Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL REFERAT

FAKULTAS KEDOTERAN JUNI 2017


UNIVERSITAS PATTIMURA

Tumor Laring

Disusun Oleh:

Gyztantika P. Patadungan

NIM. 2012-83-010

Konsulen

dr. Rodrigo Limmon, Sp.THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2017
BAB I

PENDAHULUAN

Tumor laring merupakan suatu neoplasma yang ditandai dengan sebuah


tumor yang berasal dari epitel struktur laring dan merupakan massa abnormal
jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan
pertumbuhan jaringan normal meskipun rangsangan yang memicu perubahan
tersebut telah berhenti.1
Karsinoma laring adalah keganasan yang paling umum untuk bagian
kepala dan leher. Karsinoma laring memiliki historis penyakit dengan jumlah
yang tinggi pada pria, meskipun jumlah insidens telah berubah disebabkan lebih
banyak wanita mulai merokok.1
Tumor jinak laring jarang ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua
jenis tumor laring. Tumor jinak laring dapat berupa papiloma laring (yang paling
banyak frekuensinya) yang bisa didpapatkan dalam dua bentuk yaitu juvenil dan
tunggal, adenoma, kondroma, mioblastoma sel granuler, hemangioma, lipoma dan
neurofibroma.2

Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan,


hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga
dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan
yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan.
Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini.2
Secara umum penatalaksanaan tumor ganas laring adalah dengan
pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung
stadium penyakit dan keadaan umum penderita.2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI LARING

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas.


Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar
daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas
bawahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid.1

Gambar 1. Anatomi Laring

Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid dan
beberapa tulang rawan. Tulang hyoid berbentuk seperti huruf U, yang permukaan
atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendo dan otot-
otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik
ke atas, sedangkan apabila laring diam maka otot-otot ini bekerja untuk membuka
mulut dan membantu menggerakkan lidah. Tulang rawan yang meyusun laring
diantaranya kartilago epiglottis, kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilago
aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis dan kartilago tritisea.1

Pada laring terdapat dua buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan
artikulasi krikoaritenoid. Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot
ekstrinsik dan intrinsik. Otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara
keseluruhan, sedangkan otot intrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring
tertentu yang berhubungan dengan gerakan pita suara. Otot-otot ekstrinsik
suprahioid (di atas tulang hyoid) diantaranya m. digastrikus, m.geniohioid,
m.stilohioid dan m.hilohioid. Otot yang infrahioid (di bawah tulang hyoid) adalah
m.sternohioid, m.omohioid dan m.tirohioid. Otot-otot ekstrinsik laring suprahioid
berfungsi untuk menarik laring ke bawah, sedangkan yang infrahioid menarik
laring ke atas. 1

Gambar 2. Anatomi Laring (tulang dan tulang rawan)

Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas
bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas
depannya merupakan permukaan belakang epiglottis, tuberkulum epiglotik,
ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan
arkus kartilago krikoid. Batas laterlnya ialah membrane kuadrangularis, kartilago
aritenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid, sedangkan batas
belakangnya ialah m.aritenoid transverses dan lamina kartilago krikoid. Plika
vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis (pita suara palsu) terbentuk karena
adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum ventrikulare.
Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glottis, sedangkan antara
kedua plika ventrikularis disebut rima vestibuli. 1
Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yakni n. laringis
superior dan n. laringis inferior yang mana kedua saraf ini merupakan campuran
saraf motorik dan sensorik. Pembuluh darah yang terdapat pada laring adalah a.
laringis superior dan a. laringis inferior dan merupakan cabang dari a. tiroid
superior dan inferior.1

B. FISIOLOGI LARING

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan,


emosi serta fonasi. Fungsi laring sebagai proteksi ialah untuk mencegah makanan
dan benda asing masuk ke dalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan
rima glottis secara bersamaan. Selain itu, dengan refleks batuk, benda asing yang
telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan keluar. Demikian juga dengan
bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan. Fungsi respirasi
dari laring adalah dengan mengatur besar kecilnya rima glottis. Bila m.
krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis
kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glottis terbuka (abduksi).
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-bronkial akan
dapat mempengaruhi sirkulasi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga
mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring juga berfungsi
sebagai alat pengatur fungsi darah.1

Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme,


yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis dan
mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk ke
dalam laring. Fungsi lainnya ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta
menetukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh ketegangan
plika vokalis. Bila plika vokalis dalam keadaan adduksi, maka m. krikotiroid akan
merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago aritenoid.
Pada saat yang bersamaan m. krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik
kartilago aritenoid ke belakang. Sebaliknya, kontraksi m. krikoaritenoid akan
mendorong kartilago aritenoid ke depan segingga plika vokalis akan mngendor.
Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentuan tinggi rendahnya
nada.1

C. TUMOR LARING

1. Tumor jinak laring


Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5 % dari
semua jenis tumor laring.
Tumor jinak laring dapat berupa: 1
1. Papiloma laring (terbanyak frekuensi)
Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis: 1
a. Papiloma laring juvenil, ditemukan pada anak, biasanya berbentuk
multipel dan mengalami regresi pada waktu dewasa.

Tumor ini dapat tumbuh pada pita suara bagian anterior atau
daerah subglotik. Dapat pula tumbuh di plika ventrikularis atau
aritenoid.Secara makroskopik bentuknya seperti buah murbei berwarna
putih abu-abu dan kadang-kadang kemerahan. Jaringan tumor ini sangat
rapuh dan kalau dipotong tidak menyebabkan perdarahan. Sifat yang
menonjol dari tumor ini adalah sering tumbuh lagi setelah diangkat,
sehingga operasi pengangkatan harus dilakukan berulang-ulang.(11)

b. Pada orang dewasa biasanya berbentuk tunggal, tidak akan mengalami


resolusi dan merupakan prekanker.

2. Adenoma
3. Kondroma
4. Mioblastoma sel granuler
5. Hemangioma
6. Lipoma
7. Neurofibroma
2.Tumor ganas laring
Keganasan di laring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih
merupakan masalah, karena penanggulangannya mencakup berbagai segi.
Penatalaksanaan keganasan di laring tanpa memperhatikan bidang rehabilitasi
lengkap.1,7

Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh


para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang
dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik
menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma
laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan terpapar oleh sinar radioaktif.1,7

Yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring adalah diagnosis


dini dan pengobatan/tindakan yang tepat dan kuratif, karena tumornya masih
terisolasi dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan
bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi
serta fungsi sfingter laring.1

Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi : 1

a. Berdiferensiasi baik (Grade I)


b. Berdiferensiasi sedang (Grade II)
c. Berdiferensiasi buruk (Grade III)
Kebanyakan tumor ganas pita suara berdiferensiasi dengan baik. Lesi yang
mengenai hipofaring, sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang
berdiferensiasi baik.3,4

Klasifikasi Letak Tumor


a. Tumor supraglotik terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis sampai
batas atas glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.5
b. Tumor glotik mengenai pita suara asli. Batas inferior glotik adalah 10 mm
dibawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot
intrinsik pita suara. Oleh karena itu, tumor glotik dapat mengenai 1 atau
kedua pita suara, dapat meluas ke subglotik sejauh 10 mm, dan dapat
mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago
adenoid.5
c. Tumor subglotik tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara
asli sampai batas krikoid.5
d. Tumor ganas transglotik adalah tumor yang menyeberangi ventrikel
mengenai pita suara asli dan pita suara palsu, atau meluas ke subglotik lebih
dari 10 mm.5

Gambar 3. Gambaran letak tumor dan gejala yang


biasa timbul dari letaknya.

a. Glottis carcinoma

Karsinoma invasif glotis secara biologis umumnya kurang agresif


dibandingkan dengan karsinoma sel skuamosa supraglotik atau
hypopharyngeal. Dari histologinya biasanya baik untuk berdiferensiasi
sedang, dan tanpa disertai metastasis jauh. Hal ini diduga karena limfatik
submukosa di pita suara sangat jarang dan mungkin mencerminkan
perilaku biologis ke arah karsinoma berdiferensiasi baik. Gejala hadir
lebih awal karena sebagian besar tumor berasal dari permukaan bebas di
lipatan pita suara dua per tiga anterior di mana suara serak adalah gejala
pertamanya. Di stadium awal, radioterapi atau konservatif menjadi terapi
terbaik tanpa perlu direncanakan manajemen operasi leher eletif.6,7
b. Supraglottis carcinoma

