Anda di halaman 1dari 25

I.

JUDUL
PERANCANGAN PUSH BACK PADA TAMBANG TERBUKA
BATUBARA DI PT. BUMI RANTAU ENERGI
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

II. LATAR BELAKANG MASALAH


Sektor usaha pertambangan khususnya dalam skala besar adalah salah
satu sektor usaha yang juga membutuhkan modal yang besar. Kebutuhan modal
yang besar itu menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan
penambangan yang akan dilakukannya dapat menghasilkan keuntungan yang
sebesar-besarnya dengan pengembalian modal secepat mungkin. Oleh karena
itu, untuk mewujudkannya, diperlukan perencanaan yang matang dengan
mempertimbangakan banyak faktor penting sebelum penambangan itu dilaksana
kan.

Dari tahapan suatu desain perancangan tambang, adanya pentahapan


penambangan (push back) yaitu tahapan awal perencanaan tambang dimana
dilakukan pembagian pit mejadi unit lebih kecil dengan tujuan untuk
mempermudah pengaturan penambangan, yang melibatkan beberapa hal antara
lain penyebaran bahan galian, geometri, pit limit, dan lain-lain.

Penambangan Batubara oleh PT. Bumi Rantau Energi dilakuakan sistem


tambang terbuka (surface mining) adalah metode penambangan yaang segala
kegitan atau aktifitas penambangan dilakaukan di atas atau relatif dengan
permukan bumi, tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar.
Bentuk endapan dan penyebarannya, distribusi kuwalitas batubara (nilai kalor,
kadar abu dan lain-lain), adalah sebagian faktor yang akan mempengaruhi proses
pengambilan keputusan dalam merencanakan suatu urutan penambangan yang
tepat sehingga mampu menghasilkan kekayaan mineral secara aman dengan
tingkat keuntungan optimal.

1
III. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah mengumpulkan data-
data yang akurat melalui pengamatan langsung terhadap kondisi struktur geologi
dan keadaan topografi serta melakukan penelitian terhadap bentuk perlapisan
batubara, arah perlapisan, distribusi nilai kalori, stripping ratio, geometri lereng,
pit limit, dan lain-lain.Data yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut
digunakan sebagai dasar untuk penentuan perencanaan push back yang tepat
dengan memperhatikan faktor teknis dan faktor ekonomis.
IV. BATASAN MASALAH
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :
1. Rancangan tahapan penambangan difokuskan pada kriteria teknis,
tidak membahas segi lingkungan.
2. Tidak membahas mengenai geoteknik penambangan (rancangan
geometri lereng), geometri peledakan, geometri jalan serta kualitas
dari pada bahan galian (batubara), data-data tersebut merupakan data
yang telah diperhitungkan oleh perusahaan.
3. Data rancangan desain Pit mengacu pada data yang digunakan oleh
perusahaan dalam membuat rancangan push back penambangan.
V. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat membuat suatu perencangan
push back pada lokasi tambang terbuka batubara, setelah mempertimbangkan
banyak faktor terkait sehingga memberikan perencanaan produksi yang tepat
untuk memperoleh hasil penambangan secara aman dan menguntungkan.
VI. METODE PENELITIAN
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggabungkan antara teori
dengan data-data di lapangan baik pengamatan secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga didapat pendekatan penyelesaian masalah.

2
Adapun urutan pekerjaan penelitian ditunjukan pada (Gambar 6.1).

STUDY LITERATUR

METODE PENELITIAN

PENGUMPULAN DATA

DATA SEKUNDER
DATA PRIMER
1. Peta lokasi penelitian
1. Jam kerja efektif.
2. Peta topografi dan
2. Cycle time.
regiologi regional
3. Dokumentasi lapangan
3. Targaet produksi
4. Data curah hujan
5. Data geoteknik
6. Desain Final Pit

PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DATA

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Gambar 6.1. Diagram alir penelitia

3
1. Pengumpulan data
a. Data primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama.
Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-
file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah
teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau
orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data.
(Umi Narimawati 2008;98).

b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi
yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah
catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri
oleh media, situs Web, internet dan seterusnya (Uma Sekaran, 2011).

