OLEH :
PUTU DEWI SARIASIH, S. KEP
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 TINJAUAN TEORI
1.1.1 Pengertian
1.1.1.1 Pengertian Rasa Aman dan Nyaman
Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis.
Pemenuhan kebutuhan keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas
dari kecelakaan baik pasien, perawat atau petugas lainnya yang bekerja
untuk pemenuhan kebutuhan tersebut (Asmadi, 2008).
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis
atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006).
Menurut Potter & Perry (2006), mengungkapkan kenyamanan/
rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah keadaan
ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam
berespon terhadap suatu ransangan.
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu
mengalamisensasi yang tidak menyenangkan dan berespon terhadap suatu
rangsanganyang berbahaya (Carpenito, 2006)
1.1.2 Etiologi
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
menurut Aziz Ali (1997), :
1) Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
2) Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinya resiko injuri
3) Gangguan persepsi sensori
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya
seperti gangguan penciuman dan penglihatan
4) Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang
sehingga mudah terserang penyakit
5) Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan
6) Gangguan tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya
7) Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
8) Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko
terhadap penyakit tertentu.
9) Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia
anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
10) Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya
11) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai
2. Faktor-faktor yang menyebabkan nyeri :
1. Faktor Predisposisi
1) Trauma :
a. Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas
mengalami kerusakan,misalnya akibat benturan, gesekan,
luka
b. Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor
mendapat rangsanganakibat panas, dingin, misalnya api
atau air panas
c. Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia
yang bersifat asamatau basa kuat
d. Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang
kuat mengenaireseptor rasa nyeri yang menimbulkan
kekejangan otot dan luka bakar
2) Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
3) Peradangan
4) Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
5) Trauma psikologis.
2. Faktor Presipitasi
1) Lingkungan
2) Suhu ekstrim
3) Kegiatan
4) Emosi (Asmadi, 2008)
1.1.5 Pathofisiologi
1.1.5.1 Proses terjadinya nyeri
1. Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card)
melalui karnu dorsalis yang bersinapsis dari daerah posterior,
kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang dari garis median ke
garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari korteks sensoris tempat
rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu
reson yang merangsang ke bagianyang lebih tinggi yaitu korteks
serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri
3. Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya
berada dalamakar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf
besar akan mengakibatkanaktivitas substansia gelatinosa yang
mengakibatkan tutupnya pintu mekanismesehingga aktivitas sel T
terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan akutterhambat.
Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks
serebri.Hasil persepsi ini akan dikembalikan dalam medula spinalis
melaui serat eferendan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T.
Rangsangan pada serat kecil akanmenghambat aktivitas substansia
gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,sehingga merangsang
aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkanrangsangan nyeri
4. Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-
impuls saraf,sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
impuls-impuls saraf. Padaserabut-serabut besar yang memblok impuls-
impuls lamban dan endogen opialssystem supresif.
Ada beberapa metode yang umumnya digunakan untuk menilai
intensitas nyeri, antara lain :
1. Verbal Rating Scale (VRSs)
Menggunakan suatu word list untuk mendeskripsikan nyeri
yang dirasakan. Pasien disuruh memilih kata-kata atau kalimat yang
menggambarkan karakteristik nyeri yang dirasakan dari word list yang
ada. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui intensitas nyeri
dari saat pertama kali muncul sampai tahap penyembuhan. Penilaian
ini menjadi beberapa kategori nyeri, yaitu :
1) tidak nyeri (none)
2) nyeri ringan (mild)
3) nyeri sedang (moderate)
4) nyeri berat (severe)
5) nyeri sangat berat (very severe)
2. Numeric Rating Scale (NRS)
Metode ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan
range dari intensitas nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan
intensitas nyeri yang dirasakan dari angka 0-10. “0” menggambarkan
tidak ada nyeri sedangkan “10” menggambarkan nyeri yang hebat.
3. Visual Analogue Scale (VAS)
Paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri.
Metode ini menggunakan garis sepanjang 10 cm yang menggambarkan
keadaan tidak nyeri sampai nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai
angka pada garis yang menggambarkan intensitas nyeri yang
dirasakan. Keuntungan menggunakan metode ini adalah sensitif untuk
mengetahui perubahan intensitas nyeri, mudah dimengerti dan
dikerjakan, dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi klinis.
Kerugiannya adalah tidak dapat digunakan pada anak-anak dibawah 8
tahun dan mungkin sukar diterapkan jika pasien berada dalam nyeri
hebat.
4. The Face Pain Scale
Dengan cara melihat mimik wajah pasien dan biasanya untuk
menilai intensitas nyeri pada anak-anak.
1.1.6 WOC
1.1.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
2) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
3) Beri rasa aman
4) Sentuhan therapeutik
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai
keseimbangan energi antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang
sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan
sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer energi
5) Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
6) Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan,tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang
terang, serta konsentrasi dari pasien
7) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri
ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau
pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi
sentuhan massage, memegang mainan), distraksi intelektual
(merangkai puzzle)
8) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan
dengan nyeri
9) Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif
10) Biofeedback
Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentangrespon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih
control volunter terhadap respon.Terapi ini efektif untuk mengatasi
ketegangan otot dan migren dengan caramemasang elektroda pada
pelipis.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan
interprestasi nyeri dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat
pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif
diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang beratdibandingkan
setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam salisilat
(non narkotik), morphin (narkotik), dll.
b. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen
obat analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air.
Terapi ini dapat menurunkanrasa nyeri, hal ini karena faktor
persepsi kepercayaan pasien
1.1.9 Komplikasi
1. Hipovolemik
2. Hipertermi
3. Masalah Mobilisasi
4. Hipertensi
5. Edema Pulmonal dan Kejang
1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
1) Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, lamat, agama,
bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosis medis.
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman
dan nyaman.Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik
dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap
kehidupan dan kelangsungan hidup klien. Keamanan yang
ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit dan cedera yang akan mempengaruhi rasa aman dan
nyaman klien.
b. Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas
operasi/ bedah menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan
dan iritasi secara lansung pada reseptor sehingga menganggu
rasa nyaman klien.
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan
gangguan rasa aman dan nyaman. Karena dengan adanya
riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena penyakit
sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman seperti nyeri.
1.2.2 Data Fokus
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan data focus untuk pasien dengan
gangguan rasa aman dan nyaman :
1) Ekspresi wajah
a. Menutup mata rapat-rapat
b. Membuka mata lebar-lebar
c. Menggigit bibir bawah
2) Verbal
a. Menangis
b. Berteriak
3) Tanda- tanda vital
a. Tekanan darah
b. Nadi
c. Pernapasan
4) Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mealokasikan tempat
atau rasayang tidak nyaman
2. Pemeriksaan penunjang
1) USG
USG digunakan untuk data penunjang apabila ada rasa
tidaknyaman pada bagian perut
2) Rontgen
Rontgen untuk mengetahui tulang/organ yang abnormal
yangdapat mengganggu rasa nyaman klien.
1.2.3 Diagnosa
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma
2 Nyeri kronis berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat
3 Nausea berhubungan dengan terapi, biofisik dan situasional
4 Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5 Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor resiko prosedur infvasif,
tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan patogen.
6 Resiko Trauma berhubungan dengan faktor resiko eksternal yang
berasal dari lingkungan sekitar dan internal yang berasal dari diri
sendiri
7 Resiko Injury berhubungan dengan imobilisasi, penekanan sensorik
patologi intracranial dan ketidaksadaran
terkontrol ketidaknyamanan\
Melaporkan terhadap
dilakukan nyeri
1.2.6 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir darinproses
keperawatan yang merupakan perbandingn yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA