Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di
segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai
inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu pengetahuan
dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga Indonesia
dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat/status
kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai
peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat
pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar
tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari
seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan
telah diberlakukannya UU No. 23 tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan
bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang
kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya
bidang kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini
telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya
preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat
berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus yang
bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam upaya peningkatan
status kesehatannya.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek
pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan
mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu;
keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan
menerapakan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas dan mempunyai
potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus
dicapai, maka mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKES Suaka Insan
Banjarmasin Angkatan VII Kelompok 3, melaksanakan Praktik Klinik
Keperawatan Komunitas di RT 01-04/ RW 1-2 di pedukuhan Senden, Desa
Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa
mempunyai dua keluarga binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga
yang tersebar di masing-masing wilayah RT 1 sampai RT 4. Pendekatan secara
kelompok dilakukan dengan cara meningkatkan peran kader kesehatan, dan PKK
serta mendayagunakan kelompok karang taruna. Dengan pendekatan dari
masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih nyata
kepada masyarakat.Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui
kerjasama yang baik dengan instansi terkait, Puskesmas dan seluruh komponen
desa untuk mengikut sertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan
kesehatan.Masyarakat diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang
terjadi di wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota
keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan
lingkungan yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk
bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat akan
mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti PKL diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi,
merencanakan, memprioritaskan, mengimplementasikan, mengevaluasi dan
memonitoring managemen pelayanan keperawatan komunitas dengan
tekhnik penggerakan dan pemberdayaan masyarakat serta pendekatan
edukatif pada individu, keluarga, kelompok khusus ataupun pada komunitas
tertentu

2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik klinik keperawatan komunitas, mahasiswa
mampu:
a. Melakukan pengenalan, orientasi dan sosialisasi pada masyarakat
(Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) atau pertemuan 1)
b. Melakukan pengkajian data dan mengidentifikasi isu-isu permasalahan
kesehatan dan keperawatan komunitas terkini melalui Survey,
Observasi dan Interview.
c. Melakukan pengolahan dan analisis data sebagai dasar untuk
mendiagnosis keperawatan komunitas.
d. Melakukan teknik prioritas masalah keperawatan komunitas dengan
menggunakan teknik skoring
e. Merencanakan intervensi asuhan keperawatan komunitas melalui forum
rembuk desa (MMD/pertemuan II).
f. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi organisasi
komunitas dalam mengadakan perubahan serta peningkatan kesehatan
komunitas.
g. Melaksanakan perawatan kesehatan komunitas berdasarkan faktor resiko
personal, sosial dan lingkungan.
h. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk
meningkatkan kesehatan komunitas.
i. Menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.
j. Mendemonstrasikan karakteristik peran profesional, berfikir kritis,
belajar mandiri dengan keterampilan komunikasi yang efektif dan
kepemimpinan di dalam komunitas.

