KASUS III
Seorang Anak Laki-Laki Usia 3 Tahun dengan Anemia et causa
Defisiensi Besi dan Rhinitis
Oleh:
030.13.252
Pembimbing:
dr. Zuhriah Hidajati, Sp.A, M.Si, Med
dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A, M.Si, Med
dr. Neni Sumarni, Sp.A
dr. Adriana Lukmasari, Sp.A
dr. Harancang Pandih, Sp.A
NIM : 030.13.252
Pembimbing
1. IDENTITAS PASIEN
1.1. Nama Pasien : An. E
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Ngablak, Genuk, Kota Semarang
Bangsal : BIMA
No. CM : 402471
Tanggal Masuk RS : 06 Maret 2018
2. DATA DASAR
2.1. Anamnesis (Alloanamnesis)
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu dan ayah kandung pasien
pada tanggal 07 Maret 2018 jam 12.00 WIB di ruang BIMA.
Keluhan Utama : Demam
Keluhan Tambahan : Pilek, batuk, muntah, tidak mau makan dan minum.
viii. ABDOMEN
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : turgor kulit (N), Nyeri tekan (-), supel, Hepar & Lien
tidak teraba
- Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
ix. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Oedem -/- -/-
Capillary refill > 2 detik/> 2detik > 2 detik/> 2detik
Kuku Pucat (+), Pucat (+) ,
koilonikia (-) koilonikia (-)
Kesan: Normal
Hematologi
JenisPemeriksaan Nilai Normal 08/3/2018
Hb (g/dL) 11-15 8,7
Ht (%) 40-52 28,10
Leukosit (103/uL) 3.8 – 10.6 5,7
Trombosit (105/mL) 150 – 400 378
2.4 RESUME
Pasien datang ke RSUD KRMT Wongsonegoro diantar oleh ibunya dengan
keluhan demam sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit, 6 hari sebelum masuk
Rumah Sakit, keluhan pasien demam, demam dirasakan naik-turun, demam naik
terutama pada malam hari, dan turun apabila minum obat penurun panas, pasien tidak
nafsu makan dan minum, pasien merasa lemah dan lesu. 5 hari sebelum masuk rumah
sakit, pasien masih demam naik-turun, badan terasa lemah, mudah lelah, lesu, pasien
masih tidak nafsu makan maupun minum, apabila diminumkan obat pasien
memuntahkannya. Buang air besar masih dalam batas normal sebanyak 1 kali. Buang
air kecil dalam batas normal. 4 dan 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih
demam naik-turun, badan masih terasa lemah, mudah lelah dan lesu, tampak pucat
dan masih tidak mau makan dan minum. Belum buang air besar dan buang air kecil
dalam batas normal. 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien masih dengan keluhan
yang sama, demam naik-turun, badan terasa lemah dan lesu, tidak mau makan dan
minum. Demam disertai dengan batuk yang hilang timbul, dan pilek. Belum buang air
besar dan buang air kecil dalam batas normal.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien demam tinggi, tidak turun
meskipun diberikan obat, demam disertai pilek, cairan yang keluar dari hidung
berwarna bening dan encer, dan batuk kering yang hilang timbul, pasien tampak
pucat, lemah, dan lesu, pasien lebih nyaman berbaring ditempat tidur, pasien masih
tidak mau makan dan minum, apabila makan dan minum obat pasien
memuntahkannya. Pasien muntah sebanyak 2 kali. Muntah berisi cairan jernih, tidak
menyemprot, dan tidak terdapat darah. Pasien juga mengeluh bibir kering dan terdapat
sariawan di bibir bawahnya. Pasien belum Buang air besar, buang air kecil masih
dalam batas normal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kedua mata cekung,
konjungtiva anemis, bibir kering dan terdapat stomatitis di mukosa bibir bawah, dari
pemeriksaan penunjang didapatkan Hb rendah 8,7, hematocrit rendah 28,10.
Pemeriksaan gambaran darah tepi, didapatkan kesan 1. Anemia mikrositik hipokrom
dd/ anemia e.c defisiensi Fe, Anemia e.c penyakit kronis. 2. Limfositosis relative
dengan LPB (+) Dd/ Infeksi ec virus. 3. Peningkatan aktifitas trombosit dd/
perdarahan , infeksi.
2.8 EDUKASI
- Apabila demam segera diberikan obat penurun panas
- Observasi demamnya, jangan sampai anak kejang
- Minum air putih yang banyak
- Kompres anak dengan air dingin
- Hindari makanan yang menghambat absorbs besi (teh, susu murni, kuning telur) dan
obat seperti anatasida dan kloramfenikol
2.9 PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam
Ad sanatonam : dubia ad bonam
Follow Up
Tanggal Hasil Pemeriksaan
08/3/2018 S: Demam (+) naik turun tadi malam, pilek (+), tidak mau makan dan minum,
rewel, lemas.
