Cerpen
Cerpen
Alif : “belum Dit…Semalam ibu nelpon, katanya baru bisa pulang minggu depan..”
Aku : ”Hahhh.. minggu depan,Lama banget sihh….” Ucapku sambil mengambil handuk
Alif :” Kakak duluan yaa dit! Jangan lupa matiin semua lampunya sama kunci semua
pintunya….awas jangan terlambat loh!” kakak berkata sambil mengikat sepatunya.
Aku : “ Iyaaa..”
Selang 15 menit setelah kakakku berangkat kuliah, aku berangkat ke sekolah. Hari – hari
disekolah berjalan seperti biasanya tak ada yang spesial. Disekolah aku memiliki beberapa
sahabat yang sangat dekat dengan ku. Rasanya beruntung memiliki sahabat seperti mereka.
Salahsatu dari mereka bernama Roni. Bel istirahat pun tiba, kami pergi ke warung makan di
samping sekolahku.
Aku : “ Ron, gimana nih, kok hidupku nggak pernah bahagia yaa? Nilai jelek, orangtua nggak
ada dirumah hmmmm….” Aku berkata sambil mengepal tanganku.
Roni : “ Udah habisin dulu makanannya Dit, bahasan yang gituan…lagian aku nggak peduli mau
nilaimu jelek itu urusanmu.” Roni berkata sambil menghabiskan es jeruknya.
Dalam hati, frustasi, emosi terus hadir dalam pikiranku. Tak lama, bel tanda waktu istirahat telah
selasai berbunyi. Kringgg! Kringgg! Kring!, aku dan roni segera bergegas menuju kelas.
Setelah belajar seharian, Bel pun berbunyi kembali. Tak terasa hari ini sudah selesai aku
segera bergegas menuju jalan raya untuk mencari angkutan umum. Rumahku tidak terlalu jauh
dari sekolah, mungkin sekitar 10 menitan dari sekolahku. Sendirian dirumah membuatku
terpikirkan akan masalahku tadi. Tanpa berpikir lama aku segera menelpon Roni dan
mengajaknya untuk pergi ke sebuah bar. Akhirnya kami ketemuan di bar itu, dan melakukan
sebuah hal yang menurutku awal dari sisi gelap kehidupan yang membuatku tersesat. Kami
mabuk – mabukkan, bahkan Roni menggunakan narkoba.
Roni : “ Dit! Dit! Woyyy! Coba cek handphone Dit, jangan – jangan kamu dicariin kakakmu
lagi?”. Kata Roni sambil menepuk – nepuk pundakku.
Aku : “ Aduhhh Ron gua di cariin nih, yaudah aku balik yakkk….kayaknya kamu lebih baik
pulang juga Ron kayak kamu dicariin juga….”. Kataku sambil meletakkan handphone di
kantung celanaku.
Setelah sampai dirumah, aku melihat kakakku sedang mengatur bajunya sambil memasukkannya
kedalam koper
Aku : “Aku dari rumah temankku kak, memangnya kenapa? Tanya baik-baik nggak bisa yaa..”.
Alif : “ Bohong kamu! Aku bukan orang bodoh, mulai sekarang jangan panggil aku kakak, aku
akan pergi sampai ayah dan ibumu pulang kerumah lagi. Kamu semalaman di bar kan sama
si Roni?
Aku terdiam dan mulai menyesali perbuatan yang aku lakukan semalam. Seketika, kakakku
langsung pergi meninggalkanku sendirian di rumah. Saat itu aku tidak bisa melakukan apa – apa
selain merenungi apa yang telah aku perbuat tadi malam. Seharusnya ada cara lain untuk
menghilangkan stress yang aku alami. Apalagi aku tahu untuk anak seumuran aku, seharusnya
aku tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Aku terus merenungi apa yang aku perbuat
semalaman hingga tak sengaja aku tertidur di kursi ruang tamu rumahku.
Esok paginya aku kembali bersekolah seperti biasanya, dan sejak saat itu aku bertekad untuk
mulai mencari sedikit demi sedikit cahaya untuk bisa menerangi kegelapan yang aku rasakan.
Setelah seminggu ditinggal oleh orangtua, akhirnya orangtuaku pulang dan ternyata dia sudah
mengetahui masalah yang terjadi selama dia meninggalkan aku dan kakakku sendirian dirumah.
Ayah : “ Ayah sama ibu minta maaf juga yakkk! Mungkin ini karena salah ayah juga yang
terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga ayah lupa denganmu. Kamu tidak perlu
khawatir,kakakmu sedang dalam perjalanan pulang.
Tak lama setelah itu, kakakku Alif sampai dan langsung datang memelukku.
Dan sejak saat itu, cahaya dalam hidupku semakin terang dan kegelapan yang menetupiku
saat malam itu mulai hilang digantikan oleh cahaya itu.