Sri Lapang

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek Kerja Lapang Mahasiswa Univertas Jember 2013 berlangsung di dua


tempat, yaitu Pusat Pengembangan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna dan Kebun Raya
Purwodadi. Pusat Pengembangan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna merupakan pusat
pembelajaran dan pelatihan terpadu bagi pengembangan usaha kecil bidang agribisnis
dan teknologi kejuruan tepat guna serta menyediakan berbagai fasilitas terpadu seperti
ruang-ruang pelatihan, bengkel, serta lahan pertanian dan peternakan. Fasilitas tersebut
memberikan pelatihan praktis dan kecapakan kerja yang dapat mereka gunakan untuk
memulai usaha baru atau meningkatkan usaha mereka yang telah berjalan. PPK
Sampoerna dibangun diatas lahan seluas 27 hektar di Sukorejo, Pasuruan. Disini,
Sampoerna menyelenggarakan berbagai program pelatihan kewirausahaan bagi
masyarakat sekitar pabrik serta para karyawan yang memasuki masa persiapan pensiun.
Terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur. Kebun Raya Purwodadi ini terletak di tepi jalan besar yang menghubungkan 3
kota, yaitu Malang, Surabaya, dan Pasuruan. Jarak tempuh dari Malang adalah 24 km ke
arah utara, dari Pasuruan 30 km ke arah barat baya, dan dari Surabaya 65 km ke arah
selatan. Luas Kebun Raya Purwodadi sekitar 85 ha, dengan ketinggian 300 mdpl dan
topografi (keadaan wilayah) datar sampai bergelombang. Curah hujan rata-rata
2366mm/tahun, dengan bulan basah antara bulan November dan Maret dengan suhu
berkisar antara 22° - 32°C.
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Padi S.R.I

System of Rice Intensification (SRI) adalah suatu metode untuk meningkatkan


produktivitas padi dengan mengubah pengaturan tanaman, tanah, air, dan nutrisinya.
SRI adalah cara atau sistem penanaman padi dengan intensif, yang memperhatikan dan
mengutamakan pengelolaan sumber kekuatan alam, daur aliran energi dan siklus nutrisi
yang berawal terjadi pada tanah, potensi tumbuh dan berkembangnya tanaman serta
pengelolaan peranan atau fungsi air dalam mendukung dan memperkuat berjalannya
kehidupan alamiah di ekosistem pertanian. Pola tanam padi model SRI adalah cara
bertanam padi kembali ke alam. Artinya, petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia,
tapi memanfaatkan jerami, limbah geraji, sekam, pohon pisang, pupuk kandang yang
diolah untuk pupuk tanahnya. Metode tersebut memberikan kontribusi terhadap
kesehatan tanah dan tanaman dengan dukungan akar yang kuat dan memelihara mikroba
tanah yang melimpah dan beraneka ragam melalui masukan bahan organik, tanpa pupuk
kimia konvensioal (Urea, TSP, KCl dan Za) dan pestisida kimia. Produksi tanaman padi
diharapkan hingga mencapai 8 ton per ha, bahkan diantaranya ada yang mampu
mencapai 10 – 15 ton per ha (Fitriadi, 2005).
SRI tidak mensyaratkan benih unggul atau pemupukan intensif, tetapi lebih
menekankan pada perlakuan bibit, jarak tanam, dan waktu pengairan yang tepat
berdasarkan pengamatan terhadap perilaku dan kehidupan tanaman padi. Cara bertanam
padi ramah lingkungan metode SRI pada dasarnya tidak berbeda dengan padi
konvensioal, usahatani padi ramah lingkungan metode SRI diberikan masukan bahan
organik baik pupuk dan pestisidanya, sedangkan usahatani padi konvensioal
masukannya berupa bahan kimia konvensioal. Cara bertanam padi ramah lingkungan
SRI sedikit berbeda dengan padi organik biasa, yaitu pada teknik persemaian,
pengolahan tanah, penanaman, dan pengaturan air (Surono, 2004).
Menurut PPK Sampoerna (2012) terdapat prinsip budidaya padi metode S.R.I
terdiri dari lima poin penting serta keunggulan metode SRI, yaitu :
1. Tanam bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai (hss) ketika bibit masih
berdaun 2 helai.
2. Tanam bibit satu lubang satu bibit dengan jarak tanam lebar 30x30 cm, 35x35 cm
atau lebih jarang lagi.
3. Pindah tanam harus segera mungkin (kurang 30 menit) dan harus hati-hati agar akar
tidak putus dan ditanam dangkal.
4. Pemberian air maksimum 2 em (maeak-maeak) dan periode tertentu dikeringkan
sampai pecah (irigasi berselang terputus). .
5. Penyiangan sejak awal sekitar umur 10 hari dan diulang 2 - 3 kali dengan interval 10
hari. Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik dan pestisida organik.
Keunggulan Metode SRI yaitu :
1. Tanaman hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen pemberian
air maksimum 2 em paling baik maeak-maeak sekitar 5 mm dan ada periode
pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus).
2. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kglha, tidak butuh biaya peneabutan bibit, tidak
butuh biaya pindah bibit, tenaga tanam berkurang, dan lain-lain.
3. Hemat waktu ditanam bibit muda 5 - 12 hari setelah semai, dan waktu panen akan
lebih awal.
4. Produksi meningkat di beberapa tempat meneapai 11 ton/ha.
5. Ramah lingkungan, seeara bertahap penggunaan pupuk kimia (urea, Sp36, KCI) akan
dikurangi dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang
dan MOL), begitu juga penggunaan pestisida.
BAB 5. HASIL PENGAMATAN

5.1 Metode Penanaman Padi S.R.I


Varietas tanaman padi yang banyak menggunakan metode S.R.I adalah varietas lokal
atau alami. Klasifikasi dari varietas padi yang menggunakan metode S.R.I yaitu sebagai berikut :

:
a. Kingdom Plantae (tumbuhan)
b. Devisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
c. Kelas : Liliopsida (berkeping satu \ monokotil)
d. Ordo : Poales
e. Famili : Poaceae (suku rumput rumputan)
f. Genus : Oryza
g. Species : Oryza sativa

a. Pemilihan Benih yang Baik


Untuk mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas, dengan metode
SRi, harus terlebih dahulu diadakan pengujian benih. Pengujian benih dilakukan dengan
eara penyeleksian menggunakan larutan air garam, yang langkah-Iangkahnya adalah
sebagai berikut:
1. Masukkan air bersih ke dalam ember/panei, kemudian berikan garam dan aduk
sampai larut. Masukkan telur itiklbebek yang mentah ke dalam larutan garam ini.
Jika telur itik belum mengapung maka perlu penambahan garam kembali. Pemberian
garam dianggap eukup apabila posisi telur itik mengapung pada permukaan larutan
garam.
2. Masukkan benih padi yang akan diuji ke dalam ember/panei yang berisi larutan
garam. Aduk benih padi selama kira-kira satu menit.
3. Pisahkan benih yang mengambang dengan yang tenggelam. Benih yang tenggelam
adalah benih yang bermutu baik atau bernas.
4. Benih yang baik atau bernas ini, kemudian dieuei dengan air biasa sampai bersih.
Dengan indikasi bila digigit, benih sudah tidak terasa garam.
5. Benih yang telah diuji tersebut, kemudian direndam dengan menggunakan air
biasa. Perendaman ini bertujuan untuk melunakkan sekam gabah sehingga dapat
mempereepat benih untuk berkeeambah. Perendaman dilakukan selama 24 sampai 48
jam.
b. Penganginan Benih
Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam
karung yang berpori-pori atau wadah tertentu dengan tujuan untuk memberikan udara
masuk ke dalam benih padi, dan kemudian disimpan di tempatyang lembab.
Penganginan dilakukan selama 24 jam. Persemaian dengan metode SRI, dilakukan
dengan mempergunakan nare atau tampah atau besek atau juga di hamparan sawah, hal
ini dimaksudkan untuk mempermudah penanaman. Pembuatan media persemaian
dengan metode SRI dapat dilakukan dengan langkah-Iangkah sebagai berikut:
1. Mencampur tanah, pasir dengan pupuk organik dengan perbandingan 1:1:1.
2. Sebelum nare atau tampah tempat pembibitan diisi dengan tanah, pasir yang sudah
dieampur dengan pupuk organik terlebih dahulu dilapisi dengan daun pisang dengan
harapan untuk mempermudah peneabutan dan menjaga kelembaban tanah, kemudian
tanah dimasukkan dan disiram dengan air sehingga tanah menjadi lembab.
3. Benih yang sudah dianginkan ini, ditaburkan ke dalam nare yang berisi tanah.
4. Setelah benih ditabur, kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang tipis.
5. Persemaian dapat diletakkan pada tempat-tempat tertentu yang aman dari gangguan
ayam atau binatang lain.
6. Selama masa persemaian, pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar media tetap
lembab dan tanaman tetap segar.

