Anda di halaman 1dari 30

BATUBARA

1. Genesa Batubara
1.1. Definisi Batubara
Batubara adalah salah satu jenis batuan sedimen yang memiliki komposisi
organik yang tinggi karena berasal dari bahan organik dengan kandungan utama
yaitu C, H, O.
Batubara adalah batuan sedimen, berasal dari tumbuhan, dapat terbakar,
terbentuk melalui proses kimia dan fisika, mengalami peningkatan kandungan
karbon, warnanya coklat sampai hitam, tidak terhancurkan dan membusuk karena
secara sempurna karena aktivitas bakteri anaerob.

1.2. Proses Pembentukan


Zaman Karbon (Carboniferous Period) merupakan zaman dimana batubara
mulai terbentuk. Zaman ini berlangsung 360 – 290 juta tahun yang lalu. Pada
zaman ini, tumbuhan – tumbuhan pembentuk batubara seperti paku ekor kuda
mulai tumbuh di rawa – rawa yang nantinya akan terendapkan membentuk
batubara. Menurut Diessel (1981), tumbuhan – tumbuhan pembentuk batubara
antara lain adalah :
 Alga, merupakan tumbuhan bersel satu pembentuk batubara yang berasal dari
Zaman Prakambrium sampai Zaman Ordovisium, endapan batubara dari
rentang periode ini sangat sedikit.
 Silofita, berasal dari Zaman Silur sampai Zaman Devon Tengah, Silofita
merupakan jenis alga juga. Endapan batubara endapan batubara dari rentang
periode ini sangat sedikit.
 Pteridofita, berasal dari Zaman Devon Atas hingga Karbon Atas. Berupa
tumbuhan tanpa bunga dan biji yang berkembang biak melalui penyebaran
spora. Baynyak membentuk batubara berumur karbon di Eropa dan Amerika
Utara.
 Gimnospermae, berasal dari Zaman Prem hingga Zaman Kapur Tengah.
Merupakan tumbuhan yang berkembang biak secara penyerbukan, ciri –

1
cirinya biji terbungkus daging buah, dan bergetah banyak. Dari jenis
Pteridospermae (gangamopteris dan glossopteris) merupakan penyususn
batubara berumur Prem di Australia, Afrika, dan India.
 Angiospermae, berasal dari Zaman Kapur Atas dan masih ada sampai
sekarang. Merupakan tumbuhan modern, berkembang biak secara
penyerbukan, sel jantan dan betina berada dalam satu bunga.

Pembentukan batubara memakan waktu yang sangat lama hingga berjuta –


juta tahun. Hal – hal yang mempengaruhi pembentukan batubara antara lain :
 Bahan pembentuk batubara, yaitu tumbuh – tumbuhan yang hidup jutaan tahun
lalu, terakumulasi pada lingkungan pengendapan tertentu, dipengaruhi oleh
iklim. Jenis tumbuhan mempengaruhi jenis batubara yang akan terbentuk.
 Proses dekomposisi, merupakan penguraian bahan pembentuk batubara secara
biokimia untuk membentuk batubara. Proses dekomposisi ini menyebabkan
perubahan secara kimia dan fisika pada bahan pembentuk batubara.
 Umur geologi, merupakan lamanya waktu perubahan bahan pembentuk
batubara menjadi batubara. Semakin lama waktu pembentukan yang didukung
oleh temperatur serta tekanan yang tinggi akan menghasilkan batubara dengan
kandungan karbon yang tinggi.
 Proses geotektonik, berpengaruh pada pembentukan lapisan batubara.
 Proses geotektonik menghasilkan tekanan yang akan menekan lapisan
batubara yang terbentuk.
 Proses geotektonik menentukan struktur lapisan batubara, apakah lipatan,
cekungan stabil, atau patahan.
 Intrusi magma, menghasilkan panas yang mempengaruhi kadar atau
peringkat batubara yang terbentuk.
 Lingkungan pengendapan, adalah lokasi dimana bahan pembentuk
batubara terendapkan. Hal – hal yang mempengaruhi lingkungan
pengendapan antara lain :
o Struktur cekungan batubara, yaitu posisi pengendapan bahan
pembentuk batubara.

2
o Topografi dan morfologi, merupakan kenampakan tempatbahan
pembentuk batubara diendapkan.
o Iklim, sangat berpengaruh pada pembentukan batubara, mempengaruhi
pertumbuhan tumbuh – tumbuhan sebagai bahan pembentuk batubara
dan evolusi tumbuhan itu sendiri.

