PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia. Hal ini menjadikan lahan sawah memilki fungsi yang strategis.
Produktivitas padi lahan sawah dituntut hasil yang tinggi untuk mencukupi
kebutuhan penduduk. Menurut Wahyunto (2009), data luas bahan baku lahan
sawah untuk seluruh Indonesia menunjukan bahwa sekitar 41% terdapat di Jawa,
dan sekitar 59% terdapat di luar Jawa. Data menujukan bahwa dengan
Padi merupakan hasil lahan sawah yang menjadi bahan makanan pokok
beras sebagai salah satu sumber pangan utama penduduk Indonesia terus
bertambah dengan laju peningkatan 2% per tahun, juga adanya perubahan pola
konsumsi penduduk yang semula non beras menjadi beras. Menurut Sari (2014),
tingginya jumlah penduduk Indonesia yang akan terus berkembang menjadi salah
satu kendala dalam pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia. Selain itu adanya
1
dampak negatif tersebut dapat dikurangi dengan penerapan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT).
stabilitas, dan ke- sinambungan produksi sesuai dengan tuntutan praktek pertanian
aspek kelestarian lingkungan dan faktor keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
rumah untuk pemangsa hama yaitu dengan menanam tanaman bunga disekitar
predator atau parasitoid bagi hama pengganggu padi. Food and Agriculture
2
dan mulai beroperasional penuh sejak tanggal 1 April 1988. Laboratorium
1. Tujuan
3
2. Sasaran
Banyumas
4
d. Diperoleh tambahan wawasan kerja dan cara pengembangan sikap mental
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
tumbuhan (OPT) dengan memakai satu atau lebih teknik pengendalian yang
petani meningkat, 3) Populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara
Terpadu (Mardiyanti,2013).
6
Menurut Herlinda (2008), setelah penyelenggaraan pelatihan PHT secara
terprogram, paradigma PHT yang berkembang adalah PHT Ekologi. PHT ekologi
merupakan proses pengendalian alami hama dan pengelolaan ekosistem lokal oleh
kebun termasuk pengendalian hama harus didasarkan pada hasil analisis agro-
B. Ekosistem Sawah
suatu ekosistem, maka sawah tersusun atas komponen biotik dan abiotik yang
saling berinteraksi satu sama lain. Komponen abiotik meliputi unsur udara (iklim),
tanah dan air. Komponen biotikterdiri atas unsur tanaman maupun binatang.
Sawah merupakan habitat (tempat hidup) bagi berbagai jenis binatang dan
(Henuhili,2013).
hanya ditentukan oleh keanekaragaman struktur komunitas tetapi juga oleh sifat-
7
mengenai kajian habitat menunjukkan bahwa tidak kurang dari 700 serangga
kondisi tanaman tidak ada hama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
perubahan akibat aktivitas pengolahan tanah, panen, dan bera. Bera antar waktu
tanam tidak hanya menekan populasi hama tetapi juga berpengaruh pada
kerapatan populasi musuh alami pada awal musim tanam berikutnya, sehingga
C. Refugia
Musuh alami yang bersarang di tanaman bunga akan menjadi predator atau
8
Menurut Wardani (2013), perapan refugia di ekosistem sawah di setiap
lingkungan yang tinggi sehingga interaksi antar spesies yang terjadi tinggi.
lingkungan pertumbuhan.
musuh alami. Blok refugia yang telah diterapkan menunjukkan tingkat daya tarik
mikrohabitat bagi musuh alami (baik predator maupun parasit), agar pelestarian
musuh alami tercipta dengan baik. Bagi musuh alami, tanaman refugia ini
memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sebagai sumber nektar bagi musuh
9
III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Tengah. Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selama 25 hari kerja, dimulai bulan
dengan cara berperan aktif melakukan kegiatan secara langsung di lapangan dan
10
D. Cara Pengambilan Data
1. Data primer
Data primer diperoleh dari pengamatan secara visual dari pengamatan dan
serta foto atau dokumentasi yang diambil saat pelaksanaan kerja praktik.