c. Pengolahan Tanah
Untuk mendapatkan media tumbuh metode tanam padi SRI yang baik, maka
lahan diolah seperti menanam padi metode biasa yaitu tanah dibajak sedalam 25 sampai
30 cm sambil membenamkan sisa-sisa tanaman dan rumputrumputan, kemudian
digemburkan dengan garu, lalu diratakan sebaik mungkin sehingga saat diberikan air
ketinggiannya di petakan sawah akan merata. Penanaman dengan metode SRI dilakukan
dengan langkah-Iangkah sebagai berikut:
1. Bibit yang ditanam harus berusia muda, yaitu kurang dari 12 hari setelah semai yaitu
ketika bibit masih berdaun 2 helai.
2. Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit perlubang
3. Penanaman harus dangkal dengan kedalaman 1 -1,5 cm serta perakaran saat
penanaman seperti huruf l dengan kondisi tanah sawah saat tananaman tidak
tergenang air. Dalam pelaksanaan ujieoba metode SRI di areal binaan PT HM
Sampoerna Tbk. ada dua perlakuan dengan mempergunakan pupuk anorganik
(kimia) murni dan organic

d. Pemupukan Anorganik (Kimia)


Takaran pupuk anorganik (kimia) mengikuti anjuran Dinas Pertanian/PPL atau
kebiasaan petani setempat. Dibawah ini contoh pemupukan yang dilakukan pada
demplot SRI MT-1 tahun 2008 binaan PT HM Sampoerna Tbk. di Desa Gunting,
Keeamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, JawaTimur :
1. Pemupukan I pada umur 7 - 15 HST dengan dosis Urea 100 kg/ha, SP-36 50 Kg/ha.
2. Pemupukan II pada umur 25 - 30 HST dengan dosis Urea 50 kg/ha, Phonska 100
Kg/ha.
3. Pemupukan III pada umur 40 - 45 HST dengan dosis Urea 50 kg/ha, ZA 50 Kg/ha.

e. Pemupukan Organik
Mol yang disemprotkan terbuat dari bahan-bahan sebagai berikut:
1. Penyemprotan I, di lakukan pad a saat umur 10 HST, dengan mempergunakan mol
yang terbuat dari daun gamal, dengan dosis 14 liter/ha.
2. Penyemprotan II, dilakukan pada saat umur 20 HST, dengan mempergunakan mol
yang terbuat dari batang pisang, dengan dosis 30 liter/ha.
3. Penyemprotan III, dilakukan pada saat umur 30 HST, dengan mempergunakan mol
yang terbuat dari urine sapi, dengan dosis 30 liter/ha.
4. Penyemprotan IV, dilakukan pada saat umur 40 HST, dengan mempergunakan mol
yang terbuat dari batang pisang, dengan dosis 30 liter/ha.
5. Penyemprotan V, dilakukan pada saat umur 50 HST, dengan mempergunakan mol
yang terbuat dari serabut kelapa, dengan dosis 30 liter/ha.
6. Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 60 HST, dengan mempergunakan mol
yang terbuat dari buah-buahan dan sayur-sayuran, dengan dosis 30 liter/ha
7. Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 70 HST, dengan mempergunakan mol
yang terbuat dari terasi, dengan dosis 30 liter/ha
8. Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 80 HST, dengan mempergunakan mol
yang terbuat dari terasi, dengan dosis 30 liter/ha
f. Pemberian Air
Pemberian air, dengan eara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian air di
petakan sawah maksimum 2 em, paling baik maeak-maeak (0,5 em). Pada periode
tertentu petak sawah harus dikeringkan sampai pecah-pecah. Pemberian air terlalu
tinggi akan menyebabkan pertumbuhan akar terganggu dan pertumbuhan tunas tidak
optimal

g. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mempergunakan alat penyiang jenis landak atau
rotary weeder seperti yang dikembangkan DISIMP, atau dengan alat jenis apapun
dengan tujuan untuk membasmi gulma dan sekaligus penggemburan tanah. Penyiangan
dengan ngosrok atau mempergunakan rotary weeder, selain dapat mencabut rumput,
juga dapat menggemburkan tanah di celah-celah tanaman padi. Penggemburan tanah
bertujuan agar tercipta kondisi aerob di dalam tanah yang dapat berpengaruh baik bagi
akar-akar tanaman padi yang ada di dalam tanah. Penyiangan minimal 3 kali.
Penyiangan pertama dilakukan pada umur 10 hari setelah tanam dan selanjutnya
penyiangan kedua dilakukan pada umur 20 HST. Penyiangan ketiga pada umur 30 HST
dan penyiangan keempat pada umur40 HST.

h. Lokasi SRI anorganik


Pengendalian hama dan penyakit di lokasi demplot SRI dikendalikan dengan
konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT),dengan cara mempergunakan varietas benih
yang sehat dan resisten terhadap hama dan penyakit, menanam secara serentak serta
mempergunakan pestisida secara selektif. Penggunaan pestisida hanya dilakukan
sebagai langkah terakhir, bila ternyata serangan hama dan penyakit belum dapatdiatasi.

i. Lokasi SRI organik


1. Pengendalian hama trip, mempergunakan pestisida nabati yang terbuat dari daun sere
dan bawang putih.
2. Pengendalian belalang, penggerek batang mempergunakan pestisida nabati yang
terbuat dari buah mahoni, daun tembakau dan daun suren. Pengendalian wereng,
mempergunakan pestisida nabati dan hewani yang terbuat dari daun tembakau dan
urine sapi yang sudah difermentasi.
j. Panen
Panen dilakukan setelah tanaman tua ditandai dengan menguningnya bulirsecara
merata, Sekitar umur 95 hari padi siap panen. Bulir padi juga tidak akan berair apabila
dicoba untuk digigit. Panen dengan metode SRI biasanya lebih awal dibandingkan
dengan metode biasa, dihitungdari mulai persemaian. Sepuluh hari sebelum panen,
sawah dikeringkan agar masaknya padi serentak dan memudahkan pemanenan.
Pemanenan padi harus dilakukan pada saat yang tepat, pemanenan yang terlalu cepat
dapat menyebabkan kualitas gabah menjadi rendah, sebaliknya panen yang terlambat
dapat menurunkan produksi.
Secara tradisional padi dipanen dengan ketam tetapi kurang efisien karena
lambat dan perlu banyak tenaga kerja, untuk lahan 2.500 m2 diperlukan sepuluh tenaga
kerja dalam waktu dua hari. Agar panen berlangsung cepat, alat yang digunakan adalah
sabit karena dengan empat tenaga kerja lahan 2.500 m2 sudah dipanen dalam waktu
setengah hari. Setelah panen, gabah dirontokkan dari malainya dengan mesin atau
tenaga manusia dengan dipukul – pukulkan dan diberi alas terpal agar terkumpul.

