Anda di halaman 1dari 29

REFLEKSI KASUS

VAGINITIS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah


Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan RSI Sultan Agung Semarang

Pembimbing:
dr. Yulice Soraya Nur Intan, Sp.OG

Disusun oleh:
Ali Rifqi Alkaff
30101306860

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGUNG SEMARANG
2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG 2017

A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. T
2. Umur : 30 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No CM : 012550XX
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Karyawan pabrik
7. Alamat : Sekorejo IX NO 862 RT 04/07 Rejomulyo
8. Status : Kawin
9. Nama suami : Tn. S
10. Tanggal Masuk : 14 September 2017
11. Kelas : Rawat Jalan

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh keputihan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien P2A0 usia 30 tahun, datang ke poliklinik Obsgyn RSISA dengan
keluhan keputihan sejak 6 bulan ini, keputihan dirasakan pasien terus
menerus. Keputihan berwarna putih susu, kental, berbau dan gatal pada
daerah kemaluan. Pasien juga mengeluh terasa panas dan nyeri saat
berkemih. Pasien mengaku awalnya keluhan hanya berupa keputihan biasa
yang tidak gatal dan jumlahnya sedikit serta tidak menggagu. Namun 1,5
bulan terakhir keluhan dirasa pasien jumlahnya semakin banyak, kadang
disertai gatal. Pasien sudah berobat ke beberapa dokter namun belum
sembuh sampai sekarang. Riwayat nyeri perut bawah (-), terasa panas di

2
bagian anus (+), terkadang nyeri saat bersenggama (-) perdarahan/flek
setelah senggama (-).

3. Riwayat Haid
 Menarche : 13 tahun
 Siklus haid : 28 hari
 Lama haid : 7 hari
 HPHT : 08/08/2017
 Disminore : (-)
 Menopouse : (-)
4. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pertama kali dengan suami sekarang. Usia pernikahan ± 10
tahun.
5. Riwayat Obstetri
P2A0
GI: Perempuan, lahir spontan, 3300 gr, usia 9 tahun
G2: Laki laki, lahir spontan, 3100 gr, usia 6 tahun
6. Riwayat ANC
-
7. Riwayat KB
Pasien menggunakan kontrasepsi suntik. Tapi sudah 1 tahun KB alami.
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang karyawan di pabrik, suami pasien bekerja wirswasta. Biaya
pengobatan pasien ditanggung oleh pasien sendiri (Mandiri/Umum).
Kesan ekonomi : Cukup

9. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
 Riwayat DM : (+)
 Riwayat Asma : disangkal

3
 Riwayat Alergi : disangkal
10. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
 Riwayat Penyakit Paru : disangkal
 Riwayat DM : (+) dari ibu kandung
 Riwayat asma : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
Keadaan Umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital :

o Tensi : 120/70 mmHg


o Nadi : 84 x/menit
o RR : 20 x/menit
o Suhu : 36,3 0C
Tinggi Badan : 156 cm

Berat Badan : 65 kg

Indeks Masa Tubuh : 28,16 kg/m2 (overweight)

2. Status Internus
- Kepala : mesocephale
- Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
- Hidung : discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping
hidung (-)
- Telinga : discharge (-)
- Mulut : bibir sianosis (-), bibir kering (-)
- Tenggorokan : faring hiperemesis (-), pembesaran tonsil (-)

4
- Leher : pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : turgor baik, ptekiae (-)
- Mamae : simetris, benjolan abnormal (-/-)
- Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Redup
Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra

Batas pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra

Batas kanan : ICS V linea sternalis dextra

Batas kiri : ICS V 2 cm medial linea midclavicularis


sinistra

 Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara


tambahan (-)
- Paru :
 Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris
 Palpasi : stem fremitus +/+ , nyeri tekan (-)
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
- Abdomen :
 Inspeksi : datar, bekas operasi (-) striae (-)
 Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
 Perkusi : timpani (+)
 Auskultasi : bising usus (+)
- Extremitas :
Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Varises -/- -/-

5
Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-

3. Status Ginekologi
Genitalia
 Eksterna (Inspeksi)
Tampak pengeluaran per-vaginam berupa keputihan berwarna putih susu,
kental, berbau, jumlah sedikit. Labia mayor tampak bengkak, dan
hiperemis, mons pubis, labia minor, introitus, perineum: warna tidak
hiperemis, tidak tampak ada benjolan maupun edema, ukuran normal, tidak
ada darah.
 Interna (VT)
Vagina : licin, berbenjol2, laserasi (-), kenyal, nyeri(-), hangat, massa (-),
rugae (+)
Forniks anterior : nyeri (-)
Forniks Posterior : nyeri (-)
Portio : Nyeri goyang (-), kenyal, licin, berbenjol benjol(-), nyeri(-),
OUE : Kuncup
Corpus uteri antefleksi, bentuk dan konsistensi normal
Adnexsa : nyeri tekan (+)
Cavum doughlas : menonjol(-), nyeri(-)
Saat dikeluarkan : lendir darah (-), fluor (+)
 Inspikulo
- Vagina : tampak cairan yang berada di sisi-sisi lateral vagina, berwarna
putih susu, kental dan jumlah banyak. Setelah dibersihkan dengan
menggunakan tampon tang dan kassa steril, tidak tampak adanya cairan atau
sekret yang keluar dari serviks.
- Dinding vagina : warna tampak sedikit hiperemis, sebagian tertutup
membrane tipis berwaran putih, permukaan licin tidak berbenjol-benjol.

6
- Portio/ cervix : warna tidak hiperemis, ukuran normal sebesar ibu jari
tangan, erosi (-).
- OUE : tertutup

DIAGNOSIS
Wanita P2A0 usia 30 tahun dengan vaginitis.

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

B. Usulan Pemeriksaan
 Darah rutin
 Pemeriksaan pH
 Swab vagina
 Kultur sekret vagina

D. RESUME
Pasien P2A0 usia 30 tahun, datang ke poliklinik Obsgyn RSISA dengan
keluhan keputihan sejak 6 bulan ini, keputihan dirasakan pasien terus
menerus. Keputihan berwarna putih susu, kental, berbau dan gatal pada
daerah kemaluan. Pasien juga mengeluh terasa panas dan nyeri saat
berkemih. Pasien mengaku awalnya keluhan hanya berupa keputihan biasa
yang tidak gatal dan jumlahnya sedikit serta tidak menggagu. Namun 1,5
bulan terakhir keluhan dirasa pasien jumlahnya semakin banyak, kadang
disertai gatal. .

 Eksterna (Inspeksi)
Tampak pengeluaran per-vaginam berupa keputihan berwarna putih susu,
kental, berbau, jumlah sedikit. Labia mayor tampak bengkak, dan
hiperemis, mons pubis, labia minor, introitus, perineum: warna tidak

7
hiperemis, tidak tampak ada benjolan maupun edema, ukuran normal, tidak
ada darah.
 Interna (VT)
Vagina : licin, berbenjol2, laserasi (-), kenyal, nyeri(-), hangat, massa (-),
rugae (+)
Forniks anterior : nyeri (-)
Forniks Posterior : nyeri (-)
Portio : Nyeri goyang (-), kenyal, licin, berbenjol benjol(-), nyeri(-),
OUE : Kuncup
Corpus uteri antefleksi, bentuk dan konsistensi normal
Adnexsa : nyeri tekan (+)
Cavum doughlas : menonjol(-), nyeri(-)
Saat dikeluarkan : lendir darah (-), fluor (+)
 Inspikulo
- Vagina : tampak cairan yang berada di sisi-sisi lateral vagina, berwarna
putih susu, kental dan jumlah banyak. Setelah dibersihkan dengan
menggunakan tampon tang dan kassa steril, tidak tampak adanya cairan atau
sekret yang keluar dari serviks.
- Dinding vagina : warna tampak sedikit hiperemis, sebagian tertutup
membrane tipis berwaran putih, permukaan licin tidak berbenjol-benjol.
- Portio/ cervix : warna tidak hiperemis, ukuran normal sebesar ibu jari
tangan, erosi (-).
- OUE : tertutup

Tatalakasana
 Terapi Medikamentosa :
 Albothyl 7 botol, 2x1
 Eturol 10, 1x1
Edukasi :
 Menjaga kebersihan kemaluan

8
 Menjaga kemaluan agar tidak lembap
 Meminum obat secara teratur, jangan terlewat
 Kontrol kembali satu minggu lagi

VAGINITIS

A. Definisi
Vaginitis adalah peradangan pada mukosa vagina yang dapat
disebabkan oleh mekanisme infeksi maupun noninfeksi. Vaginitis ditandai
dengan pengeluaran cairan abnormal yang sering disertai rasa ketidak
nyamanan pada vulvovagina.

B. Epidemiologi
Vaginitis merupakan masalah ginekologis yang paling sering
terjadi pada 90% wanita remaja di dunia, kondisi ini disebabkan oleh
vaginosis bakterial (50%), kandidiasis vulvovaginal (75%), trikomoniasis
(25%) (KESPRO INFO, 2009). Penelitian-penelitian sebelumnya telah
melaporkan angka kejadian vaginitis di beberapa negara, diantaranya
Thailand 33 %, Afrika-Amerika 22,7 %, London 21 %, Indonesia 17 %,
Jepang 14 %, Swedia 14 %, dan Helsinki 12 %.
C. Faktor resiko
1. Ras
2. Promiskuitas
3. Stabilitas marital
4. Penggunaan kontrasepsi IUD
5. Riwayat kehamilan
D. Mekanisme pertahanan organ reproduksi wanita
Pada vagina wanita usia reproduktif, adanya epitel yang cukup
tebal, glikogen, serta flora normal memungkinkan produksi asam laktat
yang memicu terjadinya reaksi asam dalam vagina sehingga memperkuat