2. Cara memperoleh data


a. Interview (wawancara)
Interview (wawancara) adalah tanya jawab dengan pihak yang terkait
secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian.
b. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, dilakukan dokumentasi dari kegiatan pengolahan
yang berhubungan dengan penelitian.
c. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung bagaimana kinerja total station
pada area penambangan PT. Bumi Rantau Energi.
d. Studi pustaka
Dalam penelitian yang dilakukan, digunakan buku literatur yang
mendukung data yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan
penelitian ini.

4
3. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul baik dari studi literatur maupun dari pengambilan
data dilapangan di kelompokkan berdasarkan jenis dan kegunaannya, sehingga
akan terlihat apakah terjadi penyimpangan atau tidak. Jika terjadi penyimpangan
data yang cukup tinggi maka pengambilan data harus semakin banyak sehingga
dapat diambil rata-rata yang mewakili keadaan.
Data-data tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan
pertama/sementara. Kemudian dilakukan pengecekan kembali atau diteliti ulang
apakah kesimpulan tersebut cukup baik
4. Kesimpulan
Dari kesimpulan pertama didapatkan penyelesaian dari permasalahan yang
timbul dari penelitian ini
VII. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diperleh dari penelitian ini adalah
1. Dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang ilmu pengetahuan
yang telah dipelajari di perkuliahan dengan praktek di lapangan.
2. Dapat mendorong pengembangan ilmu pengetahuan yang akan
memperluas bagi pengembangan inovasi atau penemuan baru.
3. Membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah perancangan
tambang ntuk mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh.

VIII. DASAR TEORI


8.1 Perencanaan dan Perancangan Tambang Terbuka
Rancangan dan perencanaan tambang terbuka mutlak dilakukan sebelum
kegiatan penambangan dimulai. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
perencanaan ini (Soderberg dan Rausch, 1968; Atkinson,1983 dalam Hartman,
1987) yaitu:
1. Faktor alamiah dan geologi :
Kondisi geologi, jenis bijih, kondisi hidrologi, topografi, dan karakteristik
metalurgi.

5
2. Faktor ekonomi :
Kadar bijih, tonase bijih, nisbah pengupasan, kadar rata-rata (terendah),
biaya operasi, biaya investasi, keuntungan yang diinginkan, tingkat produksi, dan
kondisi pemasaran.
3. Faktor teknologi :
Peralatan, pit slope, tinggi jenjang, kemiringan jalan, batas properti dan
batas pit.

8.2 Jenis Metode Tambang Terbuka


Tambang terbuka adalah metoda penambangan yang segala aktivitas
penambangannya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan
tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara bebas. Sebelum
penambangan dilakukan perlu adanya kegiatan lapisan tanah penutup karena
bahan galian tidak semuanya langsung tersingkap di permukaan bumi.
Berdasarkan macam material yang ditambang, maka tambang terbuka dibagi
menjadi :

a. Open Pit/Open Cut/Open Cast/Open Mine.


Suatu system penambangan yang diterapkan untuk endapan bijih yang
mengandung logam. Contoh : Tambang Nikel di Pomalla, Sulawesi
Tenggara, mineralnya Garnierite, Tambang Alumunium di Kijang Riau
Kepulauan, mineralnya Gibbsite, Boechmite, Diaspore (Bauksite),
Tambang Tembaga di Earthberg Irian Jaya, mineralnya Calcophyrite dan
Cuprite, Tambang Timah di Pemali Bangka mineralnya Cassiterite, dll.
b. Quarry
Suatu system penambangan yang diterapkan untuk endapan mineral
industry (golongan C). Contoh : Tambang Batu Pualam di Tulung Agung
Jawa Timur batuannya Marmer, Tambang Aspal di Pulau Buton batuannya
batu gamping beraspal, Tambang Granit di Pulau Karimun batuannya
granit, dll.

6
c. Strip Mine
Suatu system penambangan yang diterapkan untuk endapan bijih yang
letaknya horizontal atau sedikit miring. Contoh : Tambang Batubara di
Tanjung Enim Sumatera Selatan, Tambang Batubara di Ombilin Sawah
Lunto Sumatera Barat mineralnya Bituminous Coal, dll.
d. Alluvial Mine
Suatu system penambangan yang diterapkan untuk endapan alluvial.
Contoh : Tambang Bijih Timah di Bangka Belitung mineralnya
Cassiterite, Tambang Bijih Besi di Cilacap mineralnya Magnetite,
Hematite, Ilmenite, dll.

Keuntungan tambang terbuka:


1. Ongkos penambangan per ton atau per BCM bijih lebih murah karena tidak
perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan pencahayaan (illumination)
2. Kondisi kerjanya lebih baik, karena berhubungan langsung dengan udara
luar dan sinar matahari
3. Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa,
sehingga produksinya bisa lebih besar
4. Pemakaian bahan peledak dapat lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih
baik, karena :
a. Adanya bidang bebas (free face) yang lebih banyak
b. Gas-gas beracun yang dapat ditimbulkan oleh peledakan dapat
dihembus angin dengan cepat (tidak terakumulasi)
5. Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan
dapat dilihat dengan jelas relatif lebih aman, karena bahaya yang mungkin
timbul terutama akibat kelongsoran, sedangkan pada tambang bawah tanah
selain kelongsoran juga disebabkan oleh adanya gas-gas beracun, kebakaran
dll.
6. Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah.

7
Kerugian tambang terbuka antara lain:
1. Para pekerja akan langsung dipengaruhi oleh keadaan cuaca, dimana hujan
yang lebat at au suhu tinggi akan mengakibatkan efisiensi kerja menurun
2. Kedalaman penggalian terbatas, karena semakin dalam penggalian akan
semakin banyak overburden harus dipindahkan
3. Timbul masalah dalam mencari tempat pembuangan tanah penutup yang
jumlahnya cukup banyak
8.3 Metode Penambangan Terbuka Batubara
Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada
letak endapan, dan alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik penambangan
pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan topografi daerah yang akan
ditambang.

8.3.1 Contour mining

Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara yang relatif


datar dan tersingkap di lereng pegunungan atau bukit. Cara penambangannya
diawali dengan pengupasan tanah penutup (overburden) di daerah singkapan di
sepanjang lereng mengikuti garis ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan
penambangan endapan batubaranya. Penambangan dilanjutkan ke arah tebing
sampai dicapai batas endapan yang masih ekonomis bila ditambang. Karena
keterbatasan daerah yang bisa digali, maka daerah menjadi sempit tetapi panjang
sehingga memerlukan alat-alat yang mudah berpindah-pindah. Umur tambang
biasanya pendek.

Menurut Robert Meyers, contour mining dibagi menjadi beberapa metode, antara
lain :

a. Conventional contour mining

Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada daerah
dimana batubara tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup dilakukan dengan
peledakan dan pemboran atau menggunakan Dozer dan ripper serta alat muat
front end leader, kemudian langsung didorong dan ditimbun di daerah lereng

8
yang lebih rendah (Gambar 8.1). Pengupasan dengan contour stripping akan
menghasilkan jalur operasi yang bergelombang, memanjang dan menerus
mengelilingi seluruh sisi bukit.

(Sumber : Skelly and Loy, 1975 )


Gambar 8.1 Conventional Contour Mining
b. Block-cut contour mining Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi
blok-blok penambangan yang bertujuan untuk mengurangi timbunan tanah
buangan pada saat pengupasan tanah penutup di sekitar lereng.

(Sumber : Skelly and Loy, 1975 )


Gambar 8.2 Block-Cut Contour Mining

9
Pada tahap awal blok 1 digali sampai batas tebing (highwall) yang diijinkan
tingginya. Tanah penutup tersebut ditimbun sementara, batubaranya
kemudian diambil. Setelah itu lapisan blok 2 digali kira-kira setengahnya dan
ditimbun di blok 1. Sementara batubara blok 2 siap digali, maka lapisan tanah
penutup blok 3 digali dan berlanjut ke siklus 14 penggalian blok 2 dan
menimbun tanah buangan pada blok awal. Pada saat blok 1 sudah ditimbun
dan diratakan kembali, maka lapisan tanah penutup blok 4 dipidahkan ke blok
2 setelah batubara pada blok 3 tersingkap semua. Lapisan tanah penutup blok
5 dipindahkan ke blok 3, kemudian lapisan tanah penutup blok 6 dipindahkan
ke blok 4 dan seterusnya sampai selesai (Gambar 8.2). Penggalian beruturan
ini akan mengurangi jumlah lapisan tanah penutup yang harus diangkut untuk
menutup final pit.
c. Haulback contour mining.

(Sumber : Skelly and Loy, 1975)


Gambar 8.3 Teknik Haulback Truck Dengan Menggunakan Front-End
Loader

10
(Sumber : Chironis, 1978)
Gambar 8.4 Haulback Dengan Menggunakan Kombinasi Scraper Dan Truk

Metode haulback ini (Gambar 8.3 dan 8.4) merupakan modifikasi dari konsep
block-cut, yang memerlukan suatu jenis angkutan overburden, bukannya
langsung menimbunnya. Jadi metode ini membutuhkan perencanaan dan
operasi yang teliti untuk bisa menangani batubara dan overburden secara
efektif
1. d. Box-cut contour mining
2. Pada metode box-cut contour mining ini (Gambar 3.5) lapisan tanah penutup
yang sudah digali, ditimbun pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis
singkapan hingga membentuk suatu tanggul-tanggul yang rendah yang akan
membantu menyangga porsi terbesar dari tanah timbunan.
3.

11
(Sumber : Chironis, 1978)

4. Gambar 8.5 Metode Box-Cut Contour Mining

8.1.2 Mountaintop removal method

( Sumber : Chironis, 1978)

Gambar 8.6 Mountaintop Removal Method (Chironis, 1978)

12
Metode mountaintop removal method ini (Gambar 8.6) dikenal dan
berkembang cepat, khususnya di Kentucky Timur (Amerika Serikat). Dengan
metode ini lapisan tanah penutup dapat terkupas seluruhnya, sehingga
memungkinkan perolehan batubara 100%.

8.3.2 Area Mine


Metode area mine pada umumnya digunakan untuk menambang endapan
batubara yang memiliki kemiringan endapan relatif datar dengan daerah topografi
yang datar. Kegiatan penambangan dimulai dengan mengupas lapisan tanah
penutup dengan cara membuat suatu paritan atau selokan besar yang disebut box
cut, kemudian menimbun lapisan tanah penutup pada lokasi yang tidak ditambang
(dumping area) lihat pada (Gambar 8.7).

(Sumber : Prodjosumarto,P., 1989)


Gambar 8.7 Metode Area Mine

Penggalian tanah penutup juga diikuti dengan penggalian endapan


batubaranya (lihat Gambar 8.7). Setelah batubara dari penggalian pertama dapat
diambil, maka diikuti dengan dengan pengupasan berikutnya tetapi lapisan tanah
penutup ditimbun pada lokasi yang sudah ditambang. Proses penambangan
dilakukan secara terus menerus dengan cara yang sa ma. Pada penggalian terakhir,
lubang yang ada dapat ditutup dengan memindahkan lapisan tanah penutup pada
penggalian pertama ke lubang tersebut.

13
8.3.3 Strip Mine
Metode ini dilakukan dengan cara mengupas terlebih dahulu lapisan
material penutup batubara kemudian dilanjutkan dengan pengambilan
batubaranya. Penambangan tipe strip mine ini biasanya dilakukan pada endapan
batubara yang mempunyai lapisan tebal dan dilakukan dengan menggunakan
beberapa bench (jenjang). Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada
endapan batubara yang lapisannya datar dekat permukaan tanah dapat dilihat pada
(Gambar 8.8).
Alat yang digunakan dapat berupa alat yang sifatnya mobil atau alat
penggalian yang dapat membuang sendiri. Untuk pemilihan metode ini perlu
diperhatikan bahwa:
a. Bahan galian relatif mendatar
b. Bahan galian cukup kompak
c. Bahan galian tabular, berlapis
d. Kemiringan relatif, lebih cocok untuk horizontal atau sedikit miring
e. Kedalaman kecil (nilai ekonomi tergantung stripping ratio, teknologi
peralatan)

( Sumber: Hartman,H,L., 1987)


Gambar 8.8 Metode Strip Mine

14
8.4 Tahapan Penambangan
Tahapan penambangan merupakan bentuk-bentuk penambangan yang
menunjukan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk hingga
bentuk akhir pit. Pentahapan penambangan disebut juga dengan nama sequence,
push back, phase, slice dan stage.
Tujuan dari pembuatan tahapan penambangan adalah untuk
menyederhanakan seluruh volume yang ada dalam overall pit ke dalam unit-unit
penambangan yang lebih kecil, sehingga memudahkan penanganannya. Adanya
tahapan penambangan akan memudahkan perancangan tambang yang kompleks
menjadi lebih sederhana. Dalam merancang tahapan penambangan, parameter
waktu harus diperhitungkan, karena waktu merupakan parameter yang sangat
berpengaruh dalam suatu penjadwalan tambang (mine scheduling) untuk dapat
mengoptimalkan sasaran produksi.
Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang dengan baik akan
memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang
cukup untuk operasi peralatan kerja tambang secara efisien. Salah satu hal
terpenting adalah untuk memperlihatkan minimal satu jalan angkut untuk setiap
pushback. Hal tersebut dilakukan untuk memperhitungkan jumlah material yang
terlibat dan kemungkinan akses jalan angkut ke seluruh permukaan kerja.
Penambahan jalan angkut pada suatu pushback akan mengurangi lebar
daerah kerja di bawah lokasi jalan tersebut. Jika beberapa jalan akan dimasukkan
pada suatu pushback, lebar awal di sebelah atas harus ditambah untuk
memberikan ruangan ekstra. Perlu diperhatikan bahwa bentuk tambang di
lapangan tidak akan pernah sama dengan rancangan tahap-tahap penambangan
(pushback design), hal tersebut disebabkan oleh permodelan bawah permukaan
tidak selalu 100% sesuai dengan kenyataan lihat pada (Gambar 8.4).

15
4 3 2 1

Keterangan:

1, 2, 3, dan 4 merupakan urutan penambangan

(Sumber: Sulistyana, W, 2010)


Gambar 8.9 Tahapan Penambangan

Perencanaan tambang merupakan suatu stahap penting dalam rencana


operasi penambangan. Perencanaan tambang yang modern memerlukan
pemodelan komputer dari sumberdaya yang akan ditambang. Aspek penting
dalam pekerjaan perencanaan tambang yaitu penentuan batas akhir penambangan,
dan penjadwalan produksi. Pada penelitian ini difokuskan pada penjadwalan
produksi untuk memenuhi target produksi proyek penambangan yang ekonomis.
Berdasarkan waktu, perencanaan dibagi menjadi:
a. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka
waktunya lebih dari 5 tahun secara berkesinambungan.
b. Perencanaan jangka menengah, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka
waktu antara 1 – 5 tahun.
c. Perencanaan jangka pendek, yaitu suatu perencanaan aktivitas untuk jangka
waktu kurang dari setahun demi kelancaran perencanaan jangka menengah
dan panjang.
Tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan memberikan akses
ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi
peralatan yang efisien.

16
Dengan demikian, problem perancangan tambang tiga dimensi yang amat
kompleks ini dapat disederhanakan. Selain itu, elemen waktu dapat mulai
diperhitungkan dalam rancangan ini karena urutan penambangan tiap – tiap push
back merupakan pertimbangan penting.
Unit perencanaan ini, di tahap awal berusaha untuk mengaitkan hubungan antara
geometri penambangan dengan penyebaran endapan bahan galian. Dengan
mempelajari penyebaran bahan galian dan topografi, dalam banyak kasus, maka
kita akan sampai pada suatu strategi pengembangan pit secara logis dalam jangka
waktu yang relatif singkat.
8.5 Pentahapan Penambangan (Push Back)
Push Back sering disebut juga sequences, expansions, phases, working pit,
slices ataupun stage, adalah tahapan awal perencanaan tambang dimana dilakukan
pembagian pit menjadi unit yang lebih kecil dengan tujuan untuk mempermudah
pengaturan penambangan. Dalam kalimat berbedadapat juga di artikan bentuk-
bentuk penambangan yang menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang,
dari bentuk awal hingga akhir pit sesuai target produksi yang sudah ditetapkan.
a. Metode Block Strip
Block Strip dijumpai pada rancangan penambangan batubara. Pit design
jangka panjang dibagi-bagi menjadi ukuran kecil sesuai block dan strip
yang di tetapkan. Ukuran block strip ditentukan berdasarkan peralatan
yang digunakan.
- Pit Sequence
Pit yang dirancang sesuai terget produksi pada tahapan tertentu
untuk mempermudah pelaksaan operasi penambangan.
- Block
Block merupakan garis yang dibuat searah dengan dengan
kemiringan (dip) batubara dan memotong arah kemenurusan
batubara (strike).
- Strip
Strip meruoakan garis yang dibuat searah denga garis kemenerusan
batubara (strike) dan memotong kemiringan (dip) batubara.

