Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MASALAH LINGKUNGAN


(STUDI KASUS INDONESIA)

Dosen Pengampu :

Dr. SUTIKNO, SE., ME

Dibuat Oleh :
ERVAN HERMAWAN 150231100093

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRYNOJOYO MADURA


KATA PENGANTAR

Dengan terselesainya tugas makalah ekonomi sumber daya alam yang Berjudul
“Perkembangan Pemikiran Masalah Lingkungan (Studi Kasus Indonesia)“. Saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya tugas paper ini baik langsung maupun tidak langsung yang tidak
mungkin saya tulis semua. Dan terima kasih kepada yang memberi bimbingan,
dorongan serta motivasi terhadap saya. Oleh karenanya saya mengucapkan terima
kasih kepada :

1. ALLAH SWT yang telah memberikan penulis rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah ini.

2. Kedua orang tua saya yang telah memberikan jerih payahnya kepada saya,
sehingga saya bisa kuliah di universitas trunojoyo madura

3. Dr. Sutikno, SE., ME selaku dosen pengampu makalah ini

Saya menyadari tulisan ini masih butuh banyak sentuhan – sentuhan untuk dapat
disempurnakan. oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan.

Bangkalan, 21 Oktober 2016

Hormat Saya

PENULIS

i
DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................... 1


1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 2
1.3 TUJUAN ......................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................... 3

2.1 PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

2.1.1 LEMBAGA PEMERINTAH ....................................................................... 3

2.1.2 LEMBAGA NON PEMERINTAH.............................................................. 6

BAB III ................................................................................................................. 9

KESIMPULAN ..................................................................................................... 9

SARAN ................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

ii
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan disamping dapat membawa kepada kehidupan yang lebih
baik juga mengandung resiko karena dapat menimbulkan pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup. Untuk meminimalkan terjadinya pencemaran dan
kerusakan tersebut perlu diupayakan adanya keseimbangan antara
pembangunan dengan kelestarian lingkungan hidup. Peningkatan kegiatan
ekonomi melalui sektor industrialisasi tidak boleh merusak sektor lain. Konsep
keselarasan antara pembangunan dengan kelestarian hidup sering disebut
pembangunan yang berwawasan lingkungan dan akhir – akhir ini lebih dikenal
dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). ada Secara
umum pembangunan berkelanjutan mempunyai ciri – ciri :
1. Tidak merusak lingkunga hidup yang dihuni manusia
2. Dilaksanakan dengan kebijakan yang terpadu dan menyeluruh
3. Memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang
Seiring dengan berkembangnya perekonomian, banyak sekali perusahaan
yang didirikan disuatu Negara guna untuk memenuhi akan kebutuhan barang
dan jasa. Salah satunya adalah Negara Indonesia. Negara Indonesia merupakan
Negara industri terbesar di asia tenggara. Namun pembangunan/pendirian
industry di Indonesia tidak diimbangi dengan pembangunan yang berwawasan
lingkungan. Akibatnya banyak terjadi pencemaran lingkungan di sejumlah
daerah kota industri di Indonesia. melihat fenomena tersebut, pemerintah
Indonesia sudah mulai sadar akan bahayanya peningkatan industri jika tidak
diimbangi dengan menjaga lingkungan sekitar. Kesadaran pemerintah tersebut
terlihat dari banyaknya perturan – peraturan pemerintah tentang pendirian
industri dll. Selain lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah banyak
bermunculan akibat kurang tegasnya pemerintah dalam megatasi permasalahan
lingkungan. Lembaga non pemerintah tersebut seperti PPLH, rumah hijau dan
sebagainya.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan lingkungan di Indonesia
dari lembaga pemerintah dari waktu ke waktu?
2. bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan lingkungan di Indonesia dari
lembaga non pemerintah dari waktu ke waktu?
3. Apakah berdampak dari setiap kebijakan dan aksi yang dilakukan oleh
lembaga pemerintah dan non lembaga pemerintah?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui peran/perkembangan lembaga pemerintah dalam
mengatasi permasalahan lingkungan di Indonesia dari waktu ke waktu
2. Untuk mengetahui peran /perkembangan lembaga non pemerintah dalam
megatasi permasalahan lingkungan di Indonesia dari waktu ke waktu
3. Untuk mengetahui apakah permasalahan lingkungan di indonesia akan lebih
baik dengan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah
dan non pemerintah