Tahapan pembentukan batubara dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu :

a. Peatification (Pembentukan Gambut dari Tumbuhan)


Proses yang terjadi pada tahap penggambutan adalah pembusukkan tumbuh –
tumbuhan yang kemudian terkumpul hingga membentuk gambut. Tahapan ini
dikontrol oleh aktivitas mikroorganisme dan bakteri – bakteri pada tumbuhan
sehingga meningkatkan jumlah oksigen. Jika tahapan ini berlangsung dengan
baik, gambut yang terbentuk akan berwarna hitam gelap dengan struktur amorf,
namun jika tidak, gambut yang terbentuk akan berwarna coklat serta banyak
mengandung material – material lepas yang tidak mengalami dekomposisi.
Gambut dihasilkan dari selulosa (C₆H₁₀O₅) tumbuhan melalui reaksi sebagai
berikut :
C₆H₁₀O₅+6 O₂ ----> 6 CO₂+5 H₂O
Semakin rendah kandungan oksigen pada lingkungan (misalnya di daerah
rawa), pembusukkan akan berlangsung semakin baik dikarenakan bakteri yang
melakukan pembusukkan bekerja secara anaerob. Terjadinya pembusukkan
ditentukan oleh faktor – faktor sebagai berikut :
 Temperatur air.
 Sirkulasi air.
 Jumlah oksigen dalam air.
 Jumlah racun dalam air, racun ini berasal dari kotoran bakteri. Jika racun
terlalu tinggi, bakteri akan teracuni dan menyebabkan pembusukkan terhenti.

3
b. Coalification (Pembentukkan Batubara dari Gambut)
Tahap selanjutnya adalah pembentukkan batubara dari lapisan gambut.
Seiring berjalannya waktu, lapisan gambut kemudian tertutupi material sedimen
lainnya. Material sedimen ini akan menekan lapisan gambut dibawahnya dan
mengakibatkan peningkatan suhu. Seiring bertambahnya tekanan, posisi lapisan
gambut yang semakin bertambah kedalamannya juga mengakibatkan suhu naik
yang disebabkan oleh gradien geotermal. Intrusi magma, aktivitas tektonik, serta
pembentukan gunung api juga mengakibatkan peningkatan suhu. Tekanan dan
suhu tinggi yang bekerja pada lapisan gambut akan mengubah lapisan gambut
menjadi batubara. Perubahan ini meliputi penurunan kadar air, pelepasan gas –
gas seperti CO2, H2O, CO, CH4, menambah kepadatan ( tekanan memampatkan
rongga sehingga kepadatan bertambah), peningkatan kekerasan, dan nilai panas
(kalor) juga bertambah. Unsur – unsur penyusun batubara antara lai C, H, O, N,
S, P, serta air, abu, dan gas.

Gambar 1.1 Proses terbentuknya batubara (Sumber : Kentucky Geological


Survey)

4
Gambar 1.2 Skema pembentukan batubara

Gambar 1.3 Skema pembentukan batubara


5
Di dalam batuan pembawa batubara, terdapat lapisan tunggal yang
merupakan lapisan batubara yang disebut seam batubara. Seam memilik batas atas
yang disebut roof (atap) dan batas bawah floor (lantai). Seam batubara biasanya
terdiri dari batubara serta parting berupa sisipan tipis mineral – mineral seprti silt
dan shale. Biasanya, parting ini dapat berkembang dari ketebalan milimeter
hingga sentimeter sehingga terbentuk splitting yaitu terpisahnya seam batubara
menjadi dua atau lebih bagian.

Gambar 1.4 Perkembangan seam batubara

1.3. Terbentuknya Cekungan/Lapisan Batubara Tebal


Terbentuknya cekungan batubara yang menghasilkan lapisan batubara tebal
ditentukan oleh adanya beban lapisan diatas yang menyebabkan dasar cekungan
turun secara perlahan – lahan. Turunnya dasar cekungan secara perlahan – lahan
dengan bahan pembentuk batubara menyebabkan kondisi muka air laut tetap stabil
sehingga batubara tetap terendapkan pada kondisi rawa. Jika dasar cekungan turun
secara cepat, akan menyebabkan air laut ikut masuk kedalam cekungan sehingga
batubara terbentuk dalam endapan dalam kondisi laut. Hal ini menyebabkan
terbentuknya lapisan batugamping diatas lapisan batubara yang mencirikan
kondisi sedimen laut. Pada tahap selanjutnya akan terjadi kembali pengendapan
batulempung yang memungkinkan untuk kembali terbentuk kondisi rawa. Proses
selanjutnya adalah akan terkumpul dan terendapkannya bahan-bahan pembentuk
batubara (sisa tumbuhan) di atas batulempung. Demikian seterusnya sehingga

6
terbentuk lapisan batubara dengan diselingi oleh “lapisan antara” berupa
batugamping dan batulempung. Tidak jarang dijumpai pada lapisan batubara
adanya “lapisan antara” berupa batulempung yang disebut sebagai clay band atau
clay parting.

Muka air laut

Gambar 1.5 Pembentukan cekungan batubara

1.4. Tempat Terbentuknya Batubara


a. Teori in situ
Teori in situ menjelaskan bahwa batubara terbentuk pada tempat dimana
material pembentuknya berasal. Setiap material pembentuk batubara berupa
tumbuhan yang mati tidak mengalami trensportasi namun langsung mengalami
sedimentasi di tempat asalnya, tertutupi lapisan di atanya dan mengalami
pembatubaraan. Batubara yang terbentuk secara in situ memiliki penyebaran yang
luas dan merata serta memiliki kualitas yang baik. Contoh batubara yang
terbentuk secara in situ yaitu endapan batubara di Muara Enim, sumatera Selatan.

