Kastrat FEB UI FMEI PDF
Kastrat FEB UI FMEI PDF
KAJIAN EKONOMI
INDUSTRI DI INDONESIA: DARI SUDUT PANDANG
KELAUTAN DAN MANUSIA
DIPRESENTASIKAN PADA
FORUM MAHASISWA EKONOMI INDONESIA,
30-31 MEI 2015, UNIVERSITAS PADJAJARAN
INDUSTRI DI INDONESIA: DARI SUDUT PANDANG KELAUTAN DAN
MANUSIA
Oleh: Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEB UI 2015
A. PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Human capital atau modal manusia yang disalurkan dalam bentuk tenaga kerja
sebagai salah satu unsur dari modal dalam industri sangat signifikan keberadaannya.
Penyerapan tenaga kerja di Indonesia pada saat ini masih jauh di bawah jumlah angkatan
kerja yang terdapat. Perkiraan adanya bonus demografi pada beberapa tahun ke depan
diharapkan dapat mengatasi masalah ini.
Bonus demografi yang tidak dimanfaatkan justru akan menyebabkan masalah dari
adanya demographic debt yang akan menghasilkan Middle-Income Trap yang justru
akan berdampak buruk dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Rendahnya
pemberdayaan SDM dan level pendidikan juga justru akan memungkinkan lowongan
kerja yang tersedia akan diisi oleh human capital yang disalurkan negara asing,
khususnya melihat pada akan dilaksanakannya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan
perdagangan bebas APEC 2020.
B. PEMBAHASAN
I. Potensi Perikanan di Indonesia
Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini sedang fokus pada pengembangan
industrialisasi perikanan. Industrialisasi perikanan merupakan kebijakan strategi yang
diharapkan mampu menggerakkan dan mendorong jalannya perekonomian nasional
melalui sektor perikanan yang tetap mengedepankan Pro-poor, Pro-Job, Pro-Growth dan
Pro Environment
1. Pro Poor
Pendekatan Pro-poor dilakukan melalui pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat
pelaku usaha kelautan dan perikanan.
2. Pro Job
Pendekatan Pro-job dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan potensi perikanan
budidaya yang belum tergarap dan penumbuhan wirausaha baru untuk menurunkan
tingkat pengangguran nasional. Usaha membuka lapangan kerja diiringi dengan
dukungan pengembangan akses terhadap modal dan kepastian usaha.
3. Pro Growth
Pendekatan pro-growth dilakukan untuk mewujudkan pertumbuhan sektor kelautan
dan perikanan sebagai pilar ketahanan ekonomi nasional melalui transformasi pelaku
usaha ekonomi kelautan dan perikanan, dari pelaku ekonomi subsisten menjadi
pelaku usaha modern, melalui berbagai dukungan pengemangan infrastruktur,
industrialisasi dan modernisasi.
4. Pro Environment
Pendekatan pro-environment dilakukan melalui upaya pemulihan dan pelestarian
lingkungan perairan, pesisir, dan pulau – pulau kecil, serta mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim.
a. Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang besar baik ditinjau dari kuantitas
maupun diversitas.
b. Industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor – sektor lainnya.
c. Industri perikanan berbasis sumber daya nasional atau dikenal dengan istilah
national resources-based industries.
d. Indonesia memiliki keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor
perikanan.
Ikan merupakan komoditi penting bagi masyarakat Indonesia dan Dunia. Berbagai
alasan telah mendorong orang – orang untuk tetap mengonsumsi ikan. Sehingga, lingkupan
strategis ikan saat ini terus meningkat dikarenakan:
Data di atas juga menunjukkan bahwa permintaan terhadap komoditi ikan ini selalu
menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat Indonesia. Artinya, selain menguatkan ekspor di
sektor perikanan, pemerintah Indonesia juga harus mengutamakan kebutuhan permintaan
domestik.
