Anda di halaman 1dari 13

MODEL PROGRAM PENGOLAHAN LIMBAH KOMUNITAS PESISIR PANTAI SEBAGAI

BAHAN ALAMI UNTUK PENYARING AIR MINUM

Muhammad Sontang Sihotang1, Dara Aisyah Ali Puteh2


1
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika & IPA (FMIPA), Universitas Sumatera Utara (USU),
2
Departemen Administrasi Negara, Fak.Ilmu Administrasi (FIA),Universiti Indonesia (UI)
1
e-mail: muhammad.sontang@usu.ac.id

ABSTRAK

Program pengolahan limbah pesisir untuk dijadikan aplikasi produk yang bermanfaat sebagai bahan
alami penyaring air minuman, telah ditemukan oleh penulis (2013). Program ini bekerja sama dengan
berbagai komunitas pesisir dalam hal penyediaan bahan baku sehingga dapat menambah jenis lapangan
pekerjaan dan meningkatkan sumber pendapatan baru kepada mereka. Proyek ini merupakan inovasi
sosial dari hasil transfer ilmu para inventor universitas kepada komunitas pesisir pantai, untuk upaya
memelihara dan memperbaiki kebersihan lingkungan, karena berbagai limbah dimanfaatkan menjadi
produk, yang selanjutnya diaplikasikan untuk keperluan pembangunan sistem penyaring air untuk
produksi air universitas maupun masyarakat. Sumbangan produk organik ini, berguna untuk para
Usaha Kegiatan Mikro (UKM) yang bergerak dalam produksi makanan dan minuman, juga sumbangan
untuk produk kosmetik dan kesehatan kepada industri, serta sumbangan kepada pembangunan
kebijakan, melalui pendekatan aplikasi fisika lingkungan dan sains pembangunan menuju
pengembangan produk dari prototipe, prakomersialisasi dan komersialisasi (social engineering &
manufacturing).

Keterlibatan komunitas pesisir dalam memanfaatkan limbahnya secara langsung, dalam setiap proses
yang dijalankan di kawasan mereka adalah untuk mencapai usaha pemberdayaan komunitas pesisir,
dengan menekankan penglibatan setiap individu dalam komunitas tersebut untuk belajar dan
bekerjasama demi tujuan pembangunan masa depan. Sebelum wujudnya proyek ini, komunitas gagal
mengurus limbahnya, sering kali limbah tersebut dibuang ke laut, sungai dan tempat-tempat
pengumpulan sampah. Pembuangan tersebut menyebabkan wujudnya masalah pencemaran yang
mengundang berbagai penyakit berbahaya serta menyebabkan lingkungan komunitas menjadi tidak
bersih berbau dan berpenyakit.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, limbah boleh diproses untuk dijadikan produk. Salah satu
limbahnya adalah tulang ikan, merupakan salah satu bentuk sampah yang dihasilkan dari industri
pemprosesan ikan, yang memiliki kandungan kalsium yang utama. Produk tersebut diperlukan untuk
berbagai produk makanan dan minuman. Tulang ikan sangat kaya dengan kalsium yang sangat
diperlukan oleh badan manusia, kerana unsur utama dari tulang ikan adalah kalsium dan fosfor.
Penggunaan HA adalah meluas seperti mengatasi pencemaran pesisir dan lingkungan lainnya dalam
pembuangan logam berat seperti Zn, Fe, Cu, Ni. Selain itu juga boleh digunakan sebagai bahan implan
dalam penggantian tulang (bone substitution), injap jantung, sambungan pinggul dan juga bahan implan
lain di dalam badan manusia serta sebagai pengganti gigi manusia disebabkan oleh ciri-cirinya yang
sama dengan tulang dan gigi asli manusia dari segi komposisi, komponen dan struktur kimianya.
Sumber kalsium, dapat diaplikasikan kepada berbagai produk, sehingga dapat dikomersialkan, di
kalangan pengusaha industri, rumah sakit, laboratorium, universitas, dan masyarakat pada umumnya.

Kata Kunci : pengolahan, limbah pesisir, inovasi sosial, tulang ikan, kalsium, organik, universitas,
pemberdayaan, komunitas pesisir pantai, sistem penyaring air

1. PENDAHULUAN

Program pengolahan limbah kepada komuniti pesisir adalah satu program pengabdian yang akan
dilaksanakan Universitas, dengan melibatkan komunitas untuk memanfaatkan limbah tulang ikan
menjadi berbagai produk keperluan komunitas. Pemanfaatan limbah tulang ikan sudah lama dilakukan
dalam kalangan peneliti, namun sayangnya masih ramai komunitas yang tidak memahaminya sehingga
perlu dilakukan transfer pengetahuan (alih teknologi) melalui penerangan dan latihan kepada
komunitas untuk meningkatkan ilmu dan penggunaannya.
Tulang ikan merupakan salah satu bentuk limbah yang memiliki kandungan kalsium terbanyak dalam
tubuh ikan. Dari aspek keperluan makanan dan gizi, tulang ikan sangat kaya akan kalsium yang
diperlukan manusia, karena unsur utama dari tulang ikan adalah kalsium, fosfor dan karbonat.
Penglibatan komunitas untuk memanfaatkan limbah tulang ikan secara langsung dalam setiap proses
yang dijalankan di kawasan mereka adalah untuk mencapai usaha pembangunan komunitas pesisir.
Program ini memiliki keupayaan untuk memperbaiki kualitas kesehatan dan mengatasi pencemaran,
menyumbang kepada pembangunan kebijakan, pelaksanaan, dan kajian dalam rekayasa sosial (social
engineering).
Pembangunan komunitas menekankan penglibatan individu dalam komunitas untuk belajar dan
bekerjasama demi tujuan pembangunan masa depan melalui pemanfaatan limbah tulang ikan, yang
dapat dimanfaatkan menjadi Kalsium Hidroksiapatit(Ca HAp) untuk mengatasi pencemaran
lingkungan dalam pembuangan logam berat. Pelaksanaan program perlu disertai dengan aktivitas
pendampingan, dari hasil pendampingan, komunitas dapat mengetahui tata cara mengolah tulang ikan
menjadi kalsium hidroksiapatit dengan proses demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Komunitas
juga dapat mengetahui aplikasi kalsium menjadi air kalsium untuk mengatasi pencemaran air. Tim
pendamping bertujuan untuk memotivasi para komunitas agar mereka dapat dipastikan mengetahui
proses pembuatan dan manfaat kalsium hidroksiapatit, dan melaksanakan pembuatan air kalsium di
rumahnya serta mengkonsumsi, untuk keluarganya untuk memenuhi keperluan kesehatan keluarga.
Program pengabdian untuk memberdayakan komunitas pesisir dalam mengelola sampah pesisir pantai,
perlu melibatkan kerja sama antar universitas, masyarakat, pemerintah dan industry (Link & Match).
Peranan universitas sebagai pelaksana program pengelolaan sampah atau limbah tulang ikan dalam
kalangan komunitas pesisir khususnya kepada masyarakat pesisir adalah sebagai penyedia limbah
tulang ikan, penerima pengetahuan dan teknologi hasil proses pemindahan ilmu dari Universitas.

Seterusnya, untuk keberlangsungan program ini diperlukan usaha pemerintah seperti Departemen
Kelautan dan Dinas Perikanan, berusaha menyediakan pelayanan dan nasehat, kursus atau latihan
keusahawanan, serta berbagai bantuan untuk pemasaran produk dalam membangun usahawan pesisir
pantai secara berkelanjutan. Bagi kalangan industri pula, mereka berperan untuk memfasilitasi biaya
penyediaan produk dan iklan dalam bentuk CSR (Company Social Responsibility), pengujian produk,
serta pembuatan sample produk, dan pemberian sertifikat produk untuk pengkomersilan.

Pelaksanaan kerja sama tersebut merupakan sebuah pendekatan pemberdayaan yang strategis. Menurut
Kooiman (1993), usaha sama (libatsama) sebagai proses kerja yang berperingkat, berawal dari
perencanaan atau perancangan, survei lokasi, pendekatan atau terapi, menyampaikan informasi,
konsultasi, pembagian tugas, tanggung jawab, monitoring, serta pemberian bimbingan kepada
komunitas sebagai bentuk usaha sama yang berkesan. (Arnstein, 1969; Fegence, 1977; Wilcox, 2002).

Berawal dari penelitian yang dilakukan kepada 50 orang komunitas pesisir di Kuala Terengganu,
Malaysia, ditemukan bahwa belum pernah ada pemberian pengetahuan akan manfaat limbah tulang
ikan untuk menghasilkan berbagai produk (86.7 %), manakala mereka pun tidak mengetahui manfaat
limbah tulang ikan yang dijual kepada pengusaha akuakultur yang selama ini mengambil limbah tulang
ikan mereka secara gratis (63.3 %) (Aisyah, 2013).

Berdasarkan survey tersebut, maka peneliti melakukan studi analisis “need assessment” kepada
komunitas nelayan dan dilanjutkan dengan membuat model inovasi sosial (social innovation model)
melalui alih teknologi pengolahan limbah, menjadi produk penyaring air minuman organik
masyarakat. Prototipe inovasi sosial tersebut telah mendapat kemenangan di tingkat nasional di
Malaysia, dalam Pertandingan Reka Cipta Tingkat Nasional atau PECIPTA, pada tahun 2013 oleh
Kementerian Sains Teknologi dan Inovasi (http://teganuku.blogspot.co.id/2013/11/umt-raih-14-pingat-
pada-pameran-pecipta.html). Selain itu telah mendapat kemenangan juga di Universiti Sains Islam
Malaysia, untuk kategori open dan Al Khawarizmi Award pada tahun 2014 (http://i-
inova.usim.edu.my/).

Proyek ini telah dijalankan sejak tahun 2012 di Malaysia, sesampainya di Indonesia, khususnya di
Sumatera Utara, diupayakan adanya keterlibatan dan kerja sama antar Universitas , dengan masyarakat
pesisir Sumatera Utara, Pemerintah Daerah (Propinsi maupun Daerah) dan kalangan industri.

Peranan Universitas sebagai pembuat program pengolahan limbah pesisir. Adapun keterlibatan
komunitas pesisir adalah sebagai penyedia limbah pesisir, penerima alih ilmu dan teknologi dan
teknologi hasil proses transfer ilmu dari para inventor universitas.

Selanjutnya, Pemerintah Daerah, berusaha memberi bantuan menyediakan latihan keusahawanan, serta
berbagai bantuan untuk pemasaran produk dalam membangun keusahawanan pesisir secara berterusan.
Bagi kalangan industry pula mereka berperan untuk memfasilitasi biaya iklan dan pengujian produk,
serta pembuatan sampel produk, dan sertifikasi produk untuk pengkomersialan izin, sertifikasi Halal
dan merek Dagang sangat perlu di pikirkan dan dijalankan.

Program Keusahawanan Sosial Universitas Dalam Pembuatan Produk Berbasis Limbah Pesisir
Untuk Membasmi Kemiskinan Komunitas Pesisir

Keusahawanan sosial dalam pemanfaatan limbah pesisir menjadi produk kalsium merupakan satu
bentuk kerja sama antara universitas dengan komunitas pesisir dan pemerintah dalam program
peningkatan kemahiran untuk peningkatan pendapatan komunitas pesisir yang memadukan antara nilai
sosial dan ekonomi. Satu upaya inovasi sosial untuk membantu dana awal komunitas pesisir, dalam
pengelolaan limbah pesisir untuk produk berkalsium dalam membangun usahawan berinovasi pesisir
pantai melalui berbagai aktivitas sosial seperti pembagian makanan dan minuman berkalsium kepada
warga tua, para nelayan, isteri-isteri nelayan, OKU, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, penderita
osteoporosis, serta komunitas yang memerlukannya di kawasan persisiran pantai Sumatera Utara.
Program ini merupakan usaha untuk membasmi kemiskinan, dan memberdayakan keterlibatan
kelompok nelayan, isteri – isteri nelayan, remaja nelayan serta komunitas pengolah kerupuk , ikan asin
dan ikan tawar di Sumatera Utara, melalui pengurusan dan pemanfaatan limbah pesisir kepada berbagai
produk keperluan komunitas pesisir untuk pembangunan usahawan berinovasi halalan thoyyiban di
masa depan.

Konsep keusahawanan sosial berarti usaha untuk menyatukan antara kejayaan komersial dengan
kejayaan sosial dari peranan para kalangan industri yang menggunakan kekayaan ekonomi mereka,
demi kemajuan sosial atau masyarakat. Pada dasarnya

fenomena keusahawanan selalunya bertujuan untuk pembangunan ekonomi (Busenitz, Chandler, &
Zacharakis (2003), namun para peneliti akhir-akhir ini, mengemukakan bahwa keusahawanan sebagai
proses untuk mendorong kemajuan sosial Alvord, Brown, & Letts, 2004; Boschee, 1995; Dees dan
Elias, 1998; Thompson, 2002). Penyelidikan tentang keusahawanan sosial, telah berkembang dengan
pesat, penyelidikan berkenaan berhubung kait dengan gerakan sosial dan transformasi sosial untuk
memotivasi pelbagai keinginan dalam menjayakan gerakan perubahan sosial (Andrews, 2001).

Bill Strickland (1968), Muhammad Yunus (1976), Bill Drayton (1980), merupakan para pencetus
proyek keusahawanan sosial, yang menyediakan dana awal dengan visi sosial, untuk pembentukan
aktivitas sosial di komunitas, dengan tujuan membasmi kemiskinan melalui program pemberdayaan
perempuan yang terdiri dari berbagai keterlibatan, untuk pelaksanaan berbagai program dalam
memajukan masyarakat pesisir yang bermanfaat, dengan peranan para usahawan yang menggunakan
kekayaan ekonomi mereka demi kemaslahatan ummat atau kebaikan bersama-sama masyarakat
(Bradley, 1987; Thompson, Alvy, & Lees 2000) .

Pentingnya Pembangunan Air Minum Yang Sehat Untuk Masyarakat

Air adalah sumber kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Air sangat
penting untuk kesehatan, Air merupakan minuman yang paling sehat karena manfaatnya memang
sangat banyak, dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit berbahaya atau mencegah
terjadinya penyakit yang tidak diinginkan. Manfaat air dalam tubuh kita tidak dapat digantikan oleh
apapun. Perlu diketahui tubuh kita terdiri lebih dari 70% cairan yang mana kebutuhan akan cairan
sangat tinggi. Sangat tidak mengherankan, bahwa industri yang berhubungan dengan air, seperti air
minum, selalu mendapat keuntungan setiap tahunnya. Apalagi diikuti dengan pertumbuhan jumlah
penduduk, terutama dari bertambahnya masyarakat middle income class, serta semakin sulitnya akses
air bersih, sehingga terdapat beberapa faktor yang membuat pasar industri air minum dalam kemasan
(AMDK) mengalami peningkatan.

Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) mengatakan, konsumsi AMDK
tumbuh 12,5% per tahun selama tahun 2009-2014. Pada tahun 2009, volume penjualan AMDK
mencapai 12,8 miliar liter, dan meningkat menjadi 23,1 miliar liter pada tahun 2014. Hingga kuartal
pertama 2015 saja, penjualan AMDK menembus 5,8 miliar liter. Meskipun penjualan naik, Aspadin
mencatat, konsumsi AMDK per kapita di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain. Indonesia
mengonsumsi 91,04 liter per kapita per tahun, lebih kecil ketimbang Tiongkok (118,1 liter) atau
Thailand (225,61 liter). Sedangkan, konsumsi tertinggi lainnya diraih oleh Meksiko (254,76 liter),
Jerman (143,45 liter), dan Amerika Serikat (121,13 liter).
Berdasarkan volume, konsumsi AMDK menyumbang sekitar 85% dari total konsumsi minuman ringan
di Indonesia. Diikuti setelah itu, minuman teh dalam

kemasan (8,7%), minuman soda dalam kemasan (3%), serta minuman kategori lainnya (3,2%).
Sementara itu, nilai pasar industri AMDK nasional pada 2013 mencapai US$ 1,67 miliar (Rp 22,51
triliun), tumbuh rata-rata 11,1% per tahun hingga tahun 2017.

Saat ini, ada sekitar 500 perusahaan yang bergerak di industri AMDK, yang mana mereka
terfragmentasi ke dalam perusahaan-perusahaan berskala kecil dan lokal. Namun, perusahaan skala
besar menjadi penguasa pasar AMDK nasional. Menurut riset Goldman Sachs, Aqua dari Grup Danone
menguasai 46,7% pangsa pasar AMDK, disusul Tirta Bahagia (Club) 4%, Tangmas (2 Tang) 2,8%, PT
Santa Rosa Indonesia (Oasis) 1,8%, Triusaha Mitraraharja (Super O2) 1,7%, dan Sinar Sosro (Prima)
1,4%.

Permasalahan yang terjadi saat ini, masih saja masyarakat belum memenuhi syarat dalam
mengkonsumsi air minum yang sehat. Hal ini disebabkan karena masyarakat masih menggunakan air
tanah maupun air sungai yang tidak layak untuk diminum. Air yang layak diminum, mempunyai
standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut
merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air
tesebut tidak layak untuk diminum. Standar kualitas air minum menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.20 Tahun 1990 adalah pemakaian air minum yang memenuhi standar kualitas
dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung dan tidak langsung.

Keperluan Komunitas Untuk Air Minum

Di Indonesia, dengan jumlah penduduk mencapai lebih 200 juta, kebutuhan air bersih menjadi semakin
mendesak. Kecenderungan konsumsi air diperkirakan terus naik hingga 15-35 persen per kapita per
tahun. Sedangkan ketersediaan air bersih cenderung melambat (berkurang) akibat kerusakan alam dan

pencemaran. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih. Penduduk
Indonesia yang bisa mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, baru mencapai 20 persen dari
total penduduk Indonesia. Itupun yang dominan adalah akses untuk perkotaaan. Artinya masih ada 82
persen rakyat Indonesia terpaksa mempergunakan air yang tak layak secara kesehatan.

Pemerintah Indonesia, telah merealisasikan banyak proyek pembinaan rawatan air di seluruh propinsi
dan beberapa tempat di daerah terpencil di Indonesia. Namun masih terdapat krisis air bersih berlaku
terutama di kawasan-kawasan pedalaman terutama Papua dan Sulawesi Selatan. Kualitas bekalan air di
Indonesia, semakin merosot akibat sistem filter air yang lama dan tidak sesuai kerana air sungai
semakin tercemar. Pencemaran sumber air dan sungai yang semakin tinggi menyebabkan kemerosotan
kualitas bekalan air selain pencemar lain seperti karat, kotoran, pasir dan bahan pencemar di dalam
pipa air asbestos yang lama.

Standar kualitas air minuman merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan, Badan Penanggulangan
Obat dan Makanan di Indonesia untuk memastikan ketersediaan air kita dapat dijadikan standar serta
pedoman bagi operator air dalam membekalkan air kepada pengguna. Walaubagaimanapun, sistem
filter air di Indonesia dan penggunaan air yang selalu di jual dalam berbagai bentuk kemasan, di
kalangan pengguna tetap bersaing dalam aspek kandungan alkali dari bahan alami serta halalan dan
toyyiban, sehingga tidak menimbulkan isu-isu di masyarakat ada unsur halal haram ke dalam bahan
baku filter air seperti isu karbon yang terbuat dari bahan tulang babi.

Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Agama Islam Malaysia Kali Ke-
99 yang bersidang pada 4-6 Mei 2012 telah membicarakan tentang fakta bahwa bahan seramik

yang banyak digunakan di dalam alat sistem penapis air yang terdapat di pasaran, yang berfungsi untuk
menyaring bahan lumpur, lumut, microorganisma dan bahan-bahan tercemar lainnya. Banyak bahan
Seramik yang ada di pasaran diperbuat dari bahan ‘Tulang Haiwan’ yang dihancurkan, diproses tan
serta dibentuk seperti tiub untuk dipasang pada kartrij sistem penapis air. Fakta kedua yang lebih
menakutkan ialah ada juga bahan ini diperbuat dari tulang Khinzir. Teknologi ini sama seperti
teknologi membuat bahan porceline, bahan industri yang menggunakan Seramik, Ceramic Ball,
Ceramic Disc dll yang banyak digunakan sebagai bahan di dalam alat filter air di pasaran termasuklah
yang mempunyai standard internasional. Yang paling popular dan paling meluas penggunaanya ialah
dari bahan 'Bone-China' yang bermutu tinggi, tahan lama serta 'cost effective'.'Bone-Cina' atau 'Fine
Bone-China' begitu populer dan cukup meluas penggunaannya di dalam industri ini. (Sumber :
http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-kebangsaan/hukum-penggunaan-peralatan-dan-perhiasan-
berasaskan-abu-tulang-haiwan-bone-china)

Bukan saja bahan Seramik, malah bahan lain di dalam alat penapis air seperti penapis Karbon tertentu
juga ada yang menggunakan bahan yang dibuat dari tulang haiwan. Ia dipanggil 'Bone-Char' (proses
pembakaran serbuk tulang haiwan. Ia diproses dari 'cattle bones' atau tulang haiwan2 ternakan dan
begitu banyak supply di negara asal bahan ini serta bahan Seramik untuk Sistem penapis air ini
diproses dan dibuat (China). Hampir 90% alat penapis air di pasaran negara kita adalah diimport
terutamanya dari negara-negara Timur seperti Taiwan, Jepang & Korea. Malah produk filter yang
datang dari negara-negara Barat pun menggunakan bahan-bahannya yang diproses di China & Taiwan.

Pedoman Memilih Sistem Filter Air Yang Alami, Halalan Dan Toyyiban

Standar Kualitas Air Minuman merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan, Badan Penanggulangan
Obat dan Makanan di Indonesia untuk memastikan ketersediaan air kita dapat dijadikan standar serta
pedoman bagi operator air dalam membekalkan air kepada pengguna. Adapun standar yang terbaik
yang harus dipelajari para pengguna adalah:

1. Mengetahui secara jelas sumber bahan baku yang disediakan dalam membuat isi granul yang akan
dimasukkan dalam kartrij filter air kita (tidak ada unsur yang diragui atau subhah).
2. Mengetahui secara jelas apakah air minuman dalam berbagai bentuk kemasan yang disediakan di
berbagai toko yang ada, bersumber dari filter air alami, yang tidak menggunakan bahan kimia di
dalam kandungan kartrij filter airnya.
3. Perlu mengetahui dengan jelas bahan baku yang digunakan di dalam filter air yang di jual di
pasaran global, sehingga masyarakat mengetahui secara pasti apakah filter air tersebut benar-benar
halal dan toyyiban dalam bahan baku dan isi kartrijnya.
4. Masyarakat perlu mengetahui apa itu halal dan toyyiban dari aspek fisik dan spiritualnya. Halal
adalah semua bahan filter air tidak ada unsur kimia, sehingga dipastikan tidak ada unsur subhah
atau diragukan bahan bakunya. Toyyiban adalah secara spiritualnya, semua isi kartrij dalam filter
air di buat oleh tangan-tangan yang bersembahyang, sehingga pemprosesannya dapat dikatakan
toyyiban. Oleh karena itu perlu berhati – hati dalam membeli produk filter air, karena selama ini
masyarakat tidak pernah diberi wacana atau sosialisasi mengenai produk halalan dan toyyiban
secara jelas.

Masyarakat perlu mengetahui apa itu halal dan toyyiban dari aspek fisik dan spiritualnya. Halal adalah
semua bahan filter air tidak ada unsur kimia, sehingga dipastikan tidak ada unsur subhah atau
diragukan bahan bakunya. Toyyiban adalah secara spiritualnya, semua isi kartrij dalam filter air di buat
oleh tangan-tangan yang bersembahyang, sehingga pemprosesannya dapat dikatakan toyyiban. Oleh
karena itu perlu berhati – hati dalam membeli produk filter air, karena selama ini masyarakat tidak
pernah diberi wacana atau sosialisasi mengenai produk halalan dan toyyiban secara jelas. Masyarakat
perlu mengetahui apa itu halal dan toyyiban dari aspek fisik dan spiritualnya. Halal adalah semua bahan
filter air tidak ada unsur kimia, sehingga dipastikan tidak ada unsur subhah atau diragukan bahan
bakunya. Toyyiban adalah secara spiritualnya, semua isi kartrij dalam filter air di buat oleh tangan-
tangan yang bersembahyang, sehingga pemprosesannya dapat dikatakan toyyiban. Oleh karena itu
perlu berhati – hati dalam membeli produk filter air, karena selama ini masyarakat tidak pernah diberi
wacana atau sosialisasi mengenai produk halalan dan toyyiban secara jelas.

Jika kebutuhan akan air belum tercukupi, maka dapat memberikan dampak yang besar terhadap
kerawanan kesehatan maupun kehidupan sosial. Air bersih di Indonesia khususnya untuk skala yang
besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) kota yang
bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat
dikatakan relatif kecil. Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM
umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber mata air dan
lainnya.

DAPATAN KAJIAN

Kesimpulan

Projek Hidroksiapatit Tulang Ikan ini mempunyai matlamat yang besar untuk pembangunan komuniti
dalam pembasmian kemiskinan di Negeri Terengganu. Matlamat khusus projek ini adalah memberikan
pengetahuan pengurusan sisa (hasil sampingan terutamanya tulang ikan supaya persekitaran
komuniti pemproses (peniaga) keropok lekor dan keropok keping serta filet ikan dapat dijamin
kebersihan, kesihatan dan kehalalannya serta toyyibah. Manfaat seterusnya projek ini ialah secara
langsung mampu untuk meningkatkan pendapatan/penjanaan komuniti setempat dan komuniti
pemproses keropok lekor di pesisiran pantai Kuala Terengganu melalui proses pemindahan ilmu dan
teknologi serta kemahiran sehingga menghasilkan produk dengan hanya menggunakan tulang ikan
sahaja.
Manfaat daripada projek ini boleh untuk ditafsirkan dalam banyak peringkat sama ada secara ekonomi
atau secara sosialnya / kejuruteraan sosial) atau social applied / engineering and manufacturing
technology demi menujutingkat pra komersial dan pengkomersialan produk (bussiness oriented).
Secara ekonominya, projek ini mampu untuk mewujudkan satu industri baharu dan menggantikan HA
kini yang diperbuat daripada bahan kimia sintetik sehingga menjadikan produk Kalsium Organik
Hidroksiapatit Tulang Ikan. Selain daripada itu juga, projek ini mempunyai kaitan dengan polisi
kerajaan yang hendak menjadi hub kepada barangan halalan toyyiban dunia.

Secara sosialnya, projek Hidroksiapatit – Tulang Ikan ini bukan sahaja mampu untuk meningkatkan
kualiti hidup komuniti tempatan dan pemproses keropok lekor yang masih lagi dibelenggu dengan
masalah kemiskinan, malah mampu untuk membuka peluang pekerjaan baru kepada masyarakat
tempatan (remaja belia putus sekolah, orang tua (ibu -bapa tunggal dan lain-lain).Projek ini bukan
sahaja memberikan peluang kerja baru kepada masyarakat tempatan semata-mata bahkan semenanjung
/ seluruh Negara Malaysia.

Hal ini adalah kerana pihak universiti akan mendidik mereka dengan semua kemahiran yang mereka
perlukan. Secara tidak langsung, peluang untuk mereka menjadi usahawan terbuka luas. Melalui
analisis S.M.A.R.T, projek Hidroksiapatit –Tulang Ikan ini mempunyai tahap kebolehpasaran yang
amat tinggi.Projek ini amat spesifik kerana berasakan produk yang menarik dan mempunyai model
perniagaan yang berkesan untuk mencapai matlamat. Selain daripada itu, ia juga Measureable kerana
matlamat yang jelas dan mempunyai sistem sokongan dan rangka kerja inovasi ekosistem sosial yang
akan terbukti berkesan. Projek ini juga Attainable kerana tidak terlalu rumit dalam menggunakan
konsep menang-menang.

Keadaan yang Relevant juga ditonjolkan dalam projek ini tatkala ia mampu untuk membentuk satu
perniagaan yang kreatif, sosial dan inovatif. Time Frame yang jelas dan rancangan untuk mendapatkan
bahan mentah dalam jangka masa pendek mampu menyebabkan projek ini bertahan lama dalam
pasaran tempatan dan antarbangsa.

Nilai yang diketengahkan oleh Projek Hidroksiapatit – Tulang Ikan ini menggunakan sistem yang
sudah sedia ada dan memanfaatkan sumber yang selama ini dibuang begitu sahaja. Ianya tidaklah
mencadangkan satu penciptaan sistem baharu atau perubahan yang radikal dalam sistem yang sedia ada
(kemungkinan sukar untuk diterima adalah tinggi), tetapi projek ini hanya menggunakan sistem yang
sedia ada ditambah dengan nilai tambah (added value) dengan sedikit inovasi (teknologi) yang akan
menguntungkan banyak pihak. Melalui projek ini, pihak universiti amat mengharapkan mereka mampu
untuk memberdayakan komuniti pesisiran pantai / luar Bandar).

Aisyah, Dara et al., (2012). Program Pemanfaatan Sisa Tulang Ikan Untuk Produk Hidroksiapatit:
Kajian Di Pabrik Pengolahan Keropok Lekor Kuala Terengganu-Malaysia. Jurnal
Sosioteknologi, ISSN 1858=3473 (Vol. 11, No. 26, 2012).
Aisyah, Dara et al., (2013). Fish Bone Waste Utilization Program For Hydroxyapatite Product: A Case
Study Of Knowledge Transfer From A University To Coastal Communities. Journal
Environmental Research Development, (Vol.7, No.3, January-March 2013), p: 1274-1281.
Mardiasmo.(2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi Offset.
Berita Malaysia. (2013). Pendaratan Ikan di Terengganu Merosot, Retrieved on 31 July 2013 from
http://beritamy.blogspot.com/.
Clarke. M. J. (1993). Integrated Municipal Solid Waste Planning And Decision-Making In New York
City: The Citizen’s Alternative Plan.Journal Air and Waste Management. 43 (4) : 453-462
Hadiwinoto, Bob S., (2003). The Politics NGO in Indonesia: Developing Democracy and Managing a
Movement, Simultaneously Published, USA and Canada.
Keban, Yeremias T., dan Gabriel Lele, (1999). Capacity Building dalam Wacana Pembangunan
Kontemporer : Telaah Konseptual dan Implikasinya.
Kooiman, J. (Ed), (1993). Modern Governnace: New Government-Society Interactions, Sage
Publications, London.
Lele, Gabriel, (2002). Optimalisasi Pelayanan Publik melalui Kemitraan, dalam Bahan Presentasi,
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, FISIPOL-UGM, Yogyakarta.
Mardiasmo, (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi Offset, Yogyakarta hlm:23.
Prijono, Onny S. dan A.M.W. Pranarka, (1996). Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi,
CSIS, Jakarta.
Sihombing, R. Sally Marisa, (2004). Kemitraan Usaha dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah,
Tesis, Prodi Administrasi Negara, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
Sulistiyani, Ambar teguh (ed), (2004). Memahami Good Governance dalam Sumber Daya Manusia,
Gava Media, Yogyakarta.
Sulistiyani, Ambar Teguh, (2004). Kemitraan dan Model-Model pemberdayaan, Gava Media,
Yogyakarta.
Sulistiyani, Ambar teguh, (2012). Modul Pemberdayaan Masyarakat, Jurusan Manajemen dan
Kebijakan Publik, Fisispol UGM, Yogyakarta
Sulistoni, Gatot, (2000). Dialog Reposisi Ornop NTB: Proses Pemberdayaan Masyarakat Sipil, Bonnie
Setiawan, editor, Perjuangan dan Masyarakat Sipil: Reposisi dan Peran Ornop/LSM di
Indonesia, International NGO Forum on Indonesia Development, Jakarta, hlm: 244-247.
Sutiono, Agus & Ambar Teguh Sulistiyani, (2003). Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur
Pemerintah Dalam Birokrasi Publik di Indonesia, Ambar TS (ed), Memahami Good
Governance: Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Gava Media, Yogyakarta, hlm:21.
Sutomo, (1998). Menempatkan Masyarakat pada Posisi Sentral dalam proses pembangunan, Jurnal
Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, (Vol2, No 1, Juli 1998: 77), hlm: 63-
77.
Yusri Yaakub. (2003). Perikanan Di Malaysia Retrives on 16 July 2003 from
http://ml.scribd.com/doc/100574536/
Achim Steine. (2013). Fisheries Reform: Time to Draw in the Net.Retrieves on 10 July 2013 from
http://www.unep.org/newscentre/Default.aspx?DocumentID=2723&ArticleID=9568&l=en

Uphoff, Norman, (1995). Why NGOs are not a Third Sector: a Sectoral Analysis with some Thoughts
on Accountability, Sustainability and Evaluation, Michael Edward and David Hulme, Non
Governmental Organizations-Performance and Accountability, Beyond the Magic Bullet, Save
The Children, EARTHSCAN, London.
Wilcox, David, (2002). 10 Key Ideas about Participation, Partnerships Online,
www.partnerships.org.uk.
RUJUKAN

Adrianus Orias Willem Kaya, 2008. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Patin (Pangasius Sp)
Sebagai Sumber Kalsium Dan Fosfor Dalam Pembuatan Biskuit. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.

Anderson, R. J., Smit, A. J. & Levitt, G. J.(1999). Upwelling and fish factory waste as nitrogen
sources for suspended cultivation of Gracilaria gracilis in Saldanha Bay. South Africa.
Hydrobiologia. 398/399. 455-462.

Arner, R. 1999. Northern Virginia: A model in integrated waste management.


http://www.nvpdc.state.va.us/arner/ra-wa1.htm.

Bauld & Hickman. 1998. Waste Management in Nova Scotia: Aggressive Diversion in the Halifax
Regional Municipality, Solid Waste & Recycling, 14-40.

Brunner & Ernst. 1986. Alternative methods for the analysis of municipal solidwaste. Waste
Management & Research. Volume 4, Issue 2, June 1986, Pages 147–160.

Cascio, W. F. (2003). Managing Human Resources 6 th edition: Productivity, Quality of Work Life,
Profits. New York: Mc-Graw Hill.

Clarke. M. J. 1993. Integrated municipal solid waste planning and decision-making in New York
City: The citizen’s alternative plan. Journal Air and Waste Management. 43 (4): 453-462.

Cooper. J. 1995. Integrated waste management option takes shape. Journal Materials Cycling
Week. 165 (4). 10-11, 13.

Cooper. J. 1996. Integrated waste management in Vienna. Journal Waste Management. 16-17.

Duffus, H. J. 1980. Environment Toxicologi. Department of brewing and Biological Science.


Hariot-Watt. University Edinbueg.

Forstner, U and G.T.W. Wittman. 1983. Metal Pollution in the Aquatic Environment. Second
revised Edition. Springerverlag, Heidelberg. New York. Tokyo.

Habitat Conference. 1999. Integrated solid waste collection system in the City of Olongapo,
Philipines. (http://www.hsd.ait.ac.th/bestprac/olongapo.htm).

Isaacs. 1998. Advancement in municipal waste management policy & programs: Canadian
experience. Roundtable on Urban Solid Waste Management. Held on Bolivia, Brazil 27-28
September 1998.

Ishizuka, Hijasima dan Macer.1995. Environmental analysis and solid waste in Taiwan – Roc.
Proceeding of the UNESCO- University of Tsukuba International Seminar on Traditional
Technology for Environmental Conservation and Sustainable Development in the Asia Pacific
Region, held in Tsukuba Science City, Japan, 11- 14 December 1995: 139-144.
Laufenberg, G. et al. 2003. Transformation vegetable waste into value added products. Biotechnol.
22, 67–71.

Mohd. Nasir, Rakmi, Mohd.Kamil & Wan Nor Azmin .1995.Issues & problems of solid waste
management in Malaysia. National Review of Environmental Quality Management in Malaysia.
Bangi. Universiti Kebangsaan Malaysia.

Mohd. Nasir & Rakmi. 1996. Municipal Solid Waste Management. In Environmental Management
– Malaysian Perspectives. Bangi. Universiti Kebangsaan Malaysia.

Mohd. Nasir. 1991. The criteria for economic evaluation of waste disposal projects in Malaysia.
Paper presented at the Seminar Euro-American Experience & Malaysian Requirement in Solid
Waste Management. Kuala Lumpur.

Mason, C.F. 1980. Biological pf FreshWater Pollution. London. New York.

Mohd. Nasir, Nurlaily, Rakmi, Saifulah. 1995. Existing Solid Waste Management & Problem in
Malaysia. Dalam Privatisation of Solid Waste Management in Malaysia. Kuala Lumpur: Tabung
Haji Technologies.

Mohd. Zanuddin. 1987. Pengurusan sampah sarap di kawasan perbandaran Kota Bharu. Latihan
Ilmiah. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.

Noe, R. A. [et al.] Suntingan: Abu Bakar Ibrahim dan Aminuddin Hj. Mohammad (2002).
Pengurusan Sumber Manusia- Memperoleh Kelebihan Bersaing. Malaysia: McGraw-Hill
Malaysia Sdn.Bhd.

Perea, A., Ugalde, U., Rodriguez, I. & Serra. J. L., 1993. Preparation and characterization of
whey protein hydrolysates: Applications in industrial whey bioconversion processes. Enzyme and
Microbial Technology. Volume 15, Issue 5, May 1993, Pages 418–423.

Reschovsky & Stone. 1994. Market incentives to encourage household waste recyling: Paying for
what you throw away’ Journal of Policy Analysis and Management, Vol. 13, Iss. 1, pp. 120-139.

Sarabia, A. I., Gomez-Guillen, M. C. & Montero, P. 2000. The Effect of Added Salts on the
Viscoelastic Properties of Fish Skin Gelatin. Food Chemistry, 70: 71–76.

Scobby, F. M. (2001). Barriers to Transfer of Training to the Workplace.


http://www.wed.siu.edu/public/grad/respap%20reviewdsynt.pdf

Sharul Piazal. 2000. Peranan dan keberkesanan alam flora menguruskan sisa pepejal di Bandar
Klang. Latihan Ilmiah. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.

Suin, M. Nurdin. 1994. Dampak pencemaran pada Ekosistim Pengairan. Proseding penataran
pencemaran Lingkungan Dampak dan Penanggulanganya. Pemda Kodya TK. II. Padang.

Suyasa IWB. 2011. Isolasi bakteri pendegradasi minyak/lemak dari beberapa sedimen perairan
tercemar dan bak penampungan limbah.
Tewari, H., T.S. Gill and J. Plant. 1987. Impact of Chronic Lead Poisoning on the Hematological and
Biochemistry Profiles on a Fish Barbus Chonchonius (Ham) Bull. Embirom. Contam.

Anda mungkin juga menyukai