7
b. Teori hanyutan (drifting)
Teoro hanyutan menjelaskan bahwa batubara terbentuk dari hasil
pengendapan material asalnya namun terjadi di daerah yang bukan merupakan
tempat asal material tersebut. Material pembentuk batubara tersebut mengalami
transportasi lalu terendapkan di suatu tempat, tertutupi material sedimen dari
atasnya kemudian mengalami pembatubaraan. Batubara yang terbentuk dengan
cara hanyutan penyebarannya tidak luas dan banyak mengandung pengotor
karena material ikutan selama proses transportasi. Batubara jenis ini terdapat di
Delta Mahakam purba, Kalimantan Timur.

1.5. Reaksi Pembentukan Batubara


Reaksi pembentukan batubara terjadi secara kimia yang dikontrol oleh
faktor – faktor fisika. Reaksi pembentukan batubara dapat dilihat sebagai berikut :

5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO


Selulosa Lignit Gas metan

5(C6H10O5) C22H22O4 + 5CH4 + 10H2O + 8CO2 + CO


Selulosa Bitumen Gas metan

Keterangan :

 Selulosa merupakan zat organik pembentuk batubara.


 Unsur C dalam lignit lebih sedikit dibanding bitumen. Semakin banyak unsur
C, mutu lignit semaik baik.
 Unsur H dalam lignit lebih banyak dalam bitumen. Semakin banyak unsur H,
mutu lignit semakin berkurang.
 Senyawa CH4 (gas metan) dalam lignit lebih sedikit dibanding dalam
bitumen. Semakin banyak CH4, kualitas lignit semakin baik.

8
1.6. Bentuk lapisan batubara
Mengetahui bentuk lapisan batubara berpengaruh besar untuk menentukan
cara penambangan dan untuk menghitung cadangan. Beberapa bentuk lapisan
batubara adalah sebagai berikut.
a. Bentuk Horse Back
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan yang menutupinya
melengkung ke arah atas akibat gaya kompresi. Ketebalan ke arah lateral lapisan
batubara memungkinan sama ataupun menjadi lebih kecil atau menipis.

b. Bentuk Pinch
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah. Pada
umumnya dasar dari lapisan batubara merupakan batuan yang plastis, misalnya
batulempung, sedang di atas lapisan batubara secara setempat ditutupi oleh
batupasir yang secara lateral merupakanpengisian suatu alur.

9
c. Bentuk Clay Vein

Bentuk ini terjadi apabila diantara 2 bagian deposit batubara terdapat urat
lempung. Bentukan ini terjadi apabila pada satu seri deposit batubara mengalami
patahan, kemudian pada bidang patahan yang merupakan rekahan terbuka terisi
oleh material lempung atau pasir.

d. Bentuk Burried Hill

Bentuk ini terjadi apabila di daerah dimana batubara semua terbentuk,


terdapat suatu kulminasi sehingga lapisan batubara seperti terintrusi (diterobos).

10
e. Bentuk Fault

Bentuk ini terjadi apabila di daerah dimana deposit batubara mengalami


beberapa seri patahan. Keadaan ini akan mangacaukan di dalam perhitungan
cadangan, akibat adanya perpindahan perlapisan akibat pergeseran ke arah
vertikal.

f. Bentuk Fold

Bentuk ini terjadi apabila di daerah dimana deposit batubara mengalami


perlipatan. Makin intensif gaya yang bekerja, pembentukan perlipatan akan
semakin kompleks.

11
2. Klasifikasi Batubara
Terdapat beberapa sistem klasifikasi batubara sebagai berikut.
2. 1 Klasifikasi Menurut Seyler
Klasifikasi menurut Seyler dilakukan dengan analisis ultimat yaitu
penentuan kandungan karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur serta unsur
tambahan dan unsur jarang. (nanti sambung)

12
2. 2 Klasifikasi Menurut ASTM
Sistem klasifikasi ASTM mengelompokkan batubara berdasarkan hierarki,
nilai komersial, serta rank. Parameter klasifikasi batubara berdasarkan rank adalah
nilai fixed carbon (dmmf) untuk batubara rank tinggi dan nilai gross calorific
value (dmmf) untuk batubara rank rendah.

Tabel 2.1 Klasifikasi batubara berdasarkan tingkatnya


(ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983)

2. 3 Klasifikasi Internasional
Klasifikasi batubara secara internasioanl dibagai tiga, yaitu :
a. Hard coal
Hard coal adalah kelompok batubara dengan kandungan C kira – kira 79 – 90
%, kandungan H antara 4,5 – 5,5 %, serta kandungan O 5 – 15 %.

13
b. Higher rank coal
Higher rank coal adalah kelompok batubara dengan peringkat lebih tinggi.
Penentuan peringat batubara biasanya ditentukan berdasarkan parameter seperti
reflektan vitrinit (R) volatile matter (VM), fixed carbon (FC), total moisture
(TM), serta calorivic value (CV).
c. Brown coal
brown coal adalah kelompok batubara dengan kandungan C 60 – 70 %, H
kira – kira 5,0 - 6,0 %, dan kandungan O yaitu 20 – 30 %.

