Anda di halaman 1dari 105

BUKU SAKU

Tanya
Jawab
Seputar
Penelitian
Pendidikan
Sains

Jawaban atas
pertanyaan-
pertanyaan mahasiswa
tingkat akhir yang
sering muncul dalam
penelitian pendidikan
sains

Yanti Herlanti

Pendidikan IPA – Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan – UIN Syarif Hidayatulah - Jakarta
Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan
Sains
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mahasiswa tingkat
akhir yang sering muncul dalam penelitian pendidikan sains

Penulis
Yanti Herlanti

ISBN 978-602-17290-3-8
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Universitas Syarif Hidayatulah
Jakarta
2014

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobilalamin, dengan bantuan dan kemudahan


yang diberikan Alloh SWT, buku kecil ini selesai direvisi. Buku ini
diterbitkan secara intern sejak tahun 2006, kemudian direvisi tahun
2008, dan pada tahun 2014 ini akan mulai diterbitkan secara luas,
mengingat permintaan cetak ulang secara nasional cukup banyak.
Buku ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sering
menjadi permasalahan dalam penelitian pendidikan khususnya sains,
ada 40 pertanyaan yang terkumpul dalam buku ini. Buku ini
disajikan dengan membahas penelitian pendidikan sains dari sisi
ontologi, epistimologi, maupun aksiologinya. Pada bab awal
dikemukan kajian ontologi dan epistimologi dari pendidikan sains
dan penelitian pendidikan sains. Bab kedua merupakan bab yang
berkaitan dengan metodologi penelitian yang sering menjadi
pertanyaan para mahasiswa. Bab tiga berkaitan dengan analisis data
yang terkait dengan berbagai uji-uji statistik yang biasanya
digunakan dalam penelitian pendidikan. Bab empat berisi tips dan
lebih dari 60 contoh judul penelitian pendidikan sains, yang
diharapkan menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang
membutuhkan judul penelitian.
Pada edisi revisi ini, penulis menambahkan beberapa
pertanyaan yang sering ditanyakan mahasiswa dan juga guru, dalam
hal penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian campuran, dan
penelitian pengembangan serta penelitian R&D. Akhir kata,
mudah-mudahan karya kecil ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
yang sedang menyelesaikan tugas akhir dan bagi kemajuan
pendidikan sains.

Bogor, 10 November 2014


Penulis,

Yanti Herlanti

iii
DAFTAR ISI

No Isi Halaman
1. Pengantar iii
2. Daftar Isi iv
Bab I. Penelitian Pendidikan Sains
3. #1. Apa bedanya penelitian sains dan penelitian 1
pendidikan sains
4. #2. Hal apa saja yang bisa diteliti dalam 4
pendidikan sains?

5. Bab II. Metodologi Penelitian


6. #3. Apa perbedaan penelitian kualitatif dan 9
kuantitatif?
7. #4. Apa maksud penelitian mix method (metode 10
penelitian kombinasi)?
8. #5. Apa itu penelitian dan pengembangan 14
(R&D) dan penelitian pengembangan
(developmental research)?
9. #6. Apa saja jenis-jenis penelitian pendidikan? 17
10. #7. Bagaimana cara menentukan jenis penelitian 21
yang akan kita pilih?
11. #8. Apa yang dimaksud dengan penelitian tindak 22
kelas (PTK)?
12. #9. Apa bedanya PTK dan non PTK 24
13. #10. Masalah apa yang dapat diteliti dalam PTK 28

iv
14. #11. Bagaimana cara menemukan masalah dalam 30
PTK?Karena sering sekali guru merasa tidak
punya masalah.
15. #12. Apakah PTK masilh memerlukan hipotesis 30
penelitian

16. #13. Bagaimana perumusan masalah dalam PTK 32


17. #14. Apakah desain penelitian harus selalu 33
dicantumkan dalam proposal atau laporan
penelitian?
18. #15. Jika kita mengambil dua kelas dari 10 kelas 35
dua yang ada di sebuah SMP, maka nama
teknik pengambilan sampelnya apa?
19. #16. Berapa jumlah sampel yang harus diambil 36
untuk mendapatkan data yang representatif?
20. #17. Apa guna instrumen dalam penelitian? 37
21. #18. Jika kita ingin melihat hasil belajar siswa, 38
instrumen apa yang tepat?
22. #19. Apakah nilai rapor merupakan instrumen 47
penelitian?
23. #20. Apakah instrumen harus senantiasa diuji 47
validitas dan reliabilitasnya?
24. #21. Saya ingin melakukan penelitian terhadap 56
seorang guru yang menjadi favorit siswa dalam
mengajarkan sains, instrumen apa saja yang
harus disiapkan?
25. #22. Instrumen apa yang dapat digunakan untuk 64
penelitian yang bersifat kualitatif?

v
26. #23. Bagaimana bentuk penelitian kualitatif 46
dalam pendidikan sains?

Bab III. Analisis Data


27. #24. Dalam analisis data sering disebutkan 69
variabel bebas dan variabel terikat. Apa
maksudnya?
28. #25. Bagaimana cara menentukan uji statistik 70
yang tepat?
29. #26. Apa bedanya antara uji beda T, Wilcoxon, 72
dan U Mann Whitney?
30. #27. Apa itu normal gain? 76
31. #28. Kapan normal gain digunakan? 76
32. #29. Jika kita mendapati data penelitian, hasil 77
pre tes antara kelompok kontrol dan eksperimen
berdasarkan uji t atau non parametrik berbeda
signifikan, apa yang harus saya lakukan?
33. #30. Jika kita ingin melihat ada atau tidak 78
perbedaan rata-rata dari 3 kelompok uji apa
yang digunakan?Contohnya kita ingin
mengetahui adakah perbedaan sikap siswa MI,
MTS, dan MA terhadap Sains?
34. #31. Apa bedanya uji Momen Pearson dengan 79
Spearman?
35. #32. Untuk mengukur apakah uji regresi? 79
36. #33. Uji statistika apa yang cocok untuk PTK? 80
37. #34. Pada PTK biasanya digunakan minimal 2 81
siklus. Bagaimana melakukan uji statistikanya?
vi
38. #35. Dalam PTK antara siklus I dan II biasanya 82
berbeda topik. Bisakan uji paired sample T test
digunakan pada data post test di siklus I dan II,
walaupun berbeda topik?

Bab IV. Tema Penelitian Pendidikan Sains


39. #36. Saya kesulitan mencari judul penelitian, apa 83
yang harus saya lakukan?
40. #37. Darimana saya bisa mendapatkan trend 89
penelitian sains secara nasional dan internasional?
41. #38. Penelitian apa yang masih jarang dilakukan 90
di Indonesia?
42. #39. Dimana kita bisa melihat apa yang sedang 91
trend dalam pendidikan sains?
43. #40. Hal apa yang penting untuk diteliti dalam 92
pendidikan sains?
44. Daftar Pustaka 93

vii
BAB I
PENELITIAN PENDIDIKAN SAINS

# 1. Apa bedanya penelitian sains dan penelitian


pendidikan sains?
Untuk menjawab ini semua, maka terlebih dahulu kita
memahami arti sains dan pendidikan. Sains diartikan sebagai
semua pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah.
Metode ilmiah merupakan siklus induksi, deduksi, verifikasi,
dan pencarian terus menerus untuk memperbaiki teori yang
pada dasarnya dikemukan secara tentatif (Kemeny [Poedjiadi,
1999:25). Jadi sains merupakan hasil observasi/penelitian
yang terkoordinasi, terstruktur dan sistematis terhadap
peristiwa alam yang dilakukan oleh seorang saintis (ilmuwan).
Hasil penelitian para ilmuwan biasanya dikomunikasikan dan
didiskusikan di antara para ilmuwan yang menekuni bidang
yang sama. Ekplanasi para ilmuwan ini disebut eksplanasi
ilmiah.
Pendidikan adalah ilmu terapan yang melibatkan
psikologi, pedagogi, dan sosiologi. Istilah pedagogue muncul
pada zaman Yunani dan Romawi kuno, istilah ini diberikan
pada seorang wanita yang bertugas mengasuh dan mendidik
anak. Istilah ini kemudian diperluas untuk seseorang yang
memiliki keahlian mengajar. Pedagogi sejak abad ke 19
diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar. (Poedjiadi, 1999:28-
29).
Pendidikan sains adalah upaya para pendidik
menggunakan hasil penelitian ilmiah dari para ilmuwan,
untuk disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta
didik. Sains yang dipelajari di sekolah ini diistilahkan dengan
sains sekolah (school science). Sains sekolah harus mempunyai
kedalaman yang berbeda antara jenjang masing-masing
2|

sekolah, dan diolah secara pedagogik oleh guru. Sehingga


sains sekolah merupakan hasil ekplanasi pedagogik. Pemetaan
hubungan antara ekplanasi pedagogik dan ekplanasi ilmiah
ilmuwan dijelaskan oleh Siregar (1999:20) pada Gambar 1.1.
Pada Gambar 1.1 tampak bahwa ilmuwan dengan
ekplanasi ilmiahnya mengkomunikasikan hasil temuannya
pada rekan sejawat sesama ilmuwan, kemudia ia pun membuat
sebuah subject matter (bisa berupa buku atau publikasi ilmiah
dalam bentuk jurnal, makalah, dll). Subject matter inilah yang
akan diajarkan kepada siswa di sekolah, agar subject matter ini
mudah dipahami oleh siswa (accessible) dan mudah diajarkan
oleh guru (teacheable), subject matter dengan ekplanasi ilmiah
harus ditranfer terlebih dahulu menjadi ekplanasi pedagogi.
Ekplanasi pedagogi menggabungkan ilmu pedagogi dan ilmu
psikologi, sehingga subject matter sesuai dengan tingkat
keterampilan berpikir siswa. Prasyarat utama yang harus
diperhatikan oleh guru adalah ”ekplanasi pedagogi tidak
bertentangan dengan ekplanasi ilmiah”. Jadi seorang
guru harus menguasai materi yang diajarkan dengan baik
melalui penyerapan terhadap materi yang dikemukakan oleh
ilmuwan.
|3

Ilmuwan

komunikasi

representasi
Eksplanasi Rekan
ilmiah sejawat

Subject Khalayak
matter

Eksplanasi
Pedagogi
Pedadogikal Psikologikal
TEACHABLE ACCESSIBLE

Gambar 1.1. Hubungan antara ekplanasi ilmiah dan


ekplanasi pedagogi

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa


pendidikan sains adalah upaya mengajarkan/ membelajarkan
sains di sekolah. Pendidikan sains ini secara epistimologi
berada dalam wilayah pendidikan. Ilmu pendidikan berada
dalam lingkup ilmu sosial, sehingga penelitian pendidikan
termasuk pendidikan IPA berada dalam lingkup penelitian
sosial bukan penelitian sains. Perbedaan penelitian sains dan
sosial terlihat pada Tabel 1.1.
4|

Tabel 1.1. Perbedaan penelitian sains dan sosial


No Hal Penelitian sains Penelitian sosial
1. Paradigma Paradigma positivistik. Paradigma naturalistik.
yang Paradigma ini Paradigma ini
digunakan memandang bahwa memandang bahwa
kebenaran diperoleh kebenaran diperoleh
setelah hipotesis melalui observasi atau
diverifikasi melalui penelitian terhadap
eksperimen fenomena di lapangan
(studi lapangan)
2. Objek Fenomena alam yang Persoalan manusia di
yang dipandang sebagai masyarakat (termasuk
diteliti fragmen-fragmen yang komunitas pembelajaran
dapat diisolasi dari di sekolah) yang bersifat
lingkungannya. Yang mutltikausal dan
diteliti disebut objek kompleks. Yang diteliti
penelitian dan tidak ada disebut subyek penelitian
saling ketergantungan bukan obyek penelitian.
3. Metode Kuantitatif dengan Kuantitatif tidak selalu
penelitian eksperimen di harus eksperimen atau
laboratorium kualitatif

# 2. Hal apa saja yang bisa diteliti dalam pendidikan


sains?
Untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita harus
memahami dulu komponen-komponen yang terlibat dalam
proses belajar mengajar (PBM) secara umum. Menurut
Siregar (1999:17), PBM senantiasa melibatkan tiga
komponen, yaitu materi subyek/bahan ajar, pembelajar/siswa,
dan pengajar/guru. Hubungan antara ketiga komponen
tersebut digambarkan pada Gambar 1.2.
|5

Pembelajar Pengajar

Materi
subyek

G am bar 1.2. T iga Kom ponen d alam Pros es


Belajar M enga jar
Penelitian pendidikan secara umum dapat meneliti
komponen pengajar seperti minat, kesiapan mengajar,
motivasi mengajar, dan faktor intern pangajar (misalnya: IQ,
EQ, SQ) maupun ekstern pengajar (misalnya: keaktifan dalam
mengikuti training kependidikan, Musyawarah Guru Mata
Pelajaran /Kelompok Kerja Madrasah, dll). Komponen
pembelajar misalnya minat, kesiapan belajar, motivasi belajar,
dan faktor intern pembelajar (misalnya: IQ, EQ, SQ, dll)
maupun ekstern pembelajar (misalnya: musik, les privat, peer
group, dll). Komponen materi subyek misalnya jenis-jenis
materi subyek (buku teks, LKS, VCD/DVD, komputer
interaktif, Chart atau gambar, dll). Hal lain yang dapat diteliti
adalah hubungan antar komponen dalam PBM. Hubungan
antara pengajar dan pembelajar, yang diejawantahkan dalam
model-model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan pendekatan-pendekatan dalam
pembelajaran. Hubungan antara materi subyek dengan
pengajar atau materi subyek dengan pembelajar dapat diteliti
dari segi keterbacaan materi subyek tersebut.
Ada keistimewaan dalam penelitian pendidikan sains,
keistimewaan ini dikarenakan pendidikan sains merupakan
suatu ekplanasi pedagogi yang diberikan pengajar/penulis
buku pelajaran kepada pembelajar berdasarkan kepada
6|

ekplanasi ilmiah para ilmuwan. Persoalan dalam pendidikan


sains dan juga tugas dari guru/pembuat buku sains adalah
bagaimana ekplanasi ilmiah para ilmuwan dapat dipahami
dengan mudah oleh para siswa. Inilah yang acapkali jadi
masalah, “konsep-konsep yang dikemukan ilmuwan
terlalu abstrak sehingga siswa pun sulit
memahaminya”.
Jika penelitian di bidang pendidikan sains
mementingkan unsur kebermanfaatannya bagi guru-guru
sains, maka sebaiknya penelitian dalam pendidikan sains
dimulai dari pertanyaan, “konsep apa yang dianggap sukar oleh
guru dalam mengajarkannya dan oleh siswa dalam
memahaminya?”. Selanjutnya menentukan komponen apa
yang akan diteliti, “apakah materi subyek, pembelajar,
pengajarnya atau hubungan antar kompnen tersebut?”.
Jika penelitian pendidikan sains mementingkan rasa
ingin tahu, maka penelitian pendidikan sains dimulai dengan
sebuah pertanyaan, “Konsep sains mana yang sering terjadi
miskonsepsi?” atau “Metode pembelajaran sains apa yang
sering digunakan guru? Mengapa guru lebih memilih metode
tersebut”.
Jika penelitian pendidikan sains mementingkan
pemecahan masalah, maka penelitian dimulai dengan sebuah
pertanyaan, “Bagaimana mengatasi peserta didik yang kurang
partisipasi dalam pembelajaran sains?”. Penelitian untuk
pemecahan masalah sebaiknya melakukan observasi terlebih
dahulu.
Tabel 1.2. memperlihatkan sebuah contoh penelitian
yang dikembangkan berdasarkan kesulitan guru mengajarkan
materi genetika. Kesulitan ini kemudian didekati dengan
penelitian yang berorientasi pada manfaat, rasa ingin tahu, dan
pemecahan masalah.
|7

Tabel 1.2. Contoh penelitian berdasarkan kesulitan


guru mengajarkan materi genetika

Komponen Orientasi Contoh judul penelitian


yang diteliti penelitian
Materi Subyek Kebermanfaatan Pengaruh penggunaan
multimedia interaktif
terhadap hasil belajar siswa
pada topik Hereditas di SMP
X
Pemecahan Penggunaan buku komik
masalah Genetika untuk
meningkatkan hasil belajar
siswa SMA
Rasa ingin tahu Analisis wacana terhadap
buku komik Genetika karya
Gonick dan Wheelis

Pembelajar Kebermanfaatan Hubungan antara partisipasi


belajar siswa dengan hasil
belajar siswa pada topik
Genetika
Pemecahan Penggunaan tutor sebaya
masalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa SMA
Rasa ingin tahu Analisis miskonsepsi siswa
pada materi Genetika SMA
8|
|9

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

# 3. Apa perbedaan penelitian kualitatif dan


kuantitatif?
Perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif
bisa dilihat dari Tabel 2.1 (Gall et al, 2003:278-513 &
Sudjana & Ibrahim, 1989:195)).

Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan


Kualitatif
Aspek Penelitian kuantitatif Penelitian kualitatif
Tujuan Untuk menguji hipotesa Untuk menghasilkan
dari data-data yang grounded theory, yaitu
dikumpulkan sesuai teori teori yang timbul dari
atau konsep sebelumnya data bukan dari hipotesa
(verifikasi)
Sifat Hypothesis testing Generating theory
Analisis isi Menggunakan ukuran Berkaitan dengan ada
frekuensi simbol atau atau tidak adanya
atribut atau bilangan atribut, dan
numerik, dan menggunakan induksi
menggunakan statistik analitik untuk
untuk menganalisis data. menganalisis data
Jenis Ekperimen dan non Studi kasus, Etnografik,
penelitian ekperimen (deskriptif, fenomologis, penelitian
kausal komperatif, sejarah
korelasional)

Harus dicatat bahwa metode kualitatif tidak anti


verifikasi dan tidak bertentangan dengan metode kuantitatif,
tetapi penelitian kualitatif lebih memilih menggunakan data
10 |

sebagai sumber teori dari pada hanya untuk menguji


kebenaran teori terdahulu.

# 4. Apa maksud penelitian mix method (metode


penelitian kombinasi)?
Creswell & Clark (2007:5) menyatakan tentang
makna metode penelitian kombinasi adalah sebuah desain
penelitian yang melibatkan asumsi filosofi yang menentukan
teknik pengumpulan dan analisis data melalui proses
campuran kualitatif dan kuantitatif. Jadi penelitian kombinasi
melibatkan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif secara
bersamaan. Berdasarkan asumsi filosofi, ada empat elemen
filosofi yang menjadi pandangan dalam dunia pendidikan.
Empat elemen tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Empat Asumsi Filosifi dalam Penelitian


yang Menentukan Jenis Metode Penelitian
Post positivisme Konstruktivisme
• Metode sainstifik atau empiris • Interpretivisme yang
bersifat kuantitatif. bersifat kualitatif.
• Determinasi kausatif /sebab • Pemahaman
akibat • Konstruksi sosial dan
• Observasi dan eksperimen historis.
• Verifikasi teori • Penciptaan teori
Partisipatoris Pragmatisme
• Bersifat politis (penelitian • Efek-efek tindakan
harus dihubungan pada agenda • Berpusat pada masalah
politik) • Bersifat pluralistik
• Berorientasi pada isu • Berorientasi pada praktek
pemberdayaan dunia nyata.
• Kolaboratif
• Berorientasi pada perubahan
Sumber: Creswell (2010:8)
| 11

Empat asumsi filosofi itu melahirkan tiga strategi


penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi. Tabel
2.3 memperlihatkan perbedaan antara kuantitatif, kualitatif,
dan kombinasi.

Tabel 2.3 Strategi Penelitian


Kuantitatif Kualitatif (Kual) Kombinasi Kuan-
(Kuan) Kual
• Rancangan • Penelitian naratif • Sekuensial/ber-
ekperimen • Fenomology tahap
• Rancangan survei • Etnografi • Konkruen/satu
• Grunded Theory waktu
• Studi Kasus • Transformatif
Sumber: Creswell (2010: 18)

Jadi dalam penelitian kombinasi (mixed method)


didalamnya mengandung metode kuantitatif (kuan) dan
kualitatif (kual). Hanya saja pada prakteknya pengunaan kuan
dan kual berbeda ada yang secara bertahap, ada yang satu
waktu, dan ada yang bersifat transformatif.
Penelitian kombinasi dilakukan secara bertahap
(sekuensial) yaitu kuan dilanjutkan dengan kual. Sugiono
(2012:38) menggambarkan metode kombinasi sekuensial
seperti gambar 2.1.
menyambung
Kuantitatif Kualitatif Kesimpulan

KUAN KUAN kual kual


Interpretasi
Pengumpulan Analisis dari seluruh
Pengumpulan Analisis
data data data data data
Gambar 2.1 Model Bertahap pada Penelitian
Kombinasi
12 |

Pada Gambar 2.1 terlihat bahwa penelitian berawal


dari pengumpulan dan analisis data secara kuantitatif (terlihat
penggunaan huruf kapital pada kuantitatif [KUAN])
dilanjutkan dengan metode kualitatif (terlihat dari
penggunaan huruf lite pada kualitatif [kuan]). Perbedaan
penggunaan huruf kapital dan bukan juga menunjukkan,
bahwa data pada penelitian kualitatif bersifat mendukung, dan
data primernya berupa penelitian kuantitatif. Metode ini
dilakukan jika peneliti tidak puas dengan hasil penelitian
kuantitatif, sehingga perlu diperdalam dengan metode
kualitatif. Jadi kuantitatif dan kualitatif bersifat menyambung
tidak sendiri-sendiri. Misalkan seorang peneliti ingin
mengetahui “Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogi guru
terhadap pengajaran Biologi?” Pada awalnya peneliti menguji
kompetensi pedagogi guru dengan memberikan tes, kemudian
mengumpulkan rencana pembelajaran, dan mengobservasi
pengajaran guru di kelas. Hasil tes bersifat kuantitatif.
Penilaian terhadap rencana pembelajaran dan implementasi
pengajaran di kelas dapat dinilai secara kuantitatif melalui
pembuatan rubrik dan dianalisis secara kuantitatif, tetapi dapat
pula dokumen dan observasi pengajaran guru dianalisis
datanya secara kualitatif dengan analisis dokumen dan analisis
wacana tindakan pedagogi guru selama mengajar. Data
kuantitatif dihubungkan dengan data kualitatitif untuk
memperoleh kesimpulan “Ada atau tidak pengaruh
kompetensi pedagogi terhadap pengajaran para guru biologi”.
Penelitian kombinasi dilakukan dalam satu waktu
(konkruen) yaitu kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara
bersamaan dan berimbang. Metode kombinasi konkruen yang
banyak digunakan adalah model desain konkruen triangulasi.
Gambar model konkruen triangulasi digambarkan oleh
Sugiono (2012:41) seperti pada Gambar 2.2. Pada gambar
| 13

terlihat bawa antara kuantitatif dan kualitatif perannya sama


(huruf kapital digunakan baik pada kuantitatif maupun
kualitatif).

KUAN + KUAL

KUAN KUAL
Pengumpulan data Pengumpulan data

KUAN KUAL
Analisis data Data yang dihasilkan Analisis data
dibandingkan
Gambar 2.2 Metode Penelitian Kombinasi Model
Konkruen

Penelitian yang sama yaitu “Bagaimana pengaruh


kompetensi pedagogi guru terhadap pengajaran Biologi?”
dapat dilakukan dengan menggunakan penelitian kombinasi
model konkruen. Pertama peneliti menggumpulkan data
secara kuantitatif bersumber dari hasil tes, penilaian rencana
pembelajaran, dan penilaian pengajaran guru di kelas. Pada
saat yang bersamaan peneliti juga mengumpulkan data secara
kualitatif dengan mewawancarai kepala sekolah, rekan sejawat,
dan peserta didik terkait kompetensi pedagogi guru yang
menjadi subyek penelitian. Kedua data yang telah
dikumpulkan dianalisis secara masing-masing. Untuk data
kuantitatif akan dihasilkan skor hasil tes, skor rencana
pembelajaran, dan skor implementasi pengajaran guru di kelas.
Untuk data kualitatif akan dihasilkan data yang bersifat
paparan atau deskripsi. Kedua data tersebut kemudian
dibandingkan dan dihasilkanlah sebuah kesimpulan.
14 |

Penelitian kombinasi transformatif menurut Creswel


(2010:23 & 101) adalah penelitian yang menggunakan
presfektif teori tertentu. Misalnya teori Martens (2003)
digunakan sebagai teori yang digunakan untuk riset-riset pada
isu feminis, ethnis/ras, dan disabilitas. Contoh penelitiannya
adalah sebagai berikut.

Hopson dkk meneliti isu yang sering muncul pada masyarakat


urban yang didominasi masyarakat AfroAmerican yang terjangkit
HIV AIDS. Teori transformatif-emansipatoris digunakan untuk
meneliti bahasa para paritisipan yang terjangkit penyakit HIV
AIDS. Pertama-tama mereka melakukan wawancara terbuka
pada 75 orang untuk mengidentifikasi tema bahasa. Mereka
juga mewawancarai 40 orang untuk mengidentifikasi demografi,
rutinitas harian, pengunaan obat-obatanm pengetahuan HIV
AIDS, narkoba, dan prilaku sosio-seksual. Data kualitatif ini
digunakan untuk membuat instrumen yang akan menjaring data
yang bersifat kuantitatif.

# 5. Apa itu penelitian dan pengembangan (R&D)


dan penelitian pengembangan (developmental
research)?
Ada dua macam yaitu Penelitian pengembangan saja
(developmental research) dan penelitian & pengembangan
(R&D). Makna kedua penelitian itu berbeda. Penelitian
pengembangan hanya mengembangkan saja, sedangkan
penelitian R&D mengandung riset. Dalam penelitian R&D
setiap pengembangan yang dilakukan haruslah didasarkan
pada riset.
Penelitian R&D banyak digunakan sebagai metode pada
penelitian hibah bersaing atau disertasi dibeberapa perguruan
tinggi. Sugiono (2011:407) menjelaskan penelitian dan
| 15

pengembangan (R&D) adalah penelitian untuk menghasilkan


produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.
Langkah dalam penelitian R& D digambarkan pada Gambar
2.3.

Potensi dan Pengumpulan Desain Validasi


masalah data produk desain

Uji coba Revisi Uji coba Revisi desain


pemakaian produk produk

Revisi produk Produk


Masal
Gambar 2.3 Langkah Penelitian dan
Pengemabangan

Penelitian yang bersifat R&D harus dipastikan bahwa


dalam setiap perpindahan langkah didasarkan pada riset
tertentu. Misalnya untuk tahapan potensi masalah, metode
penelitian apa yang dilakukan di tahapan ini? Lalu bagaimana
langkah penelitiannya dan bagaimana hasilnya. Setiap
perpindahan dari satu langkah ke langkah lainnya haruslah
didasarkan pada penelitian bukan semata-mata karena
pemikiran saja. Penelitian (riset) tidak sekedar ada pada saat
uji coba produk yang biasanya melibatkan desain penelitian
eksperimen.
Gall et al. (2003:570) menawarkan model R&D Walter
Dick & Lou Carey untuk penelitian dan pengembangan
dibidang pendidikan. Model ini terdiri dari sepuluh langkah
yaitu menilai kebutuhan untuk indentifikasi tujuan,
menyusun analisis pengajaran, menganalisis konteks dan
pembelajar, menulis tujuan kinerja, mengembangan instrumen
16 |

penilian, mengembangkan strategi pembelajaran,


mengembangkan dan memilih materi pengajaran, mendesain
dan menyusun evaluasi formatif, memperbaiki pengajaran, dan
mendesain penyusunan evaluasi sumatif.
Penelitian dan pengembangan (R&D) bersifat
longitudinal (panjang dan berkelanjutan). Oleh sebab itu,
penelitian seperti ini tidak disarankan dilakukan pada jenjang
pendidikan Strata I (S1) dan II (S2), bahkan untuk stata III
(S3) pun terutama untuk yang mengambil jalur kuliah (by
course) perlu dipertimbangkan masalah waktu, karena
kesempatan meneliti di pendidikan S3 by course hanya 1-2
tahun saja.
Penelitian pengembangan saja (developmental research)
biasanya digunakan sebagai alternatif untuk memangkas R&D
yang terlalu lama. Biasanya penelitian ini dilakukan oleh
mahasiswa stata III (S3). Penelitian pengembangan adalah
upaya untuk mengembangkan suatu produk dan bukan untuk
menguji teori. Gravenmeijer & Cobb (2006:25)
mengungkapkan penelitian Designpengembangan diartikan
research from a learning sebagai
design perspective 25
sebuah kumulatif proses siklus seperti pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Penelitian Pengembangan sebagai


Figure 3.1 Developmental research, a cumulative cyclic process
Sebuah Kumulatif Proses Siklus
norms, and the revision of those specific aspects of the design. The design
experiment therefore consists of cyclic processes of thought experiments
and instruction experiments (Freudenthal 1991; Figure 3.1).
We may associate these microcycles of design and analysis with Simon’s
(1995) “mathematical teaching cycle.” According to this idea, a mathe-
matics teacher will first try to anticipate what the mental activities of the
students will be when they participate in some envisioned instructional activ-
| 17

Berdasarkan Gambar 2.4 kita mengetahui bahwa


peneltian pengembangan terdiri dari pengembangan produk
(memikirkan dan melaksanakan) dan memvalidasi produk
(proses siklik) sehingga dihasilkan sebuah produk yang dapat
digunakan dalam dunia pendidikan baik berupa modul,
media, instrument, ataupun sistem pengolahan dalam
pembelajaran.

# 6. Apa saja jenis-jenis penelitian pendidikan?


Menurut Best (1977:14-15), jenis penelitian dalam
pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu penelitian sejarah,
penelitian deskriptif, dan penelitian ekperimental. Sudjana &
Ibrahim (1989:18) menyatakan ada empat jenis penelitian
pendidikan, yaitu penelitian historis, penelitian eksploratif
atau penjajagan, penelitian deskriptif, penelitian ex post facto,
dan penelitian eksperimen. Penelitian deskriptif meliputi
studi kasus, studi pembangunan, studi tindak lanjut, studi
kecenderungan, survey pendidikan, dan studi korelasi. Gall et
al (2003:278-540) menyatakan jenis penelitian untuk
pendidikan dibagi menjadi tiga. Pertama penelitian
kuantitatif, yang terdiri dari penelitian eksperimen dan non
eksperimen. Penelitian non eksperimen terdiri dari penelitian
deskriptif, kausal komperatif dan korelasional. Kedua adalah
penelitian kualitatif yang terdiri dari studi kasus, penelitian
etnografi, fenomologi, dan sejarah. Ketiga adalah penelitian
terapan yang terdiri dari penelitian evaluasi dan penelitian
tindakan.
Penelitian historikal menggambarkan “what was?”
atau apa yang telah terjadi?. Penelitian historikal bertujuan
untuk mempelajari dan menggali fakta-fakta dan menyusun
kesimpulan mengenai perisitiwa-peristiwa masa lampau.
Proses penelitian ini melibatkan penyelidikan, pencatatan,
18 |

analisis, dan interpretasi bukti-bukti masa lalu untuk


menemukan generalisasi. Generalisasi dari temuan masa
lampau tersebut dijadikan bahan untuk memahami masa kini
dan melakukan antisipasi pada masa mendatang. Penelitian
ini biasanya digunakan dalam penelitian sejarah dan
purbakala. Dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat
dilakukan untuk meneliti perkembangan sistem pendidikan,
kurikulum, dan penilaian dari masa ke masa.
Penelitian deskriptif menggambarkan, “what is” apa
yang sedang terjadi. Penelitian deskriptif bertujuan
menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang
terjadi pada saat sekarang. Penelitian ini melibatkan deskripsi,
pencatatan, analisis, dan interpretasi yang terjadi pada saat ini.
Karena memotret kejadian yang terjadi pada saat penelitian ini
berlaku, maka di waktu yang akan datang penelitian ini belum
tentu berlaku. Penelitian deskriptif tidak selalu menuntut
adanya hipotesa, demikian pula manipulasi variabel tidak
diperlukan, sebab gejala dan peristiwa telah ada, tinggal
dideskripsikan. Dalam penelitian pendidikan pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini layak untuk dijawab melalui
penelitian deskripsi. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
rendahnya prestasi siswa? Strategi belajar apa saja yang
digunakan oleh guru sains di kelas? Bagaimana respon guru
terhadap penerapan kurikulum 2004?
Penelitian eksperimen menggambarkan, “what will
be” atau apa yang akan dilakukan. Pada penelitian eksperimen
variabel-variabel tertentu dimanipulasi atau diberi perlakuan.
Dalam peneltian pendidikan, ekperimen bisa dilakukan untuk
menguji coba suatu model, strategi, atau metode pembelajaran
atau suatu media pembelajaran atau keefektifan suatu alat
evaluasi pendidikan.
| 19

Penelitian ex post facto dilakukan apabila perlakuan


atau manipulasi variabel tertentu telah terjadi sebelumnya,
sehingga tidak perlu diberikan perlakuan lagi. Pada penelitian
pendidikan variabel bebas seperti sosial ekonomi, intelegensia,
sikap, motivasi, lingkungan keluarga, dan lain-lain merupakan
ciri atau karakteristik yang telah ada dalam diri subyek, pada
variabel ini tidak mungkin diberi perlakuan. Jika peneliti
ingin melakukan penelitian “pengaruh sikap belajar terhadap
prestasi belajar” maka peneliti tinggal mengukur efek variabel
bebas tersebut (sikap belajar) pada variabel terikatnya (prestasi
belajar). Penelitian ex post facto dapat mengkaji hubungan dua
variabel bebas atau lebih dalam waktu yang bersamaan untuk
menentukan efek variabel bebas tersebut pada variabel terikat.
Penelitian eksplorasi berkaitan dengan upaya untuk
menentukan apakah suatu fenomena ada atau tidak. Penelitian
yang mempunyai tujuan seperti ini dipakai
untuk menjawab bentuk pertanyaan “Apakah X
ada/terjadi?”. Contoh penelitian sederhana dalam pendidikan
adalah Apakah laki-laki atau wanita mempunyai kcenderungan
duduk di bagian depan kelas atau tidak? Bila salah satu pihak
atau keduanya mempunyai kecenderungan itu, maka kita
mendapati suatu fenomena (yang mendorong penelitian lebih
lanjut). Penelitian eksplorasi dapat juga sangat kompleks.
Umumnya, peneliti memilih tujuan eksplorasi karena
beberapa hal, misalnya.
a. Memuaskan keingintahuan awal dan nantinya ingin lebih
memahami
b. Menguji kelayakan dalam melakukan penelitian/ studi yang
lebih mendalam
c. Mengembangkan metode yang akan dipakai dalam
penelitian yang lebih mendalam.
20 |

