13.1. UMUM
Beton tembak (shotcrete) adalah beton yang agregatnya berukuran relatif lebih kecil
(ukuran sieve : 0,125 mm – 8 mm) dari pada agregat yang biasa dipergunakan untuk
beton biasa dan dapat dipergunakan sebagai penyangga sementara maupun permanen.
Shotcrete dirancang untuk dapat menahan gaya yang bekerja pada batuan yang
disebabkan oleh lubang bukaan. Pada shotcrete, penambahan material-material (misalnya
: fibre) tertentu, diharapkan juga bisa bertahan terhadap tension stress. Gambar berikut ini
menunjukan model shotcrete yang rusak akibat tention stress.
Gambar 3.1
Kondisi Shotcrete yang Rusak
Gambar 3.2
Aplikasi Shotcrete di Drift/Tunnel
1 ( ri - tc )2
Psc max = Pc cos 1-
2 r12
dimana =
Psc max = tekanan yang dapat dihasilkan oleh selimut beton
(kg/cm2)
Pc cos = kuat tekan beton yang digunakan (kg/cm2)
r1 = jari-jari tunnel (cm)
tc = tebal shotcrete (cm)
Menurut Unal (1983), beban penyangga dapat ditentukan dari RMR
100 – RMR
P = γ.B
100
dimana :
P = beban penyangga (ton/m2)
B = lebar terowongan/span (m)
γ = densitas batuan (kg/m3)
R = Rock Mass Rating (0 – 100 %)
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh beton tembak (shotcrete) adalah :
Shotability : yaitu kemampuan untuk dapat melekat di atas dengan kemungkinan
kecil untuk dapat lepas.
Kekuatan awal (early strength) sebesar 1 MPa umumnya memerlukan waktu
(setting time/curing time) 2 – 8 jam.
Harus mampu mencapai kekuatan 40 MPa dalam waktu 28 hari dengan komposisi
accelerator tertentu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kekuatan akhir yang
diinginkan
Ketebalan beton tembak (shotcrete) dapat dihitung dengan rumus Rabcewicz (1974),
yaitu :
P.r
t = 0.434 τ
dimana :
t = tebal beton tembak (shotcrete) (m)
P = tekanan pada beton tembak (shotcrete) (t/m2)
r = jari-jari tunnel (m)
τ = tegangan geser yang diijinkan dari bahan shotcrete (t/m2) = 0,2 σb
σb = kuat tekan beton tembak/shotcrete)
Gambar 3.3
Dry Mix Shotcrete
b. Wet mix adalah suatu cara dimana air, agregat dan semen yang telah ditakar
dicampur dan dialirkan melalui selang ke tabung untuk kemudian dipompa secara
mekanis melalui nozzle kepermukaan batuan. Accelerator ditambahkan pada saat
campuran dialirkan ke tabung. Keuntungan cara ini adalah perbandingan air
semen (w/c ratio) dapat dikontrol dengan ketat. Gambar 3.3 memperlihatkan wet
mix shotcrete method.
Keuntungan dari cara ini :
Proporsi campuran lebih mudah dikontrol dengan tepat dan akurat
Kapasitas tinggi
Rebound faktor rendah
Cocok jika menggunakan plastic fibres
Debu yang dihasilkan rendah
Kerugian dari cara ini :
Peralatan yang digunakan berukuran besar dan harganya mahal
Sensitif terhadap material-material campuran
Gambar 3.4
Wet Mix Shotcrete
Dimana :
Mc = dosis minimum semen (dalam kg) per m3 shotcrete.
Dmax = ukuran material terbesar (dalam mm)
Sehingga dapat diketahui bahwa jika ukuran material meningkat, jumlah
semen yang digunakan akan turun, membuat penggunaan shotcrete lebih
ekonomis. Namun jumlah semen yang digunakan juga tergantung dari kualitas
agregate yang digunakan. Jika agregate tersebut tidak dapat memberikan
kekuatan maksimal sesuai dengan kekuatan yang diinginkan, maka jumlah
semen yang digunakan semakin banyak. Hal ini dimaksudkan agar semen
dapat mengikat agregate yang digunakan dalam campuran shotcrete tersebut.
Ukuran material dan semen harus dikontol secara benar, agar nilai kuat tekan
yang diperoleh sesuai standard dan daya lekat dari pada material shotcrete
bagus, sehingga hasil penyemprotan shotcrete tidak banyak masalah.
2. Agreggate/material
Agreggate berguna untuk memberikan dimensi yaitu sebagai struktur rangka
pada material shotcrete, mengurangi jarak celah yang harus diisi oleh semen
sebagai bahan perekatnya sehingga dapat mengurangi cost. Agregate yang
digunakan adalah pasir. Pasir akan menjadi kerangka beton dan
meminimalkan penyusutan volume yang terjadi selama pengerasan semen.
Pasir mempunyai ukuran 0,125 mm – 8 mm. Ukuran yang lebih besar dari 8
mm tidak digunakan. Karena akan mengakibatkan terjadi penyumbatan pada
saat penyemprotan shotcrete dan banyak rebound.
Tabel 3.5
Ukuran Aggregate Berdasarkan ASTM Sieve
Sumber : Buku Sprayed Concrete for Rock Support, By Tom Melbye, hal. : 30 – 31
Grafik 3.1
Rekomendasi Ukuran Aggregate untuk Shotcrete
(Standard ASTM)
3. Air
Air merupakan bahan yang sangat penting dalam penggunaan beton tembak
(shotcrete). Jumlah air yang dibutuhkan tergantung dari ukuran agregat dan
kekuatan dari beton tembak (shotcrete) yang diinginkan, juga tergantung dari
sifat granulometri material dan kuat tekan yang ada. Jumlah air yang
dibutuhkan (dalam kg) per meter kubik-nya dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Mw = A (7-K)
Gambar 3.5
Mekanisme Penyemprotan Shotcrete yang Benar
Gambar 3.6
Pengaruh Sudut Penyemprotan terhadap Rebound
Gambar 3.7
Pengaruh Prosedur Penyemprotan Terhadap Persentase Rebound yang Terjadi
(Melbye,2001)
FALL OUT
Gambar 3.8
Kenampakan Fall Out yang Terjadi pada Shotcrete
Gambar 3.9
Penetration Neddle Test
Gambar 3.10
Alat Uniaksial Compressive Strength
Gambar 3.11
Round Pannel Test
Test ini juga bertujuan untuk melihat kualitas dari pencampuran material
shotcrete (batching). Ukuran nominal dari sample adalah 75 ± 15 mm untuk
ketebalannya dan 800 ± 10 mm untuk diameternya. Data di lampiran AC. Energi
yang tercatat sepanjang displacement dapat dikoreksi dengan rumus :
B
to do
W = W’ x , dimana B = 2,0 – (δ – 0,5) / 80
t d
Keterangan :
W = Energi terkoreksi
W’ = Energi terukur sepanjang displacement
t = Average thickeness
to = Nominal thickness (75 mm)
d = Diameter rata-rata (mm)
do = Diameter nominal (800 mm)
δ = Displacement sesuai dengan energi terukur
13.6 KEKUATAN BETON TEMBAK (SHOTCRETE)
Kekuatan dari beton tembak (shotcrete) dapat mempengaruhi berhasil tidaknya
sistem penyanggaan dalam lubang bukaan tersebut. Kekuatan beton tembak (shotcrete)
dipengaruhi oleh komposisi campuran untuk mendapatkan kekuatan yang diinginkan,
mekanisme kerja dan ketebalannya.
Kekuatan dari (shotcrete) setelah waktu tertentu, misalnya 1 jam, 3 jam, 1 hari, 3
hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari (dari waktu semprot), maksudnya bahwa kekuatan beton
tembak (shotcrete) harus mempunyai kekuatan tertentu setelah lama waktu tertentu dari
penyemprotan.
Waktu 1 jam atau 3 jam setelah penyemprotan harus mempunyai kekuatan
tertentu dimaksudkan untuk memberikan kekuatan awal (early strength) pada beton
tembak (shotcrete) tersebut. Waktu 28 hari menurut perhitungan merupakan waktu
standard untuk pengeringan dan pencapaian kekuatan akhir dari beton tembak (shotcrete)
yang diinginkan.
Kekuatan beton tembak (shotcrete) sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat teknis dari
shotcrete yang meliputi :
1. Water/Cement Ratio (w/c ratio)
Water/Cement Ratio merupakan perbandingan jumlah air dan semen dalam berat.
Water/Cement Ratio yang tepat penting dalam pencapaian kekuatan shotcrete.
Gambar 3.6 memperlihatkan hubungan nilai kekuatan shotcrete dengan nilai w/c
ratio (menurut Cemal Biron).
Grafik 3.11
Hubungan Nilai Kekuatan Shotcrete dengan W/C Ratio menurut Cemal Biron
Menurut Abrams : σb = A
B.α
1
Menurut Bolomey : σb = K 0.5
Menurut Graf : σb = Kn . 1
α α2
dimana :
σb = kuat tekan dalam curing time tertentu, kg/cm2
= water-cement ratio dalam berat
A = koefisien curing time setelah 28 hari, 950
= koefisien curing time setelah 28 hari, 9
K = koefisien curing time setelah 28 hari, 180
= koefisien curing time setelah 28 hari, 150
Kn = kuat tekan semen
A = koefisien workmanship, bagus : 4, sedang : 6, jelek : 8
2. Hydration
Proses hidrasi sangat penting untuk menghasilkan kekuatan shotcrete bersifat
homogen. Proses hidrasi sendiri tergantung pada w/c ratio. Terlalu banyak air
akan menyebabkan semen dan agregat terpisah, terlalu sedikit air menghasilkan
mixing yang jelek antara semen dan agregat. Sehingga perbandingan jumlah air
dan semen yang digunakan untuk menghasilkan material shotcrete yang bagus,
harus benar-benar sesuai.
3. Slump
Slump menunjukkan consistency dari shotcrete yaitu merupakan sifat plasticity
dan kemampuan mengalir dalam pipa saat disemprotkan. Sifat plasticity dari
campuran shotcrete tersebut harus tetap dijaga sampai saat penyemprotan.
Apabila campuran shotcrete kehilangan sifat plasticity maka akan berakibat
campuran shotcrete berubah menjadi padat sehingga akan mengalami kesulitan
saat disemprotkan. Disamping itu selang atau pipa tersebut harus segera
dibersihkan, hal ini akan mengakibatkan terjadinya delay atau waktu senggang
selama pengoperasian shotcrete ini yang dapat menyebabkan material shotcrete
menjadi padat karena proses pengerasan/kompaksasi.
4. Pemadatan/ Compaction
Merupakan jumlah volumetric material padat (semen dan material) pada 1m3
shotcrete. Berbalikkan dengan “porositas”. Telah diketahui bahwa kuat tekan
shotcrete akan berkurang dengan turunnya nilai “porositas”, untuk mengurangi
porositas pemadatan perlu ditingkatkan, penggunaan peralatan seperti palu
penggetar (vibrating hammer) dapat digunakan dalam membantu pemadatan. Hal
ini digambarkan dengan rumus :
2
Vc
b
1 A Vc
p =1–A
Dimana :
σb = kuat tekan shotceret setelah waktu pengerasan tertentu
K = koefisien, tergantung waktu pengerasan dan
granulametry dari aggregates
Vc = volume semen dalam 1m3 shotcrete
A = compaction
P = porositas
Tabel 3.4
Hubungan antara ukuran dan bentuk material dengan perbandingan semen dan
material
Perbandingan Material
Bentuk Material
dan Semen
Material bulat kasar dan material
6,5
halus tidak beraturan
Material kasar tidak beraturan dan
5,5
material halus tidak beraturan
Material kasar menyudut dan
5,2
material halus tidak beraturan
Shotcrete sendiri secara bahasa adalah “beton tembak”. Namun lebih dari itu shotcrete
secara umum adalah campuran antara semen,aggregate/kerikil,air ,fibre plastic atau baja,
dan semua admiktur/campuran tambahan. Yang disemprotkan dengan mengunakan udara
bertekanan tinggi. Kata shot/tembak disini berarti disemprotkan dengan udara bertekanan
tinggi sekitar 6000 Psi. sebuah tekanan udara yang cukup untuk menjebol dinding rumah
biasa. Tekanan tinggi diperlukan untuk dapat menyemprotkan beton dengan berbagai
macam campurannya yang sangat liat,menggumpal dan keras.Campuran shotcrete
dirancang untuk segera bereaksi sesaat setelah semua bahan dicampur dalam truk
pengaduk.ada begitu banyak keunggulan shotcrete dibanding dengan system penyangga
lain. Shotcrete bisa digunakan di berbagai tipe batuan kecuali pasir,mudah dioperasikan
karena hanya butuh 1 orang operator,dapat menggeras dengan sangat cepat.dibeberapa
percobaan shotcrete bahkan dapat mengeras hanya dalam waktu 1 jam, dengan
penggunaan campuran tambahan. Tinggkat kekuatannya juga mengagumkan,melebihi
campuran beton yang dikenal oleh orang awam. Dalam waktu 1-6 jam. Sebuah dinding
yang disemprot dengan shotcreteterbukti mampu menahan tabrakan dari alat berat sejenis
wheel loader,dan hanya tergores sedikit di permukaannya.juga mampu menahan getaran
peledakan yang mempunyai tekanan dari puluhan sampai ratusan ribu Psi per detik.
Kekuatan ini didapat dari campuran yang tepat. Sesaat begitu shotcrete disemprot,
permukaan batuan tambang akan mengalami hidrasi/naiknya suhu campuran shotrete
akibat dari digunakannya campuran gamping pada semen dan campuran kimia lain.
Ketika hidrasi terjadi semua campuran yang menggumpal akan meleleh menjadi semacan
lem yang akan mengikat kuat satu sama lain terutama dengan permukaan lubang
galian.setelah semua celah di antara shotcrete dan batuan tertutup terciptalah perkuaatan
yang akan menyangga dinding lunbang bukaan dari potensi bahaya yang mungkin timbul
seperti runtuh. Jadi jika dilihat secara kasat mata, seolah olah terowongan tersebut tidak
disangga oleh penyangga biasa seperti kayu atau besi yang menahan atap secara virtual.
Dinding terowongan hanya akan terlihat seperti gua biasa. Meskipun mahal secara biaya,
cara ini sangat efektif dan praktis untuk digunakan di tambang bawah tanah. Keuntungan
lainya adalah dampak psikologis dari para pekerja bawah tanah. Karena shotcrete tidak
punya kecenderungan untuk runtuh secara massal,terutama jika pada proses
penyemprotannya benar, yaitu disemprot secara merata dan memutar, tanpa adanya
penumpukan terutama pada bagian dinding. Ini akan membuah para pekewrja merasa
aman, sehingga mereka lebih produktif. Tapi shotcrete selain mahal juga punya
kelemahan sebagaimana beton biasa. Tidak bisa digunakan lagi jika pecah atau runtuh,
berbeda dengan penyangga kayu. Shotcrete juga tidak “memberikantanda-tanda” jika
akan runtuh yang pada penyangga kayu akan terlihat patahan dan indikasi runtuh seperti
melengkung.selain itu shotcrete cukup efektif jika digunakan pada konstruksi yang
membutuhkan perkuatan secara cepat, selama bidang yang bisa di semprot cukup luas.
Jika diaplikasikan pada konstruksi sipil, seperti bangunan shotcrete akan sangat cocok
untuk memperkuat lapisan luar dinding, cocok untuk bungker militer,ruang operasi
medis, gudang bahan peledak/bahan yang mudah terbakar. Karena sifat shotcrete yang
akan semakin mengeras seiring dengan naiknya temperature. Tapi shotcrete tidak cocok
pada terowongan tanah biasa, karena shotcrete tidak bisa memperkuat dinding tanah
biasa.diperlukan permukaan yang lebih stabil dan keras. Shotcrete punya ketahanan yang
kuat terhadap air, setelah shotcrete mengeras/mengalami hidrasi. Meskipun shotcrete
jarang di gunakan pada konsruksi sipil, karena biaya yang mahal. Sebenarnya shotcrete
bisa memperkuat dinding rumahdari potensi gempa bumi. Dengan catatan dinding rumah
dibuat berlubang-lubang untuk memperkuat daya ikat shotcrete dan dinding. Hal yang
agak tidak menguntungkan jika shotcrete digunakan untuk memperkuat dinding rumah
adalahmesin sprayernya yang berbentuk seperti truk kecil.biaya operasional akan sangat
mahal.kecuali jika bisa disewa. Jika jembatan selat sunda diwujudkan, shotcrete bisa
dipertimbangkan untuk digunakan. Terutama pada struktur bawah jembatan.campuran ini
akan mengeras dengan sangat cepat. Sehingga casing penyangga anti air bisa segera
dilepas.daya ikat antara campuran dan fibre/serat akan mengurangi udara terselip diantara
campuran semen dan beton lain. Jika ini terjadi akan timbul gelembung udara di dalam
campuran sehingga memjadi keropos. Shotcrete bisa mencegah ini terjadi karena sifatnya
yang kental dan padat. Ketahanan shotcrete akan getaran dan gesekan tidak diragukan
lagi. Dengan perbandingan di tambang bawah tanah yang tahan terhadap benturan alat
berat dan getaran peledakan. Shotcrete cocok untuk lubang perlindungan bawah
tanah.dengan catatan shotcrete harus langsung menempel pada lapisan batuan
tertentu.tidak dengan tanah biasa. Jika digunanakan pada system terowongan untuk
transportasi seperti kereta api bawah tanah , shotcrete bisa dipertimbangkan untuk
perkuatan awal, sebelum lining beton yang lebih solid diaplikasikan.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/2190538-penggunaan-
shotcrete-sebagai-penyangga-di/#ixzz32PONjm00