2. 4 Klasifikasi Berdasarkan SNI tahun 1998


Berdasarkan SNI tahun 1998, batubara digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu :
a. Batubara coklat (brown coal)
Batubara coklat adalah jenis batubara yang paling rendah peringkatnya,
bersifat lunak, mudah diremas, mengandung kadar air yang tinggi (10-70%),
terdiri atas batubara coklat muda lunak (soft brown coal) dan batubara lignitik
atau batubara cokelat keras (lignitik atau hard brown coal) yang memperlihatkan
struktur kayu. Nilai kalorinya < 5700 kal/gr (dry mineral matter free).
b. Batubara keras (hard coal)
Batubara keras adalah semua jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi
dari brown coal, bersifat lebih keras, tidak mudah diremas, kompak, mengandung
kadar air yang relatif rendah, umumnya struktur kayunya tidak tampak lagi, relatif
tahan terhadap kerusakan fisik pada saat penanganan (coal handling). Nilai
kalorinya >5700 kal/gr (dry mineral matter free).

2. 5 Klasifikasi Batubara secara Komersial


Secara komersial, batubara digolongkan menjadi beberapa rank (peringkat)
berdasarkan urutan kualitas.

14
2.5.1 Parameter Kualitas Batubara
Terdapat beberapa parameter kualitas batubara, yaitu :
 Calorivic value (CV) menunjukkan kandungan energi pada batubara. CV juga
menggambarkan kombinasi pembakaran karbon, hidrogen, nitrogen, dan
sulfur. Semakin tinggi nilai CV, semakin tinggi peringkat batubara.
 Moisture menunjukkan nilai kelembaban suatu batubara. Nilai ini digunakan
untuk menentukan jumlah udara primer yang akan digunakan untuk
mengeringkan batubara. Analisis kelembaban terdiri dari free moisture (FM)
dan inherent moisture (IM).
 Volatile Matter (VM) menunjukkan jumlah zat terbang yang terkandung dalam
suatu batubara. Nilai VM menentukan terjadinya pembakaran sempurna serta
intensitas api yang digunakan. Nilai VM didapat dari perbandingan fixed
carbon dengan zat terbang. Nilai perbandingan ini disebut fuel ratio. Semakin
tinggi nilai fuel ratio, mala mengindikasikan semakin tidak sempurna
pembakaran karbon pada batubara.
 Ash Content (AC) menyatakan kandungan abu pada batubara. Kandungan abu
yang tinggi berpengaruh pada tingkat pengotoran, keausan, serta korosi
peralatan yang digunakan untuk pengelolaan batubara.
 Sulphur Content, menunjukkan kandungan sulfur yang terkandung dalam
batubara, biasanya disebut total sulphur (TS). TS mempengaruhi korosi pada
sisi dingin yang terdapat di pemanas udara. TS juga mempengaruhi efektivitas
penangkapan abu pada electrostatic presipitator.
 Fixed Carbon (FC) menyatakan kandungan karbon pada suatu batubara.
Peningkatan kandungan karbon meningkatkan kualitas batubara.
 Coal size menyatakan ukuran batubara dalam satuan butir. Dikenal dua satuan
butir yaitu butir kasar dan butir halus. Ukuran butir halus yaitu maksimal 3
mm, sedangkan butir kasar maksimal 50 mm.
 Hardgrove Grindability Index (HGI) menyatakan tingkat ketergerusan
batubara. Nilai HGI berpengaruh pada penentuan alat yang digunakan untuk
pengolahan batubara.

15
2.5.2 Kelas Batubara Berdasarkan Kualitas
Batubara digolongkan menjadi lima kelas berdasarkan kualitasnya serta
berdasarkan urutan pembentukan senyawanya. Kelima kelas batubara tersebut
adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Jenis Batubara Berdasarkan Rank batubara

Tabel 2.2 Kandungan Karbon, Hidrogen, dan Oksigen pada Batubara


dengan Kelas Berbeda
Bahan Carbon (%) Hidrogen (%) Oksigen (%)
Wood 50 6 44
Peat 55 – 60 5,5 – 6,5 30 – 40
Lignite 60 – 70 5,0 – 6,0 20 – 30
Bituminous 75 – 90 4,5 – 5,5 5 – 15
Antrachite 90 – 96 2,0 – 4,0 2–5

a. Batubara Peat (C60H6O34)


Peat (gambut) merupakan senyawa yang terbentuk pertama dalam urutan
pembentukkan batubara. Peat memiliki peringkat paling rendah diantara semua
jenis batubara karena belum banyak mengalami perubahan akibat tekanan dan
suhu. Sifat – sifat peat antara lain :
 Berwarna coklat.
 Materialnya belum terkompaksi.
 Kandungan airya sangat tinggi.
 Kandungan karbonnya sangat rendah.

16
 Kandungan zat terbangnya sangat tinggi.
 Potensial oksidasinya tinggi.
 Nilai panasnya rendah.
 Pemanfaatannya untuk bahan bakar industri.

Gambar 2.2 Peat

b. Batubara Lignit (C70OH5O25)


Lignit dikenal sebagai brown coal merupakan batubara dengan peringkat
rendah. Secara keseluruhan, lignit digunakan untuk bahan bakar pembangkit
tenaga listrik. Sifat – sifat lignit antara lain :
 Warnanya kecoklatan.
 Material telah mengalami kompaksi tapi sangat rapuh.
 Kandungan airya tinggi.
 Kandungan karbonnya rendah.
 Kandungan zat terbangnya tinggi.
 Potensial oksidasinya tinggi.
 Nilai panasnya rendah.
 Pemanfaatannya untuk bahan bakar tenaga listrik.

17
Gambar 2.3 Lignit

c. Batubara Sub-bitumen/sub-bituminous (C75OH5O20)


Sub-bitumen merupakan batubara dengan sifat berkisar antara lignit dan
bitumen. Sub-bitumen biasa digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik
tenaga uap dan bahan dasar hidrokarbon aromatik untuk sintesis kimia. Ciri – ciri
sub-bitumen yaitu :
 Berwarna hitam.
 Materialnya telah mengalami kompaksi.
 Kandungan airya sedang.
 Kandungan karbonnya sedang.
 Kandungan zat terbangnya sedang.
 Potensial oksidasinya menengah.
 Nilai panasnya sedang.

Gambar 2.4 Sub-bitumen

18
d. Batubara Bitumen/Bituminous
Batubara bitumen/Bituminous adalah kelas batubara yang berwarna coklat tua
hingga hitam, nilai karbonnya sudah tergolong tinggi. Bitumen merupakan
peringkat batubara tertinggi setelah antrasit. Ciri – ciri bitumen yaitu :
 Sudah terkompaksi dan padat.
 Berwarna coklat tua hingga hitam.
 Masih rapuh.
 Strukturnya berlapis.
 Bila dikeringkan tidak mengeluarkan air dan gas.
 Digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap dan digunakan
untuk pembuatan kokas.

e. Batubara Antrasit (C94OH3O3)


Antrasit merupakan kelas batubara tertinggi. Ciri fisiknya hitam berkilap serta
kompak. Ciri antrasit antara lain :
 Warna hitam dengan kilap baik.
 Telah mengalami kompaksi dengan kuat
 Kandungan airya rendah.
 Kandungan karbonnya rendah.
 Kandungan zat terbangnya rendah.
 Potensial oksidasinya rendah.
 Nilai panas yang dihasilkan tinggi.
 Digunakan sebagai pemanas ruangan.

19
Gambar 2.5 Antrasit

Selain kelima kelas diatas, terdapat kelas batubara lainnya, yaitu :


a. Batubara Grafit
Grafit merupakan kelas batubara yang lebih tinggi daripada antrasit tetapi
tidak digunakan sebagai bahan bakar karena sulit dinyalakan. Grafit dimanfaatkan
sebagai bahan baku pensil dan sebagai pelumas.Ciri – ciri grafit yaitu :
 Lembut.
 Licin.
 Warnanya kelabu.
 Konduktor yang baik

b. Batubara Steam Coal


Steam Coal merupakan kelas batuabara antara bitumen dan antrasit yang dulu
sering digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap. Ciri steam coal antara lain :
 Kasar.
 Berwarna abu-abu.

20
2. 6 Klasifikasi Batubara Berdasarkan Tahapan Pembentukannya
Berdasarkan tahapan pembentukannya, batubara dibedakan menjadi dua
jenis yaitu :

a. Humic Coal

Pembentukan humic coal melewati proses humufikasi membentuk gambut.


Komposisinya sebagian besar berupa material organik mengkilap berwarna coklat
hitam yang dapat teramati secara megaskopis. Material – material ini sebagian
besar berasal dari serat kayu yang mengalami humufikasi.Rank rendah batubara
ini sebagian besar berupa huminit sedangkan rank tingginya sebagian besar
berupa vitrinit. Ciri khas dari humic coal adalah berlapis.

b. Sapropelic Coal

Pembentukan sapropelic coal berlangsung tanpa membentuk gambut.


Pembentukannya mengikuti alur diagenesa batuan sedimen yang kandungan
bahan organiknya melimpah. Penyusunnya berupa material organik dan juga
banyak mengandung mineral hasil transportasi. Komponen organiknya berupa
algae dan produk hancuran tumbuhan. Dibedakan berdasarkan bahan utama
penyusunnya, yaitu boghead coal (bahan utamanya berupa algae) dan cannel coal
(bahan utamanya berupa spora). Terbentuk pada lingkungan dengn oksigen yang
sangat kurang, dan tidak berlapis.

3. Pemanfaatan Batubara
Ditengah semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan gas alam, batubara
menjadi sumber energi yang potensial. Jumlah cadangan batubara di dunia masih
sangat melimpah, selain itu eksplorasi batubara juga relatif lebih mudah
dibandingkan minyak bumi dan gas alam. Pengolahan batubara sebelum dapat
dimanfaatkan juga tidak serumit pengolahan minyak bumi dan gas alam. Batubara
dapat dimanfaatkan bukan hanya untuk sektor energi tetapi juga untuk sektor
lainnya. Berikut ini beberapa pemanfaatan batubara.

21
1) Sumber Tenaga Pembangkit Listrik

Penggunaan batubara sebagai sumber tenaga pembangkit listrik dilakukan


dengan mengkonversikan batubara menjadi uap panas. Batubara dihancurkan
menjadi bubuk halus kemudian dibakar menggunakan sistem ketel uap.
Selanjutnya uap ini ditampung untuk kemudian dialirkan menuju turbin yang
memiliki kumparan magnet. Listrik dihasilkan dari pergerakan kumparan magnet.
Penggunaan batubara sebagai bahan bakar pembangkit tenaga istrik sangat
ekonomis sebab proses siklus uap untuk menggerakkan kumparan magnet dapat
diulang hingga dua kali.
Tegangan yang dihasilkan dari proses ini sekitar 400.000 volt. Penggunaan
batubara sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik telah dilakukan di negara
– negara seperti Cina, Jepang, Australia, India, dan Jerman. Di negara – negara
tersebut, batubara digunakan sebagai bahan bakar utama pembangkit tenaga
listrik.

2) Industri Produksi Baja

Baja merupakan bahan baku yang sangat banyak dikonsumsi manusia. Baja
umumnya digunakan sebagai bahan baku berbagai peralatan dan perlengkapan
industri. Alat – alat kesehatan, konstruksi, peralatan transportasi merupakan
contoh penggunaan baja dalam kehidupan sehari – hari.
Industri baja memerlukan batubara sebagai reagen untuk proses metalurgi.
Olahan batubara yang dipakai adalah kokas, hasil pengolahan bitumen. Produksi
baja membutuhkan karbon dari batubara dan bahan besi. Karbon digunakan untuk
memanaskan bahan besi (bahan dasar pembuatan baja) untuk menghasilkan baja.
Panas tinggi yang dihasilkan oleh karbon dari batubara membuat pemanasan
bahan besi untuk menjadi baja berjalan dengan efektif.

3) Bahan Bakar Cair

Batubara dapat diubah menjadi bahan bakar cair pengganti minyak bumi.
Prosesnya yaitu dengan merubah batubara dari bentuk bubuk atau bongkah
melalui pelarutan pada suhu tinggi. Batubara yang telah menjadi produk cair

22
kemudian dimurnikan melalui proses ulang sehingga bahan bakar cair dengan
kualitas yang lebih unggul dari minyak bumi. Menjadikan batubara sebagai bahan
bakar cair telah dilakukan di Negara yang sudah memakai sistem ini adalah
Afrika. Afrika bisa mengatasi kekurangan sumber minyak dengan memanfaatkan
batubara.

4) Industri Produksi Semen

Semen adalah bahan baku untuk pembangunan konstruksi. Pembangunan


rumah, gedung, jembatan, semuanya memerlukan semen. Semen merupakan hasil
campuran kalsium karbonat, oksida besi, oksida aluminium, serta silika.
Dalam pembuatan semen, batubara digunakan sebagai bahan bakar untuk
mengolah bahan – bahan campuran tersebut hingga menghasilkan semen.
Pemanasan bahan – bahan baku tersebut membutuhkan suhu tinggi, dan batubara
dapat menghasilkan suhu hingga 1500 derajat Celcius untuk proses pengolahan
tersebut.

5) Industri Produk Aluminum

Dalam industri aluminium, batubara digunakan sebagai bahan bakar.


Aluminium merupakan logam yang juga banyak digunakan oleh manusia.
Aluminium merupakan salah satu bahan baku pembuatan badan pesawat terbang.
Aluminium diperoleh dari hasil pengolahan oksida besi unntuk menjadi baja.
Aluminium merupakan produk sampingan dari proses pengolahan tersebut. Untuk
menghasilkan baja, dibutuhkan suhu tinggi dalam pengolahan oksida besi. Hasil
pemanasan oksida besi ini akan menghasilkan produk dengan kualitas yang
berbeda – beda. Produk yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi baja inilah
yang diolah lagi untuk menjadi aluminium. Gas dan panas kokas yang dihasilkan
batubara berperan dalam menghasilkan beberapa produk baja sehingga bahan
baku aluminium diproleh dan dapat diolah menjadi aluminium.

23
6) Batubara Menghasilkan Produk Gas

Sebagai endapan di dalam tanah, batubara menghasilkan gas – gas dari


kandungan gas batubara itu sendiri. Gas – gas tersebut kemudian diambil
menggunakan teknologi canggih. Gas – gas tersebut kemudian diolah lebih lanjut
untuk menghasilkan produk misalnya bahan bakar industri, pembangkit listrik
tenaga gas, produk gas hidrogen, serta solar.
Negara – negara yang telah menerapkan teknologi ini antara lain Cina, India,
Australia, Jepang, dan Indonesia.

7) Industri Pabrik Kertas

Kertas dapat dikatakan menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia saat ini. Kertas dihasilkan dari sel serat kayu. Sel serat kayu ini
didapatkan melalui proses yang pemisahan sel serta kayu dengan ukuran tertentu.
Proses ini sangat rumit dan membutuhkan temperatur yang stabil. batubara
digunakan sebagai bahan bakar penyedia panas yang stabil pada mesin
pengolahan sel serat kayu. Dengan demikian, industri kertas dapat dikatakan
sangat tergantung pada ketersediaan batubara.

8) Industri Bahan Kimia

Pengolahan batubara sebagai sumber energi menghasilkan produk sampingan


berupa bubuk batubara yang sangat halus. Dalam beberapa industri, produk
sampingan ini digunakan sebagai bahan baku. Contohnya dalam industri kimia,
produk sampingan dari pengolahan batubara digunakan untuk menghasilkan fenol
dan benzena. Fenol dan benzena merupakan bahan baku yang sangat penting
dalam beberapa industri kimia.

9) Industri Farmasi

Selanjutnya, produk sampingan batubara yang telah diolah pada industri


kimia digunakan untuk menghasilkan berbagai obat – obatan pada industri
farmasi. Bahan – bahan kimia hasil olahan produk sampingan batubara ini melalui
tahapan pemurnian sehingga sesuai dengan standar kesehatan dan dapat

24
digunakan dan diolah menjadi obat – obatan. Pengolahan macam – macam bahan
kimia tersebut telah melalui rangkaian uji keamanan dan telah tersertifikasi
sehingga aman bagi kesehatan manusia.

10) Produksi Bahan Metanol

Metanol merupakan produk hasil olahan gas yang terkandung dalam batubara
yang masih berada di dalam tanah. Metanol merupakan bahan bakar cair yang
banyak digunakan untuk industri. Metanol juga digunakan sebagai campuran
dalam berbagai macam produk. Gas kandungan batubara yang masih berada di
dalam tanah tersebut diambil menggunakan teknologi tinggi kemudia dimurnikan
hingga menjadi metanol.

11) Produksi Naftalen

Naftalen didapatkan dari hasil pengolahan kedua batubara yang berbentuk


bongkahan. Naftalen berupa cairan bahan kimia. Bongkahan batubara yang
diproses akan menghasilkan bubuk halus batubara. Bubuk halus batubara ini
kemudian dimurnikan lagi dan menghasilkan naftalen.

12) Produksi Fenol

Fenol adalah salah satu jenis bahan bakar minyak dari hasil olahan batubara.
Fenol dihasilkan dari tar batubara yang berbentuk bubuk halus. Fenol digunakan
sebagai bahan bakar dalam berbagai industri kimia. Fenol juga digunakan sebagai
pengganti campuran komposisi bahan kimia yang berasal dari minyak bumi.

13) Produksi Benzena

Benzena digunakan sebgai bahan bakar cair untuk berbagai moda


transportasi. Benzena diperoleh dari daur ulang produk hasil olahan batubara yang
berbentuk bubuk halus. Benzena juga diolah dari batubara hasil penambangan dan
atau pembangkit listrik.

25
14) Produksi Garam Amoniak

Garam amoniak dihasilkan dari sebuah industri pengolahan batubara. Uap


atau gas yang dikeluarkan dari oven untuk menampung kokas menghasilkan
garam amoniak. Produk ini penting untuk menjadi bahan khusus dari beberapa
industri kimia seperti pupuk pertanian atau produk bahan kimia lain. Jadi uap
pembakaran batubara sangat berperan untuk menghasilkan produk garam
amoniak.

15) Produksi Asam Nitrat

Asam nitrat digunakan untuk komponen bahan kimia dalam pengolahan di


pabrik industri kimia. Asam nitrat diperoleh dari hasil olahan produk sampingan
batuabara berupa gas oven kokas batubara.

16) Produksi Produk Pupuk Pertanian

Pupuk sangat berguna bagi pertanian. Pupuk digunakan untuk menyuburkan


tanah dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Dalam produksi pupuk,
batubara digunakan untuk menghasilkan gas dan bahan pembakaran. Selain itu,
produk kimian hasil olahan batubara juga digunakan dalam produksi pupuk.
Produk sampingan hasil olahan batubara akan dimurnikam kemudian menjadi
bahan kimia yang digunakan sebagai bahan campuran pupuk. Salah satu contoh
bahan kimia tersebut adalah amoniak.

17) Komponen Bahan Sabun

Hasil olahan dari produk sampingan batubara juga digunakan dalam


pembuatan sabun. Komponen campuran bahan sabun ini diperoleh dari hasil
pengolahan produk sampingan batubara melalui tahapan pembakaran, pemurnian,
hingga menjadi produk akhir Proses ini memang tidak secara langsung
menghasilkan produk khusus komponen sabun. Produk sampingan ini juga
digunakan sebagai pelarut dan pengikat aroma pada sabun.

26
18) Komponen Produk Aspirin

Aspirin merupakan produk farmasi yang banyak digunakan dalam


penanganan medis. Aspirin digunakan sebagai campuran obat – obatan yang
berguna sebagai pereda rasa sakit dan menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam
pengolahannya, beberapa komponen campuran aspirin didapatkan dari hasil
pembakaran batubara. Bahan campuran ini didapat dari hasil pengolahan di pabrik
kimia.

19) Produksi Zat Pelarut

Zat pelarut banyak dimanfaatkan dalam produksi bahan kimia, produk sabun,
serta industri farmasi. Zat pelarut didapatkan dari proses gasifikasi yaitu
pengambilan gas – gas yang terkandung dalam batubara. Zat pelarut ini diperoleh
dari uap yang dihasilkan selama proses gasfikasi.zat pelarut ini hanya dapat
diperoleh dari proses pengolahan batubara.

20) Produksi Zat Pewarna

Zat pewarna digunakan dalm industri garmen, serta tekstil. Zat pewarna ini
merupakan sintesis bahan kimia serta produk pewarna khusus untuk produk
kimia. Zat pewarna sintetis yang digunakan oleh beberapa industri seperti garmen,
bahan kimia dan pewarna khusus untuk produk kimia. Zat pewarna ini dihasilkan
dari proses penggilingan batubara yang menjadi bubuk kemudian diolah kembali
dengan mencampurkan dengan zat pembuat warna. Zat pewarna ini tergolong
aman dan berkualitas baik.. Bubuk pewarna yang digunakan oleh produksi zat
pewarna sintetis dan didapatkan dari pengolahan batubara terbukti memiliki
tingkat keamanan dan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan bahan komponen
lain.

27
21) Produksi Plastik

Batubara digunakan untuk pembakaran komponen bijih plastik karena panas


dari hasil pembakaran batubara yang stabil menghasilkan pembakaran yang baik
dan menghasilkan kualitas plastik yang baik. Selain itu, pewarna plastik juga
dihasilkan dari batubara.

22) Produksi Serat ( Bahan Rayon dan Nilon)

Serat bahan rayon dan nilon merupakan bahan baku dalam industri plastik.
Batubara dalam hal ini digunakan untuk pemanasan dalam pengolahan bijih
plastik. Pengolahan bijih plastik ini menghasilkan produk sampingan berupa serat
yang didapat dari limbah plastik. Limbah plastik ini digunakan untuk
menghasilkan serat rayon dan nilon. Serat rayon dan nilon banyak digunakan
untuk pembuatan kemasan plastik.

23) Produksi Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan produk sisa hasil pembakaran batubara sebagai


pembangkit tenaga listrik. Serta didapatkan juga dari sisa hasil bahan bakar
batubara. Karbon aktif digunakan sebagai komponen filter pada mesin pengolah
kualitas udara dan mesin cuci darah.

24) Produksi Bahan Pengeras

Panas stabil dari hasil pembakaran batubara akan menghasilkan produk yang
terpisah sesuai kekerasan masing – masing. Aluminium dan baja merupakan
contoh bahan pengeras yang diolah menggunakan pembakaran batubara.
Pengolahan baja dilakukan dengan pembakaran oksida besi menggunakan
batubara. Produk sampingan yang tidak memenuhi kualitas baja akan diolah
kembali menjadi aluminium dan baja ringan.

28
25) Produksi Logam Silikon

Silikon merupakan salah satu logam hasil olahan produk sampingan hasil
pengolahan baja menggunakan batubara.silikon memiliki banyak kegunaan,
seperti menjadi komponen dalam industri bahan bakar cair, pelumas mesin, serta
untuk kosmetik. Silikon ini dapat diperoleh melalui pemurnian produk tertentu,
dan tidak dapat digunkana secara langsung.

26) Batubara Mendukung Ekonomi Negara

Batubara merupakan sumber energi pengganti minyak dan gas bumi yang
jumlahnya semakin menipis. Jika suatu negara memiliki sumberdaya batubara
yang melimpah, negara tersebut bisa memperoleh pemasukan dari ekspor batubara
mentah. Yang diharapkan agar bagaimana batubara dapat diolah mandiri oleh
suatu negara untuk mendukung sektor – sektior industri di negaranya serta
bagaimana batubara diolah untuk meningkatkan nilai tambahnya sebelum
dipasarkan.

27) Batubara Meningkatkan Ekonomi Rakyat

Batubara membutuhkan proses pengolahan yang sangat panjang dengan


rantai produksi khusus. Dengan cara ini batubara akan membutuhkan tenaga kerja
dari berbagai bidang ilmu. Jadi, batubara akan meningkatkan penghasilan
masyarakat karena bisa mendukung menciptakan lapangan kerja dan beberapa
pendukung ekonomi lain.
28. Batubara Membuka Daerah Terisolasi
Penemuan batubara biasanya didapatkan di kawasan yang masih
tertutup. Kawasan ini memang memiliki penduduk yang tinggal di tempat
tersebut. Pengolahan batubara bisa mendukung pembukaan wilayah
terisolasi sehingga meningkatkan kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Sebuah pertambangan di kawasan pedalaman akan mendukung
pembukaan wilayah dengan beberapa dukungan seperti jalan raya, fasilitas
transportasi, fasilitas kesehatan dan berbagai fasilitas lain.

29
30

Anda mungkin juga menyukai