TEKNIK SIPIL
b. Teknik sungai secara spesifik (spesifik river engineering). Teknik sungai secara spesifik
adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan air sungai untuk berbagai macam tujuan antara lain
untuk tujuan pengendalian banjir, irigasi, tenaga air, drainase, water supply navigasi dan
sebagainya.
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan
berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen
siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi
secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Siklus hidrologi
diberi batasan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan
kembali lagi ke atmosfer : evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi
untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun dalam tubuh air, dan
evaporasi kembali.
Presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan batu es, hujan, dan lain-lain), jatuh ke atas
vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, permukaan air dan saluran-saluran sungai
(presipitasi saluran). Air yang jatuh pada vegetasi mungkin diintersepsi (yang kemudian
berevaporasi dan/atau mencapai permukaan tanah dengan menetes saja maupun sebagai
aliran batang) selama suatu waktu atau secara langsung jatuh pada tanah (through fall = air
tembus) khususnya pada kasus hujan dengan intensitas yang tinggi dan lama. Sebagian
presipitasi berevaporasi selama perjalanannya dari atmosfer dan sebagian pada permukaan
tanah. Sebagian dari presipitasi yang membasahi permukaan tanah berinfiltrasi ke dalam
tanah dan bergerak menurun sebagai perkolasi ke dalam mintakat (zone) jenuh di bawah
muka air tanah. Air ini secara perlahan berpindah melalui akifer ke saluran-saluran sungai.
Beberapa air yang berinfiltrasi bergerak menuju dasar sungai tanpa mencapai muka air tanah
sebagai aliran bawah permukaan. Air yang berinfiltrasi juga memberikan kehidupan pada
vegetasi sebagai lengas tanah. Beberapa dari lengas ini diambil oleh vegetasi dan transpirasi
berlangsung dari stomata daun.
Setelah bagian presipitasi yang pertama yang membasahi permukaan tanah dan berinfiltrasi,
suatu selaput air yang tipis dibentuk pada permukaan tanah yang disebut dengan detensi
permukaan (lapis air). Selanjutnya, detensi permukaan menjadi lebih tebal (lebih dalam) dan
aliran air mulai dalam bentuk laminer. Dengan bertambahnya kecepatan aliran, aliran air
menjadi turbulen (deras). Air yang mengalir ini disebut limpasan permukaan. Selama
perjalanannya menuju dasar sungai, bagian dari limpasan permukaan disimpan pada depresi
permukaan dan disebut cadangan depresi. Akhirnya, limpasan permukaan mencapai saluran
sungai dan menambah debit sungai. Air pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung
ke atmosfer atau mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian,
air ini nampak kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi. Sebagaimana dapat dilihat
dari Gambar dan penjelasan singkat tentang Siklus hidrologi di atas, tangkapan daerah
aliran sungai terhadap presipitasi merupakan keluaran dari saling-tindak semua proses ini.
Limpasan nampak pada sistem yang sangat kompleks setelah pelintasan presipitasi melalui
beberapa langkah penyimpanan dan transfer.
2. Konservasi Air
Air adalah elemen penting yang menjamin eksistensi kehidupan di bumi. Jika dulu air hanya
digunakan untuk konsumsi, pertanian, dan transportasi, maka sekarang air telah banyak
digunakan secara luas mulai dari industri, rekreasi, pertambangan, dan sebagainya.
Sekalipun air adalah sumber daya yang dapat diperbaharui, kita tidak boleh memanfaatkan
air secara berlebihan tanpa adanya upaya konservasi air demi memenuhi kebutuhan makhluk
hidup di masa kini maupun masa yang akan datang. Konservasi air pada prinsipnya adalah
penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur
waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu
musim kemarau.
Konservasi Sumber Daya Air (SDA) adalah upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam
kuantitas dan kualitas yang memadai untuk kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu
sekarang maupun yang akan datang. Konservasi sumber daya air ini, tidak hanya sebatas air
yang ada di permukaan, tapi juga air yang ada di bawah permukaan tanah.
