Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkatNya Penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Trakeostomi”. Penulis juga
berterima kasih kepada dr. Farida Nurhayati, Sp. THT-KL, M.Kes yang telah membimbing
selama di kepaniteraan Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan dalam penulisan referat ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk kemajuan bagi Penulis.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan berharap penulisan referat ini dapat
berguna bagi setiap mahasiswa kedokteran dan juga bagi para pembaca untuk menambah
wawasan mengenai trakeostomi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Trakea 2
2.2 Definisi 3
2.3 Insidensi 3
2.4 Fungsi Trakeostomi 4
2.5 Keuntungan Trakeostomi 4
2.6 Indikasi Trakeostomi 5
2.7 Kontraindikasi Trakeostomi 5
2.8 Prosedur Trakeostomi 6
2.8.1 Instrumentasi 6
2.8.2 Teknik pemasangan 6
2.9 Dekanulasi 11
2.10 Komplikasi 11
BAB III KESIMPULAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 1. Anatomi trakea
2.2 DEFINISI
Trakeostomi adalah pembuatan lubang dinding anterior trakea untuk mempertahankan
jalan nafas atau tindakan membuat stoma agar udara dapat masuk kedalam paru-paru dengan
memitas jalan nafas atas untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan lalu lintas udara
pernafasan.4
2.3 INSIDENSI
Trakeostomi jarang dilakukan tetapi berbeda beda tergantung fasilitas kesehatan,
beberapa penelitian menunjukan trakeostomi mencakup 1% dari semua intubasi yang
dilakukan di IGD dan 10,9% dari intubasi yang dilakukan sebelum masuk rumah sakit.5
Dengan adanya teknik video laringoskopi dan teknik pembebasan jalan nafas yang
non invasive kemungkinan besar tingkat penggunaan trakeostomi akan menurun. Meskipun
begitu, tetap menjadi alat bantu terakhir dalam membebaskan jalan nafas, sampai saat yang
belum bisa dipastikan.5
Trakeostomi Intubasi
Keuntungan Lebih mudah diganti Lebih cepat dipasang oleh
dokter berpengalaman
Lebih mudah berbicara dan Tidak memerlukan skill
menelan bedah yang tinggi
Lebih mudah untuk
suctioning
lebih nyaman untuk pasien
Kerugian Komplikasi pada cuff Komplikasi laringeal
komplikasi stoma mengganti tube perlu skill
yang tidak rendah
Peningkatan risiko infeksi Sering menimbulkan cedera
paru pada hidung
4
3. Jackson III adalah Jackson II yang bertambah berat disertai retraksi interkostal,
epigastrium, dan sianosis lebih jelas.
4. Jackson IV ditandai dengan gejala Jackson III disertai wajah yang tampak tegang, dan
terkadang gagal napas.2
Pasien yang diindikasikan adalah pasien yang mengalami sumbatan jalan nafas dan
gagal intubasi dengan ETT maupun nasogastric. Ketika klinisi tidak dapat mengintubasi
maupun memberikan oksigenasi, penting untuk membebaskan jalan nafas, karena jika gagal,
akan menurunkan tingkat oksigen ke otak dan menyebabkan esefalopati anoksia dan
kematian.2 Trakeostomi umumnya diindikasikan pada sumbatan jalan napas stadium Jackson
III.1 Trakeostomi umumnya juga sering dilakukan pada kondisi perdarahan hebat, emesis
massif, trismus, lesi obstruktif seperti tumor/polip, trauma serta anomaly kongenital.2
Banyak klinisi berpendapat bahwa pasien tidak boleh dilakukan ventilasi
menggunakan ETT selama lebih dari tiga minggu kecuali sangat tidak stabil. Pandangan ini
diperkuat dari fakta bahwa penggantian metode menjadi trakeostomi pada pasien yang
memerlukan ventilasi dalam jangka waktu lebih lama memberikan keuntungan dan
kenyamanan lebih bagi pasien.1
Salah satu artikel menunjukkan bahwa trakeostomi yang dilakukan lebih awal dapat
memperbaiki keadaan klinis, tetapi memiliki kerugian dalam seringnya komplikasi yang
berkaitan dengan tindakan bedah yang telah dilakukan maupun berkaitan dengan stoma. Studi
tersebut meneliti 419 pasien yang memakai ventilasi mekanik dalam dua kelompok, median 7
hari, dan 14 hari. Pasien yang diganti lebih awal menjadi trakeostomi lebih cepat lepas dari
ventilasi mekanik dan keluar dari ICU, dan lebih sedikit mengalami pneumonia.6
2.7 KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi relatif trakeostomi adalah: umur di bawah 15 tahun, kelainan
perdarahan, deformitas bentuk leher karena hematoma, tumor, tiromegali, maupun bekas luka
pembedahan, curiga trakeomalasia, tidak bisa ekstensi leher karena fusi cervical, artritis
rematoid yang membuat instabilitas tulang servikal. Perlu diingat bahwa seluruh
kontraindikasi di atas relatif. Terdapat contoh trakeostomi perkutan dilatasional sudah pernah
dilakukan oleh operator berpengalaman pada pasien geriatri, obesitas, pernah trakeostomi
sebelumnya dan terdapat trombositopenia. Sebuah studi menunjukkan bahwa komplikasi
akibat perdarahan dapat diprediksi meningkat hanya ketika trombosit kurang dari 50000 atau
adanya dua atau lebih kelainan koagulasi. Angka ini dapat menjadi batas apakah pasien
5
trombositopenia dengan trombosit di atas 50000 dapat dilakukan trakeostomi atau tidak. Pada
pasien yang tengah dalam terapi heparin, trakeostomi juga dapat dilakukan.5,6
Jenis Kanul
Kanul yang digunakan adalah berbentuk kurva yang diinsersikan masuk ke dalam
stoma. Ada beberapa macam kanul, dengan bagian-bagian kanul yang hampir sama.2 Kanul
Portex tersedia dalam berbagai ukuran baik untuk bayi, anak-anak dan orang dewasa. Semua
kanul bersifat non toksik sehingga aman digunakan dan sesuai dengan suhu tubuh.Jenis –
jenis kanul Portex yaitu2
6
Portex Blue line
Kanul ini digunakan pada bayi, anak-anak dan orang dewasa. Kanul pada bayi dan
anak-anak dibuat dari bahan implant. Bentuknya tidak bercuff dan didesain sesuai bentuk
anatomi trakea. Bersayap sehingga pergerakan kanul minimal dan mengurangi trauma pada
saluran pernapasan.2 Kanul pada orang dewasa dibuat dari bahan yang lembut sesuai suhu
tubuh dan sesuai anatomi saluran napas. Kanul ini mengurangi trauma dan meningkatkan
kenyamanan pasien. Bentuk kanul pada orang dewasa yang bercuff sifatnya volume tinggi
dengan tekanan intracuff yang rendah, fleksibel dan dapat berputar.2
Portex DIC
Kanul seperti ini mempunyai kanul dalam yang disposibel. Kanul luarnya ada yang
rigid dan ada yang fleksibel. Kanul luar fleksibel untuk pasien yang tidak bisa bertoleransi
dengan kanul luar rigid. Kanul dalam yang disposibel akan meningkatkan perawatan
trakeostomi, tetapi akan menurunkan waktu perawatan.5
4. Portex Mini-Trach II
Kanul ini dimasukkan ke dalam trakea melalui membran krikitiroid dengan menggunakan
kanul kecil (4,0 mm), skalpel dan penuntun. Kanul ini dperuntukkan bagi pasien yang
mengalami retensi sputum.2
7
5. Lo-Profile Tracheostomy Tubes
Kanul ini untuk pasien yang memerlukan trakeostomi jangka panjang. Kanul ini dibuat sesuai
kosmetik, mudah penggunaannya, aman dan menyenangkan bagi pasien.2
8
secara umum adalah membersihkan udara, proteksi terhadap aspirasi, memberikan ventilasi
tekanan positif.2
9
memberikan kemampuan kepada pasien untuk dapat bernapas secara normal (persiapan
dekanulasi ).5
2.9 DEKANULASI
Dekanulasi dapat dilakukan jika ventilasi mekanik tidak lagi diperlukan, batuk sudah
cukup baik, sekresi sudah bisa terkontrol, dan tidak ada obstruksi saluran napas atas.
Dekanulasi dapat dilakukan secara bertahap dengan secara progresif mengurangi ukuran
tabung trakeostomi atau menutup lubang trakeostomi yang terfenestrasi secara bertahap
selama 12, 24 sampai 48 jam, hingga pasien toleransi.2
2.10 KOMPLIKASI
Kekerapan komplikasi sangat bervariasi tergantung dari populasi pasien keadaan
klinis, level pelatihan dan lokasi prosedur. Variasi tersebut dapat mencakup 0 – 54%
10
perdarahan biasanya muncul saat awal dan tidak parah, jika perdarahan muncul dapat diatasi
dengan dep kasa.2
Komplikasi lainya meliputi :
a. Laserasi kartilago krikoid atau trakea
b. Perforasi trakea posterior
c. Masuk ke saluran yang salah
d. infeksi
komplikasi jangka panjang melputi stenosis sub glottis dan perubahan suara. Faktor
resikonya adalah intubasi yang terlalu lama, adanya kelainan laring dan usia yang masih
muda. Pada pasien yang curiga cedera servikal tidak ada data yang pasti tentang keamanan
trakeostomi pada populasi tersebut.8
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12
7. American College of surgeon. Advanced trauma life support : student course
manual. 9th at. Chicago: American College of Surgeon; 2012
8. Beiderlinden M, Eikermann M, Lehmann N. Risk factors associated with bleeding
during and after percutaneous dilational tracheostomy. Anaesthesia 2007; 62:342.
13