Anda di halaman 1dari 10

A.

DEFINISI

Fraktur adalah pemisahan atau robekan pada kontinuitas tulang yang


terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan pada tulang dan tulang tidak
mampu untuk menahannya.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan
lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap,
tidak lengkap. (Arice, 1995 : 1183)
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontiunitas tulang
pangkal paha yang di sebabkan oleh trauma langsung, kelemahan otot, kondisi-
kondisi tertentu seperti degenerasi tulang atau osteoporosis ( Muttakin, 2005: 98 )

B. KLASIFISIKASI

Fraktur di klasifikasikan sebagai berikut :


1) Fraktur tertutup
Merupakan fraktur tanpa komplikasi dengan kulit tetap utuh
disekitar fraktur tidak menonjol keluar dari kulit.
2) Fraktur terbuka
Pada tipe ini, terdapat kerusakan kulit sekitar fraktur, luka tersebut
menghubungkan bagian luar kulit. Pada fraktur terbuka biasanya potensial
untuk terjadinya infeksi, luka terbuka ini dibagi menurut gradenya.
Grade I : luka bersih, kurang dari 1 Cm.
Grade II : luka lebih luas disertai luka memar pada kulit dan otot.
Grade III : paling parah dengan perluasan kerusakan jaringan lunak terjadi
pula kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf.
3) Fraktur komplit
Pada fraktur ini garis fraktur menonjol atau melingkari tulang periosteum
terganggu sepenuhnya.
4) Fraktur inkomplit
Garis fraktur memanjang ditengah tulang, pada keadaan ini tulang
tidak terganggu sepenuhnya.
5) Fraktur displaced
Fragmen tulang terpisah dari garis fraktur.
6) Fraktur Comminuted
Fraktur yang terjadi lebih dari satu garis fraktur, dan fragmen
tulang hancur menjadi beberapa bagian (remuk).
7) Fraktur impacted atau fraktur compressi
Tulang saling tindih satu dengan yang lainnya.
8) Fraktur Patologis
Fraktur yang terjadi karena gangguan pada tulang serta osteoporosis atau
tumor.
9) Fraktur greenstick
Pada fraktur ini sisi tulang fraktur dan sisi tulang lain bengkak.

1
Klasifikasi jenis Fraktur menurut Muttaqin (2000 : 35-36), meliputi
:

a. Simple fracture (Fraktur terbuka)


b. Compound fracture (Fraktur terbuka)
c Transverse fracture (Fraktur transversal/sepanjang garis tengah tulang)
d. Spiral fracture (Fractur yang memuntir seputar batang tulang)
e. Impacted fracture (Fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang yang lain)
f. Greenstick fracture
g. Comminuted fracture (Tulang pecah menjadi beberapa bagian).

C. ETIOLOGI

Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang relatif rapuh namun mempunyai


cukup kekuatan dan gaya pegas menahan tekanan, fraktur dapat diakibatkan oleh :

a. Fraktur akibat peristiwa trauma sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan


yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan
pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah
pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di
atasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif
disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.

b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan retak dapat terjadi pada tulang

2
seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan
ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau metatarsal terutama pada
atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris berbaris dalam jarak jauh.

c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang fraktur dapat terjadi oleh
tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau
tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

D. PATOFISIOLOGI
Trauma pada tulang

Patah tulang

Terbuka Tertutup

Kerusakan arteri, infeksi, perdarahan (syok), Resiko infeksi, adanya emboli lemak dari
avaskuler nekrosis fraktur tulang panjang dan sindroma
kompartemen

Trauma penetrasi

Perdarahan Cidera vaskuler Trombosis pembuluh

Komplikasi
Penyebab lambat
Penyebab kematian dini kematian ( >3 hari )

Hemoragi dan
cidera kepala
Gangguan organ multipel Sepsis
Kegagalan fungsi
Terjadi ARDS
pernafasan dan Pelepasan toksin
dan DIC
kardiovaskular

Syok Dilatasi pembuluh


hipovolemik darah

Penurunan curah Penurunan tahanan


Penurunan jantung vaskuler sistemik
Kematian
perfusi organ

Syok sepsis

Penurunan tekanan darah dan


perfusi perifer

Ulkus pada luka, emboli


pulmonal,dan atrofi otot

3
E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis faktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformasi,


pemendekan ektrimitas, kreptitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spase otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiyah yang dirancang yang dirancang untuk meminimalkan gerakan
antara fragmen tulang.
b. Setalah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak tidak alamiah ( gerakan luar biasa ) bukannya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai
menyebabkan defrmitas (terlihat maupun teraba) ektrimiatas yang
biasanya diketahui dengan membadingkan dengan ektrimitas normal.
Ektrimitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarya karena
kontraksi otot yang melekat ditas dan dibawah fraktur. Fragmen sering
sekali melingkupi satu sama lain sampai 2.5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci)
d. Saat ektrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
disebut krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
fragmen lainnya. ( Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat ).
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa baru
terjadi setelah beberapa jam atau hari setalah cedera.
( Suzanne C. Smeltzer & Brebda G. Bare, 2001 : 2358-2359 )

F. KOMPLIKASI

Komplikasi fraktur dibagi menjadi dua yaitu :


1) Komplikasi awal, terdiri dari : kerusakan arteri, kompartmen sindrom, fat
embolism sindrom, infeksi, avaskuler nekrosis, syok.
2) Komplikasi lama, terdiri dari : delayed union, mal_union
( Muttaqin, 2005 : 41 )

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan fraktur adalah :


1. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma.
2. Scan tulang ( tomogram, scan CT / MRI) : memperlihatkan fraktur dan
juga dapat mengindentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai.
4. Hitung darah lengkap : HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau
menurun ( pendarahan bermakna pada sisi frktur organ jauh pada trauma
multiple ). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress normal setelah
trauma
5. Kreatinin : trauma pada otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien
ginjal.

4
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse
multiple, atau cedera hati
(Doengoes, 2000: 762)

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan konservatif, yang dilakukan pada fraktur yaitu :


a. Proteksi semata-mata (tanpa reduksi atau imobilisasi)
Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara
memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atau tongkat pada anggota
gerak bawah.
b. Immobilisasi dengan bidai eksterba (tanpa reduksi)
Immobilisasi pada fraktur dengan bidai ekterna hanya memberikan sedikit
immobilisasi biasanya hanya mengunakan plester of paris (gips) atau
dengan bermacam-macam bidai atau plastic atau metal
c. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan immobilisasi ekterna
menggunakan gips.
Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi, dilakukan baik dengan
pembiusan umum ataupun local. Reposisi yang dilakukan melawan
kekuatan terjadi fraktur. Penggunaan gips untk immobilisasi merupakan
alat utama untuk teknik ini.
d. Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut di ikuti dengan traksi berlanjut
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu traksi kulit dan traksi tulang.
( Muttaqin, 2005 : 45 ).

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat Perjalanan penyakit
 Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
 Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma
 Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
 Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
 Kehilangan fungsi
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
b. Riwayat pengobatan sebelumnya
 Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid
dalam jangka waktu lama
 Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
 Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan
 Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan
diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan
 Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema

5
2. Pemeriksaan fisik
a. Mengidentifikasi tipe fraktur
b. Inspeksi daerah mana yang terkena
- Deformitas yang nampak jelas
- Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
- Perubahan warna kulit, laserasi
- Kehilangan fungsi daerah yang cidera
c. Palpasi
 Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
 Krepitasi
 Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

6
NURSING CARE PLAN (INTERVENTION)

DIAGNOSA
NO INTERVENSI RASIONALISASI
KEPERAWATAN
1. Resiko terjadinya syok s/d INDENPENDEN:
perdarahan yg banyak a)Observasi tanda-tanda vital. a)Untuk mengetahui tanda-tanda syok se- dini mungkin
b)Untuk menentukan tindak an
b)Mengkaji sumber, lokasi, dan banyak- nya per
darahan c)Untuk mengurangi per darahan dan men- cegah
c)Memberikan posisi supinasi kekurangan darah ke otak.
d)Untuk mencegah ke- kurangan cairan
(mengganti cairan yang hilang)
d)Memberikan banyak cairan (minum)

KOLABORASI: e)Pemberian cairan per-infus.


a)Pemberian cairan per infus f)Membantu proses pem-bekuan darah dan untuk
b)Pemberian obat koa-gulan sia (vit.K, Adona) dan menghentikan perda-rahan.
peng- hentian perdarahan dgn fiksasi.
c)Pemeriksaan laborato- rium (Hb, Ht) g)Untuk mengetahui ka-dar Hb, Ht apakah perlu
transfusi atau tidak.
2. Gangguan rasa nyaman: INDEPENDEN:
Nyeri s/d perubahan fragmen a) Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, a) Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat
tulang, luka pada jaringan intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala me- nentukan jenis tindak annya.
lunak, pemasangan back slab, nyeri (0-10)
stress, dan cemas b) Mempertahankan im- mobilisasi (back slab) b) Mencegah pergeser- an tulang dan pe- nekanan pada
jaring- an yang luka.
c) Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang c) Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan
luka. me- ngurangi nyeri.
d) Menjelaskan seluruh prosedur di atas d) Untuk mempersiap- kan mental serta agar pasien
berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan
KOLABORASI: dilakukan.
e) Pemberian obat-obatan analgesik e) Mengurangi rasa nyeri

7
3. Potensial infeksi se- INDEPENDEN:
hubungan dengan luka a) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) a) Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
terbuka. terhadap ada- nya: edema, rubor, kalor, dolor,
fungsi laesa.
b) Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian b) Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
yang luka. c) Mencegah kontami- nasi dan kemungkin- an infeksi
c) Merawat luka dengan menggunakan tehnik silang.
aseptik d) Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
d) Mewaspadai adanya keluhan nyeri men- dadak,
keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada
daerah luka.

KOLABORASI: a) Lekosit yang me- ningkat artinya sudah terjadi


a) Pemeriksaan darah : leokosit proses infeksi
b) Untuk mencegah ke- lanjutan terjadinya infeksi. dan
b) Pemberian obat-obatan : pencegah an tetanus.
antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus) c) Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan
c) Persiapan untuk operasi sesuai indikasi penyegahan peningkatan infeksi.

4. Gangguan aktivitas INDEPENDEN:


sehubungan dengan a) Kaji tingkat im- mobilisasi yang disebabkan oleh a) Pasien akan mem- batasi gerak karena salah persepsi
kerusakan neuromuskuler edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi (persepsi tidak pro- posional)
skeletal, nyeri, immobilisasi. ter- sebut.
b) Mendorong parti- sipasi dalam aktivitas rekreasi b) Memberikan ke- sempatan untuk me- ngeluarkan
(menonton TV, membaca kora, dll ). energi, memusatkan per- hatian, meningkatkan
perasaan mengontrol diri pasien dan membantu
dalam mengurangi isolasi sosial.
c) Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk
c) Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan me- ningkatkan tonus otot, mempertahankan
pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang mobilitas sendi, men- cegah kontraktur / atropi dan
tidak. reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
d) Meningkatkan ke- kuatan dan sirkulasi otot,
meningkatkan pasien dalam me- ngontrol situasi,

8
d) Membantu pasien dalam perawatan diri me- ningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
e) Auskultasi bising usus, monitor kebiasa an e) Bedrest, penggunaan analgetika dan pe- rubahan diit
eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur. dapat menyebabkan penurunan peristaltik usus dan
konstipasi.
f) Memberikan diit tinggi protein , vitamin , dan f) Mempercepat proses penyembuhan, mencegah
mi- neral. penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya
terjadi penurunan BB (20 - 30 lb).
Catatan : Untuk sudah dilakukan traksi.
KOLABORASI :

a) Konsul dengan bagi- an fisioterapi a) Untuk menentukan program latihan.


5. Kurangnya pengetahuan INDEPENDEN:
tentang kondisi, prognosa, a) Menjelaskan tentang kelainan yang muncul a) Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan
dan pengo- batan sehubungan prognosa, dan harap- an yang akan datang. sehingga pasien dapat menentu kan pilihan.
dengan kesalahan dalam pe- b) Memberikan dukung an cara-cara mobili- sasi b) Sebagian besar fraktur memerlukan penopang dan
nafsiran, tidak familier dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh fiksasi selama proses pe- nyembuhan sehingga
dengan sumber in- formasi. bagi- an fisioterapi. keterlambatan pe- nyembuhan disebab- kan oleh
penggunaan alat bantu yang kurang tepat.
c) Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan
c) Memilah-milah aktif- itas yang bisa mandiri dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah fisioterapi,
yang harus dibantu. perawat atau ke- luarga).
d) Membantu meng- fasilitaskan perawa- tan mandiri
d) Mengidentifikasi pe- layanan umum yang memberi support untuk man- diri.
tersedia seperti team rehabilitasi, perawat
keluarga (home care) e) Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama
e) Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan. (kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan
untuk perencanaan perawatan lanjutan dan pasien
koopratif.

9
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

10

Anda mungkin juga menyukai