2. Data sekunder
Tengah.
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan Hortikultura (BPHPT) Semarang. BPHPT mulai aktif pada tahun 1982,
binaan dari Desa Pertanian Propnsi. Tahun 1987 mulai di rintis pembangunan
Provinsi Jawa Tengah yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah pada
tanggal 28 Juli 1988. Secara resmi, pada bulan April 1995 LPHPT Banyumas
1. Mengurangi rentang kendali yang besar dari BPTPH agar dalam bekerja
lebih efektif.
12
Gambar 1. Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT)
Banyumas Jawa Tengah.
keuangan, mushola, gudang agensi hayati, dapur, ruang teknis dan mutu,
13
Gambar 3. Ruang Admibistrasi Umum dan Pertemuan
Jawa Tengah adalah bagian dari UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan
dan Hortikultura Jawa Tengah adalah Unit Pelaksana Teknis, maka struktur
14
1. Pimpinan Laboratorium PHPT
Banyumas.
1. Administrasi Kepegawaian
terdiri dari PNS 66 orang, THL 11 orang, non struktural 17 orang dan
fungsional 49 orang.
2. Adminnistrasi Keuangan
15
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT)
fungsi
3. Administrasi Umum
Visi:
16
dengan manajemen pengamanan produksi yang lebih terencana, lebih
cerdas, lebih tajam dan lebih operasional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
berwawasan agribisnis.
Misi:
dihasilkan.
tanaman.
17
8. Membuat inovasi / pengembangan untuk meningkatkan kualitas Agens
dibidang pertanian
tanaman yang biasa digunakan dalam penerapan refugia ekosistem sawah adalah
tanaman bunga kenikir, tanaman bunga pacar air dan tanamn bunga pukul empat.
1. Bunga Kenikir
banyak terdapat di pinggiran sawah adalah yang memilki bunga kuning. Menurut
Hasan (2011), kenikir (Cosmos caudatus) adalah tumbuhan tahunan yang berumur
pendek, bersifat herbal, dan aromatik. Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah
dan hampr sebagain besar tumbuh di daerah tropis. Kenikir termasuk keluarga
18
serta berwarna hijau terang keunguan. Daun majemuk berbentuk lanset dengan
ujung meruncing dan berwarna hijau dengan tepi bergerigi. Bunga dari tanman ini
ditemukan soliter atau berkumpul dalam kelompk pada satu tangkai. Bunga
bagian bawah bunga terdapat daun pembalut warna hijau berbentuk lonceng.
saponin (batang dan daun), alkaloid (batang dan daun), steroid (batang dan daun),
fenol (daun), flavonoid (batang dan daun) dan terpenoid (daun). Flavanoid
memilki aktivitas antioksidan serta memilki efek yang tidak disukai serangga
(magnoliopsida). Alkaloid merupakan salah satu komponen aktif dalam daun dan
bunga yang mempunyai sifat racun yang mempengaruhi aktivitas fisiologi secara
luas.
Media tanam yang digunakan untuk semai yaitu wadah besar yang sudah diisi
dengan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Benih yang telah
di seleksi di taburkan diatas media tanam lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis
dan disiram dengan air agar kelembabannya terjaga. Bibit tanaman kenikir
berasal dari Desa Pliken, Jawa Tengah. Benih bunga kenikir yang akan
19
dijadikan bibit adalah biji yang berasal dari bunga yang sudah tua dan kering.
b. Perawatan
tanaman kenikir.
20
adalah tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara namun
telah diperkenalkan ke Amerika pada abad ke- 19. Tanaman ini adalah
tanaman tahunan atau dua tahunan dan memiliki bunga yang berwarna putih,
anggrek yang kecil. Tinggi tanaman ini bisa mencapai satu meter dengan
batangnya yang tebal namun tidak mengayu dan daunnya yang bergerigi
tepinya. Pacar air juga dikenal sebagai bunga balsam yang merupakan
tanaman hias atau tumbuhan liar ditempat yang cukup mendapat air dan sinar
matahari.
wilayah. Menurut Masfiyah (2013), biji dan daun paca air mengandung
yang berfungsi sebagi penolak serangga hama. Bunga pacar air mengandung
21
Penulis melakukan budidaya pacar air pada tanggal 16 Agustus 2016.
a. Pembibitan
daerah Wangon. Bibit bunga pacar air yang digunakan adalah biji nya.
Biji yang baik di dapatkan dari buah yang berukuran besar, berwarna
dan didapatkan dari tanaman yang berbunga lebat. Biji dikeluarkan dari
Biji diletakan dalam wadah yang kering dan tempat yang terkena sinar
matahari.
Media tanam yang digunakan untuk semai yaitu wadah besar yang sudah
diisi dengan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Biji
yang telah di seleksi di taburkan diatas media tanam lalu ditutup dengan
22
Gambar 10. Persemaian benih tanaman bunga pacar air.
c. Perawatan
delapan yang paling sering digunakna adalah yang berwarna putih. Menurut
23
tanaman hias (ornamental plant), sebagai tanaman obat (medicinal plant),
delapan biasanya mekar pada pukul delapan pagi dan juga layu di siang/sore
hari. Bunga pukul delapan memiliki akar pena yang cukup panjang, 30-80
cm. Herba berbatang basah dan bertumbuh ke samping atau naik ke atas,
sedangkan tangkai putik sebanyak 3 buah yang berbentuk seperti sikat. Bunga
tumbuh pada ketiak daun , dan memiliki 2 buah daun pelindung yang
panjang , pipih. Perbanyakan dengan biji (generatif), dan bisa juga dengan
stek.
Kegiatan budidaya bunga pukul delapan yang penulis lakukan dengan cara
stek.
Disiapkan media tanam berupa tanah yang telah dicampur dengan pupuk
24
delapan yang akan diambil batang nya untuk stek. Batang yang baik
berasal dari tanaman bunga pukul delapan yang sudah berumur tua,
berbunga lebat dan kokoh. Batang dipotong miring. Batang yang telah
b. Perawatan
25
C. Pemantauan Wilayah Refugia Ekosistem Sawah
dilakukan oleh penulis pada hari Jum’at, 22 Juli 2016 dan hari Jum’at, 05
tanaman refugia yang tumbuh, musuh alami yang terdapat di tanaman refugia
Pliken, Banyumas meliputi tanaman bunga kenikir dan tanaman bunga pukul
empat. Musuh alami yang terdapat di wilayah refugia ekosistem sawah Desa
dan paederuss. Hama yang terdapat di wilayah refugia ekosistem sawah Desa
26
Gambar 15. Tanaman bunga pukul delapan sebagai refugia ekosistem sawah
Desa Pliken.
Gambar 16. Tanaman bunga kenikir sebagai refugia ekosistem sawah Desa
Pliken.
Purbalingga.
Purbalingga dilakukan oleh penuis pada hari Kamis, 28 Juli 2016 dan Rabu,
tanaman refugia yang tumbuh, musuh alami yang terdapat di tanaman refugia
27
Musuh alami yang terdapat di wilayah refugia ekosistem sawah Desa Kedung
Gambar 17. Tanaman bunga kenikir sebagai refugia ekosistem sawah Desa
Kedung Menjangan.
Gambar 18. Tanaman bunga pacar air sebagai refugia ekosistem sawah Desa
Penolih.
dilakukan oleh penuis pada hari Kamis, 28 Juli 2016 dan Kamis, 11 Agustus
28
refugia yang tumbuh, musuh alami yang terdapat di tanaman refugia dan
tanaman wijen, tanaman bunga kenikir dan tanaman bunga pukul empat.
mengutungkan dari segi keonomi karena memilki harga jua yang tinggi.
Musuh alami yang terdapat di wilayah refugia ekosistem sawah Desa Penolih,
sawah Desa Penolih, Purbalingga meliputi ulat daun, wereng coklat, kupu
Gambar 19. Tanaman wijen sebagai refugia ekosistem sawah Desa Penolih.
Gambar 20. Tanaman bunga turnera dan kenikir sebagai refugia ekosistem
sawah Desa Penolih.
29
D. Data Musuh Alami dan Serangga Hama Penerapan Refugia Ekosistem
Sawah
Pengamatan serangga hama dan musuh alami selama kegiatan Praktik Kerja
mulai dari pukul 06.00 – selesai. Setiap pengamatan dilakukan pencatatan data
dan evaluasi bersama pada minggu ke 4. Hal ini dilakasanakan untuk mendukung
Tabel 1. Data Pengamatan Serangga Hama dan Musuh Alami refugia ekosisitem
sawah di Desa Penolih
Minggu ke-
1 2 3 4
1 Ulat daun 2 5 3 1
2 Wereng coklat 12 26 57 25
3 Belalang 8 7 5 4
4 Walang Sangit 13 11 10 9
5 Kupu penggerek batang 9 10 8 7
6 Laba-Laba 16 20 21 23
7 Cocsinella 11 14 14 16
8 Paederus 9 8 15 17
9 Kumbang Karabid 5 4 4 6
diperoleh data ulat daun 2 ekor , wereng coklat 12 ekor, belalang 8 ekor, walang
30
ekor, paederus 9 ekor dan kumbang karabid 5 ekor. Pengamatan minggu kedua
diperoleh data ulat daun 5 ekor , wereng coklat 26 ekor, belalang 7 ekor, walang
ekor, paederus 8 ekor dan kumbang karabid 4 ekor. Pengamatan minggu ketiga
diperoleh data ulat daun 3 ekor , wereng coklat 57 ekor, belalang 5 ekor, walang
keempat diperoleh data ulat daun 1 ekor , wereng coklat 25 ekor, belalang 4 ekor,
walang sangit 9 ekor, kupu penggerek batang 7 ekor, laba-laba 23 ekor, cocsinella
cuaca yang cerah, kondisi cuaca pengamatan 2 kondisi cuaca yang cerah, kondisi
memilki kondisi cuaca yang mendung pada saat pengamatan. Hasil pengamatn
yang dilakukan setiap minggunya bahwa jumlah serangga hama dan msuh alami
tidak mengalami kenaikan yang sigifikan. Hal ini sesuai dengan Mustakin (2014),
Besarnya suhu tidak mengalami fluktuasi yang begitu besar. Tinggi rendahnya
suhu dapat dipengaruhi oleh cuaca yang mudah berubah-ubah setiap waktu. Rata-
rata suhu pada jam 06.00-08.15 sebesar 23,9 °C, jam 09.00-10.15 sebesar 26 °C,
siang sebesar 25 °C dan sore hari sebesar 24 °C. Kisaran suhu yang efektif untuk
serangga adalah 15°C (minimum), 25°C (optimum) dan 45°C (maksimum). Oleh
karena itu, suhu yang ada di lahan pertanian mendukung untuk kehidupan
31
serangga. Suhu optimum sangat mendukung untuk keberlangsungan hidup
serangga.
Jumlah Serangga Hama dan Musuh Alami
60
50
40
30
Minggu 1
20
Minggu 2
10
Minggu 3
0
Minggu 4
musuh alami. Jenis serangga hama yang diamati yaitu ulat daun, wereng coklat,
belalang walang sangit, dan kupu penggerek batang. Sedangkan musuh alami
yang diamati yaitu laba-laba, cocsinella, paederus dan kumbang karabid. Jumlah
ulat daun mengalami kenaikan pada minggu ke 2 dan mrngalami penurunan pada
minggu 3 dan turun pada minggu ke 4 Jumlah belalang mengalami penurunan dari
penurunan dari minggu 1 sampai minggu ke-4. Jumlah kupu penggerek batang
mengalami kenaikan pada minggu ke-2 dan mengalami penurunan pada minggu
32
sampai minggu 4. Jumlah cocsinella mengalami kenaikan pada minggu ke 2 dan
Jumlah serangga hama dan musuh alami refugia ekosistem sawah Desa
Penolih mengalami kenaikan dan penurunan jumlah setiap minggunya. Hal ini
serangga ekosistem sawah dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain letak
Gambar 22. Kegiatan pencatatan data pengamatan jumlah serangga hama dan
musuh alami.
33
ancaman (threat) dalam suatu nstansi. Analisis tersebut dilakukan oleh peserta
Praktik Kerja Lapang dengan tujuan agar instansi dapat mengevaluasi dan
memperbaiki segala sesuatu yang kurang sehingga dapat menjadi lebih baik.
Kekuatan (Strength) :
2. Kerjasama dengan pihak luar berjalan dengan baik sehingga dapat menunjang
bagi peserta Praktik Kerja Lapangan (PKL) dalam berkomunikasi terkait teori
Kelemahan (Weakness):
34
3. Kurangnya alat alat yang memadai guna menunjang suatu identifikasi dan
beberapa alat yang ada di Laboratorium Hama dan Penyakit Banyumas sudah
(PKL).
Peluang (Opportunity):
yang besar untuk mencari pekerjaan karena jumlah SDM yang masih sedikit
Ancaman (Threath):
35
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Semarang yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 28 Juli
keuangan, mushola, gudang agensi hayati, dapur, ruang teknis dan mutu,
seperti kurangnya tenaga kerja ahli, kelengkapan alat alat penelitian serta
Banyumas Jawa Tengah adalah dapat terjadinya bahaya saat melakukan suatu
36
2. s Penerapan refugia dilakukan dengan cara penanaman tanaman bunga
professional.
B. Saran
dengan alat khusus penangkap serangga agar data yang dihasilkan lebih
terpercaya. Perlu dilakukan pengamatan yang lebih intensif pada tanman refugia
dan perbandingan waktu pengamatan dengan jumlah serangga hama dan musuh
37
DAFTAR PUSTAKA
Masfiyah, Evi. Sri Karindah dan Retno. 2013. Asosiasi serangga predator dan
parasitoid dengan beberapa jenis tumbuhan liar di ekosistem sawah. Jurnal
HPT. 2 (2) : 9-13.
38
Sari, Ria Pravita. 2014. Efek refugia pada populasi herbivora di sawah padi merah
organik Desa Sengguruh. Jurnal Biotropika. 2 (1) : 14-19.
Soesanto, Loekas. 2013. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Tauruslia, Enie. Trizella dan Yaher Wandi. 2015. Analisis keanekaragaman hayati
musuh alami pada eksosistem padi sawah di daerah endemik dan non
endemik wereng batang cokelat Nilaparvata lugens di Sumatera Barat.
Biodiversity Indonesia. 1 (3) : 581-589.
Tri, Artining Putri. 2016. Refugia, sistem pembasmi hama dengan bunga. (On-
line), https://m.tempo.co/read/news/2016/04/01/095758855/refugia-sistem-
pembasmi-hama-dengan-bunga diakses 04 Mei 2016.
Wahyunto. 2009. Lahan sawah di Indonesia sebagai pendukung ketahanan pangan
nasional. Jurnal Informatika Pertanian. 18 (2) : 139.
Wardani, Fevilia Sukma. Amin Setyo Laksono dan Bagyo Yanuwaidi. 2013. Efek
blok refugia (Ageratum conyzoides, Ageratum houstonianum, Commelina
diffusa) terhadap pola kunjungan arthropoda di perkebunan apel Desa
Poncokusumo. Jurnal Biotropika. 1 (14) : 134-139.
Wardani, Fevilia Sukma. Amin Setyo Laksono dan Bagyo Yanuwaidi. 2013.
ketertarikan arthropoda pada blok refugia (Ageratum conyzoides, Ageratum
houstonianum, Commelina diffusa) di perkebunan apel Desa Poncokusumo.
Jurnal Biotropika. 1 (2) : 70-75.
39
LAMPIRAN
40
Laporan Aktivitas Praktik Kerja Lapanagan
41
42
43
Dokumentasi Praktik Kerja Lapangan
44
Foto bersama pegawai LPHPT Banyumas
45