2010 2011 2012 2013 2014*
Target Capaian % Target Capaian % Target Capaian % Capaian Capaian
30,46 30,48 101,94 31,57 32,35 102,15 33,14 33,89 102,26 35,21 37,80
*Data Sementara
Kemudian di tahun 2010 ke tahun 2014, rata – rata konsumsi ikan nasional per kapita
mengalami peningkatan. Di tahun 2010, rata – rata konsumsi ikan mencapai 30,48 kg per
kapita dan di tahun 2014 rata – rata konsumsi ikan mencapai 37,8 kg (Data Sementara).
*Data Sementara
Volume Produksi Perikanan Tahun 2009– 2014 (Sumber: Kementerian Kelautan dan
Perikanan, 2014)
Menurut data FAO pada tahun 2012 di atas, produksi perikanan budidaya tanpa
rumput laut berada pada tingkat 4 dunia. Untuk ASEAN sendiri, Indonesia kalah bersaing
dengan Vietnam. Namun, Indonesia mampu meningkatkan produksi pada tahun 2011,
sehingga jumlah produksi Indonesia hampir mendekati jumlah produksi Vietnam.
Volume Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2009 – 2014
Volume produksi perikanan tangkap Indonesia di tahun 2010 mencapai 5.384 ribu ton
dan di tahun 2014 mengalami peningkatan mencapai 6.200 ribu ton.
Nilai Ekspor – Impor dan Neraca Perdagangan Tahun 2009 – 2014 (sumber: Kementerian
Kelautan dan Perikanan, 2014)
Untuk komponen galangan sendiri dikenakan bea masuk dengan tarif advalorum. Bea
masuk menggunakan sistem advalorum ditentukan oleh persentase tarif dikalikan dengan
nilai pabean, berbeda dengan tarif spesifik yang ditentukan berdasarkan pada komoditas
barang itu sendiri. Tarif spesifik hanya diaplikasikan untuk empat kategori barang saja,
yaitu gula, beras, minuman mengandung alkohol, serta film. Untuk komponen impor
yang ditanggung pemerintah menurut Peraturan Menteri Keuangan
No.57/PMK.011/2013 tentang Bea Masuk barang dan bahan guna perbaikan atau
pembuatan kapal, pemerintah 160 jenis barang yang diimpor, seperti Marine Growth
Prevention, Steel Ship Plate, Pipa untuk Kapal, dan lain-lain.
Tujuan dari penerapan bea masuk impor sendiri adalah sebagai satu media
perlindungan yang disediakan pemerintah terhadap produk domestik. Kebijakan ini
ditujukan untuk produk-produk atau komoditas-komoditas yang sedang digalakkan untuk
meningkatkan produksi dalam negeri serta nilai ekspor Indonesia. Industri galangan yang
menjadi salah satu fokus pemerintah untuk memperkuat industri maritim nasional, sudah
sepatutnya didukung mengingat Indonesia yang masih sangat membutuhkan transportasi
perkapalan untuk menunjang pembangunan negara yang lebih merata, serta efisien.
Namun, yang masih menjadi kendala adalah sistem pendistribusian ikan tersebut.
Kinerja logistik nasional secara umum masih belum menggembirakan. Hal ini terlihat
dari Logistics Performance Index (LPI) yang dikeluarkan Bank Dunia dimana
peringkat Indonesia menurun dari urutan 43 (empat puluh tiga) pada tahun 2007,
menjadi urutan 75 (tujuh puluh lima) pada tahun 2010. Selain itu, Data menyebutkan
biaya distribusi masih tinggi atau secara nasional biaya yang dikeluarkan mencapai
27% (dua puluh tujuh persen) dari Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam perikanan,
beberapa penyebab mahalnya biaya logistik perikanan yaitu:
a. Pelabuhan di wilayah timur hanya bisa melakukan ekspor tetapi tidak bisa
untuk impor.
b. Sulit untuk menekan biaya transpor karena kapal berisi barang hanya pada
saat berangkat. Pada saat kembali kapal sering kosong atau paling banyak
hanya berisi setengah dari kapasitas muat barang, sehingga pemiliki kapal
membebankan tarif yang mahal.
Dalam pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional, nelayan dan pemilik kapal
yang merupakan produsen yang mempunyai keahlian khusus sebagai penangkap ikan
tidak memungkinkan atau terkendala untuk mengembangkan peran dan mempelajari
sistem logistik sehingga sering mempunyai posisi tawar yang rendah karena belum
menyadari pentingnya informasi.
Selain untuk distribusi dalam negeri, sektor perikanan juga diperuntukan untuk
kegiatan ekspor yang memerlukan peningkatan daya saing. Peningkatan daya saing
produk perikanan antara lain melalui mutu, efisiensi dan penerapan standar menjadi
kunci dalam memenangkan persaingan tersebut. Daya saing tersebut dapat
ditingkatkan dengan sistem distribusi yang baik, salah satunya melalui
kedirgantaraan.
Industri perikanan Indonesia sejauh ini masih berkembang dengan tempo yang
cukup lambat. Hal ini dibandingkan dengan potensi sumber daya alam Indonesia
dengan hasil produksi perikanan Indonesia, baik itu perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya. Selain itu, hal ini juga dibandingkan dengan produksi perikanan
China yang jauh melebihi produksi perikanan Indonesia. Padahal potensi sumber
daya alam Indonesia lebih tinggi dibandingkan China.
Indonesia dengan berbagai usaha seharusnya dapat meningkatkan produksi
perikanan Indonesia. Terlebih lagi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN,
Indonesia memiliki peluang terbesar untuk menguasai pasar ASEAN terutama dalam
sektor perikanan dan menjadi sektor spesialisasi dalam komoditas perikanan. Oleh
karena itu, Pemerintah Indonesia harus mendorong produksi perikanan dan serta
meningkatkan kualitas produksi agar pasar ASEAN dapat menerima produk
perikanan Indonesia. Peningkatan produksi dan kualitas produk perikanan Indonesia
dapat ditingkatkan melalui sistem distribusi yang baik dam cepat, karena hasil ikan
memerlukan Supply Chain yang pendek dari produsen ke konsumen. Hal ini dapat
dilakukan melalui transportasi udara.
Dalam mengambangkan Industri Dirgantara, pemerintah melalui BUMN, yaitu
PT Dirgantara Indonesia, difokuskan untuk merakit pesawat perintis, seperti NC-212
Pesawat, mampu membawa 20 penumpang atau muatan 2.000 kg, CN-295 yang
mampu membawa 40 sampai 50 orang, dan N-219 yang memang khusus dibuat untuk
kargo. Dalam hal ini, pesawat perintis tersebut khusus didesain untuk kargo Ikan
dengan pendingin yang sesuai (Cold Storage).
Setelah itu, pesawat tersebut diperjualbelikan kepada perusahaan yang khusus
bergerak di jasa penerbangan, seperti PT. Garuda Indonesia yang memiliki strategic
business unit dalam bidang kargo dan PT. Angkasa Pura Logistik. Sejalan dengan itu,
pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
juga membangun infrastruktur dalam bentuk Bandar Udara perintis di daerah yang
memiliki potensi perikanan yang besar.
1
Jurnal Kependudukan, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan, BKKBN
termasuk ke dalam investasi non fisik atau investasi sumber daya manusia (Human
Capital). Melalui pendidikan dan pelatihan, peserta didik telah menginvestasikan
dirinya untuk di masa depan memperoleh nilai yang lebih besar. Beberapa faktor
yang menyebabkan perlunya mengembangkan tingkat pendidikan di dalam usaha
untuk membangun suatu perekonomian, adalah:
IPT yang rendah inilah yang harus diperbaiki melalui proses pendidikan agar
human capital ini dapat berperan besar pada industrialisasi di Indonesia. Selain proses
pendidikan yang harus diperbaiki, pemerintah juga harus mempercepat dan
memberikan bantuan baik finansial maupun perizinan terhadap alih teknologi dan
kegiatan penelitian dan pengembangan sebagaimana yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih
Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan.
Industri paling menyerap tenaga kerja paling banyak di Indonesia per orang
Adapun untuk dapat menyerap tenaga kerja yang banyak diperlukan pula kualitas
dari sumber manusia yang baik. Salah satunya adalah dengan melakukan wajib
belajar 15 tahun, mempromosikan kembali sekolah menengah kejuruan, dan
mengadakan latihan atau kursus dengan membangun balai pelatihan tenaga kerja
didaerah.
Rekomendasi
1. Mengefektifkan supply chain antara nelayan ke konsumen dengan strategi
distribusi menggunakan industri dirgantara
2. Mendukung industri galangan nasional dengan kebijakan fiskal berupa tax
allowance dan pembebasan bea masuk komponen impor galangan
3. Menyederhanakan proses birokrasi dan perizinan, khususnya untuk industri
galangan nasional
4. Melakukan pengalihan dana investasi dari sektor konsumtif ke sektor
produktif terutama industri padat karya (Industri pakaian/tekstil, minuman &
makanan, serta furniture dsb.) dan ke sektor pendidikan.
5. Memperbaiki iklim investasi dan birokrasi yang kondusif untuk membuka
kesempatan kerja produktif seluas-luasnya bagi masyarakat.
6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dengan program
pendidikan kejuruan, program pelatihan pekerja, perluasan jangkauan
pendidikan dan kualitasnya.
7. Peningkatan industri kreatif nasional dengan mendukung ekonomi kreatif
Indonesia dan melakukan inovasi di sektor perindustrian Indonesia guna
meningkatkan produktifitas dengan Research and Development Program.
9. Maruli, Aditya (Ed.). 2015. "Pemerintah Sepakat Berikan Insentif Industri Galangan
Kapal". (online). http://www.antaranews.com/berita/470443/pemerintah-sepakat-berikan-
insentif-industri-galangan-kapal, diakses pada tanggal 19 Maret 2015 pukul 00.17 WIB
10. Mason, Andrew. (2005). DEMOGRAPHIC TRANSITION AND DEMOGRAPHIC DIVIDENDS IN
DEVELOPED AND DEVELOPING COUNTRIES. UNITED NATIONS EXPERT GROUP MEETING ON
SOCIAL AND ECONOMIC IMPLICATIONS OF CHANGING POPULATION AGE STRUCTURES.
11. Moertiningsih, Sri. (2005). Bonu Demografi Menjelaskan Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk
Dengan Pertumbuhan Ekonomi.. Pidato Pengukuhan Guru Besar.
12. Oosthuizen, Morne. (2013). MAXIMISING SOUTH AFRICA’S DEMOGRAPHIC DIVIDEND.
Development Policy Research Unit Paper.
13. Peraturan Menteri Keuangan nomor 57/PMK.011/2013
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan
Intelektual serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga
Penelitian dan Pengembangan
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2003 Perubahan atas
Peraturan Pemerintah
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2011
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu
yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
18. Septami, Gisty Ajeng. (2015). PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI DAN MANUFAKTUR DI
INDONESIA GUNA MEMETIK BONUS DEMOGRAFI. Makalah Seleksi Mahasiswa Berprestasi FEB
UI 2015.
19. Statistik Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditi, Provinsi dan Pelabuhan Asal Ekspor 2012.
20. Survei Angkatan Kerja Nasional Tahun 2013. BPS. 2013
21. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan
22. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
24. Wei, Xing. (2012) From “Demographic Dividend” to “Demographic Debt”. Institute of Social
Development Research, NDRC Diakses pada April 21, 2015, dari
http://en.amr.gov.cn/en/Projects/ReportDetail.aspx?id=154
25. http://www.kemenperin.go.id/statistik/ (diakses 23 April jam 13.30)
26. http://www.worldbank.org/in/news/press-release/ (diakses 23 April jam 16.43)
27. http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-definisi-macam-jenis-dan-penggolongan-industri-di-
indonesia-perekonomian-bisnis.html(diakses 21 April 2015 jam 21.35)
28. http://www.beritasatu.com/ekonomi/182140-bps-kondisi-ketenagakerjaan-di-indonesia-semakin-
membaik.html (diakses 22 Februari 2015 jam 23.46)
29. http://id.tradingeconomics.com/indonesia/gdp-per-capita (diakses 23 April jam 16.32)