O
KU : Tampak sakit sedang, compos mentis, tampak pucat
HR : 115x/m
RR : 20x/m
Suhu : 37,5ºC
Saturasi : 98%
A:
Anemia berat
Rhinitis
P:
Infus KDN 30 cc/jam
Transfusi PRC 120 meq/4jam
PO: Rhinofed syr 3 x ¾ cth
Sucralfate syr 3 x ¾ cth
2. Klasifikasi
4. Nonmegaloblastik
Anemia pada penyakit hati kronik
Anemia pada hipotiroid
Anemia pada sindrom mielodisplastik
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemah,
gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak napas, kolaps sirkulasi yang
progresif cepat atau syok, dan pucat (dilihat dari warna kuku, telapak tangan,
membran mukosa mulut dan konjungtiva). Selain itu juga terdapat gejala lain
tergantung dari penyebab anemia seperti jaundice, urin berwarna hitam, mudah
berdarah dan pembesaran lien.
1. Definisi
2. Epidemiologi
Menurut Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian (1992), ADB
dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor penyebab langsung dan tidak
langsung.Faktor penyebab langsung meliputi jumlah Fe dalam makanan tidak cukup,
absorbsi Fe rendah, kebutuhan naik serta kehilangan darah, sehingga keadaan ini
menyebabkan jumlah Fe dalam tubuh menurun. Menurunnya Fe (zat besi) dalam tubuh
akan memberikan dampak yang negatif bagi fungsi tubuh. Hal ini dikarenakan zat besi
merupakan salah satu zat gizi penting yang terdapat pada setiap sel hidup, baik sel
tumbuh-tumbuhan, maupun sel hewan.Di dalam tubuh, zat besi sebagian besar terdapat
dalam darah yang merupakan bagian dari protein yang disebut hemoglobin di dalam
sel-sel darah merah, dan disebut mioglobin di dalam sel-sel otot.
Susu formula rendah besi Bayi berat badan lahir rendah Pertumbuhan cepat
Setiap hari turnover besi ini berjumlah 35mg, tetapi tidak semuanya harus di
dapatkan dari makanan.Sebagian besar yaitu sebanyak 34mg di dapat dari
penghancuran sel-sel darah merah tua, yang kemudian di saring tubuh untuk dapat
dipergunakan lagi oleh sum-sum tulang untuk pembentukan sel-sel darah merah yang
baru.
Penyerapan Zat besi
Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan.Bila
besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.
Pada bayi absorbsi zat besi dari ASI meningkat dengan bertambah tuanya
umur bayi perubahan ini terjadi lebih cepat pada bayi yang lahir prematur dari pada
bayi yang lahir cukup bulan. Jumlah zat besi akan terus berkurang apabila susu
diencerkan dengan air untuk diberikan kepada bayi.
Walaupun jumlah zat besi dalam ASI rendah, tetapi absorbsinya paling
tinggi.Sebanyak 49% zat besi dalam ASI dapat diabsorbsi oleh bayi. Sedangkan susu
sapi hanya dapat diabsorbsi sebanyak 10 – 12% zat besi. Kebanyakan susu formula
untuk bayi yang terbuat dari susu sapi difortifikasikan denganzat besi. Rata – ratabesi
yang terdapat diabsorbsi dari susu formula adalah 4%.
Pada waktu lahir, zat besi dalam tubuh kurang lebih 75 mg/kg berat badan,
dan reserve zat besi kira – kir 25% dari jumlah ini. Pada umur 6 – 8 mg, terjadi
penurunan kadar Hb dari yang tertinggi pada waktu lahir menjadi rendah. Hal ini
disebabkan karena ada perubahan besar pada sistem erotropoiesis sebagai respon
terhadap deliveri oksigen yang bertambah banyak kepada jringan kadar Hb menurun
sebagai akibat dari penggantian sel – sel darah merah yang diproduksi sebelum lahir
dengan sel – sel darah merah baru yang diproduksi sendiri oleh bayi. Persentase zat
besi yang dapat diabsorbsi pada umur ini rendah karena masih banyaknya reserve zat
besi dalam tubuh yang dibawah sejak lahir. Sesudah umur tersebut,
sistemeritropoesis berjalan normal dan menjadilebih efektif. Kadar Hb naik dari
terendah 11 mg/100 ml menjadi 12,5 g/100 ml, pada bulan – bulan terakhir masa
kehidupan bayi.