5.2 Penanganan Pasca Panen


Gabah hasil panen tersebut dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar
matahari dengan alas anyaman bambu, tikar, terpal atau lantai semen. Bila cuaca cerah
lama penjemuran sekitar tiga hari, tetapi bila terkadang mendung bisa sampai satu
minggu. Untuk memastikan padi telah kering adalah dengan cara menggigitnya, bila
digigit tidak patah maka gabah sudah kering sehingga dapat disimpan atau digiling
menjadi beras. Penggilingan merupakan kegiatan pemisahan beras dari kulitnya. Ada
dua cara yaitu secara tradisional dan modern. Cara tradisional yaitu gabah ditumbuk
dengan menggunakan lesung dan alu yang akan menghasilkan beras dan kulit tetapi
berasnya kecoklatan karena masih terbalut bekatul yang disebut beras pecah kulit, nasi
dari beras pecah kulit ini sangat baik gizinya karena tingginya kandungan vitamin B.
Untuk mendapatkan beras putih bersih, beras pecah kulit harus ditumbuk ulang atau
disosoh. Cara tradisional ini pengerjaannya sangat lambat, tenaga kerja yang memadai
tidak tersedia dan alatnya sulit dijumpai. Penggilingan dengan cara modern dengan
menggunakan mesin huller. Hasil yang diperolehnya sama hanya pengerjaannya lebih
cepat, tahap pertama diperoleh beras pecah kulit dan tahap kedua akan menjadi putih
bersih. Maka beras ini dapat di simpan di tempat kering atau dipasarkan langsung ke
konsumen.

5.3 Pemasaran
Adanya kebutuhan dan keinginan manusia menimbulkan permintaan terhadap
produk tertentu yang didukung oleh kemampuan membeli. Produk tersebut diciptakan
untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia sehingga timbul proses pertukaran
untuk memperoleh produk yang diinginkan atau dibutuhkan dengan menawarkan
sesuatu sebagai gantinya. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain. Sedangkan pemasaran juga dapat diartikan sebagai segala usaha
kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari hasil pertanian
dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen. Ditinjau dari
segi ekonomis, kegiatan pemasaran bersifat produktif karena memberikan nilai tambah
dari kegiatan suatu barang. Konsep yang melandasi pemasaran adalah pertukaran
(Kotler,1997). Terjadinya pertukaran harus dipenuhi lima kondisi sebagai berikut:
1. Terdapat sedikitnya dua pihak.
2. Masing – masing pihak mempunyai sesuatu yang mungkin bernilai bagi orang lain.
3. Masing – masing pihak mampu berkomunikasi dan melakukan penyerahan.
4. Masing – masing pihak bebas menolak atau menerima tawaran.
5. Masing – masing pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain adalah layak dan
bermanfaat.
BAB 5. SIMPULAN

5.1 Simpulan
 System of Rice Intensification (SRI) adalah suatu metode untuk meningkatkan
produktivitas padi dengan mengubah pengaturan tanaman, tanah, air, dan nutrisinya.
SRI adalah cara atau sistem penanaman padi dengan intensif, yang memperhatikan
dan mengutamakan pengelolaan sumber kekuatan alam, daur aliran energi dan siklus
nutrisi yang berawal terjadi pada tanah, potensi tumbuh dan berkembangnya tanaman
serta pengelolaan peranan atau fungsi air dalam mendukung dan memperkuat
berjalannya kehidupan alamiah di ekosistem pertanian. Pola tanam padi model SRI
adalah cara bertanam padi kembali ke alam.
Daftar Pustaka
Fitriadi, Farid. 2005. Analisis Pendapatan Dan Marjin Pemasaran Padi Ramah
Lingkungan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna. 2012. Tehnik dan Budidaya Penanaman
Padi System of Rice Intensification (SRI). Pasuruan : PT Sampoerna TBK.
Surono. 2004. Intensifikasi Sistem Pertanian SRI. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai