Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian sehat dapat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental
dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan
dan pekerjaannya (perry, potter. 2005: 5).
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat
tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan
kesehatan atau penyakit. Oleh karena iu, perhatian utama dibidang kesehatan lebih
ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta
pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban,
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-undang kesehatan tahun
1992).
Adanya undang-undang kesehatan kerja di setiap negara mempunyai
dampak yang begitu besar untuk kondisi kesehatan di tempat kerja. Tujuan dari
hukum ini adalah untuk menciptakan kondisi kerja yang lebih aman dan lebih
sehat bagi para pekerja (suddarth. 2002: 27).
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan
sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada
upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health
of all at work). Sebenarnya hal ini merupakan keuntungan bagi pemilik lapangan
pekerjaan atau para pengusaha untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman
karena hasilnya adalah pengurangan biaya yang berhubungan dengan absennya
pekerja, perawatan pekerja di rumah sakit dan kecacatan (suddarth. 2002: 27).
Menurut Suma’mur (1976), Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu
kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/

1
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,
mental maupun sosial dengan usaha preventif terhadap penyakit/ gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta
terhadap penyakit umum.
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta
benda atau kerugian terhadap proses (DepKes RI, no. 3, 1998).
Soekotjo Joedoatmodjo, Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional (DK3N) menyatakan bahwa frekuensi kecelakaan kerja di perusahaan
semakin meningkat, sementara kesadaran pengusaha terhadap Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) masih rendah, yang lebih memprihatinkan pengusaha dan
pekerja sektor kecil menengah menilai K3 identik dengan biaya sehingga menjadi
beban, bukan kebutuhan. Direktur Operasi dan Pelayanan PT Jamsostek (Persero),
Djoko Sungkono menyatakan bahwa Data angka kecelakaan kerja tahun 2011 lalu
mencapai, 99.491 kasus. Jumlah tersebut kian meningkat dibanding tahun
sebelumnya. Pada tahun 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus, tahun 2008
sebanyak 94.736 kasus, tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus, dan tahun 2010
sebanyak 98.711 kasus. Untuk pada 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414
kasus kecelakaan kerja per hari.
Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1
juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat
hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan
dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana
diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap
tahunnya (Pusat Kesehatan Kerja, 2005)
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang semua yang
berhubungan dengan K3 kesehatan kerja, keselamatan kerja serta kecelakaan kerja
disertai dengan contoh asuhan keperawatan kesehatan kerja. Diharapkan dengan
makalah ini nantinya dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa keperawatan lain
untuk dapat membantu meningkatkan kesehatan kerja dengan menerapkan asuhan
keperawatan kesehatan kerja yang komprehensif dan kompeten.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan kesehatan kerja ?
2. Bagaimana contoh format pengkajian askep kesehatan kerja ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang konsep dasar keperawatan kesehatan kerja
2. Menjelaskan contoh format pengkajian asuhan keperawatan kesehatan
kerja

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Kerja

Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara


kapasitas, beban,lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilinnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-
undang Kesehatan Tahun 1992). Konsep dari upaya kesehatan kerja ini
adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi dan dilanjutkan
dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia
dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri. (Ferry efendi.2009)
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun
sosial dalam usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit
akibat kerja, gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lapangan kerja, serta penyakit-penyakit umum(Suma’mur,
1995).
Pengertian kesehatan kerja adalah adanya jaminan kesehatan pada
saat melakukan pekerjaan. Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja
bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,
mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan
penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas

4
merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
kepada pekerjaan atau jabatannya
Notoatmodjo menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah
merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja
(perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari
kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar
perusahan tersebut. Ciri pokoknya adalah preventif (pencegahan penyakit)
dan promotif (peningkatan kesehatan). Oleh sebab itu, dalam kesehatan
kerja pedomannya ialah: “penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat
dicegah”. Dari aspek ekonomi, penyelenggaraan kesehatan kerja bagi
suatu perusahaan adalah sangat menguntungkan karena tujuan akhir dari
kesehatan kerja ialah meningkatkan produktifitas seoptimal mungkin
Berdasarkan defenisi tersebut diatas, kesehatan kerja
diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat disekelilingnya agar diperoleh
produktifitas kerja yang optimal sejalan dengan perlindungan tenaga kerja
(Depkes RI, 1991).

B. Tujuan Penerapan Keperawatan Kesehatan kerja


Tujuan kesehatan kerja dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-


kecelakaan akibat kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
3. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
4. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan semangat kerja.
5. Perlindungan bagi masyarakat sekitar lingkungan kerja agar terhindar
dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan
6. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan. (Suma’mur,1995).

5
C. Sasaran-sasaran kesehatan kerja
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja
di semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik
fisik, mental maupun kesehatan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
5. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis
yang meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan
lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan,
penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada
hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan
problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif tiga
komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:
a. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
b. Beban kerja: fisik maupun mental.
c. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara
lain:bising, panas, debu, parasit, dan lain-lain.

D. Tahapan askep kesehatan kerja


1. Mengkaji masalah kesehatan
2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
4. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan

6
Diagnosis spesifik penyakit akibat kerja

Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini (B,
sugeng. 2003):

1. Anamnesis (wawancara) meliputi, identitas, riwayat kesehatan,


riwayat penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini.
2. Riwayat pekerjaan
a. Sejak pertama kali bekerja (kapan mulai bekerja di tempat
tersebut)
b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan,
jenis bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain,
pemakaian alat pelindun diri, cara melakukan pekerjaan,
pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobi), dan kebiasaan
lain (merokok, alkohol)
c. Sesuai tingkat penegtahuan, pemahaman pekerjaan.
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan
tidak bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat,
tetapi pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala
berkurang atau hilang.
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
c. informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesa atau
dari data penyakit di perusahaan.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan
a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium membantu diagnostik klinis.
c. Dugaan adanya penyakit akibat bekerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis.
5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru
(pneumokoniosis-pembacaan standart ILO).

7
b. Pemeriksaan audiometri.
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine.
6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygine
perusahaan yang memerlukan:
a. Kerjasama dengan tenaga ahli hygine perusahaan.
b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan
data yang ada.
c. Pengenalan secara lengsung sistem kerja dan lama pemakaian.
7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis
klinis, kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja, atau
melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama.
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi, dan dokter penasehat
(kaitannya dengan kompensasi).

Menurut (dermawan, deden. 2012: 194-197) Untuk dapat


mendiagnosis penyakit akibat kerja pada individu perlu dilakukan
suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan
tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan
sebagai pedoman :

1. Tentukan diagnosis klinisnya


Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu,
dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada,
seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Setelah diagnosis klinik ditegakkan dapat dipikirkan lebih lanjut
apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau
tidak.
2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang
tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu

8
penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan
anamnesa mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan
teliti, yang mencakup :
a. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan
oleh penderita secara kronologis.
b. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan.
c. Bahan yang diproduksi.
d. Materi (bahan baku) yang digunakan.
e. Jumlah pajanananya.
f. Pemakaian alat perlindungan diri (masker).
g. Pola waktu terjadinya gejala.
h. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang
mengalami gejala serupa).
i. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang
digunakan (MSDS, label, dan sebagainya).
3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan
penyakit tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan
yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami
menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan
tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal
tersebut diatas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit
akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,
perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan
sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita
(konsentrasi, jumlah, lama dan sebagainya).
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar
untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada
keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di
tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan

9
membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat
menetukan diagnosis penyakit akibat kerja.
5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun
riwayat perkerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanan,
misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa
sebelumnya sehingga resikonya meningkat. Apakah pasien
mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang
mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap
pajanan yang dialami.
6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab
penyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab
penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang
diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun
demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan
untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh
pekerjaannya.
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat
suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang
memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya,
tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu
penyakit, kadang-kadang pekerjann hanya memperberat suatu
kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan
waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan
dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa
melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien
tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.

10
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu
keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang
sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya
penyakit.