17
- Block Strip
Block strip merupakan penggabungan garis block dan strip menjadi
sebidang persegi yang merupakan block penambangan.
8.6 Penentuan Data-Data
1. Data-data yang berhubungan dengan daerah penelitian, yang meliputi
antara lain:
a. Data geologi, stratigrafi, topografi
b. Data peyebaran bahan galian
c. Data peta kesampaian lokasi
d. Data peta geologi
e. Data produksi alat
2. Data-data yang dibutuhkan untuk pengolahan data, yang meliputi :
a. Data peta topografi
b. Data hasil pemboran (lithologi pemboran)
c. Data produksi alat
d. Data survey pemboran ( koordinat lubang bor X, Y, Z )
e. Data kualitas batubara
f. Data geoteknik Data ketebalan bahan galian dan lapisan penutup
3. Data pendukung
Data-data yang dapat mendukung data-data lapangan guna menganalisa
permasalahan yang ada untuk mencari alternatif penyelesaian masalah. Data
pendukung dapat diambil antara lain dari laporan eksplorasi, brosur-brosur dari
perusahaan, data dari instansi terkait dan dari literatur-literatur.

8.7 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Push Back

2.7.1 Penyebaran Bahan Galian

Bentuk dan penyebaran dari endapan bahan galian akan mempengaruhi


proses penentuan push back. Perencanaan untuk penanganan endapan bahan
galian yang memiliki kemiringan yang lebih tajam akan berbeda dengan

18
kemiringan yang relatif datar dalam hal ini mempengaruhi penentuan geometri
lerengnya

2.7.2 Penaksiran Cadangan


Konsep Penaksiran Cadangan dengan Software Mine Scape 4.118. Dalam
penaksiran cadangan batubara pada suatu area penambangan dilakukan
pembatasan area luasan dengan menggunakan polygon yang melingkupi area
tersebut.
Perhitungan yang digunakan adalah reserve triangle by triangle.
Perhitungan ini dilakukan dengan membuat pembatasan luas polygon dan elevasi
penambangan dari bentuk tiga dimensi pit penambangan. Perhitungan dilakukan
dengan mengetahui luas atas permukaan bidang dan batas bawah permukaan
bidang berupa triangulasi. Metode perhitungan cadangan terukur yang digunakan
adalah Triangles files, membuat suatu model matematika dari data titik acak yang
memiliki nilai X, Y dan Z. Triangles Files menggunakan sistem triangulasi,
proses ini membuat sebuah jarring segitiga dengan menghubungkan garis diantara
3 titik. Segitiga tersebut adalah segitiga sembarang dan setiap data titik asli akan
dihubungkan sehingga tidak ada segitiga yang saling bersentuhan dengan segitiga
lainnya. Setelah dibuat suatu triangle, maka dapat diketahui nilai Z pada suatu
titik dalam batas dari model. Hal ini memungkinkan untuk menghitung volume
antara satu permukaan kontur dengan elevasi tertentu (atau antara suatu
permukaan dan permukaan lain). Triangles Files biasanya berhubungan dengan
topografi, dengan nilai Z merupakan elevasi. Cara ini bias digunakan untuk
menghitung volume pit atau volume seam antara permukaan kontur roof dan
kontur floor. Terkadang nilai Z ini dapat juga sebagai kadar mineral atau
ketebalan seam dan sebagainya. Perhitungan luas segitiga dengan koordinat (Cara
Matrix)
1
Luas Segitiga = 2
𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥1
| |…………………………………………………………… (3.1)
𝑦1 𝑦2 𝑦3 𝑦1

1
Luas Segitiga = 2 | (x1.y2 + x2.y3 + x3.y1) – (y1.x2 + y2.x3 + y3.x1)……... (3.2)

19
(Sumber: Triangulasi Model, 2010)
Gambar 8.10 Model Triangulasi
2.7.3 Stripping Ratio (Nisbah Pengupasan )
Nisbah pengupasan adalah perbandingan antara jumlah waste/
overbburden dengan bahan galian yang harus dipindahkan terhadap satu ton
endapan bahan galian yang ditambang. Hasil suatu perancangan pit akan
menentukan jumlah tonase endapan bahan galian dan waste yang dikandung pit
itu. Perbandingan antara waste dan endapan bahan tersebut akan memberikan
nisbah pengupasan rata – rata suatu open pit. Pada gambar tersebut dapat
dijelaskan bahwa perhitungan stripping ratio dibatasi dengan batas 1 dan batas 2
lalu akan didapat perbandingan dari jumlah anara waste dengan bahan galian dan
dapat lihat pada (Gambar 2.6).

(Sumber: Sulistyana, W, 2010)

Gambar 8.11. Perbandingan Lapisan Overburden dan Batubara (Stripping


Ratio)

20
2.7.4 Ultimate Pit Slope
Termasuk dalam faktor pertimbangan teknis yaitu kemiringan / batas luar
tambang yang tetap stabil dan menguntungkan. Dengan demikian, akan
berhubungan dengan geometri lereng yang direncanakan. Hal ini berarti
menentukan besar cadangan batubara yang akan ditambang (tonase) yang akan
memaksimalkan nilai bersih total dari endapan batubara tersebut.
Ultimate pit slope ini juga berpengaruh pada eksplorasi detail, tahap
evaluasi dan tahap persiapan yang didasarkan pada:
a. BESR ( Break Even Stripping Ratio ) yang diperkenankan
b. Sifat fisik dan mekanik batuan
c. Struktur geologi ( sesar, kekar, bidang perlapian, bidang geser )
d. Air tanah, unsur kimia batuan dan waktu yang dibutuhkan

Komponen dasar pada open pit adalah jenjang. Bagian jenjang adalah:
a. Crest dan toe
Crest adalah sebuah kepala dari slope ataujenjang dan toe adalah suatu kaki
dari slope atau jenjang lihat pada (Gambar 8.7).

BH
Keterangan:
C BW: lebar jenjang
BW BH: tinggi jenjang
T : toe
C : crest
 : face angle
T
(Sumber: Hustrulid,W & Kuchta,M., 1998)
Gambar 8.12 Bagian-bagian jenjang

21
b. Jenjang kerja (working bench)

SB

WB

Keterangan
SB : safety bench
WB : working bench
: cut (galian yang diambil)
(Sumber: Hustrulid,W & Kuchta,M., 1998)
Gambar 8.13Working bench dan safety bench
c. Jenjang penangkap (catch bench)

C
Keterangan:

CB: catch bench


CB
C: cut (material yang lepas)

(Sumber: Hustrulid,W & Kuchta,M., 1998)


Gambar 8.14 Jenjang penangkap

22
d. Pit slope geometry
Pit slope geometry disebut juga geometri kemiringan dari front
penambangan. Face angle adalah sudut lereng jenjang tunggal. (Gambar 2.10).

C


Keterangan: TT
sudut kemiringan jenjang tunggal
C: crest

T: toe

(Sumber: Hustrulid,W & Kuchta,M., 1998)


Gambar 8.15 Pit slope geometry

e. Overall slope angle

Upper most crest


Lower most crest
(Sumber: Hustrulid,W & Kuchta,M., 1998)
Gambar 8.16 Overall slope angle

f. Overall slope angle with ramp


g. Interramp slope angle
h. Overall slope angle with working bench
T

23
IX. RENCANA KEGIATAN PENELITIAN
Tabel 9.1. Rencana Kegiatan Penelitian Tugas Akhir II
Waktu (Minggu)
No. kegiatan Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi pustaka
Pengamatan
Pengambilan data
Pengolahan data
Analisis data
Penyusunan
Laporan

24
DAFTAR PUSTAKA

S. Hidayatullah, 2017, Perancangan Desain Tambag, Diandra Kreatif,


Yogyakarta.

Denny. T, 2011, Rancangan Teknis Penambangan Batubara Untuk Block


Siambul PT. Riau Bara Harum, Jurusan Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Minerak, Universitas Pembangunan Nasional,
Yogyakarta.

Fernando .L., 2014, Rancangan Push Back 3 Bulan di Front Suwota, Site
Tanjungbuli PT. Aneka Tambang UBP Nikel Maluku Utara
Kabupaten Halmahera Timur Propinsi Kalimantan Timur.
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangan Nasional “Veteran”, Yogyakarta

Indonesianto, Y., 2007, Perencanaan Tambang Terbuka, Jurusan Teknik


Pertambangan Universitas Veteran Pembangunan, Yogyakarta.

Indonesianto, Y., 2015, Perencanaan Tambang Terbuka, Jurusan Teknik


Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta.

Rauf. A , 1998, Peritungan Cadangan Endapan Mineral. Jurusan Teknik


Pertambangan, Universitas Pembangan Nasional “Veteran”,
Yogyakarta.

Sulistyana.W, 2010, Perencanaan Tambang, UPN “Veteran”


Jogjakarta,Jurusan Teknik Pertambangan, Jogjakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai