturan ) subak.Awig-awig ini memuat aturan-aturan umum yang wajib diindahkan dan
dilaksanakan.apabila dilangggar dari ketentuan itu akan dikenakan sanksi hukum yang berlaku
dalam awig-awig persubakan. Tri Hita Karana Persubakan menyangkut adanya sawah sebagai
areal,ada krama subak sebagai pemilik sawah,dan ada Pura Subak atau Ulun Suwi tempat
pemujaan kepada Sang Hyang Widhi dalam manisfestasinya sebagai Ida Batari Sri,penguasa
kemakmuran.
Desa Adat terdiri dari kumpulan kepala keluarga(KK).Mereka bertanggung jawab atas
kelangsungan hidup keluargganya.Setiap keluarga menenpati Karang Ayahan Desa,yang disebut
karang sikut satak.Disinilah setiap KK bebas mengatur keluarganya.Pola Kehidupan mereka
tank lepas dari pola Tri Hita Karana,hal ini dapat dilihat dari Karang Sikut Satak yang ditempati.
Secara umum penempatan bangunan di karang itu berpolakan : Utama Mandala,tempat
bangunan suci untuk memuja Sang Hyang Widhi dan Para Leluhur,letaknya di Timur Laut
pekarangan dinamakan Sanggah Kemulan.Madya Mandala tempat untuk membangun
rumah,Balai Delod,Dapur,Kamar Mandi,Lumbung
dan bangunan lainnya. Nista Mandala tempat membangun Kori Agung,Candi Bentar, Angkul-
angkul tempat masuk ke Pekarangan Sikut Satak.
Di luar Pekarangan Sikut Satak,namanya teba. Di teba inilah tempat krama Bali membangun
ekonominya dengan bercocok taman seperti kelapa,pisang, nangka, durian dan tanaman lain
yang memiki nilai ekonomis.Di tempat ini pula anggota keluarga membuat kandang
sapi,babi,ayam itik,kambing dan peliharanaan lainnya,sebagai wujud pelestarian lingkungan.
Setiap unit kehidupan masyarakat Hindu di Bali senantiasa berkiblat kepada ajaran Tri Hita
Karana,dan telah tercermin dalam hidup harmonis di masyarakat dengan suku bangsa lainnya di
Indonesia ,bahkan terhadap para wisatawan yang berkunjung
ke Bali.
Kini Tri Hita Karana ,bukan saja baik diterapkan di Bali ,juga ditempat lain terutama yang
menginginkan suasana hidup aman,tenteram,sejahtera,sentaosa. Hidup berdampingan secara
damai.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1963463-tri-hita-karana-menjalin-
kehidupan/#ixzz2J3N1OdMu

Anda mungkin juga menyukai