Karsinoma supraglotik melibatkan wilayah: superior oleh batas


bebas epiglotis dan inferior oleh pita suara palsu dan ventrikel laring.
Lateral oleh aspek medial lipatan aryepiglotik. Neoplasma ini cenderung
menyebar dengan ekstensi lokal. Ada kecenderungan kuat untuk
karsinoma supraglotik untuk menyebar melalui limfatik. Sejumlah
laporan memperkirakan bahwa 39-65% pasien dengan T2 untuk
karsinoma supraglotik T4 datang dengan metastasis kelenjar getah
bening yang jelas, sedangkan 32-34% dari pasien tersebut memiliki node
patologis positif.6,7

c. Subglottis carcinoma

Karsinoma subglotik sangat jarang terjadi dengan hanya 1% dari


2%. 180 kasus karsinoma laring yang terletak 1 cm di bawah pita suara
menurut Shaba dan Shah. Gambaran klinis biasanya adanya obstruksi
jalan napas. Pasien mungkin memiliki insufisiensi saluran napas dan
memperoleh bantuan langsung bila diintubasi. Lesi subglotik biasanya
muncul di bawah konus elastikus (1 cm di bawah tepi bebas dari pita
suara sejati) dan menyebar secara lokal untuk menyerang tulang rawan
dan kelenjar tiroid melalui penyebaran limfatik menuju nodus jugularis
profunda, nodus Delphian(prelaryngeal), dan nodus paratrakeal.6,7

Kanker laring dibagi berdasar system TNM (tumor, nodul,


metastasis) milik American Joint Committee on Cancer. Untuk
kepentingan staging, nodul postif di leher termasuk dalam metastasis
lokoregional; metastasis di bagian tubuh yang lain (seperti paru,
mediastinum, hepar dan tulang) termasuk dalam metastasis jauh. Untuk
pertama kalinya, tumor T4 dibagi menjadi tumor stage IV dibagi menjadi
IV.A, IV.B dan IV.C (adanya metastasis jauh). Studi yang dilakukan
sebelumnya, bagaimanapun juga, mengacu pada system lama yakni tahun
1998 di mana terdapat T4 yang berdiri sendiri.5,6,7
Klasifikasi Tumor Ganas Laring
Tumor primer (T)
a. Supraglotis8,9,10
Tis: Karsinoma insitu
T1: Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan
masih baik).
T2: Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan
glotis masih bisa bergerak (tidak terfiksir).
T3: Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke
daerah ke krikod bagian belakang, dinding medial dari sinus
piriformis, dan kearah rongga preepiglotis.
T4: Tumor sudah meluas keluar laring, menginfiltrasi orofaring
jaringan lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.
b. Glotis10
Tis: Karsinoma insitu.
T1: Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan
pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada kommisura
anterior atau posterior.
T2: Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita
suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired
mobility).
T3: Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4: Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau
sudah keluar dari laring.
c. Subglotis10
Tis: Karsinoma insitu.
T1: Tumor terbatas pada daerah subglotis.
T2: Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksir.
T3: Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4: Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau
perluasan ke luar laring atau dua – duanya.

Penjalaran ke kelenjar limfe (N)11,12


Nx: Kelenjar limfe tidak teraba.
N0: Secara klinis kelenjar tidak teraba.
N1: Secara klinis teraba satu kelenjar limfe dengan ukuran diameter 3
cm homolateral.
N2: Teraba kelenjar limfe tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-
6 cm.
N2a: Satu kelenjar limfe ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak
lebih dari 6 cm.
N2b: Multipel kelenjar limfe ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.
10
N2c: Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari 6
cm.
N3: Metastasis kelenjar limfe lebih dari 6 cm.

3. Histopatologi
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari semua tumor ganas
laring, dengan derajat difrensiasi yang berbeda-beda, yaitu berdiferensiasi baik,
sedang dan berdiferensiasi buruk.Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah
karsinoma verukosa, adenokarsinoma dan kondrosarkoma.8
1. Karsinoma Verukosa
Adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak, akan
tetapi klinis ganas. Insidennya 1 – 2% dari seluruh tumor ganas laring,
lebih banyak mengenai pria dari wanita dengan perbandingan 3 : 1.
Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar sehingga dapat
menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi metastase
regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak
efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.8
2. Adenokarsinoma
Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering
terjadi pada kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak
pernah dari glottis. Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar. Two
years survival rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan adalah
reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi
pasca operasi. 8
3. Kondrosarkoma
Adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%,
tiroid 20% dan aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 – 60 tahun.
Terapi yang dianjurkan adalah laringektomi total.8

4. Patofisiologi

Gambar 4. Model skematik perkembangan sel karsinoma dengan


berbagai penyebab pada laring.
Lebih dari 90% pasien dengan karsinoma laring memiliki riwayat
merokok berat dan konsumsi alkohol. Merokok, secara khusus
merupakan faktor risiko utama terjadinya karsinoma pada laring.
Kombinasi dari rokok dan konsumsi alkohol memberi efek
karsinogenik yang lebih besar pada laring.12
Faktor risiko lain telah diketahui. Infeksi laring yang disebabkan
oleh virus human papilloma virus (HPV) mengakibatkan laryngeal
papilomatosis dimana berawal dari jinak, tetapi terkhusus tipe 16 dan
18 ternyata diketahui mampu berdegenerasi menjadi karsinoma sel
skuamosa (SCC). Refluks gastroesofageal juga dicurigai
menyebabkan karsinoma laring; meski hubungan langsung antara
keduanya masih belum jelas walaupun terapi yang berguna dalam
menurunkan kadar asam lambung dikatakan mampu menurunkan
rekurensi karsinoma laring. Paparan okupasi yang beranekaragam dan
inhalasi bercaun (seperti asbestos dan gas mustad), defisiensi nutrisi,
serta riwayat radiasi leher juga memiliki hubungan dengan karsinoma
laring.11,12
Karsinogenesis pada traktus aerodigestif digambarkan mengalami
proses yang berlipat. Agen ekosgenous yang berbahaya (tembakau,
alkohol, asbes, dll) menyebabkan injuri epitel dan memicu terjadinya
respon berupa (hiper) regenerasi (hyperplasia) dan atau
hyperkeratosis.12

Gambar 5. Evolusi sel karsinoma.


5. Manifestasi Klinis
1. Suara serak: Gejala utama Ca laring, merupakan gejala dini tumor pita
suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas
nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara,
ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.
Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan
oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik,
terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligament krikoaritenoid dan
kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita suara akan
mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak
menyebabkan kualitas suara menjadi semakin kasar, mengganggu,
sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang bisa afoni karena
nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.Hubungan antara serak
dengan tumor laring tergantung pada letak tumor.Apabila tumor laring
tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap.
Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, dibagian bawah plika
ventrikularis atau dibatas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian.
Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir
atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak
khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang
mengganjal di tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak
kecuali tumornya eksentif.11,12
2. Suara bergumam (hot potato voice): fiksasi dan nyeri menimbulkan suara
bergumam. 11,12
3. Dispnea dan stridor: Gejala yang disebabkan sumbatan jalan nafas dan
dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan
jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau secret maupun
oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik dan transglotik terdapat
kedua gejala tersebut.Sumbatan yang terjadi perlahan-lahan dapat
dikompensasi. Pada umunya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis
yang kurang baik. 11,12
4. Nyeri tenggorok: Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai
rasa nyeri yang tajam.11,12
5. Disfagia: Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik,
hipofaring dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang
paling sering pada tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan
(odinofagia): menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai
struktur ekstra laring. 11,12
6. Batuk dan hemoptisis: Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik,
biasanya timbul dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang
mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan
tumor supraglotik. 11,12

6. Diagnosis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita
sudah cukup lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun sudah diobati dan
bertendens makin lama menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah seorang
perokok berat yang juga kadang–kadang adalah seorang yang juga banyak
memakai suara berlebihan dan salah (vocal abuse), peminum alkohol atau seorang
yang sering atau pernah terpapar sinar radioaktif, misalnya pernah diradiasi
didaerah lain. Pada anamnesis kadang–kadang didapatkan hemoptisis, yang bisa
tersamar bersamaan dengan adanya TBC paru, sebab banyak penderita menjelang
tua dan dari sosio - ekonomi yang lemah.13,14
Sesuai pembagian anatomi, lokasi tumor laring dibagi menjadi 3 bagian
yakni supraglotis, glottis dan subglotis, dan gejala serta tanda – tandanya sesuai
dengan lokasi tumor tersebut.13,14
Dari pemeriksaan fisik sering didapatkan tidak adanya tanda yang khas
dari luar, terutama pada stadium dini/permulaan, tetapi bila tumor sudah menjalar
ke kelenjar limfe leher, terlihat perubahan kontur leher, dan hilangnya krepitasi
tulang rawan – tulang rawan laring.13,14
Pemeriksaan untuk melihat kedalam laring dapat dilakukan dengan cara
tak langsung maupun langsung dengan menggunakan laringoskop untuk menilai
lokasi tumor, penyebaran tumor yang terlihat (field of cancerisation), dan
kemudian melakukan biopsy.13,14

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan
laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto toraks diperlukan untuk
menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis diparu.
Foto jaringan lunak (soft tissue) leher dari lateral kadang–kadang dapat menilai
besarnya dan letak tumor, bila tumornya cukup besar. Apabila memungkinkan,
CT scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama,
misalnya penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta
metastase kelenjar getah bening leher.14
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi-anatomik dari
bahan biopsi laring, dan biopsi jarum-halus pada pembesaran kelenjar limfe
dileher. Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel
skuamosa.14

8. Penatalaksanaan
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu
pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi, tergantung pada stadium
penyakit dan keadaan umum pasien.13,14
1. PEMBEDAHAN
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari:
A. LARINGEKTOMI
1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada
pengangkatan hanya satu pita suara dan trakeotomi sementara
yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah
sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.

2. Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan


kanker pita suara. Bagian ini diangkat sepanjang kartilago
aritenoid dan setengah kartilago tiroid. Trakeostomi
sementara dilakukan dan suara pasien akan parau setelah
pembedahan.

3. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor


berada pada epiglotis, dilakukan diseksi leher radikal dan
trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap normal.
Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat
makanan peroral meningkat.

4. Laringektomi total. Karsinoma tahap lanjut yang melibatkan


sebagian besar laring, memerlukan pengangkatan laring,
tulang hiod, kartilago krikoid,2-3cincin trakea, dan otot
penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan
sebuah lubang (stoma) trakeostomi yang permanen. Dalam
hal ini tidak ada bahaya aspirasi makanan peroral,
dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran
udara–pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan
dileher pada jenis laringektomi ini.Hal ini meliputi
pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot
sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal
asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil
kelenjar parotis. Operasi ini akan membuat penderita tidak
dapat bersuara atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian
dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara
menggunakan esofagus (esofageal speech), meskipun
kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan
menggunakan organ laring.Untuk latihan berbicara dengan
esofagus perlu bantuan seorang binawicara.
B. DISEKSI LEHER RADIKAL
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2)
karena kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat
rendah. Sedangkan tumor supraglotis, subglotis dan tumor
glotis stadium lanjut sering kali mengadakan metastase ke
kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi
leher. Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat
metastase jauh.

2. RADIOTERAPI
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan
supraglotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka
kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara ini adalah laring
tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang
dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000
rad.

3. KEMOTERAPI
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant
ataupun paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120
mg/m2 dan 5 FU 800–1000 mg/m2.

4. REHABILITASI SUARA
Laringektomi total yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma
laring menyebabkan cacat pada penderita. Dengan dilakukannya
pengangkatan laring beserta pita-suara yang ada dalamnya, maka
penderita akan menjadi afonia dan bernafas melalui stoma
permanen di leher. Untuk itu diperlukan rehabilitasi terhadap
pasien, baik yang bersifat umum, yakni agar pasien dapat
memasyarakat dan mandiri kembali, maupun rehabilitasi khusus
yakni rehabilitasi suara (voice rehabilitation), agar penderita dapat
berbicara (bersuara), sehingga berkomunikasi verbal. Rehabilitasi
suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara, yakni
semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula,
ataupun dengan suara yang dihasilkan dari esophagus (esophageal
speech) melalui proses belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi
suksesnya proses rehabilitasi suara ini, tetapi dapat disimpulkan
menjadi 2 faktor utama, ialah faktor fisik dan faktor psiko-sosial.14

9. Prognosis
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan
kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival rate pada
karsinoma laring, yakni: stadium I (90–98% stadium), stadium II (75–85%),
stadium III (60–70%) dan stadium IV (40–50%). Adanya metastase ke kelenjar
limfe regional akan menurunkan five year survival rate sebesar 50%.14
BAB III

KESIMPULAN

Tumor jinak laring jarang ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua
jenis tumor laring. Tumor jinak laring dapat berupa papiloma laring (yang paling
banyak frekuensinya) yang bisa didpapatkan dalam dua bentuk yaitu juvenil dan
tunggal, adenoma, kondroma, mioblastoma sel granuler, hemangioma, lipoma dan
neurofibroma.
Karsinoma laring adalah keganasan yang paling umum untuk bagian
kepala dan leher. Karsinoma laring memiliki historis penyakit dengan jumlah
yang tinggi pada pria, meskipun jumlah insidens telah berubah disebabkan lebih
banyak wanita mulai merokok.
Gejala dini karsinoma laring adalah suara parau.Suara parau lebih dari 4
minggu harus dicari teliti penyebabnya. Gejala lebih lanjut antara lain sesak
napas, stridor, rasa nyeri di tenggorok dan batuk/batuk darah.
Diagnosis karsinoma laring ditegakkan berdasar anamnesa, pemeriksaan
klinis, radiologi dan biopsi.
Terapi karsinoma laring tergantung lokasi & stadium, dapat berupa
laringektomi parsial atau total dengan atau tanpa diseksi leher, radioterapi,
kemoterapi atau kombinasi. Dengan prognosis tergantung dari stadium tumor,
pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hermani B, Hutauruk S. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok


kepala dan leher. Ed. 7. FKUI; 2012.

2. Simarak S, Breslow N, Dahl CJ. Cancer of the Oral Cavity, Pharynx/larynx


and Lung in North Thailand: Case-Control Study and Analysis of Cigar Smoke.
British Journal of Cancer. 1977;36(130):1-11.

3. The Respiratory System. In: Tortora GJ, Derrickson BH, editors. Principles of
Anatomy and Physiology. 2. 12 ed: John Wiley & Sons. Inc; 2009. p. 879-82.

4. Netter FH. Head and Neck. In: Brueckner JK, Carnichael SW, editors. Atlas of
Human Anatomy. 4 ed. Pennysylvania: Elsevier; 2006. p. 69-79.

5. Sasaki CT, Kim Y-H. Anatomy and Physiology of the Larynx. In: Snow JB,
Ballegner JJ, editors. Ballenger's Otolaryngology Head and Neck Surgery. 16
ed. London: Becker Inc; 2003. p. 1090-107.

6. Cohen James I. Anatomi dan Fisiologi laring. Boies Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi ke-6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997. P.369-76

7. Pira E, Pelucchi C, Buffoni L, Palmas A. Cancer Mortality in a Cohort of


Asbestos Textile Workers. British Journal of Cancer. 2005;92:580-6.

8. Qadeer MA, Colabianchi N, Strome M, Vaezi MF. Gastroesophageal Reflux


and Laryngeal Cancer: Causation or Association? American Journal of
Otolaryngology. 2004(27):119-28.

9. Deschler DG, Day T. TNM Staging of Head and Neck Cancer and Neck
Dissection Classification. In: Descher DG, Day T, editors. Pocket Guide to
TNM Staging of Head and Neck Cancer and Neck Dissection Classification:
Head and Neck Surgery Commitee; 2013. p. 11-23.
10. Laryngeal Cancer Treatment: PubMed Health; 2002 [updated May 30, 2017].
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0032515?report=printable

11.Weisman RA, Moe KS, Orloff LA. Neoplasms of the Larynx and
Laryngopharynx. In: Snow JB, editor. Ballenger's Manual of
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. London: BC Decker; 2002. p.
477-8.

12. Dhillon RS, East CA. Laryngeal Neoplasia. In: Dhillon RS, East CA, editors.
Ear, Nose and Throat and Head and Neck Surgery. 3 ed: Elsevier; 2001. p. 98-
101.

13.Pamaijer F, Erik Beek, Joosten F,Smithuis R, Infrahyoid Neck Normal


Anatomy and Pahtology. From :
http://www.radiologyassistant.nl/en/p49c603213caff/infrahyoid-neck.html

14. Smith D. Staging CT. Available from: http://radiopaedia.org/cases/laryngeal-


tumour-squamous-cell-carcinoma

Anda mungkin juga menyukai