2
BAB II
2.1 PEMBAHASAN
Dalam mengatasi permsalahan lingkungan yang disebabkan dengan
berkembangnya industri yang sangat pesat. Lembaga pemerintah dan non
pemerintah berpereran sangat penting untuk mengatasi permasalahan
lingkungan yang terjadi.
2.1.1 Berikut peran lembaga pemrintah Indonesia dalam kebijakan mengatasi
permasalahan dari waktu – ke waktu :
1. Konferensi stocholm
Pada tahun 1972, pemerintah Indonesia sudah mulai berfikir
bagaimanakah cara mengelola lingkungan hidup guna menjaga
keseeimbangan alam. Pada tahun tersebut pemerintah Indonesia
menyongsong konferensi lingkungan hidup sedunia I yang diselenggarakan
di stocholm, swedia pada bulan juni 1972. Tetapi pada saat itu pemerintah
Indonesia belum mengenal lembaga khusus yang menangani masalah
lingkungan. Konferensi stocholm mulai berupaya melibatkan dunia seluruh
pemerintah di dunia dalam proses penilaian dan perencanaan lingkungan
hidup, mempersatukan pendapat Negara maju dan berkembang untuk
menyelamatkan bumi.
Konferensi stocholm ini, mengkaji ulang pola pembangunan
konvensional yang selama ini cenderung merusak bumi yang berkaitan erat
dengan masalah kemiskinan, tingkat pertumbuhan ekonomi, tekanan
kependudukan, pola konsumsi yang berlebihan serta ketimpanagan tata
perekonomian.
2. Pembentukan Panitia Perumus Dan Rencana Kerja Bagi Pemerintah Di
Bidang Lingkungan Hidup.
Sebagai tindak lanjut konferensi stocholm, berdasarkan Keputusan
Presiden (Keppres) No.16/1972 Pemerintah Indonesia membentuk panitia
antar departemen yang disebut dengan Panitia Perumus dan Rencana Kerja
Bagi Pemerintah di Bidang Lingkungan Hidup untuk merumuskan dan
mengembangkan rencana kerja di bidang lingkungan hidup. Program
kebijakan lingkungan hidup tertuang dalam Butir 10 Bab II GBHN 1973-

3
1978 dan Bab 4 Repelita II. Keberadaan lembaga yang khusus mengelola
lingkungan hidup dirasakan mendesak agar pelaksanaan pengelolaan
lingkungan hidup baik di tingkat pusat maupun di daerah lebih terjamin.
Tiga tahun kemudian, Presiden mengeluarkan Keppres No.27/1975.
Keppres ini merupakan dasar pembentukan Panitia Inventarisasi dan
Evaluasi Kekayaan Alam dengan tugas pokoknya adalah menelaah secara
nasional pola-pola permintaan dan penawaran, serta perkembangan
teknologi, baik di masa kini maupun di masa mendatang serta implikasi
sosial, ekonomi, ekologi dan politis dari pola-pola tersebut.
3. Pembuatan Anlisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Pada tahun 1986, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
(PP) No.29/1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) yang merupakan pedoman pelaksanaan suatu 3 proyek
pembangunan. Setiap proyek yang diperkirakan memiliki dampak penting
diharuskan melakukan studi AMDAL, agar pada saat pendirian pabrik
(industri) tidak mencemari lingkungan area industri . Pada tahun 1997
Pemerintah Indonesia telah memperbarui UU No.4/1982 dengan UU
No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan.
4. Pembentukan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal)
berdasarkan Keppres No.23/1990 dibentuk Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan (Bapedal) yang bertugas melaksanakan pemantauan
dan pengendalian kegiatan-kegiatan pembangunan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup. Kemudian, sejalan dengan perkembangan
masalah pengelolaan lingkungan hidup, pembentukan Bapedal diperbaharui
dengan Keppres No.77/1994, dan kemudian diperbaharui lagi dengan
Keppres No.196/1998 dan Keppres No.10/2000. Melalui Keppres
No.2/2002 telah ditetapkan Perubahan Keppres No.101/2001 tentang
Kedudukan, Tugas,
Fungsi. Fungsi dari Bapedal ini adalah :
a. Perumusan dan penetapan kebijakan dibidang Perlindungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).

4
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
sesuai lingkup tugasnya.
c. Pembinaan, pelaksanaan, pengendalian pengawasan dan evaluasi
tugas sesuai lingkup tuganya
d. Melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat daerah
5. Program Bumi Lestari, Langit Biru dan Program Sumber Daya Alam Lestari
Pada era reformasi, banyak sekali bermunculan program – program
pemerintah guna untuk mengatasi permasalahan lingkungan, seperti :
program bumi lestari ,langit biru, dan program sumber daya alam lestari.
Namun keberadaan program – program tersebut perlu dianalisis lebih lanjut.
Karena program tersebut masih belum memberkan perubahan yang sangat
signifikan untuk mengatasi permasalah lingkungan di Indonesia.
6. Dikeluarkannya UU Perindustrian, Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(“UUPPLH”)
Pada tahun 2009, pemerintah selalu mengkaji dan mengkritisi
terhadap perkembangan industri yang sangat di Indonesia. kajian
pemerintah tersebut tercermin dari keluarnya undang – undang no. 32 tahun
2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (UUPPLH).
Undang – undang perindustrian tersebut berbunyi “Setiap penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar
hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib
membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu”. Artinya bahwa
setiap kebijakan pemerintah tentang lingkungan dari tahun – tahun
sebelumnya tidak membuat efek jera pada setiap industri di Indonesia.
sehingga pemerintah Indonesia mngeluarkan kebijakan undang – undang
tentang perindustrian pada tahun 2009. Undang – undang terebut
dikeluarkan oleh pemerintah diharapkan agar setiap industri di Indonesia
tidak mencemari lingkungan sekitarnya.

5
7. Dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 81 tahun 2012 tentang
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga
Peraturan tersebut berisi tentang pengelolaan sampah rumah tangga
yang seharusnya diolah atau di daur ulang guna tidak mencemari
lingkungan. Peraturan tersebut muncul karena besarnya tingkat sampah
rumah tangga yang di Indonesia. karena selain limbah yang dihasilakan dari
kegiatan produksi, limbah juga disebakan karena adanya kegiatan
konsumen (rumah tangga). Dikeluarkannya peraturan ini, diharapkan bisa
untuk menekan / mengurangi jumlah sampah dari kegiatan kegiatan
konsumen (rumah tangga).
8. Dikeluarkannya aturan no S.1230/PSLB3-PS/2016 tentang plastik prabayar
Pada tahun 2016, pemerintah Indonesia sudah mulai benar – benar
serius untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang disebakan oleh
industry. Keseriusan pemerintah tersebut terlihat dari dikeluarkannya aturan
nomor S.1230/PSLB3-PS/2016 tentang plastik prabayar. Alasan pemerintah
untuk plastik prabayar ini karena plastik merupakan benda yang terbuat zat
kimia yang sangat terurai dan bisa mencemari tanah dan air. Namun pada
kebijakan pemerintah ini, masih menimbukan pro dan kontra. Karena
kebijakan ini hanya ditujukan untuk konsumen buka pada produsen yang
memproduksi plastik untuk barang atau jasa yang diproduksinya. Padahal
dalam penggunaan plastik lebih banyak dari kegiatan produsen daripada
kegiatan konsumen.

2.1.2 Lembaga Non Pemerintah


Selain dari lembaga pemerintah dalam mengatasi permasalahan lingkungan
di Indonesia yang disebabkan pesatnya pertumbuhan industri di Indonesia.
lembaga non pemerintah muncul atas kehendak dan keinginan sendiri. Lembaga
non pemerintah tersebut adalah LSM. LSM merupakan lembaga swadaya
masyarakat yang tumbuh karena swadaya. Berikut peran lembaga non
pemerintah dalam upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan di
Indonesia :

6
1. MAPALA UI
Pada tahun 1970, munculah sebuah organisasi MAPALA UI yang
berbasis mahasiswa sebagai gerakan cinta lingkungan. Organisasi
MAPALA UI ini muncul karena bentuk keprihatinan terhadap lingkungan
di Indonesia yang semakin tahun semakin memburuk. Yang diakibatkan
oleh munculnya indutri – industri yang tidak memperdulikan lingkungan
hidup. Meskipun gerakan pecinta lingkungan hanya terdiri dari mahasiswa
UI, organisasi MAPALA UI ini memunculkan banyak kesadaran
masyarakat non pemerintah untuk ikut serta menjaga kelestarian
lingkungan. Salah satu organisasi (LSM) yang muncul setelah MAPALA
UI adalah WAHLI
2. WAHLI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)
WALHI merupakan salah satu LSMyang berferak tidak hanya
dibidang sosial namun jugaadvokasi hukum dan politik. WALHI didirikan
pada tahunb 1980. Pada desember 1988 ketigaorganisasi ini melawan PT
Inti Indorayon utama sebuah pabrik pulp yang ada di sumatera yangdi
merupakan usaha backingan dari putra soeharto tertua. Pabrik ini membuat
polusi dandeforisasi disekitara area pabrik. Polusi air yang diciptakan pabrik
tersebut membuat ikan-ikanmati dan warga local protest karena terkena
iritasi kulit akibat polusi. Dengan tegas WAHLIyang didampingi LBHI
mengajukan gugatan atas pabrik tersebut. Hal ini merupakan tindakan NGO
yang paling berani selama orde baru sehingga menarik perhatian media
lokal dan internasional. Hasilnya sudah dapat dipastikan WAHLI kalah
dalam persidangan, namun WAHLI berhasil merebut perhatian akan
pentingnya lingkungan hidup ke seluruh Indonesia. munculnya WALHI ini
memberikan dampak positif kepada masyarakat dengan munculnya
organisasi – organisasi non pemerintah guna untuk melestarikan
lingkungan. Salah satunya adalah organisasi tunas hijau yang berada di kota
Surabaya jawa timur
3. Tunas Hijau
Tunas hijau merupakan organisasi lingkungan hidup non-profit, kids and
young people do action for a better earth yang bermarkas di kota Surabaya

7
jawa timur. Tunas Hijau ini berawal dari pengiriman 5 orang pemuda dari
jawa timur ke Australia pada tahun 1999. Sejak itu, tunas hijau terus
konsisten dalam melakukan langkah nyata dan berkelanjutan untuk
membantu lingkungan lingkungan hidup menjadi lebih baik. Langkah nyata
tunas hijau ini terbukti, pada tahun 2004 menerima penghargaan academy
award dalam bidang lingkungan hidup. Organisasi tunas hijau ini
merupakan organisasi lingkungan yang hidup dinamis, teru bergerak,
berinovasi dan berkembang melalui program – program nyata untuk
menciptakan bumi yang lebih baik.
4. Mangrove action project – Indonesia
Seiring dengan perkembangan zaman, kerusakan lingkungan tidak
hanya terjadi di darat. Lingkungan di daerah laut pun setiap tahun
mengalami kerusakan, seperti abrasi yang terjadi diakibatkan oleh
kurangnya tanaman mangrove di daeah laut. Dari permasalahan tersebut
muculah sebuah organisasi yang peduli dengan mangrove. Organisasi
tersebut adalah organisasi mangrove action project – Indonesia. organisasi
ini didirikan pada 2006 dan merupakan organisasi yang berfokus pada
upaya konservasi kawasan mangrove dengan menggunakan pendekatan
terintegrasi konservasi daerah aliran laut dan daerah aliran sungai (DAS)
hulu – hilir melalui kegiatan – kegiatan edukasi, pengembangan mata
pencaharian alternative yang berkelanjutan dan rehabilitasi kawasan
mangrove.

8
BAB III
 Kesimpulan
Kelembagaan lingkungan hidup saat ini sudah cukup berkembang
dan kesadaran berlingkungan juga meningkat dan meluas namun masih
bersifat pasif karena hanya berkembang di daerah-daerah tertentu. Penaatan
hukum juga masih tetap lemah, sedangkan instrumen alternatif untuk
menjerat perusahaan yang merusakkan lingkungan hidup juga tidak dapat
dilaksanakan. Kepentingan-kepentingan lingkungan hidup hanya
diperjuangkan oleh kelompok kecil kelas menengah dengan hampir tanpa
ada kekuatan politik. Oleh karena itu, perlu pembenahan kelembagaan
sehingga pengelolaan lingkungan hidup dapat mempunyai kekuatan politik
serta dapat tercipta mekanisme yang lebih menyuarakan aspirasi
masyarakat.

 Saran
Dalam permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia. harus
ada kerja sama atau pihak sinergisitas antara lembaga peerintah dan
lembaga non pemerintah. Agar terjadi keselerasan dalam mengatasi
permasalahan lingkungan yang ada di Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA
Reksohadiprodjo, S. dan A.B.P. Brodjonegoro (1997) Ekonomi Lingkungan: Suatu
Pengantar, BPFE-Yogyakarta.

Suparmoko, M. (1989) Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Suatu


Pendekatan Teoritis, BPFE-Yogyakarta.

Purwantari, B.I. (2000) Tudingan Perusak Lingkungan, Kompas, Minggu 17


Februari 2002, hal 32.

Undang-Undang Perindustrian, Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun


2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (“UU 18/2008”)

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah


Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (“PP 81/2012”).

10

Anda mungkin juga menyukai