Referat DR - Igo
Referat DR - Igo
Tumor Laring
Disusun Oleh:
Gyztantika P. Patadungan
NIM. 2012-83-010
Konsulen
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI LARING
Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid dan
beberapa tulang rawan. Tulang hyoid berbentuk seperti huruf U, yang permukaan
atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendo dan otot-
otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik
ke atas, sedangkan apabila laring diam maka otot-otot ini bekerja untuk membuka
mulut dan membantu menggerakkan lidah. Tulang rawan yang meyusun laring
diantaranya kartilago epiglottis, kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilago
aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis dan kartilago tritisea.1
Pada laring terdapat dua buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan
artikulasi krikoaritenoid. Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot
ekstrinsik dan intrinsik. Otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara
keseluruhan, sedangkan otot intrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring
tertentu yang berhubungan dengan gerakan pita suara. Otot-otot ekstrinsik
suprahioid (di atas tulang hyoid) diantaranya m. digastrikus, m.geniohioid,
m.stilohioid dan m.hilohioid. Otot yang infrahioid (di bawah tulang hyoid) adalah
m.sternohioid, m.omohioid dan m.tirohioid. Otot-otot ekstrinsik laring suprahioid
berfungsi untuk menarik laring ke bawah, sedangkan yang infrahioid menarik
laring ke atas. 1
Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas
bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas
depannya merupakan permukaan belakang epiglottis, tuberkulum epiglotik,
ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan
arkus kartilago krikoid. Batas laterlnya ialah membrane kuadrangularis, kartilago
aritenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid, sedangkan batas
belakangnya ialah m.aritenoid transverses dan lamina kartilago krikoid. Plika
vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis (pita suara palsu) terbentuk karena
adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum ventrikulare.
Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glottis, sedangkan antara
kedua plika ventrikularis disebut rima vestibuli. 1
Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yakni n. laringis
superior dan n. laringis inferior yang mana kedua saraf ini merupakan campuran
saraf motorik dan sensorik. Pembuluh darah yang terdapat pada laring adalah a.
laringis superior dan a. laringis inferior dan merupakan cabang dari a. tiroid
superior dan inferior.1
B. FISIOLOGI LARING
C. TUMOR LARING
Tumor ini dapat tumbuh pada pita suara bagian anterior atau
daerah subglotik. Dapat pula tumbuh di plika ventrikularis atau
aritenoid.Secara makroskopik bentuknya seperti buah murbei berwarna
putih abu-abu dan kadang-kadang kemerahan. Jaringan tumor ini sangat
rapuh dan kalau dipotong tidak menyebabkan perdarahan. Sifat yang
menonjol dari tumor ini adalah sering tumbuh lagi setelah diangkat,
sehingga operasi pengangkatan harus dilakukan berulang-ulang.(11)
2. Adenoma
3. Kondroma
4. Mioblastoma sel granuler
5. Hemangioma
6. Lipoma
7. Neurofibroma
2.Tumor ganas laring
Keganasan di laring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih
merupakan masalah, karena penanggulangannya mencakup berbagai segi.
Penatalaksanaan keganasan di laring tanpa memperhatikan bidang rehabilitasi
lengkap.1,7
a. Glottis carcinoma
c. Subglottis carcinoma
3. Histopatologi
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari semua tumor ganas
laring, dengan derajat difrensiasi yang berbeda-beda, yaitu berdiferensiasi baik,
sedang dan berdiferensiasi buruk.Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah
karsinoma verukosa, adenokarsinoma dan kondrosarkoma.8
1. Karsinoma Verukosa
Adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak, akan
tetapi klinis ganas. Insidennya 1 – 2% dari seluruh tumor ganas laring,
lebih banyak mengenai pria dari wanita dengan perbandingan 3 : 1.
Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar sehingga dapat
menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi metastase
regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak
efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.8
2. Adenokarsinoma
Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering
terjadi pada kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak
pernah dari glottis. Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar. Two
years survival rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan adalah
reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi
pasca operasi. 8
3. Kondrosarkoma
Adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%,
tiroid 20% dan aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 – 60 tahun.
Terapi yang dianjurkan adalah laringektomi total.8
4. Patofisiologi
6. Diagnosis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita
sudah cukup lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun sudah diobati dan
bertendens makin lama menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah seorang
perokok berat yang juga kadang–kadang adalah seorang yang juga banyak
memakai suara berlebihan dan salah (vocal abuse), peminum alkohol atau seorang
yang sering atau pernah terpapar sinar radioaktif, misalnya pernah diradiasi
didaerah lain. Pada anamnesis kadang–kadang didapatkan hemoptisis, yang bisa
tersamar bersamaan dengan adanya TBC paru, sebab banyak penderita menjelang
tua dan dari sosio - ekonomi yang lemah.13,14
Sesuai pembagian anatomi, lokasi tumor laring dibagi menjadi 3 bagian
yakni supraglotis, glottis dan subglotis, dan gejala serta tanda – tandanya sesuai
dengan lokasi tumor tersebut.13,14
Dari pemeriksaan fisik sering didapatkan tidak adanya tanda yang khas
dari luar, terutama pada stadium dini/permulaan, tetapi bila tumor sudah menjalar
ke kelenjar limfe leher, terlihat perubahan kontur leher, dan hilangnya krepitasi
tulang rawan – tulang rawan laring.13,14
Pemeriksaan untuk melihat kedalam laring dapat dilakukan dengan cara
tak langsung maupun langsung dengan menggunakan laringoskop untuk menilai
lokasi tumor, penyebaran tumor yang terlihat (field of cancerisation), dan
kemudian melakukan biopsy.13,14
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan
laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto toraks diperlukan untuk
menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis diparu.
Foto jaringan lunak (soft tissue) leher dari lateral kadang–kadang dapat menilai
besarnya dan letak tumor, bila tumornya cukup besar. Apabila memungkinkan,
CT scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama,
misalnya penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta
metastase kelenjar getah bening leher.14
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi-anatomik dari
bahan biopsi laring, dan biopsi jarum-halus pada pembesaran kelenjar limfe
dileher. Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel
skuamosa.14
8. Penatalaksanaan
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu
pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi, tergantung pada stadium
penyakit dan keadaan umum pasien.13,14
1. PEMBEDAHAN
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari:
A. LARINGEKTOMI
1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada
pengangkatan hanya satu pita suara dan trakeotomi sementara
yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah
sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
2. RADIOTERAPI
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan
supraglotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka
kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara ini adalah laring
tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang
dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000
rad.
3. KEMOTERAPI
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant
ataupun paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120
mg/m2 dan 5 FU 800–1000 mg/m2.
4. REHABILITASI SUARA
Laringektomi total yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma
laring menyebabkan cacat pada penderita. Dengan dilakukannya
pengangkatan laring beserta pita-suara yang ada dalamnya, maka
penderita akan menjadi afonia dan bernafas melalui stoma
permanen di leher. Untuk itu diperlukan rehabilitasi terhadap
pasien, baik yang bersifat umum, yakni agar pasien dapat
memasyarakat dan mandiri kembali, maupun rehabilitasi khusus
yakni rehabilitasi suara (voice rehabilitation), agar penderita dapat
berbicara (bersuara), sehingga berkomunikasi verbal. Rehabilitasi
suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara, yakni
semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula,
ataupun dengan suara yang dihasilkan dari esophagus (esophageal
speech) melalui proses belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi
suksesnya proses rehabilitasi suara ini, tetapi dapat disimpulkan
menjadi 2 faktor utama, ialah faktor fisik dan faktor psiko-sosial.14
9. Prognosis
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan
kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival rate pada
karsinoma laring, yakni: stadium I (90–98% stadium), stadium II (75–85%),
stadium III (60–70%) dan stadium IV (40–50%). Adanya metastase ke kelenjar
limfe regional akan menurunkan five year survival rate sebesar 50%.14
BAB III
KESIMPULAN
Tumor jinak laring jarang ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua
jenis tumor laring. Tumor jinak laring dapat berupa papiloma laring (yang paling
banyak frekuensinya) yang bisa didpapatkan dalam dua bentuk yaitu juvenil dan
tunggal, adenoma, kondroma, mioblastoma sel granuler, hemangioma, lipoma dan
neurofibroma.
Karsinoma laring adalah keganasan yang paling umum untuk bagian
kepala dan leher. Karsinoma laring memiliki historis penyakit dengan jumlah
yang tinggi pada pria, meskipun jumlah insidens telah berubah disebabkan lebih
banyak wanita mulai merokok.
Gejala dini karsinoma laring adalah suara parau.Suara parau lebih dari 4
minggu harus dicari teliti penyebabnya. Gejala lebih lanjut antara lain sesak
napas, stridor, rasa nyeri di tenggorok dan batuk/batuk darah.
Diagnosis karsinoma laring ditegakkan berdasar anamnesa, pemeriksaan
klinis, radiologi dan biopsi.
Terapi karsinoma laring tergantung lokasi & stadium, dapat berupa
laringektomi parsial atau total dengan atau tanpa diseksi leher, radioterapi,
kemoterapi atau kombinasi. Dengan prognosis tergantung dari stadium tumor,
pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli.
DAFTAR PUSTAKA
3. The Respiratory System. In: Tortora GJ, Derrickson BH, editors. Principles of
Anatomy and Physiology. 2. 12 ed: John Wiley & Sons. Inc; 2009. p. 879-82.
4. Netter FH. Head and Neck. In: Brueckner JK, Carnichael SW, editors. Atlas of
Human Anatomy. 4 ed. Pennysylvania: Elsevier; 2006. p. 69-79.
5. Sasaki CT, Kim Y-H. Anatomy and Physiology of the Larynx. In: Snow JB,
Ballegner JJ, editors. Ballenger's Otolaryngology Head and Neck Surgery. 16
ed. London: Becker Inc; 2003. p. 1090-107.
6. Cohen James I. Anatomi dan Fisiologi laring. Boies Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi ke-6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997. P.369-76
9. Deschler DG, Day T. TNM Staging of Head and Neck Cancer and Neck
Dissection Classification. In: Descher DG, Day T, editors. Pocket Guide to
TNM Staging of Head and Neck Cancer and Neck Dissection Classification:
Head and Neck Surgery Commitee; 2013. p. 11-23.
10. Laryngeal Cancer Treatment: PubMed Health; 2002 [updated May 30, 2017].
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0032515?report=printable
11.Weisman RA, Moe KS, Orloff LA. Neoplasms of the Larynx and
Laryngopharynx. In: Snow JB, editor. Ballenger's Manual of
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. London: BC Decker; 2002. p.
477-8.
12. Dhillon RS, East CA. Laryngeal Neoplasia. In: Dhillon RS, East CA, editors.
Ear, Nose and Throat and Head and Neck Surgery. 3 ed: Elsevier; 2001. p. 98-
101.