Penelitian terapan atau application research dilakukan


untuk menggambarkan atau memprediksi atau menguji
pengaruh dari sebuah intervensi. Tujuan dari penelitian
terapan adalah untuk mengembangkan teori yang berkaitan
dengan penomena pendidikan. Penelitian evaluasi (evaluation
research) dan penelitian tindakan (action research) merupakan
penelitian terapan. Evaluation research sangat penting bagi
pembuat kebijaksanaan, manajer program, dan pengembang
kurikulum. Action research sangat bermanfaat bagi perbaikan
praktek pengajaran yang dilakukan guru.
Studi kasus atau case study. Yin (1984:23)
menyebutkan a case study is an empirical inquiry that
investigates a contemporary phenomenom within its real life
context; when the boundaries between phenomenom and context
are not clearly evident; and in which multiple sources of evidence
are used. Fenomena menurut (Gall, 2003:436) dapat berupa
kejadian, proses, personal, atau hal-hal lainnya yang menarik
bagi si peneliti. Contoh fenomena yang ada dalam penelitian
pendidikan adalah program, kurikulum, peranan guru dan
murid, dan kejadian-kejadian yang terjadi di sekolah atau
kelas. Adapun perbedaan studi kasus dengan penelitian
lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Perbedaan Penelitian Studi Kasus


dengan Penelitian Eksperimen dan Sejarah
Jenis Bentuk Kebutuhan Fokus pada
penelitian pertanyaan adakan kejadian-
penelitian kelompok kejadian
kontrol konterporer
Eksperimen How, why Ya Ya
Sejarah How, why Tidak Tidak
Studi kasus How, why Tidak Ya
| 21

# 7. Bagaimana cara menentukan jenis penelitian


yang akan kita pilih?
Penentuan jenis penelitian sangat tergantung pada
masalah atau yang menjadi pertanyaan penelitian kita.
Gambar 2.5 mudah-mudahan dapat membantu dalam
memilih jenis penelitian yang akan kita lakukan.
Studi Studi
Sampel Korelasional
YA

NO
Berkaitan
Apakah mengukur NO dengan YA Apakah salah
frekuensi atau nilai hubungan satu variabel di
rerata suatu variabel dua variabel manipulasi?
NO

YA
Apakah
kejadian Kualitatif: Ekperimen
Studi NO YA etnografi,
diamati
kasus sebagai apa fenomologi,
adanya? histori

Gambar 2.5. Bagan Alir Pilihan Jenis Penelitian

Contoh pilihan jenis penelitian yang berkaitan dengan


masalah atau pertanyaan penelitian dapat dilihat pada Tabel
2.5.
22 |

Tabel 2.5. Contoh Aplikasi Pemilihan Jenis


Penelitian pada Pendidikan Sains

No Masalah atau pertanyaan Jenis penelitian


penelitian
1. Mengamati cara guru sains senior Kualitatif
mengajarkan sains (fenomologi)
2. Mengapa nilai sains siswa rendah? Studi kasus
3. Berapa persen siswa yang Studi sampel
mengalami kesulitan memahami
materi sains?
4. Apakah terdapat hubungan antara Studi
kemampuan nalar siswa dengan korelasional
prestasi belajar siswa dalam sains?
5. Apakah hasil belajar siswa akan Ekperimen
meningkat jika menggunakan
metode contextual learning (CTL)?

# 8. Apa yang dimaksud dengan penelitian tindak


kelas (PTK)?
Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action
research (CAR) merupakan penelitian tindakan (action
research), yang bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar di kelas. Beberapa
istilah lain yang digunakan untuk penelitian action research
dalam pendidikan adalah classroom research, practitioner
research, teacher reasearch, insider research, dan selfstudy research.
PTK biasanya dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah
tempat ia mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan
atau peningkatan proses dan praktek pembelajaran. Makna
PTK menurut Bruce Kochis Classroom research is more than
| 23

just teaching techniques and tricks, though; its basic idea might be
best described as “the systematic investigation of the effects of our
teaching on student learning for the purpose of improving
instruction.” It consists of two aspects: a repertoire of techniques
for getting information from students about their learning and an
effort to organize that information into a larger picture of
practical learning theory.
Perbedaan antara PTK dengan penelitian lainnya adalah
dari sisi beranjaknya suatu permasalahan penelitian. PTK
beranjak dari permasalah yang dihadapi di kelas. Kemudian
melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Contoh sederhana penelitian tindakan kelas di
kemukakan oleh Bruce Kochis.

You stop your class with a couple of minutes to go and pass out
half-sheets of paper. You ask your students to answer
anonymously the following: What is the most important thing
you learned today?
Back in your office you read the answers and realize that about
one-third of the class didn’t see a critical link between two aspects
of that day’s work. The next day you talk to the class about your
findings and spend a few minutes discussing for the one-third
(and reviewing for the two-thirds) that important link.

[Anda mengeluarkan kertas, meminta peserta didik


menjawab sebuah pertanyaan “Apa yang paling penting yang
telah kamu pelajari hari ini?” Tanpa harus mencantumkan
namanya peserta didik menjawab pertanyaan tersebut. Anda
kembali ke kantor dan membaca jawaban peserta didik,
ternyata 1/3 dari peserta didik tidak melihat secara kritis
hubungan antara dua aspek pada pekerjaannya hari ini. Hari
berikutnya Anda berdiskusi beberapa menit tentang temuan
anda kemarin bersama 1/3 murid anda dan melakukan
review terhadap 2/3 lainnya tentang tautan penting]
24 |

Pada saat ini penelitian tindakan kelas sangat penting


dilakukan oleh para pengajar, karena dengan penelitian ini
pengajar bisa memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar
mengajarnya.

# 9. Apa perbedaan PTK dengan non PTK?


Penelitian tindakan kelas dapat dibedakan dari non
penelitan tindakan kelas dari siklus penelitian. Siklus pada
adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak dijumpai
pada penelitian non tindakan. Dalam penelitian non tindakan
hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan.
Dalam PTK hasil yang belum baik masih ada kesempatan
untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.
Siklus terdiri dari (1) perencanaan (plan); (2)
pelaksanaan (act); (3) pengamatan (observe); dan (4) refleksi
(reflect); dan (5) perencanaan kembali. Siklus hanya berfokus
pada bagian yang dimodifikasi melalui action reseach, bukan
seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara
total jarang dilakukan dalam action research yang berskala
kelas. Misalnya kita akan memodifikasi pembelajaran dengan
memperbanyak penggunaan carta. Dalam “perencanaan” yang
diuraikan adalah tentang carta itu saja, misalnya “Tiap
pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam
kelas.” Dalam “pelaksanaan” diuraikan kenyataan yang terjadi,
apakah benar tiap pertemuan bisa digunakan carta, misalnya
“Penggunaan carta tiap pertemuan hanya dapat dilakukan
selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata
hanya satu carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat
mengelaborasi “pelaksanaan” itu dengan menyebutkan carta-
carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling
tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa
lama digunakan, berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb,
| 25

dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-data hasil


pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai
instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan
Anda tentang mengapa terjadi keberhasilan maupun
kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali untuk
perlakuan pada siklus berikutnya.

Gambar 2.6. Siklus pada Penelitian Tindakan


Kelas, terdiri dari plan, act, observe, dan reflect

Dalam action reseach selama ini banyak siklus yang


bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku.
Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.

1. Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran,


sehingga tidak dapat dilihat bagian yang sebenarnya
sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran
diubah secara total melalui PTK, dan sebelumnya
26 |

pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di


bawah standar.
2. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan
secara terus-menerus selama periode tertentu, sampai data
pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan pola yang
menetap) dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi).
Sebagai analogi, jika selama satu minggu suhu badan
pasien menunjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C;
37,50 C; 37,50 C; dapatlah disimpulkan bahwa kondisinya
telah kembali normal. Itu digabungkan dengan data
pengamatan lain selama seminggu juga seperti perilaku,
nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang bersifat
triangulatif.
3. Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus
sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius:
siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua
dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen,
hanya ingin menunjukkan bahwa metode eksperimen
adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus
disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk
materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang
lebih cocok.

Lebih lanjut perbedaan PTK dan Non PTK (penelitian


formal) yang dikemukakan oleh Mettetal (Gall, 2003:580)
dapat dilihat pada Tabel 2.6.
| 27

Tabel 2.6 Perbedaan antara Penelitian Tindakan


dan Penelitian Formal
Penelitian Formal Penelitian Tindakan
Tujuan Pengetahuan yang Pengetahuan yang
penelitian dihasilkan ditujukan dihasilkan untuk
untuk mendapatkan diterapkan secara lokal
generalisasi
Metode Berdasarkan tinjauan Berdasarkan pada
untuk meng- dari penelitian masalah-masalah yang
identifikasi sebelumnya sedang dihadapi atau
masalah tujuan-tujuan yang ingin
dicapai
Pemilihan Secara acak dan harus Tidak ada pemilihan
subyek memenuhi sampling sampel. Subyek
penelitian representatif penelitian adalah semua
siswa/orang yang ada di
wilayah kerjanya.
Analisis data Menggunakan uji Difokuskan pada
statistik atau teknik praktek, tidak
kualitatif memerlukan signifikansi
statistik, data bisa
disajikan secara deskriptif
melalui tabel, diagram,
dan gambar kurva.
Kegunaan Berkontribusi Berkontribusi terhadap
hasil terhadap signifikansi signifikansi praktek dan
penelitian teori atau menambah meningkatkan
pengetahuan tentang pengajaran dan
pengajaran dan pembelajaran di kelas
pembelajaran secara tempatnya mengajar
umum
28 |

# 10. Masalah apa saja yang dapat diteliti dalam


PTK?
Tidak semua masalah dapat dilakukan penelitian
tindakan kelas. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu
dipertimbangkan pada saat menentukan masalah penelitian
tindakan kelas.
1) Masalah Berada di Bawah Kendali Guru
Masalah yang diteliti harus berada di bawah kendali
guru, artinya guru itu sendiri dapat memecahkannya melalui
serangkaian kerja ilmiah. Misalnya jika ketiadaan buku yang
menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran
dan mengerjakan PR di rumah, maka sebetulnya tidak perlu
melakukan PTK untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa
di rumah. Solusinya adalah membelikan buku, maka masalah
itu akan terpecahkan, dan itu di luar kendali guru. Contoh
lain masalah yang berada di luar kendali guru adalah
kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya.
Jadi masalah dalam PTK harus cukup layak (feasible) untuk
pecahkan dan berada di dalam wilayah pembelajaran.
2) Masalah yang Tidak terlalu Besar
Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun
merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan
melalui PTK, apalagi untuk PTK individual yang cakupannya
hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat
kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Maka
pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk dipecahkan.
3) Masalah yang Tidak Terlalu Kecil
Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya
terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah
siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali.
Misalnya lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti
pelajaran termasuk masalah kecil, karena hanya menyangkut
| 29

dua orang siswa, sementara masih banyak masalah lain yang


menyangkut kepentingan sebagian besar siswa. Jadi masalah
yang diteliti dalam PTK, harus berupa masalah umum yang
mayoritas siswa mengalami kesulitan/ketidakpahaman/gejala
yang sama.
4) Masalah harus Cukup Besar dan Strategis
Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat
merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan
strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran.
Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya
terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa
berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan
siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar)
merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan
strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi
manfaat yang besar dan jelas.
5) Masalah yang Anda Senangi
Dibolehkan melakukan PTK berdasarkan rasa memiliki
dan senang terhadap masalah yang teliti. Hal itu
mengindikasikan rasa ingin tahu terhadap masalah dan
keinginan untuk melihat dampak setiap perlakukan yang
diberikan.
6) Masalah yang Riil dan Problematik
Masalah dipilih berdasarkan kondisi riil, dan ada dalam
pekerjaan sehari-hari sebagai seorang guru dan memang
problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda
dampak negatifnya cukup besar). Jangan mencari-cari masalah
hanya karena ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan
orang lain.
30 |

# 11. Bagaimana cara menemukan masalah dalam


PTK? Sering sekali guru merasa tidak punya
masalah.
Sebetulnya setiap hari guru mengahadapi banyak
masalah, kadang kala masalah itu tidak ada putus-putusnya.
Akhirnya guru tidak dapat menemukan masalah untuk PTK,
hal ini sungguh ironis. Yang harus dilakukan guru adalah
merenung barang sejenak atau mengobrol dengan teman
sejawat atau membaca perkembangan pendidikan di sekolah
lain, kota lain, dan negara lain. Maka masalah akan segera
ditemukan. Pada pembelajaran di kelas ada tiga kelompok
masalah pembelajaran yang bisa di”PTK” kan yaitu
pengorganisasian materi pelajaran, penyampaian materi
pelajaran, dan pengelolaan kelas. Contoh masalah organisasi
pembelajaran adalah guru berfikir bahwa pembahasan suatu
topik dari segi biologi dan bahasa Indonesia secara bersama-
sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan
secara sendiri-sendiri. Contoh penyampaian materi adalah hal-
hal yang berkaitan dengan metode dan media. Contoh
pengelolaan kelas adalah pengorganisasian siswa dalam
kelompok kerja sehingga antar siswa berjalan dengan lebih
efektif.

# 12. Apakah PTK masih memerlukan hipotesis


penelitian?
Sebelum menjawab itu semua, maka kita harus
mendudukan dahulu hipotesis. Hipotesis adalah rangkaian
dari sebuah kerja ilmiah, yang dimulai dengan pengumpulan
data, pengujian hipotesis, eksperimen/penelitian, analisis data,
pengambilan kesimpulan. Jadi selama yang dilakukan
merunut pada kerja ilmiah, maka hipotesis tetap diperlukan.
Misalnya ketika kita ingin melihat apakah pembelajaran
| 31

metode kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan prestasi siswa


atau tidak, maka kita dapat berhipotesis, ”metode kooperatif
tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi siswa”. Ketika kita
berhipotesis ini, kita punya asumsi bahwa pembelajaran yang
menyenangkan dan melibatkan anak secara aktif lebih kuat
retensi (ingat terhadap materi), jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional yang teacher center.
Pada PTK dikenal hipotesis tindakan. Rumusan
hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk
menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada
pemilihan tindakan yang dianggap tepat, dapat mulai dengan
menimbang prosedur-prosedur yang memungkinkan
dilaksanakan. Agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai
sampai menemukan prosedur tindakan yang dianggap tepat.
Maka pada prosedur ini sebaiknya mencari masukan dari
sejawat atau orang-orang yang peduli lainnya dan melakukan
kajian dari teori/hasil penelitian sebelumnya, sehingga
rumusan hipotesis akan lebih tepat.
Contoh hipotesis tindakan akan diberikan di sini.
Situasinya adalah kelas yang siswa-siswanya sangat lamban
dalam memahami bacaan. Berdasarkan analisis masalahnya
peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki
kebiasaan membaca yang salah dalam memahami makna
bahan bacaannya, dan bahwa ‘kesiapan pengalaman’ untuk
memahami konteks perlu ditingkatkan. Maka hipotesis
tindakannya sebagai berikut: “Bila kebiasaan membaca yang
salah dibetulkan lewat teknik-teknik perbaikan yang tepat dan
‘kesiapan pengalaman’ untuk memahami konteks bacaan
ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat kecepatan
membacanya.” Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang
direncanakan dan telah diamati, hipotesis tindakan ini
ternyata meleset dalam arti pengaruh tindakannya belum
32 |

seperti yang diinginkan, peneliti harus merumuskan hipotesis


tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan
berikutnya. Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral
penelitian tindakan, peneliti merumuskan hipotesis, dan pada
putaran berikutnya merumuskan hipotesis yang lain, dan
putaran berikutnya lagi merumuskan hipotesis yang lain lagi ...
begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat
kualitasnya.
# 13. Bagaimana perumusan masalah pada PTK?
Sebelum merumuskan masalah, harus dipahami dahulu
bahwa masalah penelitian tindakan adalah kesenjangan antara
keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan hendaknya
dideskripsikan untuk dapat merumuskannya. Pada intinya,
rumusan masalah harus mengandung deskripsi tentang
kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Sehingga
pada rumusan ada deskripsi tentang keadaan nyata dan
deskripsi tentang keadaan yang diinginkan. Kesenjangan
antara dua keadaan tersebut merupakan masalah yang harus
diselesaikan dengan menutupnya melalui tindakan yang sesuai.
Bagaimana cara menutupnya? Karena penelitian tindakan
merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang
peneliti perlu mencari wawasan teoretis dari pustaka yang
relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang akan
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Pustaka
yang ditinjau hendaknya mencakup teori-teori dan hasil
penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat adalah
bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji,
melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat
keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung.
Wawasan teoretis sangat mendukung proses analisis
masalah. Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat
mengajukan hipotesis tindakan atau pertanyaan
| 33

penelitian. Contoh penyajian masalah, rumusan masalah, dan


hipotesis tindakannya terlihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Masalah, Rumusan Masalah dan
Hipotesis Tindakan
M asalah Rumusan Hipotesis Tindakan
rendahnya Mahasiswa semester Jika tingkat kekritisan
kemampuan 5 mestinya telah pertanyaan mahasiswa
mengajukan mampu dijadikan penilaian
pertanyaan mengajukan kualitas partisipasi
kritis di pertanyaan yang mereka setelah diberi
kalangan kritis, tetapi dalam contoh dengan
mahasiswa kenyataannya pembahasannya,
petanyaan mereka kemampuan mengajukan
lebih bersifat pertanyaan kritis mereka
klarifikasi akan meningkat.

# 14. Apakah desain penelitian harus selalu


dicantumkan dalam proposal atau laporan
penelitian?
Desain penelitian kita cantumkan apabila sifat penelitian
kita ekperimen. Beberapa contoh desain penelitian ekperimen
yang sering kita lakukan menurut Gall et al (2003:385 & 403)
adalah sebagai berikut.
1. Desain penelitian eksperimen biasa terdiri dari desain
kelompok tunggal dan desain dengan kelompok kontrol.
Contoh desainya adalah sebagai berikut.
a. Desain kelompok tunggal (single group design)
• Studi kasus satu kali perlakuan (one shot case study)
X O

• Desain satu kelompok pre dan pos tes (one group


pretest-posttest design)
34 |

O X O

• Desain time series


O O O O X O O O O

b. Desain dengan kelompok kontrol


• Desain kelompok kontrol dengan pre dan pos tes
A O X O
A O O
• Desain kelompok kontrol
A X O
A O
• Desain kelompok empat Solomon
A O X O
A O O
A X O
A O
2. Desain penelitian kuasi ekperimen. Desain kuasi
eksperimen dilakukan apabila tidak memungkinkan
mengambil sampel penelitian secara acak. Desain
penelitian kuasi eksperimen adalah sebagai berikut.
a. Desain static group comparison
X O
O
b. Desain non equivalent control group
O X O
O O
Keterangan: A = Acak
X = Perlakuan,
O = Observasi pretes atau postes
| 35

# 15. Jika kita mengambil dua kelas dari sepuluh


kelas dua yang ada di sebuah SMP, maka nama
teknik pengambilan sampelnya apa?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, harus dipahami dulu
dari sisi pengambilan sampel penelitian dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu penelitian populasi, penelitian sampel, dan
penelitian kasus (Arikunto, 1999:131-132). Penelitian
pendidikan dengan menentukan sekolah tertentu (misalnya
SMP X) sebagai tempat penelitian disebut penelitian kasus.
Kebanyakan penelitian mahasiswa pendidikan baik S1 atau S2
menggunakan jenis penelitian ini. Pada penelitian seperti ini
populasi sampling adalah semua siswa di sekolah yang di pilih,
adapun populasi sasaran adalah siswa yang duduk di kelas
tertentu sesuai dengan materi yang akan diteliti. Adapun
teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan dalam
penelitian pendidikan adalah.
a. Sampel acak sederhana atau simple ramdom sampling, yaitu
mengambil subyek penelitian sedemikian rupa sehingga
setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai subyek penelitian. Penelitian pendidikan
yang bersifat eksperimen akan mengalami kesulitan jika
menggunakan teknik pengambilan sampel ini, karena
biasanya pihak sekolah berkeberatan untuk membentuk
kelas baru hasil pengacakan kita, apalagi jika penelitian kita
dilakukan di pertengahan semester. Walaupun begitu
pengambilan sampel seperti ini tetap bisa dilakukan bagi
penelitian yang bersifat survey atau deskripsi atau penelitian
yang bersifat evaluasi (evaluation research) dengan
penyebaran kuisioner/angket.
b. Sampel kelompok atau cluster sampling. Pada cluster
sampling siswa telah terkumpul dalam sebuah kelas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh
36 |

siswa di kelas tertentu sebagai sampel penelitian.


Contohnya berkaitan dengan pertanyaan di atas, jika di
sebuah sekolah ada sepuluh kelas dua, dan kita hanya
membutuhkan dua kelas, maka kita mengambil dua kelas
secara acak dari sepuluh kelas yang ada.
c. Sampel strata atau stratified sampel. Pada beberapa sekolah
tertentu, pembagian kelas ditentukan oleh kemampuan
intelektual siswa. Sehingga pada sekolah tersebut terdapat
kelas akselerasi untuk quick learner dengan IQ di atas 120,
kelas pertengahan untuk siswa yang kemampuannya rata-
rata, dan kelas lambat untuk slow learner. Pada kasus
seperti ini pengambilan sampel dengan strata lebih tepat
dilakukan daripada dengan random. Cara pengambilan
sampel strata adalah kita mengambil perwakilan dari setiap
kelas secara acak untuk dijadikan sampel penelitian.
d. Sampel bertujuan atau purposive sampel. Pengambilan
sampel bertujuan didasarkan pada tujuan penelitian kita.
Misalnya kita ingin mengetahui sikap belajar siswa ber IQ
tinggi di sebuah sekolah, maka kita mengambil sampel para
siswa yang berIQ di atas 120.

# 16. Berapa jumlah sampel yang harus diambil untuk


mendapatkan data yang representatif?
Dalam menentukan besarnya jumlah sampel, Arikunto
(1999:120) menyatakan jika jumlah populasi kurang dari 100,
lebih baik semua diambil sebagai sampel penelitian. Jika lebih
dari 100 maka jumlah subyek penelitian bisa diambil 10-15%
atau 20-25% atau lebih berdasarkan pertimbangan tertentu.
Mantra dan Kasto (1989:150-153) menyarankan beberapa hal
yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan sampel,
yaitu:
| 37

a. Derajat keseragaman (degree of homogenity), makin


homogen suatu populasi, makin kecil sampel yang dapat
diambil.
b. Presisi yang dikehendaki dalam penelitian, terdapat
hubungan yang negatif antara besar sampel dan besarnya
kesalahan (error) penyimpangan terhadap nilai populasi,
yaitu semakin besar sampel, semakin kecil kesalahan
penyimpangan.
c. Rencana analisis, ketika kita ingin membagi lagi siswa
berdasarkan IQ, maka sampel yang hanya 30 orang akan
menyebabkan adanya sel-sel yang kosong.
d. Tenaga, biaya dan waktu. Makin besar sampel yang
diambil, maka makin membutuhkan banyak tenaga, biaya,
dan waktu.

# 17. Apa guna instrumen dalam penelitian?


Instrumen adalah alat untuk menggumpulkan data,
dengan instrumen inilah data-data penelitian akan terkumpul,
kemudian data-data tersebut diolah dan dianalisis, untuk
kemudian disimpulkan. Instrumen yang tepat akan menjaring
data-data yang tepat dibutuhkan sesuai dengan tujuan
penelitian. Instrumen penelitian disesuaikan dengan metode
pengumpulan data. Gambaran antara metode dan instrumen
yang digunakan dalam penelitian pendidikan dapat dilihat
pada Tabel 2.8.
38 |

Tabel 2.8. Metode dan Instrumen yang digunakan


untuk Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data Instrumen
Tes Soal tes
Angket Kuisioner/angket
Observasi • Check list
• Tabel observasi
• Verbal Interaction Catagory
System (VICS)
Wawancara • Pedoman wawancara
Dokumentasi/portofolio • Pedoman dokumentasi/
Portofolio
• Check list

# 18. Jika kita ingin melihat hasil belajar siswa,


instrumen apa yang tepat?
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan
tes dan non tes. Pada proses belajar mengajar tes adalah
serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan kognitif, afektif, atau skill siswa, yang setiap butir
pertanyaannya sudah mempunyai jawaban yang dianggap
benar. Menurut Zainul & Nasoetion (2001:3) tes adalah
suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau
atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir
pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar. Menurut bentuknya tes
dibagi menjadi dua yaitu.
a. Tes bentuk uraian/essay, yang terdiri dari uraian terbuka,
jawaban singkat, dan isian
b. Tes bentuk obyektif yang terdiri dari benar salah,
perjodohan, dan pilahan ganda.
| 39

Penyusunan soal-soal tes dibahas tersendiri dalam buku


tersendiri. Adapun alat ukur hasil belajar non tes yang umum
digunakan adalah participation charts, check list, rating scale,
dan attitude scales.
a. Participation charts atau bagan partisipasi
Bagan partisipasi digunakan untuk melihat
keikutsertaan siswa secara sukarela dalam proses belajar
mengajar. Pola keikutsertaan siswa dalam kelompok dapat
menggambarkan menjelaskan hasil belajar siswa bersifat
afektif, yaitu kehendak untuk ikut serta. Bagan partisipasi
digunakan untuk mengamati kegiatan diskusi kelas.
Contoh bagan partisipasi adalah sebagai berikut.

Nama Kualitas Kontribusi *)


Sangat Penting Meragukan Tidak Relevan
berarti
Ani III II - -
Budi II II
Cahyo I I
Dedi I
Eep III III

*) Sangat berarti= mengemukakan gagasan baru yang penting dalam


diskusi
Penting = mengemukakan alasan-alasan penting dalam
pendapatnya
Meragukan = pendapat yang tak didukung oleh data atau
informasi lebih lanjut
Tidak relevan = gagasan yang diajukan tidak relevan dengan
masalah yang didiskusikan

b. Check list atau daftar cek


Daftar cek digunakan untuk melihat ada atau tidak
adanya suatu unsur, komponen, trait, karakteristik, atau
kejadian dalam suatu peristiwa, tugas, atau suatu kesatuan
40 |

yang komplek. Contoh check list pendidikan sains adalah


daftar cek Ralp W. Tyler untuk menguji keterampilan
menggunakan mikroskop, yang terdiri dari 83 pertanyaan.
Contoh daftar cek untuk menentukan kualitas kegiatan
kelompok dalam percobaan kimia adalah sebagai berikut.
Untuk meneliti pengaruh arus listrik terhadap suatu
larutan satu set alat praktikum disusun seperti dalam
diagram di bawah ini:

Kertas saring

Cawan petri
elektroda

Baterai

Larutan yang akan diuji arus listriknya adalah


campuran dari 10 ml larutan garam, 0,5 ml larutan kanji,
dan tiga tetes larutan fenolftalein. Campuran ini
dimasukan dalam cawan petri sehingga kertas saring yang
ada di atasnya basah seluruhnya. Alirkan arus listrik dan
amati apa yang terjadi!
a. Uraikan dengan teliti dan tepat pengamatanya, dan
mengapa demikian?
b. Kemungkinan larutan garam apakah itu dan
bagaimana rumusnya?
| 41

c. Anda lakukan untuk menentukan ion-ion dalam


larutan itu!

FORMAT OBSERVASI
1. Apakah mereka membaca petunjuk dengan baik
sebelum melakukan paraktikum
2. Apakah mereka melakukan:
a. Pemeriksaan terhadap semua alat yang tersedia?
b. Pemeriksaan terhadap larutan yang disediakan?
c. Pemeriksaan terhadap sambungan baterai/arus
listrik
3. Apakah semua anggota ikut serta dalam diskusi
4. Apakah hal-hal berikut menjadi bahan diskusi:
a. Di dalam larutan garam terdapat ion positif dan
ion negatif
b. Ion positif dapat dipisahkan dari ion negatif
lewat peristiwa elektrolisa
c. Ion positif akan dinetralisir menjadi
logam/direduksikan pada kutub negatif/katoda
d. Ion negatif akan dinetralisir menjadi sisa
asam/dioksidasikan pada kutub positif/anoda
e. Bahan baru akan terbentuk dari larutan garam
f. Fenolftalein adalah indikator yang dapat
membedakan larutan yang bersifat asam atau
basa
5. Apakah kelompok melakukan kegiatan berikut.
a. Menyusun alat percobaan sesuai dengan
petunjuk
b. Mengukur volume larutan garam yang
diperlukan dengan menggunakan gelas ukur
c. Mengukur volume larutan menggunakan cara-
cara yang tepat
d. Mengukur volume larutan kanji menggunakan
gelas ukur
e. Mencampur larutan garam fenolftalein dan
larutan kanji dicampur dalam gelas piala
42 |

f. Mengaduk larutan menggunakan gelas


pengaduk
g. Pada saat melakukan elektrolisa, mula-mula
menggunakan tegangan rendah kemudian
tegangan ditinggikan.
h. Menggunakan gelas pengaduk pada waktu
menuangkan larutan dari gelas piala ke cawan
petri
5. Apakah kelompok dapat menjelaskan:
a. Pada katoda
(i) Perubahan larutan tak berwarna menjadi
berwarna merah
(ii)Timbulnya gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau
b. Pada anoda:
Perubhanan larutan tak berwarna menjadi
berwarna biru/ungu
c. Timbulnya gas yang tidak berwarna pada katoda
d. Perubahan larutan tak berwarna pada anoda
menjadi biru/ungu
e. Perubahan kecepatan reaksi jika tegangan
dinaikan
f. Larutan garam yang terbentuk
g. Reaksi nyala pada ion natrium dan pada ion
kalium (ion natrium berwarna kuning, ion
kalium berwarna ungu)
h. Reaksi garam dengan ion perak atau ion timbal
membentuk endapan berwarna kuning

c. Rating scale atau skala lajuan


Rating scale hampir mirip dengan check list, hanya
saja pada ranting skala digunakan derajat atau peringkat.
Beberapa tipe rating scale adalah numerical, descriptive
graphic, ranking methods, dan paired comparisons.
Numerical rating scale menggambarkan suatu
karakteristik atau kualitas tertentu yang akan diukur
| 43

keberadaannya dengan menggunakan angka. Contoh


numerical rating scale untuk menilai penggunaan
termometer oleh siswa.
Aspek yang diukur 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Kalibasi terhadap alat
Menemukan bagian tubuh yang
tepat untuk mengukur suhu
tubuh
Cara membaca termometer
Keterangan:
1 = tidak memuaskan
2 = di bawah rata-rata
3 = rata-rata
4 = di atas rata-rata
5 = sempurna

Descriptive graphic rating scale menggambarkan suatu


karakteristik atau kualitas tertentu yang akan diukur
keberadaannya, yang disajikan melalui tanda tertentu pada
suatu kontinum baris. Contoh descriptive graphic untuk
mendeskripsikan partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi
di kelas adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah Sangat aktif Tidak aktif


aktifitas siswa dalam
diskusi
2. Bagaimakah
kemampuan siswa Sangat Tidak
mengemukakan lancar Lancar
pendapat
3. Bagaimanakah
urutan pikiran siswa Renton Kacau
4. Bagaimanakah
44 |

kemampuan siswa
membantah Tepat Klise
pendapat orang lain?
5. Bagaimana
kemampuan Logis Tak Jelas
mendukung
pendapat orang lain?
6. Bagaimana
kemampuan Akurat Kabur
menarik
kesimpulan?
7. Bagaimana sikap
terhadap pendapat Meng- Meng-
orang lain? hargai anggap
enteng

Raking methods rating scale


Kegunaan metode menyusun ranking, yaitu:
(1) Untuk menyusun ranking kedudukan siswa dalam suatu
kelas, dalam aspek tertentu, atau keseluruhan aspek hasil
belajar.
(2) Untuk memeriksa kemampuan peserta didik menentukan
kedudukan relatif dari suatu komponen dalam suatu
prosedur tertentu
(3) untuk menentukan ranking relatif dari produk hasil belajar
yang didemonstrasikan siswa
Cara menentukan ranking adalah sebagai berikut.
(1) Tentukan kedua nilai ekstrim (tertinggi dan terendah)
(2) Bergerak ke titik tengah
Dengan cara ini akan lebih membedakan ranking
seseorang atau suatu komponen dengan komponen lainnya.
Kesukaran membedakan hanya akan dialami pada orang atau
komponen yang terletak paling dekat ke titik tengah saja.
Contoh ranking method rating scale adalah menilai
model sel yang dibuat oleh siswa. Maka buat tabel, kemudian
| 45

diberi penilaian. Angka satu (1) menunjukkan hasil karya


siswa yang menduduki peringkat pertama atau peringkat
terbaik.

Nama kelompok Peringkat


I ...
II ...
III ...
dst ...

Paired comparisons rating scale dilakukan dengan cara


membandingkan hasil kerja atau tugas seorang siswa
dengan siswa lainnya. Dalam perbandingan itu
dibandingkan hasil kerja yang lebih baik, dengan demikian
pada akhir perbandingan akan diperoleh informasi tentang
kedudukan anak tersebut di antara teman sejawatnya.
Hasil perbandingan tersebut dimasukan ke dalam matriks
sebagai berikut.
Nama Ani Iin Ira Nani Iis Aep Edi Jmlh
Ani 1 0 1 1 0 1 4
Iin 0
Ira 1
Nani 0
Iis 0
Aep 1
Edi 0

Cara penilaiannya adalah sebagai berikut.