E. Masalah yang sering muncul


Menurut (dermawan, deden. 2012: 197-199) penyakit akibat
kerja/penyakit akibat hubungan kerja:
1. Penyakit Saluran Pernapasan
Penyakit akibat kerja pada saluran pernafasan dapat bersifat akut
maupun kronis.
a. Akut misalnya :
Asma akibat kerja sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis
akut atau karena virus.
b. Kronis, misalnya :
 Asbestosis
 Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
 Edema paru akut : dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti
nitrogen oksida.
2. Penyakit Kulit
a. Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam
kehidupan, kadang sembuh sendiri.
b. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit
kulit yang berhubungan dengan pekerjaan.
c. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang
merupakan penyeba, membuat peka atau karena faktor lain.
3. Kerusakan Pendengaran
a. Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukkan akibat
pajanan kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena
pekerjaan.

11
b. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap
orang dengan gangguan pendengaran.
c. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya
pendengaran.
4. Gejala pada Punggung dan Sendi
a. Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan panyakit
pada punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada
yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
b. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan.
c. Atritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang tidak
wajar.
5. Kanker
a. Adanya presentase yag signifikan menunjukkan kasus kanker
yang disebabkan oleh pajanan di tempat kerja.
b. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali
didapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi.
c. Pada kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20
tahun sebelum diagnosis.
6. Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau karbon monoksida da bahan kimia lain di
tempat kerja.
7. Penyakit Liver
a. Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis
virus atau sirosis karena alkohol.
b. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
8. Masalah Neuropsikitarik
a. Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja
sering diabaikan.
b. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian
alkohol atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh
karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.

12
c. Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari
stres yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. Lebih dari 100 bahan kimia (a.l solven) dapat menyebabkan
depresi Susunan Syaraf Pusat.
e. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl,
butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer.
f. Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
9. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
a. Alergi
b. Gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan
kimia atau lingkungan
c. Sick building syndrome
d. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), misal : parfum derivate
petroleum, rokok.

F. Tidakan yang bisa di lakukan

1. Penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit/ five level and


prevention diseases (leavel and clark) pada penyakit akibat kerja
(effendi, ferry. 2009: 238)
a. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Misalnya; pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan
memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan
perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang
keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Perlindungan khusu (spesific protection)
Misalnya; imunisasi, hygine perorangan, sanitasi lingkungan,
serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaaan kerja.
c. Deteksi dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt
treatment)

13
Misalnya; diagnosa dini setiap keluhan dan pengobatan segera
serta pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
d. Membatasi kecacatan (disability limitation)
Misalnya; memeriksa dan mengobati tenaga kerja komprehensif,
mengobati tenaga kerja secara sempurna, dan pendidikan
kesehatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Misalnya; rehabilitasi dan mempekerjakan kembali para pekerja
yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba
menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai,
menyediakan tempat kerja yang dilindungi, dan terapi kerja di
rumah sakit.

2. Promosi Kesehatan Dalam Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Promosi kesehatan, pencegahan dan kontrol penyakit,
kesejahteraan, penurunan faktor risiko, dan pelayanan kesehatan
preventif adalah beberapa istilah yang digunakan pada program
kesehatan di lahan kerja (anderson. 2007: 451).
Promosi kesehatan digunakan untuk menunjukkan sebuah proses
pembelajaran para pekerja mengenai bagaimana cara meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup mereka dengan mengembangkan gaya
hidup yang baru. Proses promosi kesehatan di lahan kerja biasanya
dimulai dari pekerja yang mendapat pengetahuan mengenai perilaku,
risiko kesehatan atau proses penyakit (anderson. 2007: 451).

14
FORMAT PENGKAJIAN ASKEP KESEHATAN KERJA

Deskripsi Kasus
Sekelompok mahasiswa keperawatan profesi ners Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Cilacap melakukan praktik keperawatan komunitas untuk kesehatan kerja di
komunitas pekerja di perusahaan Ekspor sayur dan Buah PT.SEGAR SAYUR di
Desa Kelapa Sawit Kecamatan Kapulaga Kabupaten menawi Provinsi NTT,
selama 1 Bulan mulai dari tanggal 5 November sampai 2 Desember 2015. Kami
melakukan kegiatan pengkajian selama 3 hari (mulai tanggal 13-15 november)
kepada para pekerja di perusahaan Ekspor Sayur dan Buah PT.SEGAR SAYUR
yang berjumlah 10 orang, berdasarkan data dari HRD perusahaan ini di dapat data
umum sebagai berikut:

No. Karakteristik Frekuensi/ jumlah


Jenis kelamin
1. a. Laki-laki 10 orang
b. Perempuan 0 orang
Jenis pekerjaan
a. Penyortiran sayur dan buah 9 orang
2.

b. Pengawas 1 orang
Usia
a. 25-35 tahun 2 orang
3. b. 36-46 tahun 6 orang
c. 47-57 tahun 2 orang
d. 58-60 tahun Orang

Tingkat pendidikan
a. Tamat SD 3 orang
4.
b. Tamat SMP 4 orang
c. Tamat SMA 3 orang

15
Lama bekerja
a. 1-2 tahun 4 orang
b. 3-4 tahun 2 orang
5.
c. 5-6 tahun 2 orang
d. 7-9 tahun 1 orang
e. > 10 tahun 1 orang

Kemudian kami melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap masing-


masing pekerja dan juga dari HRD perusahaan sehingga didapat hasil pengkajian
sebagai berikut:

Proses Keperawatan

Pengkajian

A. DATA INTI
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
perusahaan Ekspor Sayur dan Buah PT.SEGAR SAYUR berada di
wilayah Desa Kelapa Sawit Kecamatan Kapulaga Kabupaten menawi
Provinsi NTT, dengan luas bangunan pabrik keseluruhan sebesar 1 Ha. Pabrik
ini berada di tepi jalan raya yang merupakan akses utama di Desa Kelapa
Sawit Kecamatan Kapulaga Kabupaten menawi Provinsi NTT,. Terdiri dari
beberapa ruangan sektor yang didalamnya terdapat berbagai macam
pekerjaan industri yang berhubungan dengan ekspor sayur dan buah
diantaranya adalah bagian penyortiran sayur segar, penyimpanan sayur dan
buah, dll. Jumlah pekerja di ruangan perusahaan Ekspor Sayur dan Buah
PT.SEGAR SAYUR sebanyak 10 orang (perincian berdasarkan karakteristik
umum ada di tabel yang tersedia di awal) sebagaian besar bekerja adalah
orang bugis 7 orang bajo 3 orang (100%) dan berasal dari desa Kelapa sawit
sebanyak 7 orang (70%). Desa Menawi 3 orang (30%).

16
a. Status kesehatan komunitas
Dari pengkajian (anamnesa) dan kuisioner yang dilakukan
mahasiswa langsung kepada para pekerja di perusahaan Ekspor Sayur dan
Buah PT.SEGAR SAYUR didapatkan hasil:
1) Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
 4 orang pekerja (40%) menegeluhkan sering batuk-batuk
 3 orang (30%) pekerja mengeluhkan sering pusing
 Sisanya 3 orang (30%) tidak ada keluhan
2) Tanda-tanda vital*
 TD:
 < 110/70 mmHg : 2 orang (5%)
 110/70mmHg-130/90mmHg : 7 orang (75%)
 >130/90 mmHg : 1 orang (20%)
 Nadi:
 60-80x/menit : 2 orang (90%)
 80-100x/menit : 8 orang (10%)
 RR:
 16-24x/menit : 6 orang (90%)
 >24x/ menit : 4 orang (10%)
 Suhu tubuh:
 36,5°C-37°C : 10 orang (100%)
3) Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) *
 ISPA : 2 orang/ kasus (20%)
 PPOK : 1 orang (10%)
 Diare : 1 orang (10%)
 Batuk : 4 orang (40%)
 Demam : 1 orang (10%)
 Sisanya tidak ada laporan keluhan penyakit 1 orang (10%)
Ket: (*) : data dari klinik perusahaan pada tanggal 12 November 2015

4) Riwayat penyakit komunitas

17
Data diambil dari 4 orang pekerja (100%) yang mengeluhkan
sering batuk-batuk, kami melakukan pengkajian dengan memberikan
kuisioner kepada 4 pekerja tersebut, dengan hasil:

No. Karakteristik Frekuensi Presentase %


Menderita batuk berdahak minimal 30 kali
1. setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun 4 orang 100%
beruntun
2. Mempunyai riwayat merokok 4 orang 100%
3. Terpajan langsung dengan bahan produk 4 orang 100%
Mempunyai keluarga dengan riwayat
4. 1 25%
bronkitis dan emsifema
Sering mengalami sesak nafas saat
5. 1 25%
aktivitas sedang (jalan cepat, naik tangga)
Pernah merasa sesak atau nafas sulit
6. 1 25%
bahkan pada saaat istirahat
Pernah merasa sesak nafas menetap dan
7. 1 25%
makin lama makin berat
8. Saat Batuk selalu berdahak dan beriak 2 50%
Pernah memeriksakan ke dokter atau
tempat pelayanan kesehatan baik umum
9. maupun yang ada di perusahaan dan 1 25%
positif dinyatakan penderita PPOK
(bronkhitis kronis, emfisema)
Pernah merasa dada terasa berat saat
10. 1 25%
bernafas

5) Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi komunitas


Para pekerja mendapat istirahat makan siang dari peusahaan,
makan siang rutin dilaksanakan tiap pukul 13.00 WIB di kantin pabrik.

18
6) Pola pemenuhan cairan dan elektrolit
Selama bekerja kebutuhan cairan pekerja didapat dari minuman
yang dibawa oleh para pekerja dari rumah.
7) Pola istirahat tidur
Para pekerja mengatakan bahwa istirahat tidur mereka biasanya
dilakukan pada malam hari saat pulang bekerja karena waktu bekerja
mereka adalah 9 jam mulai pukul 8 pagi-5 sore.
8) Pola eliminasi
Saat dilakukan anamnesa kepeada para pekerja Sebanyak 5 orang
dari 10 orang (50%) pekerja mengatakan pernah sakit “anyang-
anyangan”, hal ini ternyata disebabkan oleh 3 orang (60%) kurang
sering minum air putih saat bekerja, 2 orang (40%) menahan BAK
karena jarak kamar mandi dengan ruang penyortiran agak jauh. .
9) Pola aktivitas gerak
Saat dilakukan anamnesa kepada para pekerja sebanyak 10 orang
dari 10 orang (100%) jumlah pekerja mengeluhkan sering merasa
pegal di daerah leher dan punggungnya. Saat dilakukan observasi
secara langsung ternyata sebanyak 5 orang (50%) pekerja duduk
dengan posisi duduk yang salah/ terlalu membungkuk,5 orang (50%)
tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi tubuhnya/
berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang lama.
10) Pola pemenuhan kebersihan diri
Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 7 orang dari 10
orang pekerja (70%) tidak mencuci tangan setelah bekerja sisanya 3
orang (30%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.
11) Status psikososial
Antar kelompok pekerja tidak pernah mengalami pertengkaran atau
perselisihan karena mereka menganggap semua pekerja saling
bersaudara karena sudah bekerja bersama dalam waktu yang lama,
antar pekerja saling membantu dan memberikan dukungan bila ada
masalah.

19
2. Status pertumbuhan dan perkembangan
a) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
Berdasarkan data dari perusahaan semua pekerja tidak
mendapatkan asuransi kesehatan, tetapi data yang di dapat dari
pekerja menunjukka bahwa:
No. Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Pekerja yang memeriksakan
1. 1 orang 10%
kesehatan secara rutin ke klinik
Pekerja yang memeriksakan
2. 2 orang 20%
kesehatannya saat sakit saja
Pekerja yang tidak pernah/ belum
3. pernah datang ke klinik untuk 7 orang 70%
memeriksakan kesehatannya

b) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan


Setelah dilakukan pengkajian melalui observasi langsung kepada
10 pekerja di didapatkan hasil:

Jenis
No. Karakteristik Ferekuensi Presentase(%)
pekerjaan
1. Tidak menggunakan a. Pengepakan 9 orang 100%
masker saat bekerja b. pengawasan 1 orang 100%
2. Tidak menggunakan a. Pengepakan
9 orang 100%
sarung tangan saat b. Pengawasan
1 orang 100%
bekerja

c) Pola perilaku tidak sehat dalam komunitas


Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 7 orang dari 10
orang pekerja dibagian pengepakan (70%) tidak mencuci tangan
setelah bekerja sisanya 3 orang (30%) mencuci tangan tapi dengan
prosedur yang kurang benar.

20
B. DATA LINGKUNGAN FISIK
luas bangunan 20x10 meter bentuk bangunan berupa ruangan luas yang
lapang dengan meja-meja tempat pelintingan, pengepakan dan terdapat 2
kamar mandi di dalamnya. Jenis bangunannya semi permanen atap bangunan
berupa seng alumunium dengan dinding terbuat dari papan dengan lantai dari
semen/ plesteran, ventilasi di ruangan ini berasal dari jendela –jendela kecil di
atas tembok sisi bangunan total 5 buah, penerangan ruangan berasal dari pintu
ruangan kecil yang di buka saat jam kerja bila menjelang sore terdapat lampu
neon yang memberikan pencahayaan diruangan ini. Kebersihan di dalam
ruangan kurang rapi dan agak kotor. Kondisi kamar mandi kurang bersih
tetapi jumlahnya sangat terbatas dan jarak.

C. PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL


Di perusahaan PT. SEGAR SAYUR tidak terdapat sebuah klinik
kesehatan yang disediakan untuk seluruh pekerja dan pegawai diperusahaan
ini. Sumber kesehatan yang ada di dekat perusahaan yakni PUSTU
(puskesmas pembantu) yang ada di Pustu ini adalah terdapat 1 perawat,
fasilitas alat yang dimiliki klinik ini terdiri dari 2 kamar tidur, obat-obatan
yang cukup lengkap .

D. EKONOMI
Rata-rata penghasilan pekerja di ruangan 1-1,5 juta rupiah sedangkan
untuk bagian pengawas sekitar 1,5-2 juta rupiah.

E. KEAMANAN DAN TRANSPORTASI


Sistem keamanan perusahaan tidak cukup baik. Untuk penanggulangan
kebakaran tidak terdapat alat pemadam kebakaran manual di setiap ruangan
produksi dan perusahaan ini juga tidak memiliki unit mobil pemadam
kebakaran selain itu perusahaan juga tidak bekerjasama dengan dinas
pemadam kebakaran kota untuk menanggulangi jika terjadi masalah
kebakaran. Penanggualangan polusi tidak ada, dan tidak adanya alat blower
untuk ventilasi agar tidak terjadi polusi di dalam pabrik.

21
F. POLITIK DAN KEAMANAN
Perusahaan PT. SEGAR SAYUR merupakan perusahaan milik swasta
yang dimiliki oleh Tn. KY.

G. SISTEM KOMUNIKASI
Sarana komunikasi yang digunakan oleh pekerja di ruangan sebagaian
besar menggunakan alat komunikasi telfon genggam (HP) sebagai alat
komunikasi antara pekerja, keluarga dan masyarakatnya. Mayoritas pekerja
dengan menggunakan bahasa bugis dan sebagaian kecil menggunakan bahasa
bajo.

H. PENDIDIKAN
Data yang didapat dari HRD perusahaan Anugerah saputra didapatkan
data tingkat pendidikan pekerja di ruangan adalah sebagai berikut:

Tingkat pendidikan
a. Tamat SD 3 orang
b. Tamat SMP 4 orang
c. Tamat SMA 3 orang

Saat dilakukan pengkajian dengan kuisioner tentang pengetahuan


pekerja terhadap pentingnya penggunaan standart keselamatan kerja di
perusahaan ekspor ikan hidup terhadap kesehatan pekerja, di dapatkan
data:
 7 orang (70%) dari pekerja tidak mengetahui
 3 orang (30%) dari pekerja mengetahui

22
I. REKREASI
Berdasarkan data yang didapat dari perusahaan, tidak terdapat hari libur
Di akhir tahun biasanya juga diadakan rekreasi bersama yang di fasilitasi oleh
perusahaan yang juga dilakukan secara giliran atau gantian di tiap pekerja

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut Asuhan Keperawatan Komunitas Kesehatan Kerja yang diberikan
bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan Pekerja yang
bersifat komprehensif melalui kerja sama dan peran serta pekerja, yang
menekanan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
tidak mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/327318020/Askep-Komunitas-Kesehatan-
Kerja

https://www.scribd.com/doc/313526035/Konsep-Keperawatan-Kesehatan-
Kerja

https://www.scribd.com/doc/302614861/Konsep-Kesehatan-Kerja

http://www.academia.edu/6211163/Askep_komunitas_kesehatan_kerja

25

Anda mungkin juga menyukai