Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
oleh:
Raditya Aldi Pradhana
NIM. 1710029006
Pembimbing:
Dr. Mauritz Silalahi Sp.P
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Cor
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan ini tidak lepas dari bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan
1. dr. Mauritz Silalahi sebagai dosen penguji stase ilmu penyakit Dalam.
Akhir kata, ”Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis membuka
diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki laporan ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
dari ventrikel kanan jantung sebagian akibat dari gangguan paru kronis.
Perubahan yang terjadi berupa hipertrofi ventrikel kanan atau dilatasi atau
adalah peregangan dari ventrikel, sebagai hasil cepat dari peningkatan tekanan
pada tempat yang elastis. Hipertrofi ventrikel adalah respon adaptif dari
peningkatan tekanan dalam jangka waktu lama. Setiap sel otot berkembang
Pulmonale Chronicum karena PPOK juga harus dimulai dengan terapi optimal
Terapi tambahan baru diberikan bila timbul tanda-tanda gagal jantung kanan.
4
Pemakaian O2 yang terus menerus dapat menurunkan hipertensi pulmonal,
mortalitas.
2. Tujun Penelitian
klinik di SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unmul RSUD Abdul
Wahab Syahranie.
3. Manfaat Penulisaan
a. Bagi Mahasiswa
b. Bagi Masyarakat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kor pulmonal adalah hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi
pulmonal yang disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru
yang tidak berhubungan dengan kelainan jantung kiri. Defenisi lain berhubungan
dengan hipertensi pulmonal maka kor pulmonal adalah hipertensi pulmonal yang
disebabkan penyakit yang mengenai struktur dan atau pembuluh darah paru;
dilatasi) dan berlanjut dengan berjalannya waktu menjadi gagal jantung kanan.
respiratorik kronik dan kor pulmonal. Kor pulmonal akut adalah peregangan atau
pembebanan akibat hipertensi pulmonal akut, sering disebabkan oleh emboli paru
massif, sedangkan kor pulmonal kronis adalah hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan
akibat hipertensi pulmonal yang berhubungan dengan penyakit paru obstruktif atau
2.2 Epidemiologi
prevalensi yang tepat dari kor pulmonal sulit untuk ditentukan karena tidak terjadi
pada semua kasus PPOK, pemeriksaan fisik tidak sensitif untuk mendeteksi adanya
hipertensi pulmonal. Kor pulmonal mempunyai insidensi sekitar 6-7% dari seluruh
kasus penyakit jantung dewasa di Amerika Serikat, dengan penyakit paru obstruksif
kronik (PPOK) karena bronchitis kronik dan emfisema menjadi penyebab lebih dari
50% kasus kor pulmonal. Pada sebuah percobaan Administrasi Veteran 1966, pasien
6
dengan PPOK dan kor pulmonal memiliki angka kematian 73% tiap 4 tahunnya.
Sebaliknya, kor pulmonal akut biasanya menjadi kelainan sekunder akibat adanya
emboli paru masif. Tromboemboli paru akut adalah penyebab paling sering dari cor
pulmonal akut yang mengancam jiwa pada orang dewasa. Terdapat sekitar 50.000
angka kematian di Amerika Serikat dalam setahun akibat emboli paru dan sekitar
setengahnya terjadi dalam satu jam pertama akibat gagal jantung kanan.
Secara global, insidensi cor pulmonal bervariasi antar tiap negara, tergantung
pada prevalensi merokok, polusi udara dan faktor resiko lain untuk penyakit paru-paru
yang bervariasi.
Namun dapat juga dikelompokkan dalam 2 kelompok yaitu: penyakit vaskuler paru
dan penyakit pernafasan. Penyakit paru obstruktif kronik yang merupakan penyakit
paru obstruktif ialah penyebab utama insufisiensi respirasi kronik dan kor pulmonal,
7
Tabel 2.1 Kor Pulmonal
8
Prevalensi kor pulmonal sulit ditentukan, karena kasus ini tidak terjadi pada
semua kasus PPOK. Selain itu, pemeriksaan fisik dan tes rutin kurang sensitive dalam
dari keseluruhan kasus penyakit jantung pada orang dewasa di Amerika Serikat.
PPOK (bronchitis kronik dan emfisema) merupakan penyebab lebih besar yaitu lebih
dari 50%. Dilain pihak, kor pulmonal menyebabkan gagal jantung dekompensata
sebanyak 10-30%.
Pada kor pulmonal akut yang umumnya diakibatkan oleh emboli paru massif
sekunder. Secara umum, kejadian kor pulmonal bervariasi pada tiap negara,
bergantung pada prevalensi perokok, polusi udara, dan faktor-faktor lain yang
2.4 Patofisiologi
dengan fungsi pembesaran dari peningkatan afterload. Jika resistensi vaskuler paru
meningkat dan relative tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru,
peningkatan curah jantung sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka
kanan secara kronik meningkat jika volume paru membesar, seperti pada penyakit
Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu
ini sering kali menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang
9
arteri pulmonal dan memungkinkan terjadinya penurunan vaskularisasi paru seperti
pada emfisemi dan emboli paru. Akibatnya akan terjadi peningkatan tahanan pad
pada arteri paru (arterial mean pressure) adalah 45 mmHg, jika tekanan ini meningkat
dapat menimbulkan kor pulmonal. Ventrikel kanan hipertrofi dan mungkin diikuti
hipertensi pulmonal dan akhirnya menjadi PPOK dengan hipertensi pulmonal serta
Penyakit vaskuler
Pada keadaan ini terjadi gagal ventrikel kanan akut sekunder akibat kontraksi
Sesak nafas, dapat sangat hebat behkan pada aktifitas yang ringan, dan
ventrikel kanan
10
Hepatomegali dan edema ektremitas bawah akibat peningkatan tekanan
vena sistemik.
Bunyi jantung sering sulit dinilai oleh karena obstruksi aliran nafas,
Edema perifer
11
2.6 Dignosa
Penegakan diagnosa pada kor pulmonal oleh karena PPOK dapat ditegakkan
A. Gambaran klinis
a. Anamnesis
pernapasan
4) Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir
b. Pemeriksaan fisis
1) Inspeksi
12
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
suara napas vesikuler normal, atau melemah terdapat ronki dan atau
ekspirasi memanjang
Pink puffer
Blue bloater
edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
B. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
13
Spirometri: nilai obstruksi ialah % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80%, VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
Uji bronkodilator: Perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml.
2. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Diafragma mendatar
2.7 Penatalaksanaan
terapi untuk menstabilkan hemodinamika pasien. Pada cor pulmonal akut dengan
mempertahankan tekanan darah yang cukup. Untuk tromboemboli paru yang berat
terutama jika kolaps sirkulasi tidak dapat dicegah. Juga pertimbangkan pemberian
bronkodilator dan pengobatan infeksi pada pasien dengan penyakit paru obstruksi
14
kronik (PPOK), dan agen steroid ataupun imunosupresant pada penyakit infiltratif
Tujuan pengobatan kor pulmonal pada PPOK ditinjau dari aspek jantung sama
berikut:
a. Terapi oksigen
acak menunjukkan bahwa terapi oksigen dengan aliran rendah yang terus
15
Terapi oksigen mengurangi vasokonstriksi dan menurunkan resitensi
Indikasi terapi oksigen (dirumah) adalah : (a). PaO2 <55 mmHg atau
SaO2 <88%, (b). PsO2 55-59 mmHg disertai salah satu dari : (b.1) edema
yang disebabkan oleh gagal jantung (b.2). P pulmonal pada EKG, (b.3),
b. Vasodilator
sebagai berikut (a). Resistensi vaskular diturunkan minimal 20%, (b). curah
menurunkan atau tidak berubah, (d). tekanan darah sistemik tidak berubah
pulmonal lengkap.
16
c. Digitalis
Digitalis digunakan pada penderita CPC bila disertai gagal jantung kiri.
CPC dengan fungsi ventrike kiri yang normal, hanya pada penderita CPC
d. Diuretika
e. Flebotomi
merupakan terapi ambahan pada pasien kor pulmonal dengan gagal jantung
kanan akut.
f. Antikoagulan
17
antikoagulan dalam mengurangi gejala dan angka kematian pada pasien
emboli paru massif. Akibatnya tahanan vaskuler paru meningkat dan hipoksia
kegagalan jantung kanan akut. Gagal jantung kanan mulai terjadi jika tekanan
kanan akut ditandai dengan sesak nafas yang terjadi secara tiba-tiba, curah
jantung menurun sampai syok, JVP yang meningkat, liver yang membengkak
18
penurunan kontraksi ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang
darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi
jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung
c. Perikarditis
cairan atau darah (efusi perikard) deposisi fibrin, proliferasi jaringan fibrosa,
perikard yang disebut sebagai efusi perikard. Efek hemodinamik efusi perikar
tamponade jantung. Bila reaksi radang ini berlanjut terus menerus, perikard
mengalami fibrosis, jaringan parut luas, menebal, kalsifikasi, dan juga terisi
19
sekuncup dan semenit serta mengakibatkan kongesti sistemik (perikarditis
konstriktifa).
2.9. Prognosis
Cor Pulmonale Cronic (CPC) adalah variabel yang tergantung pada penyakit
yang mendasari. Pasien dengan penyakit ini karena PPOK memiliki angka
terhadap terapi medis yang tepat sangat penting karena pengobatan, baik untuk
morbiditas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
20
Cor Pulmonale Chronicum (CPC) adalah perubahan struktur dan fungsi dari
ventrikel kanan jantung sebagian akibat dari gangguan paru kronis. Perubahan yang
terjadi berupa hipertrofi ventrikel kanan atau dilatasi atau keduanya sebagai akibat
DAFTAR PUSTAKA
• Bhattacharya A. Cor Pulmonale. JIACM. 2004;5(2): 12836.
21
• Sovari AA, Cor pulmonale overview of cor pulmonale
management. diakses dari
http:// emedicine.medscape.com/article/165139overviev pada 20 Juli
2013.
• American Heart Association. Chronic cor pulmonale : Report of
an expert comittee. 1963. hal 594615
• Harun S., Ika PW. Kor pulmonal kronik dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid III edisi IV. 2008. Hal. 169596.
• Shujaat A. et al. Pulmonary hypertension and chronic cor
pulmonale in COPD. International journal of COPD. 2007:2(3) 273
282.
22