Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ANTIMIKROBA ALAMI

ACARA V
EKSTRAKSI SENYAWA ANTIMIKROBA

OLEH:
ALFINE RIJALDIE MALIK
J1A015006
Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 22 Mei 2018

Mengetahui,
Co. Asst Praktikum Antimikroba Alami Praktikan,

Nadawiatul Hardianti Alfine Rijaldie Malik


NIM. J1A014071 NIM. J1A015006
ACARA V
EKSTRAKSI SENYAWA ANTIMIKROBA

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Beberapa jenis rempah-rempah yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba
yang cukup kuat adalah bawang merah, Bawang putih, cabe merah, jahe, kunyit dan
Lengkuas. Ekstrak bawang merah mempunyai efek bakterisidal
terhadap Staphylococcus aureus dan Shigella dysentriae. Bubuk jahe mempunyai
efek bakterisidal terhadap Micrococcus varians, Leuconostoc sp., dan Bacillus
subtilis, serta bersifat bakteristatik terhadap Pseudomonas sp. dan Enterobacter
aerogenes. Ekstrak bawang putih mentah juga mempunyai aktivitas antimikroba
terhadap Escherichia coli, Staphylococcus sp, Proteus vulgaris, Bacillus subtilis,
Serratia marcescens, dan Shigella dysentriae (Sari, 2012).
Daun sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki sifat
antimikroba. Secara umum daun sirih mengandung minyak atsiri sampai 4,2%,
senyawa fenil propanoid, dan tannin. Senyawa fenil propanoid bersifat antimikroba
dan anti jamur yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri
antara lain,Salmonella sp, Klebsiella, Pasteurella, dan dapat mematikan Candida
albicans. Minyak atsiri dari daun sirih umumnya aktif terhadap Escherichia
coli,Posiodomonas auruginosa, Streptococcos epidermidis, Staphylococcus aureus
dan pirogen Streptococcus (Rivai dkk., 2014).
Proses ekstraksi merupakan tahapan yang penting dalam memperoleh
senyawa bioaktif dalam jumlah yang maksimal. Proses ekstraksi senyawa bioaktif
yang diperoleh dapat digunakan sebagai senyawa antimikroba pada bahan alami
dipengaruhi oleh banyak hal, beberapa diantaranya adalah proses persiapan pangan
bahan, metode ekstraksi serta pelarut yang digunakan. Persiapan smapel menjadi hal
yang sangat penting diperhatikan untuk mencapai proses ekstraksi yang efektif dan
efisien. Persiapan ini meliputi penyiapan sampel menjadi simplisia kering. Simplisisa
kering dipersiapkan dengan proses pengeringan untuk mengurangi sebagian besar
kadar air bahan, dengan demikian komponen lain termasuk komponen bioaktif akan
semakin besar konsentrasinya. Hal ini akan memudahkan proses ekstraksi dan
mengefisienkan penggunaan pelarut. Oleh karena itu, perlu dilakukaknnya praktikum
ekstraksi senyawa antimikroba.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses ekstraksi
dengan metode Maserasi menggunakan pelarut polar dan non polar.
TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa jenis rempah-rempah yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba


yang cukup kuat adalah bawang merah, Bawang putih, cabe merah, jahe, kunyit dan
Lengkuas. Ekstrak bawang merah mempunyai efek bakterisidal
terhadap Staphylococcus aureus dan Shigella dysentriae. Bubuk jahe mempunyai
efek bakterisidal terhadap Micrococcus varians, Leuconostoc sp., dan Bacillus
subtilis, serta bersifat bakteristatik terhadap Pseudomonas sp. dan Enterobacter
aerogenes. Ekstrak bawang putih mentah juga mempunyai aktivitas antimikroba
terhadap Escherichia coli, Staphylococcus sp, Proteus vulgaris, Bacillus subtilis,
Serratia marcescens, dan Shigella dysentriae (Sari, 2012).
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara
ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan
memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang
tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam
sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak
waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa
senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada
suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya
senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).
Daun sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki sifat
antimikroba. Secara umum daun sirih mengandung minyak atsiri sampai 4,2%,
senyawa fenil propanoid, dan tannin. Senyawa fenil propanoid bersifat antimikroba
dan anti jamur yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri
antara lain,Salmonella sp, Klebsiella, Pasteurella, dan dapat mematikan Candida
albicans. Minyak atsiri dari daun sirih umumnya aktif terhadap Escherichia
coli,Posiodomonas auruginosa, Streptococcos epidermidis, Staphylococcus aureus
dan pirogen Streptococcus (Rivai dkk., 2014).
Kandungan fenol yang terkandung dalam sirih hijau diyakini memiliki
kandungan lebih banyak dibanding fenol pada umumnya. Fenol dapat menghambat
aktivitas bakteri. Salah satu cara menghambat pertumbuhan bakteri ialah dengan cara
menghambat proses pembentukan dinding sel atau dengan melisiskan dinding sel
yang sudah terbentuk. ekstrak daun sirih hijau yang diperoleh dengan pelarut etanol
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri Gram positif dan Gram
negatif yang salah satunya adalah Escherichia coli, yang hasilnya pelarut etanol dapat
menghambat pertumbuhan sebesar 14 mm dan untuk konsenterasi minimum
penghambatan (Minimum Inhibitory Concentracion) didapatkan sebesar 1%
(Syahrinastiti, 2015).
Pelarut yang digunakan merupakan faktor yang sangat menentukan proses
ekstraksi senyawa bioaktif. Proses ekstraksi senyawa bioaktif dapat menggunakan
pelarut organik maupun non organik. Penggunaan pelarut sangat berpengaruh
terhadap hasil ekstraksi dan kemampuannya sebagai komponen bioaktif. Beberapa
jenis pelarut organik yang sering digunakan dalam proses ekstraksi adalah: etanol,
aseton, heksan, korofom, etil asetat dll. Penggunaan pelarut organik secara luas telah
dilakukan, namun penggunaan pelarut ini cenderung memiliki resiko bahaya yang
lebih besar dibandingkan penggunaan pelarut non organik seperti asam dan basa
(Khoddami dkk., 2013).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Mei 2018 di Laboratorium


Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau, talenan,
rak, cabinet dryer, freez dryer, oven vakum, saringan 40 mesh, blender, magnet
stirer, saringan kasar, kertas saring (Whatman No 1), corong, rotary evaporator,
alat gelas, ferluktor, ultrasonikator, saringan kasar,
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah simplisia
bahan kering (daun sirih), pelarut (etanol, etanol 98%, heksana, aseton dan dietil
eter) dan Gas N2.

Prosedur Kerja
a. Persiapan Simplisia Kering
Daun sirih

Disortasi

Dipotong (1x1 cm))

Dikeringkan

Diayak 40 mesh
Dihaluskan

Dihitung rendemen

b. Proses Ekstraksi Komponen Bioaktif

50 gram simplisia

Dicampur dengan 250 ml pelarut organik

Dilakukan ektraksi selama 24 jam dengan shaker

Disaring

Diuapkan sisa pelarut

Dikeringkan menggunakan freeze dryer

Ditimbang berat botol beserta ekstrak

Dihitung rendemen ekstrak

c. Pelarut untuk Mengekstrak Komponen Bioaktif pada Bahan

10 gram simplisia

Dicampur dengan 100 ml pelarut

Diaduk dengan kecepatan konstan 160 RPM


selama 24 jam
Disaring dengan penyaring kasar, kemudian
dilanjutkan dengan penyaringan halus dengan
menggunakan kertas whatman no 1