9
daya tahan vagina. Pada masa sebelum menarche dan postmenopause epitel
vagina menjadi lebih tipis, glikogen dan flora normal berkurang sehingga
lebih rentan terjadinya infeksi. Pada serviks uteri terdapat kelenjar-kelenjar
yang berfungsi mensekresi lendir alkalis serta mengental di bagian bawah
dari kanalis servikalis sehingga menghambat masuknya kuman patogen ke
organ reproduksi atas.
Flora normal pada vagina wanita usia reproduktif bersifat
asimptomatis, terdiri dari bakteri aerob maupun anaerob. Pertumbuhan
bakteri pada vagina dapat berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya.
Flora normal pada vagina didominasi oleh Lactobacillus yang memproduksi
hidrogen peroksida untuk menghambat bakteri lain dalam sintesis katalase.
Hidrogen peroksida juga dihasilkan oleh L. crispatus, L. acidophilus, L.
rhamnosus dan lainnya .Lactobacillus juga dapat memproduksi asam
organik yang berasal dari sintesis glukosa pada epitel vagina, yang berfungsi
untuk mempertahankan keasaman vagina pada pH <4,7. Selain itu, flora
normal ini dapat mensintesis bakteriocin yaitu suatu protein yang dapat
menghambat pertumbuhan dari bakteri lain. Hidrogen peroksida dihasilkan
oleh Lactobacillus sekitar 96% pada vagina normal, sedangkan pada
vaginitis bakterial hanya didapatkan 6%.
Perubahan lingkungan pada vagina menyebabkan gangguan
pertumbuhan bakteri. Sebagai contoh, wanita muda dan posmenopause
yang tidak mendapat terapi esterogen memiliki jumlah flora normal yang
lebih sedikit dibandingkan wanita usia reproduktif. Perubahan lain terjadi
pada saat siklus menstruasi, dimana pertumbuhan bakteri meningkat di awal
siklus menstruasi. Hal ini berhubungan dengan perubahan hormonal.
Histerektomi sampai bagian serviks juga diketahui dapat menurunkan
jumlah flora normal. Infeksi yang terjadi setelah histerektomi paling sering
disebabkan oleh Escherichia coli dan kuman Enterococcus.
Traktus genitalia manusia memiliki sistem pertahanan terhadap
invasi mikroorganisme dari lingkungan luar terutama pathogen menular
seksual. Pertahanan pertama terdiri dari kulit dan mukosa, kedua oleh

10
system imun bawaan (innateimmunity) dan ketiga oleh sistem imun adaptif
(adaptiveimmunity).
E. Etiologi
1. Bakterial vaginosis
- Definisi
Bakterial vaginosis merupakan penyebab tersering dari vaginitis (40-45%).
Vaginitis bakterial juga merupakan penyakit yang berhubungan dengan infeksi
seksual seperti infeksi oleh karena Neisseria gonorrhoeae, Clamydia trachomatis,
HIV dan virus herpes simplex tipe 2 (Sessa et al., 2013).
- Epidemiologi
Bakterial vaginosis merupakan penyebab tersering dari vaginitis. Frekuensi
tergantung pada tingkatan sosial ekonomi dan aktivitas seksual. Penelitian-
penelitian sebelumnya telah melaporkan angka kejadian BV di beberapa negara,
diantaranya Thailand 33 %, Afrika-Amerika 22,7 %, London 21 %, Indonesia 17
%, Jepang 14 %, Swedia 14 %, dan Helsinki 12 %.
- Faktor resiko
Oral sex
Merokok
IUD
Berhubungan seksual selama menstruasi
Berganti-ganti pasangan
- Etiologi
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya bakterial vaginosis adalah:
1) Gardnerella vaginalis
Bakteri yang tidak memilki kapsul, tidak bergerak, dan berbentuk batang
gram negatif. Kuman bersifat anaerob fakultatif, memproduksi asam asetat
dari hasil fermentasi.
2) Mobilincus spp dan Bacteriodes spp
Merupakan bakteri anaerob berbentuk batang lengkung. Perannya dalam
menimbulkan bakterial vaginosis lebih jarang dibandingkan dengan
Gardnerella vaginalis.

11
3) Mycoplasma hominis
- Penegakan diagnosis
1) Anamnesis
 Dapat asimptomatis
 Rasa tidak nyaman sekitar vulvavagina (rasa terbakar, gatal), biasanya lebih
ringan daripada yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan Candida
albicans.
 Dispareunia
 Keputihan berbau amis “fishy odor” yang semakin parah setelah
berhubungan seksual dan menstruasi (vagina dalam keadaan basa). Cairan
vagina yang basa menimbulkan terlepasnya amin dari perlekatannya pada
protein dan amin yang menguap tersebut menimbulkan bau amis.
 Tidak ditemukan inflamasi pada vulva dan vagina.
2) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan genitalia eksterna: tidak didapatkan tanda iritasi pada vulva
dan vagina
Pada pemeriksaan inspekulo : didapatkan sekret vagina berwarna putih-abu
abu, tipis, viskositas rendah.

Sekret vagina pada bakterial vaginosis


- Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan preparat basah

12
Dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes NaCl 0,9% pada sekret
vagina diatas objek glass kemudian ditutup dengan coverglass. Diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x untuk melihat Clue cells yang
merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri sehingga
tepinya tidak terlihat jelas. Pemeriksaan ini memilki sensivitas 60% dan
spesifitas 98%.
b) Whiff test
Dinyatakan positif jika bau amis timbul setelah penambahan satu tetes KOH
10-20% pada sekret vagina. Bau amis muncul sebagai akibat pelepasan amin
dan asam organik hasil dari bakteri anaerob.
c) Tes lakmus
Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Ditemukan kadar pH
> 4,5.
d) Pewarnaan gram
Ditemukan penurunan jumlah Lactobacillus dan peningkatan jumlah bakteri
anaerob.
e) Kultur vagina
Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk diagnosis bakterial
vaginosis karena bakteri ini ditemukan hampir 50% pada perempuan normal.
f) Tes proline aminopeptidase yang dihasilkan oleh bakteri anaerob,
karena Lactobacillus tidak menghasilkan zat tersebut.

Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis bakterial vaginosis,


diantaranya adalah:
a) Kriteria Amsel
Kriteria ini memiliki tingkat spresifitas yang lebih tinggi daripada
pewarnaan gram. Kriteria ini paling sering digunakan untuk mendiagnosis
vaginitis bakterial. Diagnosis dapat ditegakkan jika didapatkan minimal tiga
dari empat kriteria.
 Secret vagina yang homogen, putih, dan tipis melekat pada vagina
 pH vagina > 4,5

13
Peningkatan pH dapat menyebabkan terlepasnya amin (trimetilamin).
 Secret vagina yang berbau amis setelah penambahan KOH 10 % (tes
whiff). Tes trimetilamin atau tes whiff positif jika didapatkan bau amis
setelah menambahkan satu tetes 10-20% KOH (potasium hidroxide) pada
sekret vagina.
 Ditemukannya sel Clue pada pemeriksaan mikroskopis
menggunakan preparat salin basah. Pada pemeriksaan sampel pasien
vaginitis bakterial didapatkan adanya peningkatan jumlah kuman
Gardnerella. Sel squamosa normal memiliki ciri selnya runcing diujungnya,
jernih, tepi yang lurus, sedangkan sel Clue memiliki ciri granular, tidak
jernih, dan pinggir yang kasar. Sel Clue adalah sel epitel vagina yang batas
tepinya sudah tidak terlihat jelas karena terdapat banyak bakteri yang
menempel pada permukaan sel tersebut. Ditemukannya sel Clue pada
pemeriksaan mikroskopis memiliki sensivitas 98% dan spesifitas 94,3%.

Pemeriksaan mikroskopis dengan larutan saline. A. Single clue cell (tanda


panah) B. Sel-sel squamosa yang dikelilingi oleh bakteri. Batas sel tidak
jelas.

b) Skor dari pewarnaan Gram (kriteria Nugent) :


Pemeriksaan ini memiliki sensivitas yang lebih tinggi dari kriteria Amsel.
Pewarnaan Gram merupakan metode klasik yang digunakan untuk
mendiagnosis vaginitis bakterial dengan mendeteksi morfologi bakteri.
Sekret vagina dibuat apusan kemudian difiksasi menggunakan penangas

14
atau dengan metanol. Gram positif atau negatif dapat dibedakan berdasarkan
kandungan lipopolisakarida di dinding sel.

Pewarnaan gram c) normal d) vaginitis bakterial dengan perbesaran 1000x

Kriteria yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah morfologi dan


perubahan warna. Lactobacillus ditandai dengan batang gram positif
berukuran besar, G vaginalis atau Bacteroides sp ditandai dengan batang
gram positif berukuran kecil, sedangkan Mobiluncus spp ditandai dengan
batang gram positif dengan bentuk yang melengkung.
Tabel 2. Kriteria Nugent

15
- Patofisiologi
Bakterial vaginosis disebabkan oleh faktor-faktor yang mengubah lingkungan asam
normal di vagina menjadi keadaan basa sehingga terjadi pertumbuhan dari bakteri
anaerob secara berlebihan. Faktor-faktor yang dapat mengubah pH vagina
diantaranya adalah mukus serviks, semen, darah menstruasi, douching, pemakaian
antibiotik, dan perubahan hormonal saat kehamilan dan menopause. Metabolisme
bakteri anaerob yang meningkat menyebabkan lingkungan asam di vagina berubah
menjadi basa dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang
oportunistik.
Pada bakterial vaginosis terjadi simbiosis antara Gardnerella vaginalis sebagai
pembentuk asam amino dan kuman anaerob yang mengubah asam amino menjadi
amin, sehingga pH vagina meningkat (basa) optimal untuk pertumbuhan bakteri
anaerob. beberapa amin diketahui menyebabkan iritasi kulit, mempercepat
pelepasan sel epitel, dan menimbulkan bau busuk pada sekret vagina.
Gardnerella vaginalis melekat pada sel-sel epitel vagina, menimbulkan deskuamasi
sel epitel sehingga terjadi perlekatan duh tubuh pada dinding vagina. Organisme ini
tidak invasif dan respon inflamasi lokal yang terbatas, hal ini dapat dibuktikan
dengan sedikitnya jumlah leukosit dalam sekret vagina atau dengan pemeriksaan
histopatologis.
Bakterial vaginosis yang berulang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
1) Infeksi berulang dari pasangan yang menderita bakterial vaginosis.
Seorang wanita yang terinfeksi G. vaginalis akan menyebarkan bakteri
tersebut pada suaminya, namun tidak menimbulkan uretritis (asimptomatis).
Saat berhubungan seksual, wanita yang sudah menjalani pengobatan akan
terinfeksi kembali jika tidak menggunakan pelindung.
2) Kekambuhan dapat desebabkan oleh mikroorganisme yang hanya
dihambat pertumbuhannya namun tidak dibunuh.
3) Kegagalan pengobatan untuk mengembalikan Lactobacillus sebagai
flora normal.
4) Menetapnya mikroorganisme lain yang bersifat patogen.
- Penatalaksanaan

16
1) Terapi sistemik
a) Metronidazol
Wanita normal : 2x500 mg selama 7 hari
Wanita hamil : 3x200-250 mg selama 7 hari
b) Clindamycin
Wanita normal : 2x300 mg selama 7 hari
2) Terapi topikal
a) Metronidazol gel intravagina (0,75%) 5 gram, 2 kali sehari
selama 5 hari
b) Clindamycin krim (2%) 5 gram intravagina, malam hari
selama 7 hari

2. Candidiasis
- Definisi
Kandidiasis vulvovaginitis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada daerah vulva
dan vagina yang disebabkan oleh adanya berbagai jenis Candida, secara sekunder
bisa juga terjadi akibat penurunan daya tahan tubuh seseorang, ditandai oleh adanya
secret bewarna putih serta adanya rasa gatal di daerah vagina.
- Epidemiologi
Lebih dari 50% wanita yang umurnya lebih dari 25 tahun terserang kandidiasis
vulvovaginitis, kurang dari 5% dari wanita mengalami kekambuhan. Infeksi
biasanya karena C. albicans.
- Faktor Resiko
Faktor endogen
 Kehamilan, karena perubahan pH vagina
 Diabetes Mellitus, HIV/AIDS
 Pemberian antimikroba yang intensif (yang mengubah flora bakteri normal)
 Terapi progesterone, kontrasepsi
 Terapi kortikosteroid
 Immunodefisiensi
Faktor eksogen

17
 Kebersihan diri
 Kontak dengan penderita, yang punya aktifitas seksual tinggi
maupun yang tidak punya, baik muda maupun tua.
- Etiologi
Antara 85-90% dariyeast strain yang diambil sebagai sampel didapatkan adanya
Candida albicans, sedang kasisanya sebanyak 12-14 % merupakan non Candida
albicans, yang umum ditemukan yaitu Candida glabrata, Candida glabrata
ditemukan pada 10-20 % wanita, dari 15-17% dari keseluruhan vaginitis, dan jarang
yang disebabkan oleh Candida parapsilosis, Candida tropicalis, dan Candida krusei.
Penyebab banyaknya Candida albicans yang menginfeksi vagina dibandingkan non
albicans adalah faktor virulensi dari Candida albicans itu sendiri, dimana Candida
albicans melekat jauh lebih kuat pada epitel-epitel vagina dibandingkan dengan
yang lainnya.
- Gejala klinis
Pada kandidiasis vulvovaginitis dapat timbul gejala berikut ini :
 Rasa gatal / iritasi serta keputihan tidak berbau atau kadang
berbamasam ( asam )
 Discharge berwarna putih seperti susu pecah dan kental
 pada vulva dan vagina terdapat tanda-tanda radang disertai maserasi,
pseudomembran, fisura, lesi satelit papulo pustular. Labia mayor tampak
bengkak, merah dan ditutupi oleh lapisan putih yang menunjukkan
maserasi.

18
Kandidiasis vulvovaginitis

- Penatalaksanaan
Pemberian Obat Anti Jamur
Pengobatan kandidiasis vulvovagina dapat dilakukan secara topikal maupun
sistemik. Obat anti jamur tersedia dalam berbagai bentuk yaitu : krim, tablet vagina,
suppositoria dan tablet oral.
Sistemik:
Obat anti jamur sistemik terdiri dari golongan azoles merupakan agen fungistatik
sintetik dengan aktivitas spektrum luas. Obat-obat yang dapat diberikan adalah
ketokonazol, itrakonazol dan flukonazol:
- Ketokonazol 400 mg selama 5 hari
- Itrakonazol 200 mg selama 3 hari atau 400 mg dosis tunggal
- Flukonazol 150 mg dosis tunggal

Topikal:
Butoconazole, clotrimazole, miconazole, tioconazole dan terconazole adalah obat
topical dari golongan azoles.. Nistatin dari golongan antibiotik polin makrolid pula
bekerja dengan mengganggu permeabilitas dan fungsi transportasi di membran sel
jamur. Obat-obat topical tersedia dalam bentuk krim, ointment, tablet vagina dan
suppositoria diberikan secara intravaginal.

3. Trikomoniasis
- Definisi

19
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan
parasit uniselluler Trichomonas vaginalis (T.vaginalis). Penyakit ini mempunyai
hubungan dengan peningkatan serokonversi virus HIV pada wanita. T.vaginalis
biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus
urogenitalis bagian bawah, baik pada wanita maupun laki-laki. Parasit ini dapat
ditemukan pada vagina, urethra, kantong kemih atau saluran parauretral (Van der
Pol, 2007).
- Epidemiologi
Prevalensi trikomoniasis di seluuh dunia setiap tahunnya berkisar antara 170 juta
hingga 180 juta. Menurut WHO, insidemsi trikomoniasis di seluruh dunia
mencapai 170 juta setiap tahunnya (WHO, 2001). Trikomoniasis sering ditemukan
pada usia remaja dan dewasa yang aktif secara seksual. Pada remaja perempuan,
trikomoniasis lebih sering ditemukan dibandingkan dengan gonore (Hupert, 2009).
Menurut National Longitudinal Study of Adolescent Health Study prevalensi
trikomoniasis pada usia 18-24 tahun adalah 2,3%, usia 25 tahun keatas adalah 4%
(Danesh, 1995).
- Faktor Resiko
Faktor resiko trikomoniasis meliputi:
1) Wanita beresiko lebih tinggi dibandingkan pria
2) Berganti-ganti pasangan
3) Riwayat dan atau sedang mengalami penyakit menular seksual
4) Tidak menggunakan barier kontrasepsi
- Etiologi
Penyebab trikomoniasis ialah Trichomonas vaginalis yang merupakan satu-satunya
spesies Trichomonas yang bersifat patogen pada manusia dan dapat dijumpai pada
traktus urogenital (Djajakusumah, 2009). T. vaginalis merupakan flagelata
berbentuk filiformis, berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak
seperti gelombang (Djuanda, 2009).

20
Tropozoit Trichomonas vaginalis

- Patofisiologi
T. vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital
dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. T. vaginalis
ditemukan pada lumen dan mukosa traktur urinarius, flagellanya menyebabkan
tropozoit berpindah ke vagina dan jaringan uretra. T. vaginalis akan lebih lekat pada
mukosa epitel vagina atau urethra dan menyebabkan lesi superficial dan sering
menginfeksi epital skuamous. Parasit ini akan menyebabkan degenerasi dan
deskuamasi epitel vagina. T. vaginalis merusakkan sel epitel dengan kontak
langsung dan produksi bahan sitotoksik. Parasit ini juga akan berkombinasi dengan
protein plasma hostnya maka ia akan terlepas dari reaksi lytik pathway complemen
dan proteinase host (Parija, 2004).
T. vaginalis adalah organisme anaerobik maka energi diproduksi melalui fermentasi
gula dalam strukturnya yang dikenal sebagai hydrogenosome. T. vaginalis
memperoleh makanan melalui osmosis dan fagositosis. Perkembangbiakannya
adalah melalui pembelahan diri (binary fision) dan intinya membelah secara mitosis
yang dilakukan dalam 8 hingga 12 jam pada kondisi yang optimum. Trichomanas
ini cepat mati pada suhu 50°C dan jika pada 0°C dapat bertahan sampai 5 hari.
Masa inkubasi 4 – 28 hari serta pertumbuhannya baik pada pH 4,9 – 7,5. Parasit ini
bersifat obligat maka sukar untuk hidup di luar kondisi yang optimalnya dan perlu
jaringan vagina, urethra atau prostat untuk berkembangbiak (Parija, 2004).
- Penegakan Diagnosis
1) Anamnesis

21
Pada wanita yang simptomatik sering ditemukan gejala sebagai berikut
(Adriyani, 2006):
a) Discharge vagina berwarna kuning kehijauan berbuih, berbau busuk
berjumlah banyak
b) Gatal-gatal atau rasa panas pada vagina
c) Rasa sakit dan perdarahan sewaktu berhubungan seksual
d) Jika terjadi urethritis maka gejala yang timbul adalah disuria dan
frekuensi berkemih meningkat
e) Sakit perut bagian bawah
2) Pemeriksaan Fisik (Swygard et al., 2004).
Pada pemeriksaan dengan menggunakan speculum ditemukan:
a) Colpitis macularis atau strawberry cervix, yaitu merupakan lesi
berupa bintik makula eritematosa yang difus pada serviks. Namun, lesi ini
hanya terlihat pada 1-2% kasus tanpa menggunakan kolposkopi. Dengan
menggunakan kolposkopi lesi ini terdeteksi sampai dengan 45% kasus.
b) Discharge purulen berwarna kuning kehijauan berbuih, berbau
busuk berjumlah banyak. Colpitis macularis dan keputihan yang berbusa
bersama-sama memiliki spesifisitas 99% dan secara sendiri-sendiri
memiliki nilai prediksi positif (positive predictive value) 90% dan 62%.
c) Erithema pada vagina, dan serviks. Serviks terkadang rapuh.

Colpitis macularis
3) Pemeriksaan Penunjang
a) pH vagina

22
Penentuan pH vagina dengan cara menempelkan swab dengan sekresi
vagina pada kertas pH. pH vagina normal secara praktis menunjukkan
diagnosis trikomoniasis negatif. pH lebih dari 4.5 ditemukan pada
trikomoniasis dan vaginosis bacterial.
b) Tes Whiff
Tes ini berguna untuk menyingkirkan kemungkinan vaginosis bakterial.
c) Sediaan Basah (Wet mount)
Pemeriksaan dengan sediaan garam basah melalui mikrokoskop terhadap
secret vagina yang diusapkan pada objek glass dapat mengidentifikasi
protozoa yang berbentuk seperti tetesan air, berflagela, dan
bergerak. Pemeriksaan ini juga dapat menemukan clue cells (tanda adanya
penyakit vaginosis bacterial). Sensitivitas pemeriksaan ini mencapai 40-
60%. Sedangkan spesifisitas dapat mencapai 100% jika sediaan garam
basah segera dilihat di bawah mikroskop.
- Penatalaksanaan
Terapi definitif untuk trikomoniasis adalah dengan menggunakan nitroimidazole
(metronidazole, tinidazole, ornidazole, carnidazole, dan nimorazol). Pada
penelitian metaanalisis dengan menggunakan nitroimidazole (mayoritas
menggunakan metronidazole atau tinidazole) untuk terapi trikomoniasis jangka
pendek atau panjang, tingkat kesembuhan secara parasitologis mencapai 90% kasus
(Swygard et al., 2004)

4. Vaginitis Gonorea
- Definisi

Gonore adalah semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Pada
permulaan ditandai dengan keluarnya nanah dari OUE (orifisium uretra eksternum)
sesudah melakukan hubungan kelamin.

- Etiologi

23
N. gonorrhoeae merupakan bakteri diplokokus (selalu berpasangan 2 buah) gram
negatif (bakteri tahan asam) biasanya disingkat BTA. Bentuknya seperti biji kopi
dengan panjang 1,6µm, lebar 0,8µm, dan diameter 0,6-1,0µm. N. gonorrhoeae
memiliki sifat tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering,
tidak tahan zat desinfektan, tidak tahan suhu >39ºC. Sasarannya adalah sel epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur).

- Patogenesis

Bakteri melekat pada sel target, kemudian gonokokus berpenetrasi ke dalam sel
epitel dan melalui jaringan subepitel di mana gonokokus ini terpajan ke system
imun (serum, komplemen, IgA, dll), juga fagositosis oleh neutrofil. Virulensi
bergantung pada tipe dari N.gonorrhoeae, selain itu juga tergantung pada resistensi
terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh leukosit PMN.
Selain pili, faktor yang mendukung virulensi adalah perotein membran bagian luar,
lipopolisakarida (untuk N. gonorrhoeae disebut lipooligosakarida), dan protease
IgA.

-Gambaran Klinik

Masa tunas gonore sangat singktat pada pria, sekitar 2-5 hari. Sedangkan pada
wanita masa tunasnya sulit untuk ditentukan karena pada umumnya asimtomatik,
dan dapat timbul flour albus.

Berikut ini beberapa gejala gonore pada wanita:

a. Gejala utama meliputi duh tubuh vagina yang berasal dari endoservisitis, di mana
purulent, tipis, dan agak berbau. Beberapa pasien dengan servisitis gonore, kadang
mempunyai gejala yang minimal.

b. Disuria atau keluar sedikit duh tubuh dari uretra yang mungkin disebabkan oleh
uretritis yang menyertai servisitis.

c. Dispareunia dan nyeri perut bagian bawah. Jika servisitis gonore asimtomatis,
maka dapat berkembang menjadi PID (pelvic inflammatory disease). Nyeri ini bisa

24
merupakan akibat dari menjalarnya infeksi ke endometrium, tuba fallopi, ovarium
dan peritoneum. Nyeri bisa bilateral, unilateral, dan tepat di garis tengah tubuh.
Dapat disertai panas badan, mual, dan muntah.

d. Nyeri perut bagian kanan atas dari perihepatitis (Fitz-HughCurtis syndrome) bisa
terjadi melalui penyebaran bakteri ke atas lewat peritoneum.

- Penatalaksanaan

Ceftriaxone 250 mg IM sigle dose

Cefixime 400 mg per oral sigle dose

Azitromicyn 1 gram per oral sigle dose

Doxycycline 100 mg per oral selama 7 hari

25
5. Vaginitis Atrophic
Vagina merupakan indikator biologis yang sensitif dari penurunan dan
rendahnya kadar estrogen pada wanita postmenopause, 40 % wanita post
monopause memiliki gejala vaginitis atrophic. Hilangnya produksi estrogen
ovarium berhubungan dengan atrofi vagina, dan perburukan keadaan
hipoestrogenik. Perempuan postmenopause yang aktif secara seksual dilaporkan
memiliki gejala yang lebih sedikit dan kejadian atrofi vagina lebih jarang serta
terbukti memiliki kadar androgen yang sedikit lebih tinggi. Hilangnya rugae dan
menipisnya epitel vagina akan tampak pada 2– 3 tahun postmenopause. Hilangnya
rugae tersebut terjadi akibat terurainya jaringan penyokong kolagen pada epitel
vagina. Keringnya vagina terjadi pada awal periode postmenopause dan paling
banyak dirasakan oleh perempuan yang aktif secara seksual, dengan konsekuensi
timbulnya rasa nyeri atau dispareunia saat bersanggama. Wanita postmenopause
memiliki laju produksi cairan vagina kurang lebih 0,0825 g per 15 menit,
dibandingkan 0,214 g pada wanita usia reproduksi. Sebagian besar lendir vagina
pada wanita postmenopause dihasilkan dari epitel vagina.
Kadar pH vagina perempuan premenopause kurang dari 4,5, yang
disebabkan adanya produksi asam laktat oleh organisme laktobaksilus. PH tersebut
akan meningkat menjadi 6 atau lebih pada perempuan postmenopause akibat
menurunnya koloni laktobasilus di vagina yang terjadi sekunder akibat
berkurangnya sel superfisial, dengan dampak kemudian berupa menurunnya
produksi glikogen serta penipisan epitel vagina. Akibat kejadian ini vagina
perempuan postmenopause akan dihadapkan pada peningkatan risiko terhadap
infeksi dan peradangan. Uretra dan kandung kemih berhubungan dalam
perkembangan vagina saat masa embrio. Uretra mengandung reseptor estrogen
yang tinggi karena berasal dari jaringan yang sama dengan vagina bagian distal .
Setelah menopause, akan terjadi atropi uretra yang ditandai dengan meningkatnya
epitel sel transisional yang terjadi bersamaan dengan menurunnya sel skuamosa
intermediate dan superfisial.
Penurunan estrogen dalam darah pada masa transisi menopause berkaitan erat
dengan: berkurangnya bakteri laktobasilus vagina, peningkatan pH, perubahan

26
morfologi epitel, menurunnya vaskularisasi dan berkurangnya sekresi cairan di
vagina.

- Faktor Pedisposisi
 Monopause
 Menurunnya fungsi ovarium : terapi radiasi, kemoterapi
 Penyakit imun
 Oophorectomy
 Postpartum kehilangan plasental estrogren
 Meningginya prolactin selama menyusui
 Medikamentosa yang berhubungan dengan antiestogren
 Merokok
 Fluktuasi level estrogren
 Vaginal nulipariti
- Gejala :

Genital:

 Dryness
 Gatal
 Panas
 Dispareunia
 Keputihan dengan rasa panas
 Vulvar pruritus
 Yellow malodorous discharge

Urinary:

 Disuria
 Hematuria
 ISK
 Inkotinensia
- Tanda :

27
Genital:
 Kehilangan elastisitas atau turgor kulit
 Vulvar dermatoses
 Vulvar lesion
 Vulvar eritem
 Peteki

Urethral:

 Uretral caruncle
 Sistokel
 Ekimoses
 Uretral polyp
- Pengobatan
Estrogren replacement
Pelembab
Lubrikan

28
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, D J. Genitourinary Immune Defense. Dalam: Holmes K K, Sparling P F,


StammW E,Piot P, Wasserheit J N, Corey L, Cohen M S, Watts D H,

editor: Sexually Transmitted Diseases, 4rded. New York; McGraw-Hill,


2008.Hal: 271-286.
Huppert JS. Trichomoniasis in teens: an update. Curr Opin Obstet Gynecol. Oct
2009;21(5):371-8. [Medline].
Kaushic C. The Role of theLocal Microenvironmentin Regulating Susceptibility
and Immune Responses to Sexually Transmitted Viruses in the Female
Genital Tract. J Reprod Immunol.2009; 83: 168-172
Lamont, R.F., Akins, J.D., Hassan, S.S., Chaiworapongsat., Romero. 2011. The
vaginal microbiome : new information about genital tract flora using
molecular based technique. BJOG. 118: 533-549. (Srinivasan dan
Fredricks, 2008).
Ronnovist, P.D., Forsgren, U.B., Grahn, E.E. 2006. Lactobacilli in the female
genital tract in relation to other genital microbes and vaginal pH. Acta
Obstetry Gynecology. 85: 726-735.
Russel M W, Bobek L A, Brock J H, Hajishengallis G, Tenovuo J. Innate Humoral
Defense Factors. Dalam: Mesteckyj, Lamm M F, Strober W, Bienenstock
rd
J, McGhee JR, Mayer L. Mucosal Immunology, 3 ed. USA; Elsevier
Academic Press, 2005.Hal: 73-93.
Sessa, R., Sciavoni, G., Galdiero, M., Cipriani, P., Romano, S., Zagaglia, C. 2006.
Chlamidia pneumoniae in asymptomatic carotid atherosclerosis. Int J
Immunopathology Pharmacology. 19 : 111-118.
Srinivasan, S., Fredricks, D.N. 2008. The human vaginal bacterial biota and
bacterial vaginosis. Interdiscip. Perspect. Infect. Dis. 750.
Van der Pol B. Trichomonas vaginalis infection: the most prevalent nonviral
sexually transmitted infection receives the least public health
attention. Clin Infect Dis. Jan 1 2007;44(1):23-5

29

Anda mungkin juga menyukai