Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi
Fungsi apendiks tidak diketahui. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari.
Lendir secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selalu mengalir ke secum.
Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenisasi
apendiksitis. Diperkirakan apendiks mempunyai peranan dalam mekanisme
imonologik. Immunoglobulin sekretoor yang dihasilkan oleh GALT ( Gut
Assoaciated Lympoid Tissue ) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk
apendiks ialah Ig A.immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap
infeksi. Namun pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab
jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran
cerna dan seluruh tubuh.

B. Definisi
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering ( Mansjoer,2001). Apendiks merupakan suatu tambahan
seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab
yang paling utama dari apendiks adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya
merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi ( Wilson
dan Goldman,1989 ).

3
Apendisitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui
peradangan,obstruksi dan iskemia dalam jangka waktu bervariasi ( Sabiston,1995 ).
Apendisitis akut adalah penyebab paling utama inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(smeltzer, 2001 ). Infeksi pada apendiks terjadi karena tersumbatnya lumen oleh
fekalit ( batu feses ), hiperplasi jaringan limfoid dan cacing usus. Apendisitis
merupakan peradangan pada apendiks yang berbahaya dan jika tidak ditangani dengan
segera akan terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen usus
(williams dan wilkins dalam indri dkk,2014 ).
Apendiksitis adalah merupakan salah satu penyakit saluran cerna yang paling
umum ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan abdomen yang akut
(acu abdomen). Apendiktomy adalah pengangkatan apendiks terinflamasi dapat
dilakukan pada pasien dengan menggunakan pendekatan endoskopi,namun adanya
perlengkapan multiple posisi retroperitoneal dari apendiks atau robek perlu dilakukan
prosedur pembukaan. Apendictomy adalah pengangkatan secara bedah apendiks
vermiformis.
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadrat
pada bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat ( smelzer,2001 ). Apendiksitis akut adalah nyeri atau rasa tidak enak disekitar
umbilicus berlangsung antara 1 sampai 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke
kuadran kanan bawah ( titik Mc Burney ) dengan disertai mual, anoreksia dan muntah
(Lindseth,2006).
Apendiksitis kronik adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang
kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan menghilang
setelah apendektomi. Kriteria mikrodkopik apendiks kronik adalah fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, adanya jaringan perut dan ulkus lama mukosa, dan
infiltrasi sel inflamasi kronik (Pieter, 2005).
C. Etiologi
a. Ulserasi pada mukosa
b. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
c. Pemberian barium
d. Berbagai macam penyakit cacing
e. Tumor
f. Struktur karena fibrosis pada dinding usus
4
D. Klasifikasi
1. Appendiksitis akut
Peradangan pada apendiks dengan gejala khas yang diberikan tanda setempat.
Gejala apendiksitis akut antara lain nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri
visceral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sertai rasa
mual,muntah dan penurunan nafsu makan. Dalam beberapa jam nyeri akan
berpindah ke titik McBurney. Pada titik ini, nyeri yang dirasakan lebih tajam dan
lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat ( Hidayat,2005 )
2. Apendiksitis Kronis
Diagnosa apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan tiga hal yaitu,
pertama,pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen
selama paling sedikit tiga minggu tanpa alternatif diagnosa lain. Kedua, setelah
dilakukan apendiktomi, gejala yang dialami pasien akan hilang, ketiga, secara
histopatologik gejala dibuktikan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang aktif
atau fibrosis pada apendiks. ( Santacroce dan Craig, 2006 )
Menurut Sjamsuhidayat (2004), apendisitis terdiri dari lima bagian antara lain :
1. Apendisitis akut
Adalah peradangan apendiks yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
pariental setempat sehingga menimbulkan rasa sakit di abdomen kanan bawah.
2. Apendisitis infiltrat (Masa periapendikuler)
Apendisitis infiltrat atau masa periapendikuler terjadi bila apendisitis
ganggrenosa di tutupi pendinginan oleh omentum.
3. Apendisitis perforata
Ada fekalit didalam lumen, Umur (orang tua atau anak muda) dan
keterlambatan diagnosa merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya
perforasi apendiks.
4. Apendisitis rekuren
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan,
namun apendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis
dan jaringan parut. Resikonya untuk terjadinya serangan lagi sekitar 50%.
5. Apendisitis kronis
Fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel
inflamasi kronik
5
E. Patofisiologi
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbangan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat
peradangan sebelumnya atau neo plasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen, tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,. Diaphoresis bakteri dan
ulserasi mukosa pada saat inilah terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium.
Sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan
menyebabkan obtruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
apendiks. Peradangan yang akan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di abdomen kanan bawah, keadaan ini disebut
apendiksitis sukuratif akut. Aliran arteri terganggu akan terjadi infrak dinding
apendiks yang diikuti dengan gangrene stadium ini disebut dengan apendiksitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi apendiksitis
perporasi.
Semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kearah apendiks sehingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate
apendukularis, peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang

F. Manifestasi klinis

Tanda awal : nyeri mulai di epigastrium/region umbilicus disebut mual dan anokresia

6
a. Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan menetap dan diperberat bila berjalan
atau batuk) dan menunjukan tanda rangsangan peritoneum local di titk Mc.
Burney : nyeri tekanan, nyeri lepas, defans muskuler.
b. Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung :
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan (Rovsing Sign).
d. Nyeri kanan bawah bila tekanan disebelah kiri dilepas (Blumbreg).
e. Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti napas dalam, berjalan, batuk,
mengedan.
f. Nafsu makan menurun
g. Demam yang tidak terlalu tinggi
h. Biasanya terdapat , tapi kadang-kadang terjadi

Gejala-gejala permulaan pada apendiksitis yaitu nyeri atau perasaan tidak enak sekitar
embilikus diikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah, gejala ini umumnya berlangsung
lebih dari 1 dan 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah
dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar titik Mc, Burney., kemudian dapat timbul
spasme otot dan nyeri lepas. Biasanya ditemukan demam ringan da leukosit
meningkat bila rupture apendiks terjadi nyeri sering sekali hilang secara dramatis
untuk sementara

1. Pada inspeksi , klien berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang


sakit, timbul kembung bila terjadi perforasi, penonjolan perut kanan bawah
terlihat pada abses appendiks. Posisi klien biasanya miring ke sisi yang sakit
sambil melakukan fleksi pada sendi paha, karena setiap ekstensi meningkatkan
nyeri.
2. Pada palpasi :
a. Nyeri tekan positif pada titik Mc.Burney. pada palpasi didapatkan titik nyeri
tekan kuadran bawah atau titik Mc.Burney ( setengah jarak antara umbilikus
dengan tulang ileum kanan ) dan ini merupakan tanda kunci diagnosis
b. Nyeri lepas positif pada rangsangan peritonium. Rebound tenderness ( nyeri
lepas ) adalah rasa nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah ( titik Mc
Burney ) saat tekanan secara tiba – tiba dilepaskan
c. Defens muscular positif pada rangsangan musculus rektus abdominis. Defens
muscular adalah nyeri tekan seluruh lapang abdomen yang menunjukan
adanya rangsangan peritonium parietale

7
d. Rovsing sign positif pada penekanan perut sebelah kiri, maka nyeri dirasakan
pada sebelah kkanan. Hal ini terjadi karenan tekanan merangsang peristaltik
dan udara usus., sehingga menggerakkan peritonium sekitar apendiiks yang
meradang ( somatik pain ) dan nyeri terebut dijalarkan
3. Pada pemeriksaan fisik lainnya dapat ditemukan adanya :
a. Psoas sign positif , pada apendiks letak retrocaesal. Psoas sign terjadi karena
adanya rangsangan musculus psoas oleh peradangan yang terjadi pada
apendiks . ada 2 cara memeriksa :
Aktif : posisi klien telentang,tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa,klien
mereflesikan articulatio coxoe kanan. Hasil positif bila terdapat nyeri
perut kanan bawah
Positif : posisi kklien miring kekiri, paha kanan diperherekstensikan
pemeriksa, nyeri perut kanan bawah
b. Obturator sign positif . posisi klien terlentang, kemudian lutut difleksikan
kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar secara pasif maka dikatakan
positiff bila terdapat nyeri. Hal tersebut menandakan terjadinya peradangan
apendiks pada daerah hipogastrium
4. Pada perfusi di dapatkan nyeri ketuk
5. Pada auskultasi , dapat ditemui peristaltik normal , peristaltik tidak ada bila telah
terjadi ileus paralitk karena peritonitis akibat perforasi apendiksitis
6. Rectal toucher/colok dubur . nyeri tekan ada arah jarum jam 9 -12
G. Pemeriksaan Diaknostik
1. Laboratorium
Ditemukan leukositosis 10.000 s/d 18.000/ mm3, kadang-kadang dngan
pergeseran ke kiri leukositasis lebih dari 18.000/mm3 disertai keluhan/gejala
apendiksitis lebih dari empat jam mencurigakan perforasi sehingga diduga bahwa
tingginya leukositosis sebanding dengan hebatnya peradangan.
2. Radiologi
Pemeriksaan radiology akan sngat berguna pada kasus atipikal. Pada 55% kasus
apendiksitis stadium awal akan ditemukan gambaran foto polos abdomen yang
abnormal, gambaran yang lebih spesifik adanya masa jaringan lunak di perut
kanan bawah dan mengandung gelembung-gelembung udara. Selain itu gambaran
radiologidt yang ditemukan adanya fekalit, pemeriksaan barium enama dapat juga
dipakai pada kasus-kasus tertencu cara ini sangat bermanfaat dalam menetukan
8
lokasi sakum pada kasus “Bizar”. Pemeriksaan radiology X-ray dan USG
menunjukan densitas pada kuadran kanan bawah atau tingkat aliran udara
setempat.
3. Pemeriksaan penunjang lainnya
a. Pada copy fluorossekum dan ileum terminasi tampak irritable.
b. Pemeriksaan colok dubur : menyebabkan nyeri bila di daerah infeksi, bias
dicapai dengan jari telunjuk.
c. Uji proses dan uji obturator
H. Penatalaksanaan apendiksitis
1. Sebelum operasi
1. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendiksitis
seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan.
Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipusakan. Laksatif tidsk boleh
diberikan bila dicurigai adanya apendiksitis ataupun peritonitis lainnya.
Pemeriksaan abdomen akan rectal serta pemeriksaan darah (leukasit dan
hitung jenis) diulang secara periodic, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan
untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus,
diagnosis di tegakan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah 12 jam
setelah timbul keluhan.
2. Antibiotic
Apendiksitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu di berikan antibiotic,
kecuali apendiksitis ganggrenosa atau apendiksitis perporasi. Penundaan tidak
bedah sambit memberikan antibiotic dapat mengakibatkan absen atau
perporasi
2. Operasi
a. Apendiktomi
b. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perporasi bebas, maka abdomen
di cuci dengan garam fisiologis dan antibiotika
c. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, masanya mungkin mengecil
atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari.
Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu
sampai 3 bulan.

9
3. Pasca operasi
a. Observasi TTV
b. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah
c. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler
d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien
dipuasakan
e. Bila ada tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa
dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal
f. Berikan minum mulai 15ml/jam selama 4 – 5 jam lalu naikkan menjadi
30ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak
g. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 2 x 30 menit
h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar
i. Hari ke 7 jahitan dapat diangkat dan pasien di perbolehkan pulang

Keadaan masa apendiks dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan :

1. Keadaan umum pasien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
2. Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat
tanda tanda perintonitis
3. Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat
pergeseran ke kiri
4. Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segara setelah pasien dipersiapkan,
karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan perintonitis umum.
Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik – baiknya mengingat
penyulit infeksi luka lebih tinggi daripada pembedahan pada apendisitis
sederhana tanpa perforasi.