C. Metodologi Pengumpulan Data


Pengumpulan data menggunakan Wienshield Survey yang merupakan
metode pengumpulan data dengan melihat gambaran wilayah dengan cara
berjalan mengelilingi seluruh lingkungan komunitas. Observasi dengan
menggunakan penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan sentuhan.
Tujuan dari wienshield survey adalah mengumpulkan data dan informasi dengan
menggunakan indera mengenai kekuatan dan kelemahan komunitas (sertakan
peta wilayah). Selain itu Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode wawancara, dan secara observasi langsung, pemeriksaan fisik kondisi
kesehatan masyarakat dan lingkungannya dengan berpedoman pada format
pengkajian keperawatan komunitas dan mempelajari bebagai literature.
Cara pengambilan data dilakukan dengan tehnik Purposive sampling,
jadi tidak seluruh kepala keluarga yang dijadikan sampel namun dilakukan
pendataan sesuai dengan prioritas masalah salah satu anggota keluarga yang
sakit dan dengan menggunakan kriteria eksklusi dan insklusi sebagai berikut :
1. Kriteria Insklusi : Keluarga yang bersedia untuk didata, dan keluarga yang
salah satu anggota keluarganya ada yang sakit.
2. Kriteria Eksklusi : Keluarga yang menolak atau tidak bersedia untuk didata
dan keluarga yang tidak ada anggota keluarga yang sakit.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat
dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (keluarga dengan resiko tinggi,
daerah tertinggal, miskin dan tidak terjangkau) dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
serta tidak mengabaikan care (perawatan) dan rehabilitasi. Pelayanan yang
diberikan dapat terjangkau oleh masyarakat dan melibatkan masyarakat sebagai
mitra dalam pemberian pelayanan keperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat dan pelayanan yang diberikan sifatnya berkelanjutan dengan
menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan yang menyuluruh dan
umum. Pendekatan yang digunakan dalam keperawatan komunitas.Strategi yang
digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan,
teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah.
Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat menang-
gulangi masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan dilakukan secara berkesi-
nambungan atau yang berkelanjutan dan menggunakan metode proses
keperawatan komunitas yang dilakukan melalui lima tahap, sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc. Forlane (1985) yaitu
terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi, nilai-nilai
keyakinan, riwayat individu termasuk kesehatan, faktor-faktor lingkungan
adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial komunitas ekonomi dan rekreasi.
Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung, penggunaan data
statistik, angket, wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan
aparat pemerintah
2. Analisa data dan diagnosa keperawatan
Dari hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian dianalisa untuk
mengetahui stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat yang
muncul dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan masalah dan
diagnosa keperawatan menurut Mueke (1987), yang terdiri dari :
a. Masalah sehat - sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
3. Perencanaan
Strategi intervensi keperawatan komunitas mencakup tiga aspek, yaitu
primer, sekunder dan tersier, melalui pendidikan kesehatan dan kerjasama
(partnership). Untuk meningkatkan kerjasama dan proses kelompok serta
mendorong peran serta masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan,
yang dihadapi yang akhirnya untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat,
maka diperlukan pengorganisasian komunitas yang dirancang untuk
membuat perubahan. Menurut Rhotman (1986), ada tiga model pendekatan
pengorganisasian komunitas yaitu pendekatan perencanaan sosial (social
planning), pendekatan social action, namun yang dominan adalah dengan
pendekatan locality development yang berarti mengembangkan masyarakat
berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki, serta mampu
mengurangi hambatan yang ada.
Pendekatan pengembangan masyarakat (locality development) dirancang
untuk menumbuhkan kondisi kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat
dengan partisipasi aktif masyarakat dan penuh percaya diri dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan memotivasi mereka untuk
partisipasi aktif dalam memecahkan masalah kesehatannya sendiri.
4. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunikasi berfokus pada tiga
tingkat pencegahan (Anderson dan Mc. Forlane, 1985).
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, dilakukan sebelum terjadi
sakit. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan dan perlindungan
khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses penyakit atau kelainan, sehingga memperpendek
masa sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan ini dimulai pada saat cacat atau tidak dapat diperbaiki
lagi (irreversibel). Kegiatan rehabilitasi selain bertujuan menghambat
proses penyakit juga mengembalikan individu ke fungsi yang optimal,
intervensi atau tindakan yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dengan
cara :
1) Aktifitas atau kegiatan program
2) Pembentukkan kelompok dasawis
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap program
kesehatan yang telah dilaksanakan meliputi masukan (input),
pelaksanaan (process), hasil (output). Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan
asuhan keperawatan komunitas adalah :
a. Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan.
b. Perkembangan proses apakah sesuai dengan perencanaan, bagaimana
dengan peran staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya : pencarian sumber dana dan penggunaannya
d. Efektifitas kerja : apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau
masyarakat puas.
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan
intervensi

Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau teori


keperawatan dan teori yang terkait dengan kesehatan masyarakat, diantaranya ;
menurut Chang (1982) perawatan komunitas adalah menyeluruh, mampu
berfungsi sebagai tim dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat,
mampu berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan pada masyarakat tersebut.
Sedangkan Ruth B Freeman (1981) mendefinisikan perawatan komunitas
adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat
yang ditujukan kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan
baik sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga,
kelompok khusus atau masyarakat, pelayanan ini tercakup dalam spektrum
pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan
utama yang ditujukan pada masyarakat, prakteknya memerlukan acuan atau
landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar
komunitas.Banyak konseptual model keperawatan dikembangkan oleh para ahli,
salah satunya adalah konsep model dari Betty Neuman (1972), yang menekankan
pada pendekatan sistem untuk mengatasi masalah kesehatan.
Model teori Neuman didasari oleh teori sistem dimana terdiri dari
individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan terget
pelayanan kesehatan.Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang
dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk
melakukan tiga tingkatan pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan
tersier.
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau
diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya.Pencegahan primer ini
mencakup kegiatan mengidentifikasikan faktor resiko terjadinya penyakit,
mengkaji kegiatan-kegiatn promosi kesehatan dan pendidikan dalam
komunitas.Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya
dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyrakat dan ditemukannya masalah
kesehatan.Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini, intervensi
yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau
keseriusan penyakit.
c. Pencegahan Tersier
Fokus pada tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan
setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan
pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya,
tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal
dari ketidakmampuannya.

Model teori Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem


terbuka yang mempunyai lima variabel yang saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya dalam komunitas yaitu biologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual.
Sumber energi infrastruktur dikelilingi oleh tiga lapisan sistem
pertahanan stressor yaitu garis resisten, garis pertahanan normal, garis
pertahanan fleksibel.Ketiga lapisan pertahanan tersebut bertujuan untuk
melindungi infra struktur atau sumber energi dari stressor yang dapat
mempengaruhi komunitas.
Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah semua orang
yang membentuk masyarakat (Anderson, 1988).Secara lebih rinci sasaran ini
terdiri dari tiga tingkat yaitu individu, keluarga dan komunitas.
a. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan (ketidakmampuan dalam
merawat dirinya sendiri) karena sesuatu hal dan sebab, maka akan
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental dan sosial.
Dalam praktek keperawatan komunitas, perawat memberikan asuhan
keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu
(misal TBC, ibu hamil, dan lain-lain) dengan sasaran dan pusat perhatian
pada masalah dan pemecahan masalah kesehatan individu.
b. Tingkat keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang bermasalah
kesehatan yang dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan keluarga berikut :
1. Mengenal masalah kesehatan.
2. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan.
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga.
4. Memodifikasi lingkungan yang sehat.
5. Memanfaatkan sarana kesehatan yang tersedia untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga.
c. Tingkat komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat
dari sebagai satu kesatuan dalam komunitas.Asuhan ini diberikan untuk
kelompok berisiko atau masyarakat wilayah binaan.Pada tingkat komunitas
asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas
sebagai klien.
B. Konsep Dasar Masalah Keperawatan Komunitas yang menjadi pokok
permasalahan
Masalah keperawatan di komunitas yang ada di masyarakat berfokus
pada perilaku hidup bersih dan sehat baik di lingkungan komunitas maupun
dalam ruang lingkup rumah tangga.
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan perlu
dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku kesehatan,
lingkungan, genetik, dan pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan berbagai
masalah seperti masalah kesehatan ibu dan anak serta lansia, masalah gizi dan
penyakit-penyakit menular maupun tidak menular. Masalah kesehatan tersebut
dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau komunitas tertentu seperti
kelompok rawan (bayi,balita dan ibu hamil), kelompok lanjut usia dan kelompok
pekerja.
Adapun masalah keperawatan komunitas yang menjadi pokok
permasalahan adalah:
1. Masalah perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan mempengaruhi status kesehatan masyarakat setelah faktor
lingkungan. Di diduga faktor perilaku justru menjadi faktor utama masalah
kesehatan sebagai akibat masih rendah pengetahuan kesehatan dan faktor
kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait tingkat pendidikan yang
mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk berperilaku sehat.
Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain
kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya
menimbulkan respon batin (efektif) yaitu sikap terhadap obyek tersebut.
Respon tindakan (perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dan
sikap yang searah (sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas
jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanpa
adanya pemahaman tentang manfaat perilaku kesehatan.
2. Masalah kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum
sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan
masyarakat yang optimum. Masalah kesehatan lingkungan meliputi
penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan
limbah dan sampah serta pengelolaan tempat umum dan pengelolaan
makanan.
3. Penyehatan lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah satu
dasar bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan lahan pemukiman jarang
dimanfaatkan oleh sebagian penduduk untuk menanam tumbuhan, dan sering
dimanfaatkan untuk pembuangan sampah yang jaraknya bahkan ada yang
kurang dari 2 meter dari jarak rumah. Hal ini yang menjadi perhatian utama
khususnya bagi masalah penyehatan lingkungan pemukiman. Hal ini
tentunya akan berpengaruh pada lingkungan tempat tinggal yang
menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat
sebagai persyaratan berperilaku sehat memiliki kriteria yang kadang sulit
dapat dipenuhi akibat kurangnya sosialisasi tentang kesehatan dan akan
mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan dari masyarakat.
4. Pengelolaan limbah dan sampah
Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga,
industri atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan bahan atau
benda padat yang dibuang karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan
manusia. Pengelolaan limbah dan sampah yang baik tidak akan menimbulkan
polusi terhadap kesehatan lingkungan.
BAB 3
HASIL SURVEY

