Anda di halaman 1dari 8

PENGANTAR AKUNTANSI KEPERILAKUAN

1.1 Teori Akuntansi Keperilakuan


Menurut American Accounting Association (AAA) Accounting is the process of
identifying, measuring, and communicating economic information to permit information
judgment and decision by users of the information. Pengertian Akuntansi adalah proses
mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya
penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut.
Pemakai internal dari informasi akuntansi adalah organisasi yang memiliki garis dan staf
personil, yang memandang laporan akuntansi sebagai landasan yang melibatkan pendanaan,
penginvestasikan, dan pengambilan keputusan operasional. Sedangkan pemakai eksternal
meliputi sejumlah kelompok pemegang saham, kreditor, serikat buruh, analis keuangan, dan para
agen pemerintah.
Peningkatan ekonomi pada suatu organisasi dapat digunakan sebagai dasar memilih
informasi yang relevan terhadap pengambilan keputusan.kesempurnaan teknis tidak pernah
mampu mencegah orang untuk menyadari bahwa tujuan akhir jasa akuntansi organisasi bukan
sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi tetapi juga
bergantung pada bagaimana perilaku orang-orang di dalam perusahaan, baik sebagai pemakai
maupun pelaksana, dipengaruhi oleh informasi yang dihasilkannya. Oleh karena itu muncullah
berbagai riset mengenai perilaku akuntan maupun non-akuntan yang dipengaruhi oleh informasi
akuntansi dalam pengambilan keputusan, yang selanjutnya disebut akuntansi keprilakuan.
Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji
hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari
organisasi di mana manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya. Dengan
demikian, definisi akuntansi keperilakuan adalah suatu studi tentang perilaku akuntan atau non-
akuntan yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi dan pelaporan. Akuntansi keperilakuan
menekankan pada pertimbangan dan pengambilan keputusan akuntan dan auditor, pengaruh dari
fungsi akuntansi (misalnya partisipasi penganggaran, keketatan anggaran, dan karakter sistem
informasi) dan fungsi auditing terhadap perilaku, misalnya pertimbangan (judgment) dan
pengambilan keputusan auditor dan kualitas pertimbangan dan keputusan auditor, dan pengaruh

1
dari keluaran dari fungsi-fungsi akuntansi berupa laporan keuangan terhadap pertimbangan
pemakai dan pengambilan keputusan (Bamber,1993)
Belkoui (1989) lebih awal memantapkan pengertian di atas. Akuntansi keperilakuan
menekankan pada relevansi dari informasi akuntansi terhadap pengambilan keputusan individu
maupun kelompok yang disebabkan oleh terjadinya komunikasi di antara mereka. Akuntansi
berorientasi pada praktik, aksi dan perilaku. Dalam hal ini pengaruh dan praktik, aksi dan
perilaku tersebut secara langsung memberikan suatu pengaruh bagi akuntan. Karena akuntansi
adalah suatu proses keperilakuan, maka akuntansi keperilakuan merupakan aplikasi dari ilmu
keperilakuan pada akuntansi. Akuntansi keperilakuan sendiri berkonsentrasi pada keperilakuan
orang yang terkait dengan informasi akuntansi dan segala permasalahannya.

1.2 Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan


Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan
dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan
proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku dari non
akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970).
Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan:
1) Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
2) Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3) Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan

Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset
untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan
dari hasil riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam
banyak pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.
Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah
menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog.
Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang
memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-

2
riset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973),
Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-
studi tersebut adalah pada akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran
dari pengaruh fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat
keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby
(1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas
internal untuk pertimbangan riset yang diikuti.
Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan
semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan,
sementara artikel selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan
keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi
dan praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang,
terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada
akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini. Berbagai variabel
perilaku yang terus dipelajari oleh para akuntan terkait dengan akuntansi.

1.3 Pendekatan Akuntansi Keperilakuan


Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior
science), teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku
manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu sendiri
tidak diragukan lagi.
1) Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih
sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok
produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas
dengan diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban,
dan masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat
normatif.
Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi
manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk

3
menghubungkan desain sistem pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku
manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa
menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi. Sejak riset Argyris
yang berjudul “the impact of Budget on people”, suatu studi yang di sponsori oleh The
Controllership Fundation Cornell University Schooll of Business and Public Administrative,
sejarah penelitian akuntansi keprilakuan mulai berkembang. Sejak saat itu, tumbuhlah
kesadaran untuk mengintregasikan ilmu akuntansi dengan ilmu-ilmu keprilakuan, terutama
ilmu psikologi dalam riset akuntansi.
Riset Argyris tersebut menguji peranan informasi akuntansi mengunakan “Reliance on
Accunting Performance Measures” (RAPM) sebagai alat untuk mencari jawaban atas dengan
bahwa informasi akuntansi yang digunakan suatu perusahaan mempunyai pengaruh negatif
terhadap karyawannya. Kesimpulan risetnya menyebutkan (RAPM) dapat menimbulkan
dampak negatif yang menyebabkan munculnya prilaku disfungsional, seperti ketegangan,
dendam ,curiga, khawatir, dan kurang percaya diri.
Hasil riset Argyris selama dua dekade tidak dianggap oleh para peneliti lain sampai pada
tahun1972, ketika Hopwood membuka topik tersebut dengan mengajukan pertanyaan
“apakah perlakuan negatif para manajer tersebut merupakan konsekuensi dari pengunaan
informasi akuntansi dalam penilaian kinerja, atau paling tidak akibat ketidak sempurnaan
sistem akuntansi, atau hal tersebut tergantung pada cara yang tepat dalam mengunakan
informasi tersebut?” secara lebih spesifik, riset tersebut menguji pengaruh jenis penilaian
kinerja yang meliputi : gaya keterbatasan anggaran ,gaya sadar laba, dan gaya non-akuntansi
terhadap ketegangan kerja, tekanan biaya, presepsi karyawan terhadap keadilan dan penilaian
kinerja, dan persepsi karyawan terhadap penyelianya. Bahkan sampai saat ini, berbagai
variabel dari riset tersebut banyak digunakan oleh para peneliti lain.
Pada tahun 1978, riset Hopwood diulang oleh Otley dengan temuan yang berbeda.
Pertama, Otley tidak dapat membuktikan penemuan Hopwood bahkan ketegangan bawahan
akan semakin meningkat dengan gaya keterbatasan laba. Kedua, betentangan dengan
penemuan Hopwood, Otley menemukan bahwa kinerja manajer lebih baik dengan gaya
keterbatasan laba. Adanya temuan yang bertolak belakang tersebut mengundang banyak
peneliti untuk menyelidikinya, hingga kemudian digunakan teori kontijensi dalam riset
akuntansi.

4
2) Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi
Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic
approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi, karena
pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang
selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan kontinjensi
(contingency approach).
Secara umum, teori ini menyatakan penyusunan dan pengguna desin sistem pengendalian
manajemen bergantung pada karakteristik organisasi dan kondisi lingkungan dimana system
tersebut akan diterapkan. Teori ini menanggapi klaim dari pendekatan universal yang
menyatakan suatu system pengendalian bisa diterapkan dalam karakteristik perubahan dan
posisi lingkungan apa pun. Pendekatan universal tersebut didasarkan pada teori manajemen
ilmiah (scientific management theory).
Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan
mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan
penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai variabel kontinjensi
yang mempengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor
eksternal lainnya.
b. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses
produksi, produk masal, dan lainnya.
c. Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio
konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
d. Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya rendah atau
keunikan.
e. Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti desentralisasi,
sentralisasi, budaya organisasi dan lainnya
Kompleksitas desain riset yang menggunakan pendekatan kontijensi bisa dibagi dalam
empat tingkatan. Pertama, desain riset yang menghubungkan suatu variable kontijensi dengan
satu variabale system pengendalian. Kedua, desain riset yang mengui interaksi antara satu
variable kontinjensi dan satu variable system pengendalian terhadap variable dependen

5
tertentu (variable konsekuensi), seperti kinerja atau kepuasa kerja. Ketiga, desain riset yang
menguji interaksi antara satu variable kontinjensi dengan lebih satu variable system
pengendalian manajemen terhadap variable konsekuensi. Terakhir, tingkat keempat adalah
desain riset yang memasukkan berbagai variable kontinjensi untuk menenttukan desain
pengendalian yang optimal.
Salah satu riset awalnya yang menggunakan teori kontinjensi adalah Burns dan
Waterhouse. Riset mereka menemukan bahwa pengendalian memalui anggaran bergantung
pada macam-macam aspek, seperti tingkat desentralisasi dan sentralisasi, sampai sejauh apa
kegiatan-kegiatan yang ada terstruktur. Merchant menemukan bahwa terdapat hubungan
kontinjensi antara sapek- aspek perusahaan ( ukuran perusahaan, jenis produk, dan desain
organisasi ) dengan penggunaan informasi akuntansi. Contoh riset yang lain menggunakan
pendekatan kontinjensi adalah gorden dan narayanan, tahun 1983; chenhall dan morris, tahun
1986; dan hirst, tahun 1987.
Gorden dan narayanan meneliti pengaruh lingkungan dan struktur organisasi terhadap
system akuntasi. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa system informasi akuntansi dan
struktur organisasi yang diterapkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
Sementara itu, chenhall dan morris meneliti tentang hubungan antara variable kontinjensi
ketidak pastian lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap hungungan antara
struktur organisasi dan persepsi atas manfaat system akuntansi.

6
SIMPULAN

Akuntansi keperilakuan adalah suatu studi tentang perilaku akuntan atau non-akuntan
yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi dan pelaporan. Akuntansi keperilakuan
menekankan pada relevansi dari informasi akuntansi terhadap pengambilan keputusan individu
maupun kelompok yang disebabkan oleh terjadinya komunikasi di antara mereka. Akuntansi
berorientasi pada praktik, aksi dan perilaku. Dalam hal ini pengaruh dan praktik, aksi dan
perilaku tersebut secara langsung memberikan suatu pengaruh bagi akuntan.

Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan Pembuatan


keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor, Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti
partisipasi dalam penyusunan anggaran, karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap
perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun Wajib Pajak serta Pengaruh dari hasil fungsi
tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.
Lima aspek penting dalam akuntansi keperilakuan, yaitu: Teori Organisasi dan Keperilakuan
Manajerial, Penganggaran dan Perencanaan, Pengambilan Keputusan, Pengendalian, dan
Pelaporan Keuangan. Adapun pendekatan dalam akuntansi keperilakuan mencakup Dari
Pendekatan Normatif ke Deskriptif serta Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi

7
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan, 2010, Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.

Suartana, 1 Wayan, 2010, Akuntansi Keperilakuan, ANDI, Yogyakarta.

http://akuntansikeperilakuan.blogspot.co.id/2009/07/pengantar-akuntansi-
keperilakuan_9945.html (diakses pada 13 September 2017)

http://adyakuntansi.blogspot.co.id/2012/09/pengantar-akuntansi-keperilakuan.html (diakses pada


13September 2017)

https://www.academia.edu/16341585/PENGANTAR_AKUNTANSI_KEPERILAKUAN
(diakses pada 14 September 2017)

https://www.scribd.com/doc/50120032/Pengantar-Akuntansi-Keperilakuan (diakses pada 14


September 2017)

Anda mungkin juga menyukai