Secara umum tujuan dari konservasi sumber daya air ini adalah:
3. Sempadan Sungai
Sempadan sungai (riparian zone) adalah zona penyangga antara ekosistem perairan (sungai)
dan daratan. Zona ini umumnya didominasi oleh tetumbuhan dan/atau lahan basah.
Tetumbuhan tersebut berupa rumput, semak ataupun pepohonan sepanjang tepi kiri dan/atau
kanan sungai.
Sempadan sungai yang demikian itu sesungguhnya secara alami akan terbentuk sendiri,
sebagai zona transisi antara ekosistem daratan dan ekosistem perairan (sungai). Namun
karena ketidak pahaman tentang fungsinya yang sangat penting, umumnya di perkotaan,
sempadan tersebut menjadi hilang didesak oleh peruntukan lain. Sempadan sungai yang
cukup lebar dengan banyak kehidupan tetumbuhan (flora) dan binatang (fauna) di dalamnya
merupakan cerminan tata guna lahan yang sehat pada suatu wilayah.
Tujuan penetapan sempadan sungai adalah sebagai upaya melindungi sungai agar fungsi
sungai dapat berlangsung secara berkelanjutan. Adapun fungsi sungai sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai meliputi 2
(dua) fungsi utama yaitu:
a. Bagi kehidupan manusia, berupa manfaat keberadaan sungai sebagai penyedia air dan
wadah air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sanitasi lingkungan, pertanian,
industri, pariwisata, olah raga, pertahanan, perikanan, pembangkit tenaga listrik,
transportasi, dan kebutuhan lainnya;
b. Bagi kehidupan alam, berupa manfaat keberadaan sungai sebagai pemulih kualitas air,
penyalur banjir, dan pembangkit utama ekosistem flora dan fauna.
4. Daerah Aliran Sungai
DAS sendiri didefinisikan sebagai satu hamparan wilayah dimana air hujan yang jatuh di
wilayah itu akan menuju ke satu titik outlet yang sama, apakah itu sungai, danau, atau laut.
Jadi jika air hujan yang jatuh di rumah Anda mengalir ke selokan dan menuju ke Sungai,
maka Anda adalah warga DAS daerah tersebut. Itu artinya, jika air sungai meluap dan
menggenangi dataran banjir di sekitarnya, maka Anda (air hujan dari persil lahan Anda)
punya kontribusi terhadap terjadinya banjir itu. Dalam perspektif ilmu lingkungan, setiap
warga DAS berpotensi menghasilkan eksternalitas negatif dari sisi hidrologi.
Kita sebagai warga DAS, tidak menanggung akibat eksternal dari air hujan yang jatuh di
persil lahan kita dan keluar dari persil kita sebagai aliran permukaan. Biaya eksternalitas itu
ditanggung oleh warga yang kebanjiran antara lain dalam berbagai bentuk ketidaknyamanan,
kerugian harta dan materi, bahkan jiwa. Dari perspektif tersebut, maka setiap warga DAS
perlu melakukan apa yang dalam ilmu lingkungan disebut sebagai internalisasi, yaitu
melakukan “sesuatu” di persil lahan yang dimiliki atau dikuasai, sehingga bagian air hujan
yang jatuh di persil lahan kita menimbulkan eksternalitas negatif yang seminimal mungkin.
Suatu “daerah aliran sungai” atau DAS adalah sebidang lahan yang menampung air hujan
dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan akhirnya bermuara ke danau atau laut. Batas
DAS adalah punggung perbukitan yang membagi satu DAS dengan DAS lainnya
Gambar 1. Skema sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS).
Karena air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah sepanjang lereng
maka garis batas sebuah DAS adalah punggung bukit sekeliling sebuah sungai. Garis batas
DAS tersebut merupakan garis khayal yang tidak bisa dilihat, tetapi dapat digambarkan pada
peta.
Batas DAS kebanyakan tidak sama dengan batas wilayah administrasi. Akibatnya sebuah
DAS bisa berada pada lebih dari satu wilayah administrasi. Ada DAS yang meliputi wilayah
beberapa negara (misalnya DAS Mekong), beberapa wilayah kabupaten (misalnya DAS
Brantas), atau hanya pada sebagian dari suatu kabupaten. Tidak ada ukuran baku (definitif)
suatu DAS. Ukurannya mungkin bervariasi dari beberapa hektar sampai ribuan hektar. DAS
Mikro atau tampungan mikro (micro catchment) adalah suatu cekungan pada bentang lahan
yang airnya mengalir pada suatu parit. Parit tersebut kemungkinan mempunyai aliran selama
dan sesaat sesudah hujan turun (intermitten flow) atau ada pula yang aliran airnya sepanjang
tahun (perennial flow). Sebidang lahan dapat dianggap sebagai DAS jika ada suatu titik
penyalur aliran air keluar dari DAS tersebut.
Sebuah DAS yang menjadi bagian dari DAS yang lebih besar dinamakan sub DAS;
merupakan daerah tangkapan air dari anak sungai. DAS dapat dibagi ke dalam tiga
komponen yaitu: bagian hulu, tengah dan hilir. Ekosistem bagian hulu merupakan daerah
tangkapan air utama dan pengatur aliran. Ekosistem tengah sebagai daerah distributor dan
pengatur air, sedangkan ekosistem hilir merupakan pemakai air. Hubungan antara
ekosistem-ekosistem ini menjadikan DAS sebagai satu kesatuan hidrologis. Di dalam DAS
terintegrasi berbagai faktor yang dapat mengarah kepada kelestarian atau degradasi
tergantung bagaimana suatu DAS dikelola. Di pegunungan, di dataran tinggi dan dataran
rendah sampai di pantai dijumpai iklim, geologi, hidrologi, tanah dan vegetasi yang saling
berinteraksi membangun ekosistem. Setiap ekosistem di dalam DAS memiliki komponen
hidup dan tak-hidup yang saling berinteraksi. Memahami sebuah DAS berarti belajar tentang
segala proses-proses alami yang terjadi dalam batas sebuah DAS.
5. Morfologi Sungai
Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari tentang geometri, jenis, dan perilaku sungai
dengan segala aspek pembahasannya dalam dimensi ruang dan waktu menyangkut sifat
dinamik sungai dan lingkungannya yang saling berkaitan.Sifat-sifat sungai sangat
dipengaruhi oleh luas dan bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) seerta kemiringan sungai.
Data-data mengenai morfologi sungai merupakan salah satu dari beberapa jenis data
hidraulik yang diperlukan untuk mendesain bangunan teknik sipil di sungai.
Berbagai macam pekerjaan sipil di bidang persungaian:
Perbaikan dan pengaturan sungai
Pemanfaatan air sungai untuk berbagai tujuan
Pengembangan wilayah sungai
Perbaikan dan pelestarian lingkungan sungai
Navigasi
Teknik sungai memberikan gambaran mengenai berbagai macam sifat sungai dan
berdasarkan pengetahuan ini, maka peranan perencanaan bangunan dan pekerjaan sipil
menjadi sangat penting dengan tujuan pemanfaatan air sungai maupun sungainya sendiri.
Karena karakter sungai berbeda-beda dan cenderung memiliki sifat khusus, maka desain dan
metode pelaksanaan pekerjaan mungkin akan berbeda antara sungai yang satu dengan yang
lainnya. Demikian pula dalam penanganan perbaikan atau pengembangan sungai, metode
yang diterapkan di bagian hulu akan berbeda di bagian hilir, bahkan perbaikan tebing kiri
dan tebing kanan kemungkinan dakan berbeda pula.
Secara umum dapat dikatakan bahwa studi mengenai morfologi sungai adalah untuk
mencoba menguraikan mengenai tipe-tipe raut muka (typical features) daripada sungai-
sungai itu sendiri, yang dipengaruhi oleh 3 dimensi, yaitu:
Pengaruh waktu ke waktu
Pergerakan air yang membawa endapan (sediment) maupun puing-puing (debris atau
ruins)
Pegaruh fenomena alam