A. Data Umum (Sekunder)


1. Geografi Dusun
a) Batas Wilayah
Barat :Pedukuhan Timur
Timur :Pedukuhan Taman Martani
Utara :Pedukuhan Bimo Martani
Selatan :Pedukuhan Senden I
b) Tingkat Kepadatan Penduduk 525 orang/ km²
c) Jarak padukuhan ke
1) Tempat pelayanan kesehatan
a. Rumah Sakit Bhayangkara : ± 6,7 km
b. Rumah Sakit Arvita Bunda : ± 9,9 km
c. Rumah Sakit Islam PDHI : ± 5,6 km
d. Rumah Sakit Panti Rini : ± 7,3 km
e. Puskesmas Kalasan ; ± 8,0 km
2) Pasar atau tempat usaha
a. Pasar STAN Maguwoharjo : ± 11 km
b. Pasar Prambanan : ± 7,3 km
c. Pasar Kalasan : ± 9,3 km
d. Indomaret : ± 8,6 km
3) Pabrik
a. Pabrik Sampoerna Berbah : ± 8 km
b. Pabrik Map Raport Lamtoro : ± 9,8 km
4) Tempat transaksi
a. ATM BRI : ± 8,7 m
b. ATM BNI : ± 8,7 km
c. ATM Mandiri : ± 8,7 km
d. ATM BCA : ± 7,7 km
5) Lapangan terbang Adi Sucipto : ± 11 km
6) Tempat ibadah
a. Masjid Jami Tajem : ± 8,9 km
b. Gereja Katolik Bunda Maria : ± 12 km
7) Area rekreasi dan olahraga
a. Candi Prambanan : ± 7,7 km
b. Candi Kalasan : ± 7,9 km
c. Candi Plaosan : ± 7 km
d. Candi Ijo : ± 13 km
e. Monumen Pelataran : ± 3,1 km

2. Demografi Dusun
a) Jumlah RT : 04 RT
b) Jumlah RW : 02 RW
c) Jumlah penduduk : 525 jiwa
d) Laki-laki : 261 jiwa
e) Perempuan : 274 jiwa
f) Jumlah penduduk sasaran :
1) Bayi : 3 jiwa
2) Balita : 23 jiwa
3) Anak : 31 jiwa
4) Remaja : 86 jiwa
5) Ibu hamil : 2 jiwa
6) Pasangan usia subur : 99 KK
7) Lansia :52 KK
g) Jumlah Kepala Keluarga : 154 KK
h) Jumlah keluarga yang didata : 151 KK
B. Data Khusus (Primer)

C. Analisis Masalah Keperawatan Komunitas dan Diagnosa Keperawatan


Komunitas
1. Analisa Masalah Keperawatan
No DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS : Kurang pengetahuan Terjadinya penyakit
Terjadi penyakit diabetes tentang pola hidup diabetes melitus dan
melitus dan hipertensi di yang baik dan hipertensi
padukuhan senden 2 keturunan

DO :
- Dalam tiga bulan
terkahir ada anggota
keluarga yang sakit 40
%
- Warga yang menderita
penyakit (Diabetes
Melitus, Hipertensi)
sebanyak 20,33 %.
- Dengan jumlah
gangguan kesehatan
Diabetes Melitus 5,43
% dan Hipertensi 14,90
%
- Tidak sekolah 13 %,
tidak tamat SD 5 %, SD
13 %, SLTP 19 %, SMA
38 %, D3 2 %, S1 9 %,
Pasca Sarjana 1 %
2 DS : Proses penuaan yang Lansia dengan nyeri
Sebagian besar dari terjadi pada lansia sendi
jumlah lansia di karna faktor usia
padukuhan senden 2
mengalami nyeri sendi

DO :
- Jenis KK Lansia di
padukuhan senden 2
sebanyak 34 %
- Sebanyak 11,33 % lansia
mengalami nyeri sendri
3 DS : Tidak ada tempat Tempat pembuangan
Terdapat lingkungan yang pembuangan akhir sampah
kurang sehat terkait dan tempat sampah
dengan pembuangan sementara
sampah

DO :
Jarak pembuangan
sampah dengan rumah
sekitar dekat dan terbuka

4 DS : Tidak terdapat Tempat pembuangan


Terdapat lingkungan yang selokan setiap rumah limbah
kurang sehat terkait
dengan pembuangan
limbah
DO :
Sistem pembuangan air
limbah sembarang dan
terbuka