Hasil karya Ani dibandingkan dengan Iin, jika hasil
karya Ani lebih baik dari Iin, maka kolom Ani-Iin diberi
angka 1, sedangkan Iin-Ani 0. Kemudian dibandingkan
dengan Ira, jika Ira lebih baik dari Ani-Ira, maka Ani
diberi 0 dan Ira-Ani 1, demikian seterusnya.
46 |

Hasil peneilaian dengan paired comparisons rating


scale ini sangat baik digunakan untuk menilai hasil kerja
(dalam sains biasanya disebut proyek sains) siswa dan
hasilnya lebih objektif dibandingkan dengan ranking
method rating scale.

d. Attitude scales atau skala sikap. Sikap didefinisikan oleh


Turstone (Asmawi, 2001:127), attitude is affect for or
against, evaluation of like or dislike of, or positiveness or
negativeness toward a psychological object. Sikap ini harus
memenuhi dua kriteria agar memenuhi penelitian ilmiah,
yaitu dapat diamati dan dapat diukur. Skala sikap yang
biasa digunakan dalam penelitian pendidikan adalah skala
Likert, contohnya:
Sikap terhadap penggunaan hukuman di sekolah
Petunjuk: jawablah semua butir soal di bawah ini, dengan
katagori jawaban berikut.
A = Sangat setuju
B = Setuju
C = Tidak punya pendapat
D = Tidak setuju
E = Sangat tidak setuju

1. Guru yang baik tidak pernah


memukul murid
2. Murid yang dipukul guru di
sekolah akan bersikap negatif
terhadap sekolah
3. Murid akan menghormati guru
bila guru boleh memukul murid
yang bersalah
4. Hukuman badan dibutuhkan
untuk menertibkan murid dalam
kelas
5. Dst...
| 47

Jawaban untuk pertanyaan, “Instrumen apa yang tepat


untuk mengukur hasil belajar?” maka pertama sekali kita harus
bertanya aspek apa yang akan dilihat dari hasil belajar?
Kemudian baru menentukan instrumen tes atau non tes.
Umumnya penelitian pendidikan mengunakan gabungan tes
dan non tes.

# 19. Apakah nilai rapor merupakan instrumen


penelitian?
Instrumen adalah alat ukur, sedang rapor adalah catatan
hasil penilaian terhadap siswa biasanya selama satu semester.
Penilaian ini biasanya didasarkan pada tes formatif, tes
sumatif, dan nilai ko kurikuler. Soal pada tes formatif dan tes
sumatif dikatakan sebagai instrumen. Alat-alat non tes seperti
pedoman fortofolio, lembar observasi atau angket yang
berupa check list, attittude scale, atau rating scale yang
digunakan untuk menilai ko kurikuler siswa adalah instrumen.
Jadi nilai rapor tidak tepat jika dikatakan sebagai instrumen
penelitian.

# 20. Apakah instrumen harus senantiasa diuji


validitas dan reliabilitasnya?
Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data.
Instrumen yang baik akan menghasilkan data yang benar,
sehingga kesimpulan yang ditarik sesuai dengan fakta.
Sebaliknya intrumen yang tidak baik akan menghasilkan data
yang tidak benar, sehingga kesimpulan yang ditarik tidak
sesuai dengan fakta. Instrumen yang baik harus memenuhi
dua syarat, yaitu valid dan reliabel. Oleh karena itu pengujian
kevalidan dan kereliabelan instrumen penelitian sangat
diperlukan dalam penelitian. Adapun instrumen yang perlu
48 |

diuji reliabilitas dan kevalidannya adalah soal tes, kusioner,


dan angket yang berupa skala sikap atau numerik rating scale.
Validitas diartikan sebagai ukuran yang menunjukkan
tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen.
Instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas yang
tinggi. Cara pengujian validitas suatu instrumen adalah
sebagai berikut.
1. Validitas isi dan keterukuran tujuan
Soal tes, kuisioner, atau pun angket sebelumnya perlu
dilakukan validasi isi dan keterukuran tujuan. Validitas
ini berkaitan dengan butir-butir pertanyaan yang akan
diajukan pada siswa. Validitas isi dan keterukuran tujuan
dilakukan oleh ahli bidang studi. Bagi mahasiswa
pendidikan sains ahli bidang studi bisa melibatkan guru
mata pelajaran, dosen pembimbing, dan dosen mata
kuliah sains (sesuai topik yang diteliti)
2. Validitas empiris
Validitas empiris dilakukan dengan mengujicobakan
instrumen pada para siswa yang memiliki karakteristik
sama dengan siswa yang akan dijadikan subyek penelitian.
Hasil uji coba tersebut kemudian diolah secara manual
dengan menggunakan rumus korelasi prodact moment atau
pun menggunakan program komputer SPSS misalnya.
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengguji
validitas menggunakan program SPSS.
• Hasil uji coba soal hereditas pada siswa kelas 3 MTS
Padalarang, yang berbentuk pilihan ganda dan diberi
nilai 1 jika betul dan 0 jika salah, adalah sebagai
berikut.
| 49

Skor Setiap Item


Nama
1 2 3 4 5 dst
Suaidah 1 1 1 1 1
Latifah 1 1 1 1 1
Yola A. 1 1 1 1 1
Yogi 1 1 1 1 1
Asep S 1 1 1 1 1
Susanti 1 0 1 0 1
Siti Jariah 1 0 0 1 1
Yesse L 1 0 1 1 1
Rini 1 1 1 1 1
Robby K 1 1 1 1 1
dst

• Masukan data-data tersebut ke dalam komputer


menggunakan program SPSS dengan cara.
• Klik START kemudian PROGRAMS kemudian
SPSS, maka akan muncul tampilan seperti di
bawah ini.

• Klik CANCEL, sehingga tampilannya seperti di


bawah ini:
50 |

• Klik Variable View di bagian kiri bawah untuk


mengubah nama Var, seperti contoh di bawah ini:

• Klik kembali Data View dan isikan hasil uji coba


soal seperti pada point a di atas. Dan jangan lupa
menuliskan total nilainya. Contoh hasilnya adalah
sebagai berikut.
| 51

• Untuk melakukan uji korelasi klik Analyze


kemudian corelate, kemudian Bivariate.

• Pilihlah seluruh tampilan yang ada di sebalah


kiri kemudian masukan ke dalam kotak yang di
sebelah kanan, atur tampilannya seperti di
bawah ini.
52 |

• Klik Ok dan perhatikanlah hasilnya.

• Lalu perhatikanlah korelasi antar nomor soal dengan


skor total, jika didapatkan hasil seperti di bawah ini.
| 53

TOTAL

Pearson Correlation .283(*)


SATU Sig. (2-tailed) .046
N 50
Pearson Correlation .192
DUA Sig. (2-tailed) .181
N 50
Pearson Correlation .470(**)
Sig. (2-tailed) .001
TIGA
N 50
Sig. (2-tailed) .000
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Angka-angka yang berbintang satu menunjukkan kevalidan


dengan taraf signifikansi 95%. Maka dari tabel di atas
tampaklah nomor soal yang valid adalah satu, tiga, dan lima.
Sedangkan soal yang tidak valid adalah nomor dua. Soal
nomor dua yang tidak valid ini harus dibuang dan tidak
digunakan dalam penelitian.
Reliabilitas menggambar keajegan suatu alat ukur,
artinya beberapa kali pun datanya diambil, hasilnya akan
sama. Reliabilitas dapat diukur dengan menggunakan rumus
spearman Brown, rumus Flanagan, KR 20, KR 21, rumus Hoyt,
rumus alpha (Arikunto, 1999:170-196). Adapun pengukuran
reliabilitas menggunakan komputer dengan program SPSS
adalah sebagai berikut.
• Buatlah variabel ganjil dan genap pada data editor SPSS,
seperti di bawah ini.
54 |

• Jumlahkan skor pertanyaan bernomor genap dan skor


pertanyaan bernomor ganjil.

• Klik analyze, kemudian corelate, kemudian bivariate, lalu


masukan variabel genap dan ganjil ke kotak kanan, seperti
di bawah ini:
| 55

• Perhatikanlah hasilnya!
Correlations

TOTGJL TOTGNP
TOTGJL Pearson Correlation 1 .727**
Sig. (2-tailed) . .000
N 50 50
TOTGNP Pearson Correlation .727** 1
Sig. (2-tailed) .000 .
N 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil korelasi adalah 0,727 dan tampak tanda bintang


dua, yang berarti menunjukkan tingkat korelasi yang tinggi.
Adapun katagori reliabilitas menurut Gilford (Ruseffendi,
1998:144) adalah.
0,00 – 0,20 reliabilitas kecil
0,20 – 0,40 reliabilitas rendah
0,40 – 0,70 reliabilitas sedang
0,70 - 0,90 reliabilitas tinggi
0,90 – 1,00 reliabilitas sangat tinggi
56 |

# 21. Saya ingin melakukan penelitian terhadap


seorang guru yang menjadi favorit siswa dalam
mengajarkan sains, instrumen apa saja yang harus
disiapkan?
Jika kita ingin mengetahui faktor apa yang
menyebabkan guru sains tersebut menjadi favorit para siswa,
maka kita dapat menyiapkan angket dan pedoman wawancara.
Jika kita ingin mengetahui bagaimana cara guru mengajar di
kelas, maka kita dapat menyiapkan lembar observasi Verbal
Interaction Catagorycal System (VICS) Flander (1970) untuk
merekam pengajaran yang dilakukan oleh guru selama proses
belajar mengajar. Menurut Simon & Boyer (Boehm &
Weinberg, 1979), sistem katagorikal Flander adalah skema
observasi yang dapat digunakan untuk melihat dan memahami
pola interaksi yang terjadi selama proses belajar mengajar.
Bagaimana guru mengajar di dalam kelas dapat diregam
dengan menggunakan tape recorder, MP3 Recorder, atau Handy
Camera. Kemudian semua perkataan guru tersebut dicatat
kembali, dan catatan percakapan guru murid selama
pengajaran berlangsung disebut transkip.

Tabel 2.8. Tabel Katagori & Deskripsi Flander


(1970)
DIM ENSI NO KATAGORI DAN DESKRIPSI
1 Menyajikan informasi atau pendapat,
digunakan apabila pengajar menyajikan
konten, fakta atau opini, ekplanasi,
PENGAJAR

diskusi, dan pertanyaan retorika juga


termasuk.
A. Mulai
2 Memberikan arahan, digunakan apabila
pengajar memberikan perintah, arahan,
atau petunjuk agar pembelajar melakukan
mematuhinya. Contoh: coba lihat
halaman 14.
| 57

3 Mengajukan pertanyaan sempit,


digunakan apabila jawaban pertanyaan
diperkirakan mudah dijawab oleh
pembelajar. Ini mencakup drill tanya
jawab yang menghendaki jawaban satu
atau dua kata. Contoh: Apakah ini
benar?
4 Mengajukan pertanyaan luas, digunakan
bilamana suatu pertanyaan agak terbuka
menghendaki pemikiran, atau
mengesankan sebagai suatu pendapat atau
perasaan. Contoh: Mengapa kamu pikir
model gelombang dapat menjelaskan
dengan memuaskan.
5a. Menerima pendapat, digunakan
apabila pengajar menerima,
memantulkan, menjelaskan, atau
memuji pendapat pembelajar. Juga
jika pengajar mengulangi,
menyimpulkan, atau
mengomentari pendapat
pembelajar. Contoh: bagus, itu
5. Menerima

jawaban yang cukup baik.


B. Menjawab 5b. Menerima prilaku, digunakan
apabila pengajar menerima dan
menggiatkan prilaku. Contoh:
Hasil percobaanmu bagus!
5c. Menerima perasaan, digunakan
bilamana pengajar merefleksikan
perasaan pembelajar, atau
menjawab perasaan dengan
menyenangkan. Contoh: tidak
heran kamu kecewa
.

6a. Menolak ide, digunakan apabila


6. Menolak

pengajar menolak, mengeritik,


mengabaikan, atau kurang
menggiatkan ide pembelajar.
Contoh: itu tidak benar!
58 |

6b. Menolak prilaku, digunakan


apabila pengajar mengomentari
atau mengeritik untuk menekan
prilaku pembelajar yang kurang
diterima. Contoh: duduk. Apa
yang kamu kerjakan?
6c. Menolak perasaan, digunakan
untuk mengabaikan pertanyaan
atau perasaan pembelajar. Contoh:
Apa kamu tidak malu, jangan
libatkan perasaanmu!
7. Jawaban kepada pengajar
7a. Dapat diprediksi, biasanya
mengikuti katagori 3 dan bersifat
pendek, apakah simbol atom
carbon? Jawaban C
7b. Tidak dapat memprediksi, biasanya
A. Menjawab mengikuti katagori 4, atau juga 3:
PEMBELAJAR

Apa yang menyebabkan bengkok


tersebut? Dijawab: sebabnya tidak
satu. Atau mungkin banyak sebab.
8 Jawaban kepada pembelajar lain,
digunakan apabila seorang pembelajar
menjawab pembelajar lain.
9 Bicara/bertanya kepada pengajar,
pembelajar membuka pembicaraan kepada
B. Berbicara/ pengajar.
bertanya/ 10 Bicara (bertanya atau berkomentar)
berkomentar kepada pembelajar lain, pembelajar
membuka pembicaraan (pertanyaan atau
komentar) kepada pembelajar lain.
11 Senyap, karena adanya kegiatan membaca,
atau latihan. Jika berlangsung lama,
dibuat catatan dipinggir tabel.
LAINNYA
12 Kebingungan, terjadi keributan yang
mencolok, dan kegaduhan, tidak seperti
direncanakan.
| 59

Contoh transkip yang terjadi di dalam kelas adalah sebagai


berikut.
Siswa : Bu eksperimen atuh bu! (9)
Guru : Ok, kita bereksperimen dengan kamu! (5a)
Siswa : Masak, sih bu! (7a)
Guru : Ya, (5a)
Ayo kita lihat bentuk rambut Dia! (2)
Bagaimana bentuknya? (3)
Siswa : Keriting! (7a)
Guru : Kita gambarkan, anak pertama ya? keriting
(5a)
Adik Mu ada berapa ? (3)
Siswa : lima bu! (7a)
Guru : Yang pertama? (3)
Siswa : Perempuan dan Lurus! (7a)
Guru : Yang kedua? (3)
Siswa : Laki-laki keriting! (7a)

Setiap interaksi antara pengajar dan pembelajar dikodekan


sesuai angka yang ada pada Tabel 2.7 katagori interaksi verbal.
Contohnya:
Siswa : Bu eksperimen atuh bu! (9)
Diberi angka 9 sesuai dengan tabel,
yaitu pembelajar membuka
pembicaraan kepada guru
Guru : Ok, kita bereksperimen dengan kamu! (5a)
Diberi angka 5a karena pengajar
menerima pendapat pembelajar
Selanjutnya angka disusun menjadi 9, 5a, 7a, 5a, 2, 3,
7a, 5a, 3, 7a, 3, 7a, 3, 7a. Selanjutnya data diambil secara
berpasangan. Data pada bagian awal diambil sepasang
kemudian bagian kedua dipasangkan pada data berikutnya,
60 |

demikian seterusnya, dari angka di atas disusun berpasangan


menajdi 9-5a, 5a-7a, 7a-5a, 5a-2, 2-3, 3-7a, 7a-5a, 5a-3, 3-7a,
7a-3, 3-7a, 7a-3, 3-7a. Setiap pasangan kemudian dipetakan
dengan mencacah pada kotak yang sesuai, yang sudah dilabeli
A hingga U seperti tampak dalam Gambar 2.7. Penempatan
interaksi di atas pada diagram VICS terlihat pada Gambar 2.2.
Jika frekuensi interaksi pada wilayah A, B, D, E, F, H, I
sangat tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya, ini
menunjukan bahwa guru sangat mendominasi selama proses
belajar mengajar berlangsung. Adapun wilayah C, G, J, K, L,
M, P, R menunjukan wilayah dimana terjadi proses dialog
yang bersifat umpan balik terjadi antara guru dan siswa,
sedangkan wilayah N, O, S, T menunjukan wilayah aktifitas
antar siswa, wilayah ini memiliki frekuensi yang tinggi jika
pembelajaran yang dilakukan oleh guru berupa diskusi
kelompok dengan siswa sebagai presentatornya.
Pengajar Pembelajar

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 A C
Pengajar

2 1
3 1 1 B 2
4
5 E F 1 G 1
6 D H I J
7 K 4 1 U
8 L M N O
Pembelajar

9
10 P Q R S T
11
12
Gambar 2.7. Urutan dan Hubungan antar Katagori
Keterangan: Nomor pada Gambar 2.7 sama dengan nomor interaksi
pada Tabel VICS. Huruf A-U menunjukkan wilayah yang sesuai dengan
kolom dimensi pada VICS
| 61

Dari skema observasi Flanders tersebut dapat diketahui


bagaimana peta guru mengajar di kelas. Hanya saja
ketertarikan siswa terhadap guru mungkin bukan hanya
ditentukan oleh cara mengajar guru. Boleh jadi karena guru
menyampaikan materi tersebut dengan jelas dan gamblang.
Untuk mengetahui bagaimana isi materi yang guru ajarkan di
kelas, dapat digunakan analisis wacana.
Analisis wacana didefinisikan sebagai kajian yang
meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara
alamiah, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan (Arifin &
Rani, 2000:3). Analisis wacana digunakan untuk mengetahui
kedalaman dan keluasan materi subyek. Hasil analisis wacana
ini adalah tampilan berupa model representasi suatu teks.
Model representasi teks menampilkan struktur makro teks.
Struktur makro sebenarnya mirip dengan outline, tetapi
bentuknya lebih rinci karena melibatkan proposisi. Hal-hal
penting yang harus diperhatikan dalam membuat struktur
makro tersebut adalah proposisi sebagai dasar unit informasi
dan penerapan argumen (Siregar, 2000:13).
Van Dijk dan Kintsch (Siregar, 2000:13) menyebutkan
proposisi sebagai unit wacana yang bertugas untuk
mengkonstruksi ilmu. Dahar (1996:36) mendefinisikan
proposisi sebagai unit dasar informasi dalam sistem
pemrosesan informasi manusia. Proposisi dapat disamakan
dengan gagasan. Suatu proposisi selalu terdiri atas dua unsur,
yaitu suatu hubungan dan sekumpulan argumen. Hubungan
dari suatu proposisi dapat berupa kata sifat, kata kerja, dan
kata keterangan. Argumen merupakan topik dari proposisi
yang dapat berupa kata benda, kata ganti (kadang-kadang juga
berupa kata kerja dan sifat). Contoh sebuah proposisi, “Ruli
mengukur suhu dengan termometer”. Mengukur adalah
hubungan, adapun Ruli, suhu, termometer adalah argumen.
62 |

Ciri terpenting proposisi adalah suatu unit informasi yang satu


akan terkait dengan unit informasi yang lain, dari contoh
kalimat di atas memberikan informasi hubungan antara ketiga
argumen (Ruli, suhu, termometer) ialah tentang mengukur.
Adapun contoh hasil analisis wacana pengajaran yang
dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut.

Tindakan Teks dasar Proposisi Proposisi Proposi


Pedagogi mikro mikro-1 makro
(guru)
Membuka Langsung saja Struktur Definisi Deskripsi
pelajaran kita membahas atom struktur atom
dengan tentang struktur adalah atom
menanyakan atom. Di kelas susunan
definisi satu sudah p, n, e
struktur dipelajari dan di dalam
atom kelas tiga hanya atom
dijelaskan
struktur atom-
atom modern.
Coba sebutkan
struktur atom itu
apa? Susunan.
Kalau atom?
Bagian dari zat
yang tidak dapat
dibelah atau
bagian terkecil
dari suatu benda.
Jadi struktur
atom itu apa?
Struktur atom
adalah sususnan
p, n, e dalam
atom
Sumber: Sumini, 2001
| 63

Hasil analisis wacana tersebut kemudian dibuat sebuah


model representasi teksnya yang mirip dengan outline, yaitu
sebagai berikut.

Deskripsi atom

Definisi struktur atom

Susunan p, n, e dalam atom

Kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam


kelas dapat diketahui dari hasil representasi teksnya (materi
subyek), tindakan pedagogi guru (pengajar), dan respon siswa
(pembelajar), yang kualitasnya tergambar pada Gambar 2.8.
1. Intelligible 1. Informing
2. Plausible 2. Eliciting
3. Fruitfull 3. Directing

pembelajar pengajar

Materi subyek

1. Konten
2. Substansial
3. Sintaktikal

Gambar 2.8 Hubungan antara Materi Subyek,


Pembelajar, dan Pengajar (Siregar, 1999:13)

Proses belajar mengajar dengan menginformasikan


(informing), sejalan dengan upaya memudahkan pembelajar
64 |

untuk mengakses materi subyek agar dipahami sebagai


pengetahuan deklaratif (intelligible), materi subyek diakses
sebagai konten yang berfungsi sebagai unit dasar pengetahuan.
Proses belajar mengajar mengembangkan (elicting),
sejalan dengan upaya pembelajar memahami materi subyek
sebagai pengetahuan prosedural (plausible), materi subyek
diakses sebagai substansial yang berfungsi sebagai bangunan
dari pengetahuan.
Proses belajar mengajar mengarahkan (directing), sejalan
dengan upaya pembelajar memahami materi subyek
keterampilan intelektual (fruitfull), materi subyek diakses
sebagai sintaktikal, yang berfungsi sebagai keterampilan
intelektual, yang berperan dalam membangun pengetahuan
menggunakan hukum, aturan, teori, dan lain-lain untuk
menjamin agar bangunan yang dihasilkan mempunyai dasar
dan menjamin bangunan tersebut tidak terbantahkan.

# 22. Instrumen apa yang dapat digunakan untuk


penelitian yang bersifat kualitatif?
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian
tergantung pada apa yang menjadi permasalah atau pertanyaan
penelitian. Hanya saja untuk penelitian yang bersifat kualitatif
umumnya metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah pengamatan/observasi, wawancara yang mendalam, dan
dokumentasi.
A. Pengamatan
Dalam penelitian pendidikan, pengamatan dilakukan
untuk menangkap gejala (fenomena) dan kehidupan budaya
yang dianut oleh subyek penelitian pada waktu itu.
Pengamatan dapat dikatagorikan menjadi empat yaitu.
1) Pengamatan berpartisipasi atau pengamatan terlibat atau
partisipasi penuh atau pengamatan informal. Di sini
| 65

peneliti memainkan peranan sebagai peserta dalam suatu


kebudayaan. Identitas sesungguhnya dirahasiakan
(tertutup). Dasar teknik ini adalah “peran pura-pura/role
pretense”. Ada tiga kemungkinan yang terjadi dengan
pengamatan seperti ini, yaitu.
i. Peneliti tidak berhasil melakukan hubungan dengan
subyek penelitian (under rapport): hubungan peneliti
dengan subyek berjarak terlalu jauh sehingga peneliti
tidak mampu berkomunikasi dengan subyek. Ini
membawa dampak negatif terhadap data yang
dihasilkan.
ii. Peneliti menghasilkan hubungan yang optimal (optimal
rapport): peneliti tidak menutup diri terhadap
lingkungan interaksi tetapi juga tidak larut dalam suatu
interaksi. Bentuk hubungan ini yang harus diusahakan.
iii. Peneliti larut dalam kebudayaan subyek (over rapport):
peneliti terlalu larut/dekat secara simbolis atau
emosional ketika menyesuaikan diri dengan suatu
kelompok budaya tertentu. Di sini ada bahaya going
native.
2) Partisipasi Terbatas. Bentuk ini sering dipakai, peneliti
tidak merahasiakan identitas dan berusaha membina
hubungan yang baik dengan subyek penelitian.
3) Pengamatan terbatas. Pengamatan terbatas didasarkan
pada beberapa kali kunjungan, interaksi antara peneliti dan
subyek penelitian pun terbatas.
4) Pengamatan saja atau pengamatan penuh atau pengamatan
terkendali. Di sini tak terjadi interaksi antara peneliti
dengan subyek.
66 |

B. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam bersifat luwes, tidak terstruktur,
tidak baku, dan terbuka. Intinya adalah pertemuan intensif
secara langsung untuk memahami pandangan subyek tentang
kehidupan, pengalaman, pandangan, yang diungkapkan dalam
bahasa mereka sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan agar
situasi wawancara terbangun dengan baik, adalah sebagai
berikut.
a. Tidak menghakimi.
Pewawancara harus menahan diri dari penilaian
negatif yang merendahkan subyek. Terimalah subyek apa
adanya, tentramkan hati mereka manakala
mengungkapkan hal-hal yang bersifat personal,
memalukan, atau mendeskriditkan, dan berikanlah empati
dan pengertian.
b. Biarkan mereka bicara
Wawancara mendalam butuh kesabaran tinggi.
Sekalipun subyek bicara panjang lebar tentang hal yang tak
ada sangkut pautnya dengan topik penelitian, peneliti
harus berusaha untuk tidak memotongnya, apalagi jika itu
wawancara pendahuluan. Subyek seperti ini dapat
diarahkan dan disadarkan dengan cara berhenti mangut-
mangut atau mengalihkan topik pembicaraan pada waktu
jeda bicara. Jika subyek mulai bicara tentang hal penting,
biarkan pembicaraan mengalir dan berikan respon positif
lewat gerakan tubuh atau pernyataan yang relevan.
c. Berikan perhatian
Pewawancara harus menunjukkan perhatian
sungguh-sungguh pada apa yang dikatakan subyek dan
tahu kapan dan bagaimana menggali dan mengemukakan
pertanyaan yang mengena.
| 67

Kelemahan dari wawancara adalah subyek dapat


memberikan pernyataan-pernyataan bohong, oleh karena itu
sangat penting melakukan cek silang dengan mewawancarai
pihak ketiga. Cek silang yang banyak digunakan adalah teknik
triangulasi (serba tiga). Pada penelitian pendidikan pertanyaan
bisa diajukan pada guru, murid, dan kepala sekolah.

C. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto, rekaman video, riwayat
hidup, materi subyek (bahan ajar) yang digunakan guru,
soal-soal evaluasi, dan lain sebagainya adalah dokumentasi
yang dapat digunakan sebagai sumber data.

# 23. Bagaimana bentuk penelitian kualitatif dalam


pendidikan sains?
Contoh-contoh judul penelitian di bawah ini dapat
memberikan gambaran tentang penelitian kualitatif dalam
sains:
1. Analisis Gambar pada Topik Sel dalam Buku Biologi Kelas
3 SMA
2. Analisis Pertanyaan yang Dikembangkan dalam Buku
Pelajaran Biologi SMU Kelas Satu Pada Konsep Virus dan
Monera
3. Analisis Keterpaduan, Kesinampbungan, dan
Pengembangan Keterampilan Intelektual Konsep
Anabolisme pada Buku Teks Biologi SMU Kelas III
4. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Kelas 2 SMU pada
Pokok Bahasan Sistem Ekskresi
5. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep Gelombang dan
Bunyi
6. Identifikasi Miskonsepsi dan Kesalahan Buku Teks Biologi
SMA Kelas 3 pada Konsep Biogeografi
68 |
| 69

BAB III
ANALISIS DATA

# 24. Dalam analisis data sering disebutkan variabel


bebas dan variabel terikat. Apa maksudnya?
Menurut Hagul et al variabel adalah konsep yang diberi
lebih dari satu nilai atau dengan kata lain pengelompokan
yang logis dari dua atau lebih atribut. Contohnya atribut laki-
laki perempuan di kelompokkan dalam variabel jenis kelamin,
atribut tua dan muda dikelompokkan dalam variabel usia.
Variabel dapat berbentuk diskrit atau kontinus. Contoh
variabel diskrit adalah jumlah anak dalam keluarga, karena
tidak pernah ada jumlah anak dalam keluarga 2,5 atau 3,3.
sedangkan variabel kontinus dapat dinyatakan dalam angka
pecahan, contohnya nilai hasil belajar, berat badan, tinggi
badan, dan lain-lain.
Inti dari penelitian adalah mencari hubungan antar
variabel. Hubungan yang paling mendasar adalah hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable)
dan terikat (dependent variable) atau sering juga digunakan
istilah variabel pengaruh dan terpengaruh.
Istilah variabel bebas digunakan untuk variabel-variabel
yang mempengaruhi suatu variabel lain (terikat). Sebaliknya
variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain (bebas). Contohnya IQ siswa, EQ siswa, dan metoda
pengajaran guru akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Pada contoh ini IQ siswa, EQ siswa, dan metode mengajar
siswa sebagai variabel bebas, adapun prestasi belajar siswa
adalah variabel terikat. Hubungan antar variabel tidak selalu
bersifat asimetris, yaitu satu variabel mempengaruhi variabel
yang lainnya, seperti pada contoh di atas. Hubungan antar
variabel kadang kala bersifat pula hubungan timbal balik,
70 |

contohnya kenaikan spp akan meningkatkan fasilitas belajar,


sebaliknya peningkatan fasilitas belajar menyebabkan kenaikan
spp.

# 25. Bagaimana cara menentukan uji statistik yang


tepat?
Ketepatan uji statistik ditentukan oleh ketepatan dalam
melihat jenis skala apa yang digunakan dalam data kita. Untuk
melihat skala apa yang digunakan dalam data kita maka kita
lihat terlebih dahulu jenis variabel bebas dan variabel terikat
yang kita gunakan, apakah termasuk diskrit atau kontinus? Jika
variabel kita bersifat diskrit maka kemungkinan besar tipe data
yang kita kumpulkan adalah nominal atau ordinal. Sedangkan
jika variabel bersifat kontinus, maka kemungkinan besar tipe
data bersifat interval atau rasional.
Skala nominal atau skala klasifikasi adalah
menggunakan angka atau lambang untuk mengkasifikasikan
suatu obyek, orang atau sifat. Misalnya jenis kelamin wanita
diberi angka satu (1) dan pria diberi angka (2). Angka nominal
juga dapat digunakan untuk membedakan metode
pembelajaran yang digunakan pada siswa. Contoh kelompok
siswa yang menggunakan model pembelajaran sains teknologi
masyarakat (STM) diberi angka satu (1), kelompok siswa yang
menggunakan model pembelajaran Contextual Learning
(CTL) diberi angka dua (2), dan kelompok siswa yang
menggunakan model pembelajar Keterampilan Proses Sains
(KPS) diberi angka tiga (3).
Skala ordinal atau urutan adalah pengelompokan
obyek-obyek dilakukan berdasarkan sebuah urutan dari yang
lebih rendah/buruk/tidak disukai sampai yang lebih
tinggi/baik/lebih disukai, yang ditandai dengan tanda > atau
lebih besar dari pada. Contoh skala ordinal adalah peringkat
| 71

siswa di kelas berdasarkan prestasi, jika seorang anak


berperingkat 2 di kelas tersebut berarti ada yang lebih pandai
dari dia. Contoh lain data yang bersifat ordinal adalah pangkat
dalam kemiliteran, letnan > sersan > kopral > prajurit.
Skala interval mempunyai sifat seperti skala ordinal
tetapi lebih lebih lengkap. Pada skala ordinal jarak antara dua
peingkat/nomor yang berdekatan belum tentu sama,
sedangkan pada skala interval jarak antar dua peringkat yang
berdekatan adalah sama. Contoh skala interval adalah waktu
dan suhu.
Skala rasio mempunyai semua ciri skala interval dan
berlaku perbandingan dan angka nol (0). Contoh skala ini
adalah isi, luas, panjang, dan temperatur derajat kelvin.
Apakah nilai IQ termasuk skala rasio? Maka kita bisa uji
dengan membandingkanya, contoh: Apakah pada IQ berlaku
IQ 120 IQ 40
= ? Tidak bukan? Maka IQ bukan skala
IQ 90 IQ 30
rasional. Siegel (1992:37) merumuskan uji statistik yang
sesuai dengan jenis datanya, seperti tampak pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Jenis Skala dan Uji Statistik yang


Digunakan
Jenis skala Contoh statistik yang cocok Sifat uji statistik
Nominal Modus, Frekuensi, dan Koefisien Non parametrik
Kontingensi
Ordinal Median, Presentil, Rho Non parametrik
Spearman, dan Kendall
Interval Mean, Deviasi standar, dan Parametrik dan
Korelasi momen Pearson non parametrik
Rasio Mean geometrik koefesien variasi Parametrik dan
non parametrik
72 |

# 26. Apa bedanya antara uji beda T, Wilcoxon, dan


U Mann Whitney?

Uji T, Wilcoxon, dan U Mann Whitney adalah uji


statisitik untuk melihat perbedaan rata-rata dua kelompok.
Uji T digunakan untuk menguji data-data yang mempunyai
skala interval atau rasio, sedangkan uji wilcocon dan U Mann
Whitney digunakan untuk menguji data yang mempunyai
skala ordinal. Menurut Ruseffendi (1998:278) uji T adalah
uji dua sampel bebas dan uji dua sampel berhubungan. Uji
dua sampel bebas (independent sampel T test) digunakan untuk
menguji dua rata-rata dari dua sampel yang saling bebas.
Contohnya untuk menguji dua rata-rata dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Uji dua sampel
berhubungan (paired sample T test) digunakan untuk
membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu kelompok
atau terhadap dua sampel yang saling berhubungan,
Contohnya untuk mengguji pre test dan post test. Uji T
digunakan apabila distribusi populasinya normal. Sedangkan
bila distribusi tidak normal digunakan uji statistik non
parametrik, yaitu Wilcoxon dan U Mann Whitney. Uji
wilcoxon digunakan untuk menggantikan uji T sampel bebas
(independent sampel T test), sedangkan uji U Mann Whitney
digunakan untuk menggantikan uji T sampel berhubungan
(paired sample T test). Oleh karena itu sebelum memilih uji T
atau bukan, terlebih dahulu harus melakukan uji normalitas.
Apakah uji normalitas ini juga dilakukan dalam
penelitian pendidikan? Menurut Galton (Ruseffendi,
1998:291) data-data pendidikan atau psikologi dapat
diasumsikan berdistribusi normal, sehingga tidak perlu
melakukan uji normalitas. Adapun uji normalitas yang biasa
digunakan adalah uji kay kuadrat.
| 73

Contohnya, dari hasil penelitian didapatkan hasil tes


belajar enam belas siswa adalah sebagai berikut.

14 14 11 4
8 15 17 18
14 10 13 15
18 8 18 17
Data ini mempunyai rerata 13 dan standar deviasi 4,161

Sebelum melakukan uji normalitas dengan kay kuadrat


terlebih dahulu harus membuat distribusi frekuensi, dengan
cara:
1. Mencari sebaran, yaitu selisih antara data terbesar oleh
data terkecil, yaitu (18-4=14)
2. Menentukan banyak kelas dengan aturan Strurges, yaitu
k = 1 + 3,3 log n
k = banyak kelas, dan n = banyak data
Banyak kelas untuk data di atas adalah
k = 1 + 3,3 log 16 = 4,97.
Jadi banyaknya kelas adalah 4 atau 5, untuk kepentingan
ini diambil 5.
3. Menentukan panjang kelas (P), dengan rumus:
sebaran
P=
banyak kelas
14
Berdasarkan rumus ini maka P = = 2,8 . Panjang
5
kelas adalah 2 atau 3, untuk kepentingan ini diambil 3.
4. Mengisikan frekuensi pada setiap kelas seperti yang
terdapat pada Tabel 3.2. kolom (1) dan 3).

Contoh hasil uji normalitas terlihat pada Tabel 3.2.


Kolom (4), yaitu Zscore diperoleh dengan rumus:
74 |

_
(Xi − X)
z=
S
_
Xi=batas nyata ke i ; X =rerata ; S = standar deviasi

Contohnya, untuk Zscore pada baris pertama adalah:


3,5 − 13
= −2.283
4,161

Kolom (5), yaitu batas luas daerah diketahui dengan melihat


tabel Z. Misalnya untuk baris pertama -2.28 pada tabel Z
menunjukkan angka 0,0113.
Kolom (6) diperoleh dengan melakukan pengurangan antar
baris pada kolom 5. Misalnya luas daerah untuk yang nilainya
4-6 adalah 0.0594-0.0113=0.0481
Kolom (7) yaitu fe diperoleh dengan cara mengalikan
jumlah fo dengan luas daerah ke-i. Misalnya untuk yang
nilainya 4-6 adalah 0.0481 X 16 = 0,77.
Jumlah yang ada pada kolom 8 merupakan nilai dari kay
2
kuadrat, yaitu 3,25 atau disebut juga X hitung .
Adapun X 2 tabel diketahui pada tabel dengan terlebih
dahulu menentukan derajat bebas (dk), dk diperoleh dengan
rumus dk= j -3. j adalah jumlah kelas. Pada data di atas dk
= 5 -2 = 2. Bila α = 0,01, maka X 2 tabel = X 2 ( 0,99:2 ) = 9,21
2
Hasil perhitungan terlihat bahwa X hitung < X 2 tabel ,
yaitu 3,25 < 9,21 berarti populasi berdistribusi normal.
| 75

Tabel 3.2. Hasil Uji Normalitas


Batas
Batas Luas
Nilai
2
fo ZScore Luas fh ( fo − fh )
Nyata Daerah fh
Daerah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
3.5 -2.28 0.0113
4-6 1 0.0481 0.77 0.07
6.5 -1.56 0.0594
7-9 2 0.1411 2.26 0.03
9.5 -0.84 0.2005
10 - 12 2 0.2517 4.03 1.02
12.5 -0.12 0.4522
13 - 15 6 0.2735 4.38 0.599
15.5 0.60 0.7257
16 - 18 5 0.1809 2.89 1.53
18.5 1.32 0.9066
Jumlah 16 3,25

Secara ringkas cara memilih uji rata-rata dua kelompok


digambarkan dalam flowchart berikut ini.
Paired
sample T U Mann
test Whitney
tidak
ya

Distribusi
Berhu- Ya populsi ke Tidak Berhu-
bungan dua klpk bungan
normal
tidak

Ya

Independent Wilcoxon
sample T test
76 |

# 27. Apa itu normal gain?


Gain adalah selisih antara nilai pos tes dan pre tes, gain
menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru. Sering
sekali terjadi permasalahan pada suatu kelompok (misalnya
kelompok A) nilai gain tinggi, yang berarti nilai pos tes siswa
sangat tinggi, dan nilai pre tes siswa sangat rendah, sedangkan
pada kelompok yang lain (misalnya kelompok B) nilai gain
rendah, karena kebanyakan siswa di kelompok tersebut
memang pandai-pandai. Jika gain kelompok A dan B akan
dibandingkan, maka didapatkan kesimpulan kelompok A lebih
baik dari kelompok B. Kesimpulan ini akan menimbulkan
bias penelitian, karena pada pre tes kedua kelompok ini sudah
berbeda. Untuk menghindari bias penelitian seperti ini
digunakan normal gain, karena normal gain sudah
memperhitungkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan bias
penelitian seperti dijelaskan di atas. Rumus normal gain
menurut Meltzer (2002:1260) adalah sebagai berikut.
skor pos tes − skor pre tes
Ngain =
skor ideal − skor pre tes

# 28. Kapan normal gain digunakan?


Jika uji t hanya melihat terjadinya perbedaan dan belum
melihat apakan perbedaan itu sudah baik atau masih kurang,
maka perhitungan normal gain digunakan ketika kita ingin
mengetahui “judgment nilai” bagaimana hasil pengingkatan
yang terjadi baik, sedang, atau kurang. Hake (1999) membuat
katagorisasi untuk nilai peningkatan berdasarkan N-gain
tersebut yaitu.
| 77

Tinggi untuk N-gain > 0.7


Sedang untuk N-gain 0.3 – 0.7
Rendah untuk N-gain < 0.3
Namun nilai N-gain tidak boleh digunakan untuk
dianalisis dengan menggunakan uji statistik inferensi lainnya,
karena N-Gain sendiri merupakan alternatif pengujian selain
menggunakan uji t.
# 29. Jika kita mendapati data penelitian, hasil pre
tes antara kelompok kontrol dan eksperiment
berdasarkan uji t atau non parametrik berbeda
signifikan, apa yang harus saya lakukan?
Hasil pre tes berbeda nyata antara kelompok kontrol dan
eksperimen menunjukkan bahwa kemampuan kedua
kelompok itu berbeda. Maka tidak sah jika meneruskan untuk
menguji hasil post tes dengan uji beda dan menyimpulkan
berdasarkan hasil post tes tersebut. Namun bukan berarti
penelitian kita gagal dan harus diulang untuk mencari sample
yang hasil pre testnya tidak berbeda nyata. Gunakan nilai gain
dari kelompok. Jadi nilai postes dikurangi dulu nilai pre test,
lalu uji normalitas dan homogenitasnya, jika normal dan
homogen maka bisa menggunakan uji t. Jika tidak normal
datanya maka gunakan uji nonparametrik. Namun gunakan
nilai gain murni untuk uji ini, jangan gunakan nilai N-Gain.
Karena nilai N-Gain sudah mengalami normalisasi tidak layak
untuk diuji lagi dengan pengujian statistik inferensi lainnya.
78 |

# 30. Jika kita ingin melihat ada atau tidak


perbedaan rata-rata dari 3 kelompok uji apa yang
digunakan? Contohnya kita ingin mengetahui
adakan perbedaan sikap siswa MI, MTS, dan MA
terhadap Sains?
Untuk pengujian tiga buah rerata seperti itu dapat
digunakan analisis sidik ragam satu jalur (one way Analysis of
Variance=ANOVA) jika distribusi populasinya normal atau
data ditulis dalam bentuk interval atau rasio. Jika distribusi
populasi tidak normal atau data ditulis dalam bentuk ordinal,
maka digunakan Kruskal Wallis. Menurut Kruskal & Wallis
(Ruseffendi, 1998:337) uji Kruskal Wallis adalah alternatif uji
one way ANOVA jika datanya ditulis dalam bentuk skala
ordinal.

# 31. Apa bedanya uji Momen Pearson dengan


Spearman?
Uji Momen Pearson dan Spearman merupaka uji
korelasi atau hubungan atau kaitan antara dua variabel.
Hubungan antara dua variabel ini dapat bersifat negatif,
positif, dan nol atau hampir mendekati nol. Hubungan antara
dua variabel disebut positif apabila makin besar satu variabel
makin besar pula variabel yang lainnya. Contohnya hubungan
fitnes dan membesarnya otot, makin sering melakukan fitnes,
makin besar otot-otot tubuhnya. Hubungan antara dua
variabel disebut negatif apabila makin besar variabel yang satu,
makin kecil variabel yang lain. Misalnya hubungan jauh
perjalanan dengan bensin dalam tangki, makin jauh sebuah
mobil berjalan, makin sedikit bensin yang ada di dalam
tangkinya. Adapun korelasi nol atau mendekati nol
menunjukkan hubungan antara kedua variabel tersebut tidak
ada atau tidak menentu.
| 79

Jika data populasi bersifat normal atau data kedua


variabel ditulis dengan skala interval atau rasio, maka
digunakan Uji momen pearson. Sedangkan jika data populasi
bersifat tidak normal atau data kedua variabel ditulis dalam
skala ordinal, maka digunakan uji statistik non parametrik
untuk korelasi, yaitu Spearman atau peringkat kendall. Uji
korelasi yang lainnya adalah:
• korelsi biseri digunakan jika kedua variabel kontinue,
tetapi salah satunya sudah didikhotomikan. Misalnya
variabel nilai siswa didikhotomikan menjadi 1=lulus jika
nilai > 5, dan 0 = tidak lulus jika nilainya < 5.
• Korelasi biseri titik digunakan jika satu variabel sudah
bersifat dikhotomi alamiah misalnya laki-laki perempuan,
sedangkan variabel yang lain bersifat kontinu.
• Koefisien Phi digunakan jika kedua variabel berbentuk
dikhotomi.
• Koefisien korelasi tetrakhonik digunakan jika kedua
variabel berdistribusi normal dan telah didikhotomikan.
• Korelasi parsial digunakan jika hasil yang didapatkan
tidak menunjukkan tingginya hubungan sebab akibat.
Contohnya koefisien korelasi antar prestasi belajar dengan
metode mengajar guru sangat tinggi 0,75. Mungkinkah ada
sebab lain selain karena metode mengajar guru? Misalnya
IQ siswa. Untuk itulah digunakan korelasi parsial variabel
1. prestasi belajar siswa, variabel 2. metode mengajar guru,
variabel 3. IQ siswa., dengan begitu korelasi murni variabel
1 dan 2 yang pengaruh variabel 3 sudah dihilangkan.

# 32. Untuk mengukur apakah uji regresi?


Uji regresi digunakan untuk mengukur pengaruh satu
atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji
regresi pada kasus lebih dari tiga variabel bebas, dapat
80 |

mengetahui variabel bebas mana yang pengaruhnya paling


dominan (nyata) terhadap variabel terikat. Contoh hasil
regresi adalah di bawah ini:
Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh teknik
mengajar, IQ, dan logical thinking siswa terhadap retensi (daya
ingat terhadap materi). Pada saat memasukkan data variael
teknik mengajar=treatment, IQ=IQ, logical thinking= TOLT
ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9498.827 3 3166.276 12.191 .000a
Residual 16622.173 64 259.721
Total 26121.000 67
a. Predictors: (Constant), TOLT, TREATMNT, IQ
b. Dependent Variable: RANK of RETENSI

Pada tabel di atas terlihat nilai Sig 0.00 yang


menandakan bahwa ketiga variabel bebas (teknik mengajar, IQ
siswa, dan logical thinking siswa) berpengaruh nyata terhadap
retensi.
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1.942 7.087 -.274 .785
TREATMNT 14.627 2.604 .576 5.617 .000
IQ 3.879 3.269 .139 1.187 .240
TOLT -1.096 4.278 -.030 -.256 .799
a. Dependent Variable: RANK of RETENSI

Pada tabel di atas terlihat bahwa variabel teknik


mengajar mempunyai nilai sig 0.00 yang berarti teknik
mengajarlah yang secara nyata berpengaruh terhadap retensi.

# 33. Uji statistik apa yang cocok untuk PTK?


Pada dasarnya semua uji statisktik dapat digunakan
dalam PTK, tergantung pada instrumen apa yang
| 81

dikumpulkan, dan apa tujuan dari penelitian tersebut.


Misalnya jika kita ingin mengetahui apakah metode kooperatif
learning mengurangi miskonsepsi siswa pada pelajaran sel,
maka kita bisa membuat soal (instrumen) pre dan pos yang
memuat hal-hal dari teori sel yang biasanya terjadi miskonsepsi
di siswa. Dari sini kita akan memperoleh data dua data mis
konsepsi, yaitu sebelum pembelajaraan kooperatif dan sesudah
pembelajaran, lalu kemudian bisa digunakan uji t yang saling
berhubungan, sehingga kita bisa mengetahui apakah terjadi
perbedaan atau tidak antara sebelum dan sesudah
pembelajaraan kooperatif. Jika hasilnya tidak berbeda nyata,
artinya pembelajaran kooperatif tidak membuat miskonsepsi
siswa bertambah atau berkurang secara nyata. Sebaliknya jika
hasilnya berbeda nyata, maka kita harus melihat rata-rata
mana yang paling tinggi. Jika kesalahan lebih banyak lagi
terjadi pada setelah pembelajaran jigsaw, maka dapat
disimpulkan bahwa metode tersebut tidak cocok digunakan
untuk mengurangi miskonsepsi.

# 34. Pada PTK biasanya digunakan, minimalnya 2


siklus. Bagaimana melakukan uji statistikanya?
Siklus pada PTK menjadi ciri khas dari PTK yang
tergolong penelitan action research. Biasanya data yang
dikumpulkan dalam penelitian tidakan sebagai berikut.
Siklus I Siklus II
Pre test Post test Pre test Post test
... ... ... ...

Dari siklus I di Dari siklus II di


dapatkan NGain I dapatkan NGain II
82 |

Jika kita ingin melihat, apakah siklus II lebih baik dari


siklus I, maka kita bisa lihat rata-rata Ngain pada kedua siklus
tersebut. Jika rata-rata Ngain siklus II lebih besar dari pada
siklus I, maka siklus II memang lebih baik, tetapi belum tentu
signifikan. Artinya di siklus II memang terjadi peningkatan
yang lebih tinggi dari pada siklus I, tetapi belum tentu
signifikan peningkatannya, sebelum dilakukan uji statistik.
Karena sampel pada PTK tergolong berhubungan, maka uji
yang mungkin dilakukan adalah Uji Paired Sample T Test jika
data berdistribusi normal atau U Mann Whitney, jika data
diasumsikan normal. Jika hasil uji beda rata-rata
menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dapat disimpulkan
bahwa peningkatan di siklus II signifikan.

# 35. Dalam PTK antara siklus I dan II biasanya


berbeda topik. Bisakan uji paired sample T test
digunakan pada data post test di siklus I dan II,
walaupun berbeda topik?

Bisa jika kualitas soal di siklus I dan II sama, artinya


ketika soal tersebut didesain proporsi untuk C1, C2, C3, C4,
... sama. Tetapi jika kualitas soal pada post test di siklus I dan
II terlanjur tidak didesain dengan kualitas yang sama, maka
yang harus dilakukan adalah merangking semua nilai sample
pada post tes siklus I dan II, kemudian diuji dengan statistika
non parametrik, yaitu uji U Mann Whitney.
| 83

BAB IV
TEMA PENELITIAN PENDIDIKAN
SAINS

#36. Saya kesulitan mencari judul penelitian,apa


yang harus saya lakukan?”
Kesulitan terbesar dalam memulai penelitian adalah
menemukan apa yang akan diteliti. Di bawah ini disajikan
beberapa tips yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
mereka yang sulit menemukan “apa yang akan diteliti?”:
1. Pada bab awal telah dikemukan tugas pendidikan sains,
yaitu memempermudah siswa dalam mempelajari ekplanasi
ilmiah sainstis dan mempermudah guru dalam mengajarkan
ekplanasi sainstis. Implikasi pada penelitian pendidikan
sains adalah penelitian sebaiknya dimulai dengan
pertanyaan, “Materi atau topik apa yang sulit diajarkan oleh
guru atau yang sulit dipahami oleh siswa?”. Selanjutnya
dengan studi literatur temukanlah model, metode, strategi,
teknik dll yang dapat mempermudah guru mengajarkan dan
murid memahami materi tersebut.
2. Inspirasi penelitian juga bisa didapatkan dari membaca
jurnal dan hasil-hasil penelitian terutama bagian saran dan
rekomendasi peneliti biasanya memberikan hal-hal yang
penting diteliti lebih lanjut.
3. Sebelum memutuskan untuk melakukan penelitian, maka
sebaiknya mengukur kemampuan baik dari sisi waktu
maupun biaya penelitian. Pertimbangan ini semua akan
menentukan metode penelitian apa yang akan kita gunakan.
Misalnya membuat sebuah model pembelajaran
membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada
menerapkan model pembelajaran yang sudah ditemukan
oleh orang lain (ahli).
84 |

Berikut ini disajikan beberapa judul penelitian


pendidikan sains berdasarkan tema pembelajaran dan jenis
penelitian, diharapkan menjadi sumber inspirasi untuk
membuat sebuah proposal penelitian terutama pada jenjang
pemula (mahasiswa S1).

I. Tema berdasarkan Pembelajaran Sains


A. Model/Strategi/Pendekatan/Metode
Pembelajaran sains
1. Implementasi Model Pembelajaran Pemecahan Masalah
Berbasis Konsep untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
Gaya dan Tekanan
2. Pengaruh Pemberian Tugas terhadap Prestasi Belajar Siswa
dalam Pengajaran Fisika
3. Perbandingan Hasil Belajar Siswa SLTP yang
Menggunakan Metode Eksperimen dengan Menggunakan
Metode Pemecahan Masalah pada Pokok Bahasan Bunyi
4. Pengaruh Metode Demonstrasi terhadap Struktur Kognitif
Siswa SMU pada Konsep Fluida tak Bergerak
5. Pengaruh Penataan Lingkungan Belajar Berdasarkan
Quantum Learning Terhadap Minat Belajar Fisika Siswa
SMU
6. Pengaruh Metode Belajar Kelompok terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Fisika Siswa SMU Kelas II pada Mata
Pelajaran Medan Magnet
7. Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooferatif
Tipe Jigsaw terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
pada Konsep Medan Magnetik
8. Pengaruh pemberian Tugas Membuat Peta Konsep dan
Rangkuman dalam Pengajaran Fisika terhadap Prestasi
Belajar Siswa SMU
| 85

9. Perbandingan Efektifitas Pengajaran Remidial yang


Menggunakan Tutor Sebaya dengan Pengajaran Remedial
yang Menggunakan Metode Kerja Kelompok Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
10. Hubungan antara Keterampilan Proses Sains yang dimilki
Siswa dengan Pemahaman Konsep Fisika
11. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajar Generatif
Terhadap Prestasi Belajar Fisika
12. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
pada Pembelajaran Pencemaran Air untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SMU
13. Pengaruh Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan
Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa SMU dalm
Konsep Ekologi
14. Penggunaan Pendekatan Analogi terhadap Hasil Belajar
Siswa SMU Kelas II pada Konsep Konsentrasi Larutan
15. Implementasi Model Pembelajaran Pemecahan Masalah
Berbasis Konsep pada Sub Bagian Bahan Kajian Elektrolisis
16. Strategi Pembelajaran dengan Pemetaan Konsep untuk
Siswa Kelas II pada Bahan Kajian Pupuk
17. Pengaruh Penerapan Metode Discovery Inquiry terhadap
Pemahaman Konsep Siswa Kelas X pada Pokok Bahasan
Kimia Karbon
18. Pengembangan Model Pembelajaran melalui Pendekatan
Multidimensional untuk Meningkatkan Kompentensi
Siswa SMP dalam Penggunaan Grafik
19. Pengembangan Pembelajaran Konseptual Secara Interaktif
untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan
Berkomunikasi Siswa
20. Pengembangan Model Pembelajaran Children Learning in
Science (CLIS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
86 |

21. Pengembangan Model Pembelajaran Heuristik untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
22. Motivasi Belajar Siswa pada Konsep Sistem Peredaran
Darah Manusia Menggunakan Model Pembelajaran
Analogi
23. Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan
Metode Eksperimen dan Metode Demostrasi dalam
Aplikasi Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan
24. Analisis Keterampilan Menafsirkan Data Pengamatan Siswa
dalam Model Pembelajaran Inquiry Pokok Bahasan Kimia
Karbon

B. Media pengajaran
25. Pengaruh Penggunaan Multimedia pada Motivasi Belajar
dan Prestasi Fisika Siswa
26. Pengembangan Software Multimedia Interaktif
Pembelajaran Kimia pada Bahan Kajian Sifat-sifat Koloid
27. Penggunaan Video Demonstrasi dalam Meningkatkan
Kemampuan Kognitif Siswa SMA Kelas X pada Konsep
Persamaan Gas (Hukum Charles)

C. Evalusi pembelajaran
28. Penggunaan Tes Obyektif Pilihan Ganda tanpa Koreksi
dalam Menggungkapkan tingkat Pemahaman Hasil
Belajar Siswa pada Pelajaran Fisika
29. Interpretasi Penilaian Kinerja Siswa Kelas I SMUN 3
Bandung Pada Pembelajaran Konsep Invertebrata
30. Penerapan Penilaian Kinerja Kegiatan Praktikum pada
Konsep Struktur Tumbuhan di SMA
| 87

D. Miskonsepsi dalam pembelajaran sains


31. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep Gelombang dan
Bunyi dengan Menggunakan CRI (Certainty of Response)
32. Identifikasi Miskonsepsi dan Kesalahan Buku Teks
Biologi SMA Kelas 3 pada Konsep Biogeografi
33. Pembelajaran Analogi Rumah Elektron untuk
Menanggulangi Miskonsepsi Siswa Kelas III SMU pada
Sub Pokok Bahasan Konfigurasi Elektron

II. Tema berdasarkan Jenis Penelitian


A. Penelitian deskriptif
34. Tingkat Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bunyi
Berdasarkan Ranah Kognitif Bloom
35. Profil Penguasaan Konsep Formal Fisika ditinjau dari
Tahap Perkembangan Intelektual
36. Kemampuan Berpikir Hipotetik Deduktif Siswa dalam
Kaitannya dengan Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan
37. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Kelas 2 SMU pada
Pokok Bahasan Sistem Ekskresi
38. Identifikasi Kemampuan Keterampilan Proses Siswa SMU
Kelas II pada Konsep Struktur Tumbuhan
39. Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa SLTP pada
Konsep Gizi dan Kesehatan
40. Rancangan Pembelajaran yang Dapat Mengembangkan
Kemampuan Bertanya Siswa dalam Pembelajaran Konsep
Makhluk Hidup
41. Analisis Pelaksanaan Mengajar Guru dengan Pengetahuan
PMS tertentu pada Bahan Kajian Struktur Atom
42. Analisis Ekplanasi Guru pada Pokok Bahasan Rumus
Kimia dan Persamaan Reaksi yang Sireduksi secara
Didaktik
88 |

43. Analisis Pertanyaan Guru dalam Mengembangkan


Keterampilan Intelektual Siswa pada Pokok Bahasan
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
44. Analisis Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMA Kelas X
pada Praktikum Penentuan Kepolaran Senyawa dalam
Pembelajaran Senyawa Polar dan Non Polar
45. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMU pada
Pokok Bahasan Penggunaan Radiosotop
46. Analisis Kemampuan Siswa SMP Kelas 2 dalam
Merencanakan Percobaan pada Praktikum Konsep
Fotosintesis
47. Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah pada Konsep Sistem
Peredaran Darah
48. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Gender
pada Konsep Fotosintesis di Kelas 8
49. Indentifikasi Penggunaan Media Pembelajaran oleh Guru
Biologi Madrasah Aliah se-Jakarta Selatan.
50. Penggunaan Assement Alternatif oleh Guru Biologi di
Tangerang Selatan.
51. Analisis Kesiapan Guru Biologi MA di Jakarta Selatan
dalam Menggunakan Teknologi dan Informasi.
52. Deskripsi Penggunaan Pendekatan Inkuiri oleh Guru
Biologi MA di Jakarta Selatan.

B. Penelitian Korelasi
53. Hubungan antara Keterampilan Berpikir Rasional dengan
Kemampuan Berhipotesis Siswa Kela X pada Pokok
Bahasan Kimia Karbon
54. Hubungan Sikap Ilmiah dengan Hasil Belajar Siswa pada
Konsep Sistem Respirasi dengan Menggunakan Metode
Eksperimen
| 89

55. Hubungan Penguasaan Konsep dengan Kemampuan Siswa


dalam Menyelesaikan Soal
56. Hubungan Pemahaman Siswa dengan Pemeliharaan
Kesehatan Organ Reproduksi

C. Penelitian Tindakan
57. Penggunaan Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa.
58. Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Peserta Didik
Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.
59. Peningkatan High Order Thinking Peserta Didik melalui
Pembelajaran Keterampilan Proses Sains.
60. Peningkatan Persepsi Positif Peserta Didik terhadap
Mikroba melalui Diskusi Isu Sosiosaintifik.

#37. Darimana saya bisa mendapatkan trend


penelitian sains secara nasional dan internasional?
Selain itu untuk memperoleh inspirasi judul
penelitian, anda dapat memihat trend penelitian pendidikan
sains melalui jurnal. Trend penelitian pendidikan sains secara
nasional dapat dibaca di jurnal-jurnal nasional dan secara
internasional dapat dibaca diberbagai jurnal penelitian
internasional. Jika anda tertarik dengan judul penelitian yang
tertera pada jurnal, anda dapat menghubungi secara langsung
alamat korespondensi penulis. Berikut ini adalah jurnal
penelitian yang sudah disediakan secara online yang dapat
menjadi inspirasi penelitian anda dalam juga melihat trend
pendidikan sains.

Nasional
• Jurnal Pendidikan Sains Indonesia:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii (gratis)
90 |

• Jurnal Edusains:
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains (gratis)

Internasional
• Electronic Journal Science Education (EJSE):
http://ejse.southwestern.edu (gratis)
• Eurasia journal of mathematics and science education:
http://www.ejmste.com (gratis)
• Journal of Science Teacher Education:
http://www.springer.com [Bisa baca online]
• International journal of science education:
http://www.tandfonline.com [harus membeli, International
Program Science Education Universitas Pendidikan
Indonesia (IPSE – UPI) berlangganan, permohonnan cetak
bisa dilakukan dengan membayar seharga tertentu (tahun
2011, IDR 50.000 per artikel).
• Journal of Research in Science Teaching:
http://onlinelibrary.wiley.com/journal/10.1002/(ISSN)1098-
2736 [Tersedia versi gratis]

#38. Penelitian apa yang masih jarang dilakukan di


Indonesia?
Berikut ini diberikan contoh beberapa judul penelitian yang
jarang dilakukan di Indonesia dan sumber jurnalnya. Dari
contoh yang disajikan secara bijaksana kita bisa memilih sesuai
dengan kemampuan dan wilayah riset kita.
• Penelitian terkait hubungan antara orang tua dengan
prestasi sains. Contoh Parents' Attitudes Towards Science
and their Children's Science Achievement, sumber: Journal of
Science Education Volume 36, Issue 18, 2014.
• Analisis pembelajaran sains menggunakan pendekatan
bahasa (linguistik). Contoh Analysing Student-Student
| 91

Interaction from Cooperative Learning and Systemic


Functional Perspectives, electronic journal science education,
volume 4, number 4, 2000.
• Analisis tindakan pedagogi guru dalam mengajar sains.
Contoh Using a reflection framework to guide teachers’
video analysis of their science teaching practice, electronic
journal science education, volume 16, number 2, 2012.
• Penelitian terkait kebijakan pendidikan sains. Contoh
Developing a Reform-Minded Science Teaching Identity: The
Role of Informal Science Environments, Journal of Science
Teacher Education, Vol 25, Issue 7, 2014
• Penelitian di bidang sosial media. Contohnya Wiki as a
Tool for Engaging Students with a Science Problem Solving
Activity. electronic journal science education, volume 16,
number 2, 2012

#39. Dimana kita bisa melihat apa yang sedang


“trend” dalam pendidikan sains?
Jika ingin mengetahui trend yang sedang terjadi pada
pendidikan sains, maka kita dapat menjadi member National
Science Teacher Association (NSTA, http://www.nsta.org),
sebuah organisasi profesi bagi guru sains di Amerika Serikat
dan Canada. Pada tahun 2014 ini, STEM (Science
Technology Engineering, and Mathematics) menjadi isu
dalam pembelajaran sains. STEM menggantikan SETS
(Science Environment Technology Society) dan STS (Science
Technology Society). NSTA menerbitkan beberapa buku
terkait dengan STEM seperti.
• Exemplary STEM Programs: Designs for Success.
Edited by: Robert E. Yager and Herbert Brunkhorst
• The Case for STEM Education: Challengers and
Opportunities. By Rodger W. Bybee
• STEM Lesson Essentials – Integrated Science,
92 |

Technology, Engineering, and Mathematics, Grades 3-


8. By Jo Anne Vasquezm Cary Sneider, & Michael
Corner.
• Model and Approaches to STEM Professional
Development. By Brenda Wojonowski & Celestine Pea.

#40. Hal apa yang penting untuk diteliti dalam


pendidikan sains?
Menurut Rustaman (2012: 7-10) bidang pendidikan
sains yang penting untuk diteliti ada empat hal, yaitu: literasi
sains dan literasi membaca, sikap ilmiah dan kemampuan
bekerja ilmiah, pendidikan sains sebagai pengembangan
berpikir, pendidikan sains sebagai bekal hidup. Rustaman
(2011:23-25) juga mengungkapkan penelitian pendidikan
sains penting dilakukan untuk pengembangan pembelajaran
bermakna, pengembangan berpikir, dan pengembangan
potensi peserta didik.
| 93

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, B, & Rani, A. (2000). Prinsip-prinsip Analisis Wacana.
Jakarta: Depdiknas, Direktorat Pembinaan Penelitian
dan Pengabdian pada Masyarakat.
Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Best, J.W. (1978). Research in Education. New Dehli: Prentice
Hall of India.
Boehm, A.E. & Weinberg, R.A. (1979). The Clasroom
Observer. New York: Teacher College Colombia
University.
Creswell, J.W. (2010). Research Design [Terjemahan].
Yogyakarta: Pusaka Pelajar.
Creswell, J.W. & Clark, V.P. (2007). Designing and
Conducting Mixed Methods Research. California: Sage.
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Gall, M.C, Gall, J.P, & Borg, W.H. (2003). Educational
Research. Boston: A&B.
Gravemeijer, K & Cobb, P. (2006). Design research from a
learning design perspective. Van den Akker, J. et al.
(Eds). Educational Design Research. New York:
Routledge
Hagul, P, Manning, C, & Singarimbun, M. (1989).
Penentuan variabel penelitian dan hubungan antar
variabel dalam Metode Penelitian Survey karya
Singarimbun, M & Effendi. Jakarta: LP3S.
94 |

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Tersedia


online di http://www.physics.indiana.edu [Akses 16
November 2014]
Kochis, B. (2006). Classroom Research: An Introduction.
Tersedia on line: http://www.evergreen.edu [akses
tanggal 30 April 2006]
Matra, I.B. & Kasto, 1989. Penentuan Sampel dalam Metode
Penelitian Survey karya Singarimbun, M & Effendi.
Jakarta: LP3S.
Meltzer. (2002). The relationship Between Mathematics
Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics:
A Posible “Hidden Variable in Diagnostic Pretest
Scores”. American Journal Physics. 70(12), 1259-1268.
Mettetal, G. (2003). Improving Teaching through Classroom
Action Research. Essays on Teaching Excellence Toward
the Best in the Academy. 7(14). Tersedia on line:
http://academic.udayton.edu[tanggal akses 30 April
2006].
Poedjiadi, A. (1999). Pengantar Filsafat Ilmu Bagi Pendidik.
Bandung: Yayasan Cendrawasih.
Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian
Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rustaman, Y. (2011). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam


Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
untuk Pembangunan Karakter. Tersedia online di
http://sembio.fkip.uns.ac.id [akses 17 November 2014]
| 95

Rustaman, Y. (2012). Trend Penelitian Pendidikan: Kasus


Pendidikan Sains. Proseding Seminar Nasional
Pendidikan IPA. Tersedia online di http://file.upi.edu
[akses 17 November 2014].
Siegel, S. (1992). Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu
Sosial (terjemahan). Jakarta: Gramedia.
Siregar, N. (1998). Penelitian Kelas: Teori, Metodologis,
Analisis. Bandung: IKIP Bandung Press.
________. (1999). Pedagogi Materi-Subyek: Dasar-dasar
Pengembangan PBM (Bahan Kuliah Pedagogi Materi
Subyek). Materi kuliah PPS UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Sudjana, N. & Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung: Penerbit Sinar Baru.
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung:
Alfabeta.
Sugiono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Sumini. (2001). Analisis Interaksi dalam Proses Belajar
Mengajar pada Pokok Bahasan Struktur Atom di Kelas
III IPA SMU. Skripsi pada Jurdik Kimia FPMIPA, UPI
Bandung: tidak dipublikasikan.
Supriyadi, (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Makalah
disajikan dalam Workshop MKKS Tingkat Pusat yang
Diselenggarakan olah Direktorat Pendidikan Menengah
Umum 12-15 September 2005 di Hotel Evergreen,
Cisarua, Bogor.
96 |

Teguh, W. (2004). Cara Mudah Melakukan Analisa Statistika


dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gaya Media.
UPI. (2002). Buku Wisudawan 21 Oktober 2002. Bandung:
UPI
UPI. (2006). Buku Wisudawan 19 April 2006. Bandung:
UPI.
Yin, R.K. (1984). Case Study Research: Design and Methods.
Bevery Hills: Sage Publications.
Zaenul, A & Nasution, N. (2001). Penilaian Hasil Belajar.
Jakarta: PAU, Dikti, Depdiknas.
| 97

PENULIS

Yanti Herlanti, Doktor


pendidikan Sains. Jenjang
Strata I ditempuhnya di
Institut Pertanian Bogor.
Jenjang Strata II dan III
ditempuhnya di Pendidikan
Sains Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sekarang penulis bekerja
sebagai Dosen di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Korespondensi bisa
dilakukan melalui email:
yantiherlanti@uinjkt.ac.id
Terdiri dari 40 pertanyaan yang biasa ditanyakan mahasiswa
yang sedang mengerjakan tugas akhir. Disediakan juga contoh
judul-judul penelitian yang dapat menginspirasi dalam penelitian
pendidikan sains
Tanya Jawab Seputar Penelitian Sains

viii

2014

Anda mungkin juga menyukai