Keadaan masa appendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai
dengan :

1. Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak
tinggi lagi

10
2. Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda – tanda perintonitis dan
hanya teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan
3. Laboratorium hitung leukosit dan hitung jenis normal.
I. Komplikasi
Yang paling sering adalah :
1. Perforasi
Insidens perforasi 10 -32 %, rata rata 20 % paling sering terjadi pada usia muda
sekali atau terlalu tua, perforasi timbul 93% pada anak anakk di bawah 2 tahun
antara 40-75% kasus usia diatas 60 tahun ke atas. Perforasi jarang timbul dalam
12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi insiden meningkat tajam sesudah 24 jam.
Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan peningkatan suhu 39,5°C tampak toksik,
nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis meningkat akibat perforasi dan
pembentukan abses.
2. Perintosis
Adalah trombofebitis septik pada sistem vena porta ditandai dengan panas tinggi
39°C - 40°C menggigil dan ikterus merupakan penyakit yang relatif jarang.
a. Tromboflebitis supuratif dari sstem portal, jarang terjadi tetapi merupakan
komplikasi yang letal
b. Abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal lain.
c. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan

11
J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
a. Pengkajian
 Riwayat :
Data yang dikumpulkan perawat dari klien dengan kemungkinan apendesitis
meliputi :
Umur, jenis kelamin, riwayat pembedahan, dan riwayat medic lainya, pemberian
barium baik lewat mulut/rektat, riwayat diit terutama makanan yang berserat.
 Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : pasien biasanya mengeluh nyeri di sekitar epigastrium
menjalar keperut kanan bawah. Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di
epigastrium dierasakan dalam beberapa waktu lalu. Sifat keluhan nyeri
dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu
yang lama
b. Riwayat kesehatan sekarang : selain mengeluh nyeri pada daerah
epigastrium, keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual
dan muntah, panas.
c. Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah
kesehatan klien sekarang, bias juga penyakit ini sudah pernah dialami
oleh pasien sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga : biasanya penyakit apendisitis ini bukan
merupakan penyakit keturunan, biasa dalam anggota keluarga ada yang
pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien bisa juga tidak ada
yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami pasien
sebelumnya.
 Data subyetif
Sebelum operasi
a. Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah
b. Mual, muntah, demam
c. Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
d. Diare atau konstipasi
 Sesudah operasi
a. Nyeri daerah operasi
b. Lemas
12
c. Haus
d. Mual, kembung
e. Pusing
 Data obyektif
Sebelum operasi
a. Nyeri tekan di titik mc. Berney
b. Spasme otot
c. Takhikardi, takipnea
d. Pucat, gelisah
e. Bising haus berkurang atau tidak ada
f. Demam 38 – 38,5 oC
 Sesudah operasi
a. Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen
b. Terpasang infus
c. Terdapat drain/pipa lambung
d. Bising usus berkurang
e. Selaput mukosa mulut kering
 Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit : 10.000 – 18.000 / mm3
b. Netrofil meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi
(jumlah sel darah merah)
 Data pemeriksaan diagnostic
a. Radiologi : foto calaon yang memungkinkan adanya fecalit pada katupa
b. Barium enema : apendiks terisi barium hanya sebagian
b. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri abdomen berhubungan dengan obstrukksi dan peradangan apen-diks
2. Resiko kekurangan vo-lume cairan berhubungan dengan mual, mun-tah, anoreksia
3. Kurang pengetahuan tentang prosedur persiapan dan sesudah operasi.
4. Kerusakan integritas ku-lit berhubungan dengan luka pembedahan.

13
c. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
No TUJUAN/KRITERIA RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
1 Nyeri abdomen Setelah diberikan intervensi 1. Kaji TTV
berhubungan dengan keperawatan selama 3 24 jam 2. Kaji keluhan nyeri,termasuk lokasi,jenis dan intensitas nyeri.
obtruksi dan perdangan diharapkan nyeri berkurang Ukur dengan skala 1 – 10
apendiks Kriteria : 3. Jelaskan penyebab rasa sakit, cara mengurangi
a. Klien mengungkapkan 4. Beri posisi ½ duduk untuk mengurangi penyebaran infeksi pada
rasa sakit berkurang abdomen
b. Wajah dan posisi tubuh 5. Ajarkan teknik relaksasi
tampak rileks 6. Kompres es pada daerah sakit untuk mengurangi nyeri
c. Skala nyeri berkurang 1 – 7. Anjurkan klien untuk tidur pada posisi nyaman ( miring dengan
3 menekuk lutut kanan )
d. TTV dalam batas normal 8. Puasa makan minum apabila akan dilakukan tindakan
9. Ciptakan lingkungan yang tenang
10. Laksanakan program medik
11. Pantau efe teraupeutik dan non teraupeutik dari pemberian
analgesik
2 Resiko kekurangan Setelah diberikan intervensi 1. Observasi TTV suh,nadi,tekanan darah , pernafasan setiap 4 jam
volume cairan keperawatan 3 x 24 jam 2. Observasi cairan yang keluar dan masuk
berhubungan dengan diharapkan cairan dan elektrolit 3. Jauhkan makanan / bau bauan yang merangsang mual dan

14
mual,muntah, anoreksia dalam keadaan seimbang muntah
Kriteria : 4. Kolaborasi pemberian infus dan pipa lambung
a. Turgor kulit baik
b. Cairan yang keluar dan
masuk seimbang
c. BB stabil
3 Kurang pengetahuan Setelah diberikan intervensi 1. Jelaskan prosedur persiapan operasi
tentang prosedur keperaawatan selama 3 x 24 jam 2. Pemasangan infus
persiapan dan sesudah diharapkan klien memahami 3. Puasa makan dan minum sebelum 6 – 8 jam
operasi tentang prosedur persiapan dan 4. Cukur daerah operasi
sesudah operasi 5. Jelaskan situasi dikamar bedah
Kriteria : 6. Jelaskan aktivitas yang perlu dilakukan setelah operasi
a. Klien kooperatif dengan 7. Latihan batuk efektif
tindakan persiapan operasi 8. Mobilisasi dini secara pasif dan aktif bertahap
maupun sesudah operasi
b. Klien mendemonstrasikan
latihan yang diberikan
4 Kerusakan integritas kulit Setelah diberikan intervensi 1. Pantau luka pembedahan dari tanda tanda peradangan :
berhubungan dengan luka keperawatan selama 3 x 24 jam demam,kemerahan,bengkak dan cairan yang keluar, warna
pembedahan diharapan integritas kulit baik jumlah dan karakteristik
Kriteria : 2. Rawat luka secara steril

15
a. Luka insisi sembuh tanpa 3. Beri makanan berkualitas atau dukungan klien untuk makan.
ada tanda infeksi Makanan mencukupi untuk mepercepat proses penyembuhan
b. Leukosit normal 4. Beri antibiotika sesuai program medik

d. Evaluasi
1. Pasien melaporkan berkurangnya nyeri, nyeri hilang atau terkontrol
2. Pasien tampak rileks, mampu tidur / istirahat
3. Kecemasan berkurang, pasien tampak tenang
4. Cairan tubuh seimbang
5. Turgor kulit baik
6. Tubuh pasien mampu mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan, berat jenis urine normal,dan HT normal
7. Tekanan darah, nadi,suhu tubuh dalam batas normal. Tidak ada tanda – tanda dehidrasi, elastis,turgor kulit, membran mukosa lembab
8. Tidak ada rasa haus yang berlebihan, nutrisi terpenuhi, berat badan stabil
9. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
10. Pasien menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi
11. Pasien menunjukan tidak ada tanda infeksi,lua sembuh tanpa tanda infeksi,cairan yang keluar dari luka tidak purulen
12. Pasien mengatakan mengerti tentang penyakitnya dan prosedur tindakan yang akan dilakukan

16

Anda mungkin juga menyukai