5 DS : Kurangnya informasi Kurangnya


Terdapat remaja yang atau penyuluhan pengetahuan remaja
tidak mendapatkan tentang HIV AIDS, tentang HIV AIDS,
pengetahuan tentang HIV KESPRO KESPRO
AIDS

DO :
- 3 % remaja tidak tahu
tanda pubertas, 2 %
remaja dipadukuhan
senden 2 tidak
mendaptkan
penyuluhan mengenai
HIV AIDS dan 2 %
tidak mendapat
pendidikan KESPRO
6. DS : Status sosio ekonomi Perilaku tidak sehat
Terdapat remaja dan KK rendah, Kurang
yang merokok informasi dan
kesadaran mengenai
DO : bahaya rokok
- 12 % remaja tidak
memiliki kegiatan
sosial
- 42 % remaja memiliki
kebiasaan tidak sehat
(Merokok)
- 38 % KK merokok
7 DS : Status sosio ekonomi Kesehatan lingkungan
Terdapat warga yang tidak rendah, Kurang
menggunakan air bersih informasi dan
kesadaran mengenai
DO : kesehatan lingkungan
2 % KK tidak
menggunakan air bersih
6 % KK tidak memakai
jamban sehat

2. Diagnosa Keperawatan
a. Terjadinya penyakit diabetes melitus dan hipertensi berhubungan
dengan Kurang pengetahuan tentang pola hidup yang baik dan
keturunan dimanifestasikan dengan terjadi Dalam tiga bulan terakhir ada
anggota keluarga yang sakit 40 %, Warga yang menderita penyakit
(Diabetes Melitus, Hipertensi) sebanyak 20,33 %. Dengan jumlah
gangguan kesehatan Diabetes Melitus 5,43 % dan Hipertensi 14,90 %,
Tidak sekolah 13 %, tidak tamat SD 5 %, SD 13 %, SLTP 19 %, SMA
38 %, D3 2 %, S1 9 %, Pasca Sarjana 1 %
b. Lansia dengan nyeri sendi berhubungan dengan Proses penuaan yang
terjadi pada lansia karena faktor usia dimanifestasikan dengan terjadi
Sebagian besar dari jumlah lansia di padukuhan Senden 2 mengalami
nyeri sendi, Jenis KK Lansia di padukuhan Senden 2 sebanyak 34 %,
Sebanyak 11,33 % lansia mengalami nyeri sendiri
c. Tempat pembuangan sampah berhubungan dengan Tidak terdapat
selokan setiap rumah dimanifestasikan dengan terjadi Terdapat
lingkungan yang kurang sehat terkait dengan pembuangan limbah,
Sistem pembuangan air limbah sembarang dan terbuka
d. Tempat pembuangan limbah berhubungan dengan Tidak terdapat
selokan setiap rumah dimanifestasikan dengan terjadi Terdapat
lingkungan yang kurang sehat terkait dengan pembuangan limbah,
Sistem pembuangan air limbah sembarang dan terbuka
e. Kurangnya pengetahuan remaja tentang HIV AIDS, KESPRO
berhubungan dengan Kurangnya informasi atau penyuluhan tentang
HIV AIDS, KESPRO dimanifestasikan dengan terjadinya Terdapat
remaja yang tidak mendapatkan pengetahuan tentang HIV AIDS, 3 %
remaja tidak tahu tanda pubertas, 2 % remaja dipadukuhan senden 2
tidak mendaptkan penyuluhan mengenai HIV AIDS dan 2 % tidak
mendapat pendidikan KESPRO
f. Perilaku tidak sehat berhubungan dengan Status sosio ekonomi rendah,
Kurang informasi dan kesadaran mengenai bahaya rokok
dimanifestasikan dengan terjadi Terdapat remaja dan KK yang merokok,
12 % remaja tidak memiliki kegiatan sosial, 42 % remaja memiliki
kebiasaan tidak sehat (Merokok), 38 % KK merokok
g. Kesehatan lingkungan berhubungan dengan Status sosio ekonomi
rendah, Kurang informasi dan kesadaran mengenai kesehatan
lingkungan dimanifestasikan dengan terjadi Terdapat warga yang tidak
menggunakan air bersih, 2 % KK tidak menggunakan air bersih, 6 %
KK tidak memakai jamban sehat
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS Kurangnya sumber Ketidakefektifan
Terjadi penyakit diabetes melitus dan dan pelayanan sosial koping komunitas
hipertensi di padukuhan senden 2 di komunitas
Sebagian besar dari jumlah lansia di
padukuhan senden 2 mengalami
nyeri sendi

DO
- Dalam tiga bulan terakhir ada
anggota keluarga yang sakit 40 %
- Warga yang menderita penyakit
(Diabetes Melitus, Hipertensi)
sebanyak 20,33 %.
- Dengan jumlah gangguan
kesehatan Diabetes Melitus 5,43 %
dan Hipertensi 14,90 %
- Tidak sekolah 13 %, tidak tamat
SD 5 %, SD 13 %, SLTP 19 %,
SMA 38 %, D3 2 %, S1 9 %,
Pasca Sarjana 1 %
- Jenis KK Lansia di padukuhan
senden 2 sebanyak 34 %
- Sebanyak 11,33 % lansia
mengalami nyeri sendi
DS status ekonomi rendah perilaku kesehatan
Terdapat lingkungan yang kurang beresiko
sehat terkait dengan pembuangan
sampah
Terdapat lingkungan yang kurang
sehat terkait dengan pembuangan
limbah
Terdapat remaja dan KK yang
merokok
Terdapat warga yang tidak
menggunakan air bersih

DO
- Jarak pembuangan sampah
dengan rumah sekitar dekat
dan terbuka
- Sistem pembuangan air
limbah sembarang dan
terbuka
- 12 % remaja tidak memiliki
kegiatan sosial
- 42 % remaja memiliki
kebiasaan tidak sehat
(Merokok)
- 38 % KK merokok
- 2 % KK tidak menggunakan
air bersih
- 6 % KK tidak memakai
jamban sehat

DS : kurang pengetahuan Ketidakefektifan


Terdapat remaja yang tidak manajemen
mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan diri
HIV AIDS

DO :
3 % remaja tidak tahu tanda
pubertas, 2 % remaja dipadukuhan
senden 2 tidak mendapatkan
penyuluhan mengenai HIV AIDS
dan 2 % tidak mendapat pendidikan
KESPRO
Tidak sekolah 13 %, tidak tamat SD
5 %, SD 13 %, SLTP 19 %, SMA 38
%, D3 2 %, S1 9 %, Pasca Sarjana 1
%
D. Perencanaan Keperawatan Komunitas

No Masalah Kegiatan Tujuan dan Hasil Sasaran Target Waktu &


Keperawatan yang diharapkan Tempat
1 Ketidakefektifan 1. Melakukan Setelah dilakukan Kader Posyandu 10 kader lansia
pelaksanaan penyuluhan tindakan lansia dan Lansia padukuhan
posyandu lansia mengenai keperawatan selama kadisoka
di padukuhan pelaksanaan 1 x pertemuan
kadisoka posyandu lansia diharapkan kader
berhubungan yang baik dan lansia mampu :
dengan benar dengan
kurangnya pengisian KMS a. Menjalankan
pengetahuan lansia posyandu lansia
kader posyandu 2. Melakukan dengan efektif
lansia RT 1 – 6 pelatihan kader b. Melakukan
terkait pengisian lansia untuk pemeriksaan
KMS lansia dan melakukan (asam urat, gula
pemeriksaan pemeriksaan (asam darah, dan
(asam urat, gula urat, gula darah kolesterol)
darah dan dan kolesterol)
kolesterol)
dimanifestasikan 3. Mengadakan
dengan 15 % senam lansia
tidak setiap minggu
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan

2 Ketidakefektifan 1. Berikan penyuluhan Setelah dilakukan Kader Posyandu 10 kader balita


pelaksanaan mengenai tumbuh tindakan Balita padukuhan
posyandu balita kembang balita keperawatan selama kadisoka
berhubungan 1 x pertemuan
dengan kurang diharapkan kader
pengetahuan lansia mampu
kader posyandu memahami tentang
balita mengenai tumbuh kembang
perkembangan balita
dan pertumbuhan
balita
dimanifestasikan
dengan 8 % balita
tidak rutin datang
ke posyandu/
menimbang berat
badan

3 Risiko timbulnya 1. Berikan penyuluhan Setelah dilakukan Remaja dan 50 remaja dan Rabu, 10
penyakit HIV kesehatan mengenai tindakan pemuda-pemudi pemuda-pemudi Mei 2017 di
/AIDS remaja di HIV/AIDS, PMS keperawatan selama karang taruna padukuhan pendopo
padukuhan dan Kesehatan 1 x pertemuan padukuhan kadisoka Kadisoka
kadisoka Reproduksi diharapkan remaja kadisoka
berhubungan padukuhan
dengan kadisoka
kurangnya memahami tentang
pengetahuan HIV / AIDS, PMS,
mengenai HIV/ dan Kesehatan
AIDS, PMS, dan Reproduksi
Kesehatan
Reproduksi
dimanifestasikan
dengan 33 %
remaja tidak tahu
tentang HIV /
AIDS dan 19 %
tidak mendapat
informasi tentang
kesehatan
reproduksi
E. Prioritas Masalah Keperawatan Komunitas
1. Sebelum MMD

Diagnosis Kriteria penapisan


keperawatan Ketersediaan sumber
komunitas Sesuai Jumlah Besarnya Kemungkinan Minat Kemungkinan Sesuai Sumber Sumber Sumber Sumber Sumber Jumlah
dengan yang risiko untuk masyarakat untuk diastasi dengan daya daya daya daya daya skor
peran beresiko pendidikan program tempat waktu dana peralatan manusia
perawat kesehatan pemerintah
komunit
as
Terjadinya 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 52
penyakit
diabetes
melitus dan
hipertensi
Lansia dengan 5 5 4 5 3 3 4 5 4 4 4 4 50
nyeri sendi
Tempat 3 4 4 5 3 5 3 3 4 3 3 3 43
pembuangan
sampah
Tempat 4 4 5 5 3 5 3 4 4 4 4 3 48
pembuangan
limbah
Kurangnya 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 51
pengetahuan
remaja tentang
HIV AIDS,
KESPRO
a) Terjadinya penyakit diabetes melitus dan hipertensi berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang pola hidup
yang baik dan keturunan dimanifestasikan dengan terjadi penyakit diabete melitus dan hipertensi di padukuhan
kadisoka, dalam tiga bulan terkahir ada anggota keluarga yang menderita penyakit (Diabetes Melitus, Hipertensi)
sebanyak 35 %, dengan jumlah gangguan kesehatan Diabetes Melitus 9.09 % dan Hipertensi 5,78 %
b) Kurangnya pengetahuan remaja tentang HIV AIDS, KESPRO berhubungan dengan kurangnya informasi atau
penyuluhan tentang HIV AIDS, KESPRO dimanifestasikan terdapat remaja yang tidak mendapatkan pengetahuan
tentang HIV AIDS, 33 % remaja dipadukuhan kadisoka tidak mendaptkan penyuluhan mengenai HIV AIDS dan 19
% tidak mendapat pendidikan KESPRO
c) Lansia dengan nyeri sendi berhubungan dengan proses penuaan yang terjadi pada lansia karna faktor usia
dimanifestasikan dengan sebagian besar dari jumlah lansia di padukuhan kadisoka mengalami nyeri sendi,sebanyak
6,61 % lansia mengalami nyeri sendri, jenis KK Lansia di padukuhan kadisoka sebanyak 29 %
d) Tempat pembuangan limbah berhubungan dengan Tidak terdapat selokan setiap rumah dimanifestasikan dengan
tedapat lingkungan yang kurang sehat terakit dengan pembuangan limbah, sistem pembuangan air limbah
sembarang dan terbuka
e) Tempat pembuangan sampah berhubungan tidak ada tempat pembuangan akhir dan tempat sampah sementara
dimanifestasikan dengan terdapat lingkungan yang kurang sehat terkait dengan pembuangan sampah, jarak
pembuangan sampah dengan rumah sekitar dekat dan terbuka.
2. Setelah MMD
a) Ketidakefektifan pelaksanaan posyandu lansia di padukuhan kadisoka berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
kader posyandu lansia RT 1 – 6 terkait pengisian KMS lansia dan pemeriksaan (asam urat, gula darah dan
kolesterol) dimanifestasikan dengan 15 % tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan
b) Ketidakefektifan pelaksanaan posyandu balita berhubungan dengan kurang pengetahuan kader posyandu balita
mengenai perkembangan dan pertumbuhan balita dimanifestasikan dengan 8 % balita tidak rutin datang ke
posyandu/ menimbang berat badan
c) Risiko timbulnya penyakit HIV /AIDS remaja di padukuhan kadisoka berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
mengenai HIV/ AIDS, PMS, dan Kesehatan Reproduksi dimanifestasikan dengan 33 % remaja tidak tahu tentang
HIV / AIDS dan 19 % tidak mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi
d) Risiko terjadinya penyakit demam berdarah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan dimanifestasikan dengan 19 % rumah wagra terdapat
jentik nyamuk.
F. Implementasi Keperawatan Komunitas