Bayi yang lahir BBLR mempunyai reserve zat besi yang lebih rendah dari
bayi yang normal yang lahir dengan berat badan cukup, tetapi rasio zat besi terhadap
berat badan adalah sama. Bayi ini lebih cepat tumbuhnya dari pada bayi
normal,sehingga reserve zat besi lebih cepat bisa habis. Oleh sebab itu kebutuhan zat
besi pada bayi ini lebih besar dari pada bayi normal. Jika bayi BBLR mendapat
makanan yang cukup mengandung zat besi, maka pada usia 9 bulan kadar Hb akan
dapat menyamai bayi yang normal.
Prevalensi anemia yang tinggi pada anak balita umumnya disebabkan karena
makanannya tidak cukup banyak mengandung zat besi sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhannya, terutama pada negara sedang berkembang dimana serelia
dipergunakan sebagai makanan pokok. Faktor budaya juga berperanan penting,
bapak mendapat prioritas pertama mengkonsumsi bahan makanan hewani,sedangkan
anak dan ibu mendapat kesempatan yang belakangan. Selain itu erat yang biasanya
terdapat dalam makanannya turut pula menhambat absorbsi zat besi.
6. Patofisiologi
7. Gejala Klinis.8
8. Diagnosis
Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan suatu anemia
defisiensi Fe :
1. Menurut WHO
· FEP meningkat
· Sumsum tulang
9. Pemeriksaan penunjang
2) Transfusi darah
Di berikan bila kadar Hb < 6g/dl atau kadar Hb > 6g/dl disertai lemah, gagal
jantung, infeksi berat atau menjalani operasi
Dalam bentuk suspensi sel darah merah (PRC)
3) Diet
Sumber hewani : hati, daging, ikan
Sumber nabati : bayam,gandum, kacang kedelai, beras
Kadar besi pada sumber hewani lebih tinggi di bandingkan dengan nabati
karena penyerapan besi nabati dihambat oleh tannin, kalsium dan serat dan di
percepat oleh vitamin C, HCl, asam amino dan fruktosa
Makanan tinggi vitamin C : jeruk
4) Edukasi
12. Pencegahan.8,9
i. Primer : pemberian ASI saja setelah usia 6 bulan dapat menyebabkan defisiensi besi,
oleh sebab itu perlu supplementasi besi sebagai pencegahan. Bila menggunakan susu
formula, pilihlah formula yang di fortifikasi dengan besi
ii. Sekunder : Bayi yang memiliki satu atau lebih faktor resiko harus menjalani skrining
ADB. Skrining tersebut meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap, kadar ferritin dalam
serum dan saturasi ferritin
iii. Gizi :
a. Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama setelah lahir.
b. Bayi usia kurang dari 1 tahun yang tidak mendapatkan ASI, sebaiknya
diberikan susu formula dengan kandungan zat besi 12 mg/L.
c. Bayi usia 6 bulan ke atas bisa diberikan sereal dengan tambahan zat besi serta
vitamin C secukupnya untuk membantu penyerapan zat besi.
d. Pertimbangkan juga untuk memberikan anak usia di atas 6 bulan bubur dengan
daging yang dihaluskan.
Pendidikan
1. Tentang gizi dan jenis makanan yang mengandung kadar besi yang tinggi dan
absorpsi yang lebih baik misalnya ikan, hati dan daging.
2. Kandungan besi dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi tetapi
penyerapan/bioavailabilitasnya lebih tinggi (50%). Oleh karena itu pemberian
ASI ekslusif perlu digalakkan dengan pemberian suplementasi besi dan
makanan tambahan sesuai usia.
3. Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi bakteri / infestasi parasit sebagai salah satu penyebab
defisiensi besi.
Suplementasi besi. 10
13. Prognosis
Prognosa baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi saja dan
diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala
anemia dan manifestasi klinisnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.
DAFTAR PUSTAKA
7. Dallman PR, Yip R, Oski FA. Iron deficiency and related nutritional anemia.
Dalam: Nathan DG, Oski FA, penyunting. Hematology of infancy and childhood.
Edisi ke-4. Philadelphia: WB Saunders, 2003. h. 413-41.
8. Windiastuti, E. Anemia Defisiensi Besi pada Bayi dan Anak. Available at :
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemia-defisiensi-besi-pada-
bayi-dan-anak
9. Sjakti, H.A. Anemia defisiensi Besi. Available at :
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemia-defisiensi-besi-pada-
bayi-dan-anak