Diuapkan sisa pelarut

Dikeringkan menggunakan gas nitrogen

Ditimbang berat botol beserta ekstrak

Dihitung rendemen ekstrak


PEMBAHASAN

Beberapa jenis rempah-rempah yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba


yang cukup kuat adalah bawang merah, Bawang putih, cabe merah, jahe, kunyit dan
Lengkuas. Ekstrak bawang merah mempunyai efek bakterisidal
terhadap Staphylococcus aureus dan Shigella dysentriae. Bubuk jahe mempunyai
efek bakterisidal terhadap Micrococcus varians, Leuconostoc sp., dan Bacillus
subtilis, serta bersifat bakteristatik terhadap Pseudomonas sp. dan Enterobacter
aerogenes. Ekstrak bawang putih mentah juga mempunyai aktivitas antimikroba
terhadap Escherichia coli, Staphylococcus sp, Proteus vulgaris, Bacillus subtilis,
Serratia marcescens, dan Shigella dysentriae (Sari, 2012).
Selain itu, daun sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki
sifat antimikroba. Secara umum daun sirih mengandung minyak atsiri sampai 4,2%,
senyawa fenil propanoid, dan tannin. Senyawa fenil propanoid bersifat antimikroba
dan anti jamur yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri
antara lain,Salmonella sp, Klebsiella, Pasteurella, dan dapat mematikan Candida
albicans. Minyak atsiri dari daun sirih umumnya aktif terhadap Escherichia
coli,Posiodomonas auruginosa, Streptococcos epidermidis, Staphylococcus aureus
dan pirogen Streptococcus (Rivai dkk., 2014).
Kandungan fenol yang terkandung dalam sirih hijau diyakini memiliki
kandungan lebih banyak dibanding fenol pada umumnya. Fenol dapat menghambat
aktivitas bakteri. Salah satu cara menghambat pertumbuhan bakteri ialah dengan cara
menghambat proses pembentukan dinding sel atau dengan melisiskan dinding sel
yang sudah terbentuk. Ekstrak daun sirih hijau yang diperoleh dengan pelarut etanol
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri Gram positif dan Gram
negatif yang salah satunya adalah Escherichia coli, yang hasilnya pelarut etanol dapat
menghambat pertumbuhan sebesar 14 mm dan untuk konsenterasi minimum
penghambatan (Minimum Inhibitory Concentracion) didapatkan sebesar 1%
(Syahrinastiti, 2015).
Proses ekstraksi merupakan tahapan yang penting dalam memperoleh
senyawa bioaktif dalam jumlah yang maksimal. Proses ekstraksi senyawa bioaktif
yang diperoleh dapat digunakan sebagai senyawa antimikroba pada bahan alami
dipengaruhi oleh banyak hal, beberapa diantaranya adalah proses persiapan pangan
bahan, metode ekstraksi serta pelarut yang digunakan. Maserasi merupakan metode
sederhana yang paling banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil
maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman
dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar.
Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa
dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut
dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi
ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja
sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat
menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).
Dalam ekstraksi senyawa bioaktif digunakan sebuah pelarut. Pelarut yang
digunakan pada praktikum ektraksi kali ini adalah etanol dan hexana. Etanol
merupakan senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen. Etanol memilki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan metanol
dan lebih rendah dibandingkan dengan alkohol-alkohol lainnya. Hal ini dapat
diterangkan dengan adanya ikatan hidrogen di dalam molekul alkohol, sehingga
alkohol dengan bobot molekul rendah sangat larut dalam air. Tetapi dengan adanya
gaya Van Der Waals antara molekul-molekul hidrogen dalam alkohol menjadi lebih
efektif menarik molekul satu sama lain sehingga mengalahkan efek pembentukan
ikatan hidrogen. Etanol bersifat miscible terhadap air dan dengan kebanyakan larutan
organik, termasuk larutan non-polar seperti aliphatic hydrocarbons. Lebih jauh lagi
penggunaan etanol digunakan sebagai solvent untuk melarutkan obat-obatan, penguat
rasa, dan zat warna yang tidak mudah larut dalam air. Bila bahan non-polar dilarutkan
dalam etanol, dapat ditambahkan air untuk membuat larutan yang kebanyakan air.
Gugus OH dalam etanol membantu melarutkan molekul polar dan ion-ion dan gugus
alkilnya CH3CH2- dapat mengikat bahan non-polar. Dengan demikian etanol dapat
melarutkan baik non maupun polar. Sedangkan N-heksana adalah hidrokarbon alkana
rantai lurus yang memiliki 6 atom karbon dengan rumus molekul C6H14. Isomer
heksana tidak reaktif dan digunakan sebagai secara luas sebagai pelarut inert dalam
reaksi organik karena heksana bersifat sangat tidak polar. N-heksana dibuat dari hasil
penyulingan minyak mentah dimana untuk produk industrinya ialah fraksi yang
mendidih pada suhu 65-70°C. Perbandingan pelarut dengan perbandingan 1:5
diperoleh kadar senyawa bioaktif yang terbesar. Ekstraksi dengan menggunakan
perbandingan volume heksana paling besar pada bagian daun memberikan hasil kadar
senyawa bioaktifnya yang lebih besar.
Pelarut yang digunakan merupakan faktor yang sangat menentukan proses
ekstraksi senyawa bioaktif. Proses ekstraksi senyawa bioaktif dapat menggunakan
pelarut organik maupun non organik. Penggunaan pelarut sangat berpengaruh
terhadap hasil ekstraksi dan kemampuannya sebagai komponen bioaktif. Beberapa
jenis pelarut organik yang sering digunakan dalam proses ekstraksi adalah: etanol,
aseton, heksan, korofom, etil asetat dll. Penggunaan pelarut organik secara luas telah
dilakukan, namun penggunaan pelarut ini cenderung memiliki resiko bahaya yang
lebih besar dibandingkan penggunaan pelarut non organik seperti asam dan basa
(Khoddami dkk., 2013).
Faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya suhu, kelarutan
bahan yang diekstraksi dan difusivitas biasanya akan meningkat dengan
meningkatnya suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Penyiapan bahan
sebelum ekstraksi, agar proses ekstraksi berlangsung dengan cepat dan efisien perlu
dilakukan tahap persiapan bahan baku seperti pengeringan dan penggilingan untuk
memperkecil ukuran partikel dan memperbesar luas permukaan yang bersentuhan
dengan pelarut. Ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas
bidang kontak antara padatan dan solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang
menjadikan laju transfer massa semakin tinggi. Waktu, semakin lama waktu ekstraksi
maka akan semakin tinggi yield yang diperoleh, namun bila ekstraksi telah mencapai
batas maksimum maka penambahan waktu tidak akan mempengaruhi laju ekstraksi.
Faktor solven, maksud disini jenis pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, sebab
apakah pelarut yang digunakan bersifat polar atau non polar, penggunaan pelarut
yang berbeda akan mengesktrak komponen yang berbeda pula.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa


kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum daun sirih mengandung minyak atsiri sampai 4,2%, senyawa fenil
propanoid, dan tannin.
2. Fenol dapat menghambat aktivitas bakteri. Salah satu cara menghambat
pertumbuhan bakteri ialah dengan cara menghambat proses pembentukan dinding
sel atau dengan melisiskan dinding sel yang sudah terbentuk.
3. Proses ekstraksi merupakan tahapan yang penting dalam memperoleh senyawa
bioaktif dalam jumlah yang maksimal.
4. Ekstraksi dengan menggunakan perbandingan volume heksana paling besar pada
bagian daun memberikan hasil kadar senyawa bioaktifnya yang lebih besar.
5. Faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya suhu, kelarutan bahan
yang diekstraksi dan difusivitas
DAFTAR PUSTAKA

Khoddami, A. Meredith, A.W. Thomas, H.R., 2013. Techniques For Analysis Of


Plant Phenolic Compounds. Molecules. Vol 18: 2328-2375.
Mukhriani, 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan. 7(2) : 1-7.
Rivai, H., P. E. Nanda dan H. Fadhilah, 2014. Pembuatan dan Karakterisasi Ekstrak
Kering Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.). Jurnal Farmasi Higea, 6 (2) : 134-
144.
Sari. M., K. Indriati., dan I. Setiawan., 2012. Potensi Antimikroba Alami. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Syahrinastiti, A.T., 2015. Perbedaan Daya Hambat Ekstrak Daun Sirih Hijau ( Piper
betle L. ) dan Daun Sirih Merah ( Piper crocatum Ruiz & Pav ) terhadap
Pertumbuhan Escherichia coli. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(2) : 1-4.

Anda mungkin juga menyukai