Kegiatan /
No Masalah keperawatan Waktu Hasil intervensi
intervensi

1 Ketidakefektifan a. Penyuluhan dan Hari : a. Kader


pelaksanaan posyandu pelatihan kader selasa mampu
lansia di padukuhan posyandu : Tanggal : memahami
kadisoka 1. Penyuluhan 09-05- tentang
berhubungan dengan peran dan 2017 fungsi dan
kurangnya fungsi kader Jam : perannya
pengetahuan kader lansia 12.30- b. Kader mulai
posyandu lansia RT 1 2. Pelatihan 15.30 mampu
– 6 terkait pengisian kader WIB melakukan
KMS lansia dan mengukur pengukuran
pemeriksaan (asam tekanan tekanan
urat, gula darah dan darah dan darah dan
kolesterol) pemeriksaan melakukan
dimanifestasikan gula darah, pemeriksaan
dengan 15 % tidak asam urat gula darah,
memanfaatkan dan asam urat
pelayanan kesehatan kolesterol. dan
b. Melakukan kolesterol
kegiatan senam c. Kegiatan
lansia senam
lansia
terlaksana
dengan baik
meskipun
sebagian
besar lansia
secara
perlahan
mengikuti
gerakan
yang
dilakukan
2 Ketidakefektifan a. Penyuluhan dan Hari : a. Kader
pelaksanaan posyandu pelatihan kader selasa mampu
balita berhubungan posyandu : Tanggal : memahami
dengan kurang 1. Penyuluhan 09-05- tentang
pengetahuan kader peran dan 2017 fungsi dan
posyandu balita fungsi kader Jam : perannya
mengenai balita 12.30- b. Kader mulai
perkembangan dan 2. Penyuluhan 15.30 mampu
pertumbuhan balita tumbuh WIB melakukan
dimanifestasikan kembang pengukuran
dengan 8 % balita balita LIKA,
tidak rutin datang ke 3. Pelatihan LILA, tinggi
posyandu/ pengukuran badan dan
menimbang berat LIKA, berat badan
badan LILA, c. Kader
tinggi badan mampu
dan berat memahami
badan dan
mengukur
tumbuh
kembang
balita
3 Risiko timbulnya a. Penyuluhan Hari : a. Remaja
penyakit HIV /AIDS tentang Rabu tampak aktif
remaja di padukuhan kesehatan Tanggal : dan mampu
kadisoka reproduksi, 10-05- memahami
berhubungan dengan PMS/IMS, 2017 tentang
kurangnya HIV/AIDS, Jam : kesehatan
pengetahuan bahaya narkoba 20.00- reproduksi,
mengenai HIV/ dan rokok untuk 22.30 PMS/IMS,
AIDS, PMS, dan kesehatan HIV/AIDS,
Kesehatan bahaya
Reproduksi narkoba dan
dimanifestasikan rokok untuk
dengan 33 % remaja kesehatan.
tidak tahu tentang
HIV / AIDS dan 19 %
tidak mendapat
informasi tentang
kesehatan reproduksi
4 Risiko terjadinya a. Melakukan Hari : a.
penyakit demam kegiatan senin
berdarah berhubungan jumantik Tanggal :
dengan kurangnya bersama kader 08-05-
pengetahuan di padukuhan 2017
masyarakat dalam kadisoka dari Jam :
memelihara RT 1 - 6 15.30-
lingkungan yang 18.30
memenuhi syarat
kesehatan
dimanifestasikan
dengan 19 % rumah
wagra terdapat jentik
nyamuk.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice


Nursing. Philadelpia : Lippincott
Jhonson, R & Leni, R. (2010). Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.

Putra, E, R, P. (2013). Visi Misi Indonesia Sehat


2015.http://nersputerasampoerna.blogspot.com/2013/01/visi-misi-indonesia-
sehat-2015.html. Akses : 21 April 2017.

Sulistyo, A. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori dan Praktik


Keperawatan.Jogjakarta : Graha Ilmu
W, I, Santoso, B, A, Rosikin, K & Patonah, S. (2006). Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Komunitas 2 Teori & Aplikasi Dalam Praktik Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga.Jogjakarta : Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai