Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu faktor penunjang keberhasilan usaha peternakan kambing
adalah dengan manajemen perkandangan yang meliputi tipe kandang, bentuk
kandang, jenis kandang dan ukuran kandang yang sangat menunjang untuk
menghasilkan produksi yang maksimal.
Ternak kambing merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan,
disamping perawatannya yang cukup mudah, serta ketersediaan pakan yang bisa
didapatkan dari dedaunan maupun rerumputan yang banyak terdapat di
lingkungan sekitar,kambing juga mudah untuk dibudidayakan baik untuk
konsumsi ataupun dari segi penjualannya.
Perkandangan yang tidak memenuhi kaidah dan fungsi yang
sesungguhnya, cenderung akan merugikan baik terhadap ternak kambing itu
sendiri, peternak dan lingkungan sekitar. Banyak peternak yang belum memiliki
pemahaman serta pengetahuan yang tepat tentang manajemen perkandangan yang
baik. Hal ini tentu menjadi salah satu penghambat dalam beternak kambing karena
tidak dapat mengoptimalkan hasil dari beternak kambing itu sendiri. Oleh sebab
itu, pengetahuan yang komprehensif tentang perkandangan perlu diketahui oleh
peternak sebagai upaya bagi peningkatan produktivitas ternak kambing yang
dipelihara sekaligus mengurangi dampak negatif pecemaran lingkungan.
Prinsipnya adalah kandang harus dapat membuat kambing merasa nyaman dan
aman. Kondisi ini tentunya akan menjadikan kambing mampu berproduksi secara
optimal.
Berdasarkan hal diatas, dilaksanakan Praktikum Manajement Ternak
Perah tentang manajemen perkandangan.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah mengetahui bagaimana
manajemen perkandangan ternak kambing yang baik dan benar sehingga hasil
yang diharapkan sesuai.
Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah
a. Mahasiswa memahami manajemen perkandangan,
b. Mahasiswa memahami jenis kandangan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ternak Kambing


Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan, bila tata laksana
pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui dan anaknya
baik, maka bobot anak kambing bisa mencapai 10-14 kg/ekor ketika disapih pada
umur 90-120 hari. Menurut Williamson dan Payne (1993), untuk kambing
pedaging ada kecenderungan menunda penyapihan untuk memberikan
kesempatan anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari susu
induknya.
Kambing adalah ternak dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan
sebagai penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing banyak
dipelihara oleh penduduk pedesaan karena pemeliharaan kambing lebih mudah
dilakukan daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak dan
pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut Sarwono (2005), nilai
ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan lebih
lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai
14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per luasan
lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak
kambing.

2.2. Perkandangan
Perlengkapan yang penting dalam kandang adalah bak atau tempat pakan
yang ditempelkan pada dinding, yang tinggi diatur sesuai dengan jenis kambing
yang digunakan (Mulyono, 2003). Menurut Murtidjo (1993) perlengkapan
kandang harus tersedia agar dalam pengelolaan yang berkaitan dengan tatalaksana
dapat dicapai secara efisien. Peralatan kandang yang pokok adalah tempat pakan
atau palung pakan, gudang pakan, tempat umbaran, tempat kotoran atua kompos.
Perkandangan adalah segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang
dan sarana prasarana yang bersifat penunjang atau kelengkapan dalam suatu
peternakan (Santoso,1995). Kandang merupakan suatu bangunan yang
digunakanuntuk tempat tinggal ternak atas sebagian atau sepanjang hidup ternak.
Adanya kandang, peternak dapat melakukan efisiensi, misalnya menghemat
tenaga kerja, meningkatkan konsumsi pakan (feed intake) dan mengurangi
terjangkitnya penyakit. Selain itu kandang juga bermanfaat agar ternak tidak
merusak tanaman, diganggu atau dimangsa hewan buas, atau dicuri (Mulyono,
2003).Letak kandang harus menjamin ternak agar nyaman serta hidup sehat.
Selain itu, kandang juga harus diusahakan agar tidak mengganggu lingkungan,
terutama masyarakat sekitar (Murtidjo, 1993). Menurut Ludgate (2006) kandang
terletak pada lahan yang kering dan tidak tergenang air, jarak kandang agak jauh

2
dari rumah atau sumur, cukup mendapat sinar matahari pagi secara merata dan
udara segar, terlindung dari angina langsung (terutama angina malam).
2.3. Tipe Kandang
Ada beberapa tipe kandang kambing yang terbentuk karena perbedaan
kondisi daerah pemeliharaan, tingkat skala usaha dan tingkat pengetahuan
peternak. Namun umumnya tipe kandang yang banyak digunakan peternak yaitu
kandang panggung. Kandang panggung merupakan kandang yang
berkonstruksinya dibuat panggung atau dibawah lantai kandang terdapat kolong
untuk menampung kotoran. Fungsi kandang dibuat panggung adalah untuk
menghindari ternak kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar
penyakit, ventilasi kandang yang lebih bagus (Mulyono, 2003). Kandang
panggung memilik keunggulan yaitu kandang relatife lebih bersih karena kotoran
dan air kencing jatuh kebawah, lantai kandang lebih kering dan tidak becek,
kuman penyakit, parasit dan jamur yang hidup di lantai kandang dapat ditekan
perkembangannya. Kelemahan dari kandang panggung yaitu biaya pembuatannya
relative mahal, resiko kecelakaan karena ternak terperosok atau jatuh lebih besar
dan kandang memikul beban berat dari ternak yang ada diatasnya (Ludgate,
2006).
Menurut Devendra dan Burns (1994), ada dua tipe kandang kambing
yang umum digunakan di daerah tropis yaitu tipe kandang pada tanah yang umum
di sebagian daerah tropis dan tipe kandang panggung yang sangat umum
digunakan di Indonesia dan Malaysia. Tipe kandang panggung sangat praktis
untuk daerah yang sangat lembab,daerah dengan curah hujan tinggi, sehingga
kambing perlu dilindungi dari hujan. Tipe kandang lemprak atau kandang
beralaskan tanah merupakan kandang yang umum digunakan untuk usaha ternak
kambing kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi alas kayu (Murtidjo, 1993).
Menurut Ludgate (2006) kandang lantai tanah memiliki kelebihan yaitu biaya
pembuatan lebih murah, konstruksi kandang lebih sederhana, resiko
kecelakaandapat dihindari dan kandang tidak memikul beban yang berat dari
ternak, sedangkan kelemahannya yaitu kebersihan kurang terjamin, kebersihan
ternak kurang terjamin, lantai becek dan lembab, kuman penyakit, parasit dan
jamur berkembang subur yang menyebabkan kesehatan ternak kurang terjamin.
2.4 Jenis Kandang
Jenis kandang harus dirancang sebelum memulai beternak kambing. Jenis
mandang ini harus disesuaikan dengan tujuan dan jenis ternak yang dipelihara.
Berdasarkan jenisnya kandang kambing terdiri dari kandang koloni, kandang
individual dan kandang untuk induk beranak dan menyusui (Mulyono, 2003).
Menurut Murtidjo (1993) kandang kambing terdiri dari kandang induk atau
utama, kandang induk serta anaknya dan kandang pejantan.

3
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 23 September 2017,
bertempat di Peternakan Kambing Perah Gunung pengsong

3.2. Materi Praktikum


Adapun alat dan bahan yaitu:
a. Alat Praktikum
- Karung goni
- Sapu Lidi
- Ember
- Penggarek
b. Bahan Praktikum
- Kotoran Kambing
- Sisa Pakan

3.1 . Metode Praktikum


Adapun cara yang digunakna dalam pelaksanaan praktikum ini adalah
a) Memperrsiapkanalat dan bahan yang digunakan
b) Mengambilfoto sampel sebelum dibersihkan
c) Mengangkat sisa pakan pada tempat pakan sampai bersih
d) Menyapu sisa pakan yang berserahkan
e) Membersihkan kotoran kambing dan memasukkan pada karung goni.
f) Ambil gambar tempat pakan, konsentrat dan air menggunakan kamera
setelah dibersihkan.

4
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah

Proses pembersihan kandang

Proses Pembersihan kotoran dan


sisa pakan

Setelah kandang dibersihkan

4.2. Pembahasan
Kandang mutlak diperlukan dalam usaha peternakan kambing yang
dilakukan secara intensif maupun semi intensif. Kandang dan perlengkapannya
termasuk tempat pakan, tempat minum, harus sudah disediakan sebelum
pengadaan ternak dilakukan.Kebersihan kandang harus di perhatikan karena
kandang yang kotor dapet menimbulkan penyakit dan mengganggu kesehatan
kambing.Kandang di bersihkan setidaknya 2 kali sehari, pagi dan sore hari.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kandang kambing :

1. Dibuat dari bahan yang cukup kuat dengan nilai ekonomi yang tinggi ;
2. Dinding kandang memiliki ventilasi yang cukup baik ;
3. Atap kandang terbuat dari bahan yang mempunyai daya pantul dan
penghantar panas yang baik ;

5
4. Lantai kandang terbuat dari bahan yang cukup kuat, tidak keras, tidak
licin, tidak mudah tembus air, tahan lama dan tidak cepat panas atau
dingin ;
5. Kolong kandang; Pada kolong kandang dibuat lubang sedalam 10 – 15 cm
untukmenampung kotoran. B isa juga kolong kandang dibuat miring dan
disemen. Agar kotoran mudah digelontor. Air gelontoran dan kotoran
langsung masuk saluran pembuangan untuk diolah menjadi pupuk organik
;
6. Ukuran kandang disesuaikan dengan kebutuhan ;
7. Mudah dalam pembersihan dan perawatan kandang ;
8. Penempatan Kandang;
9. Tempatkan kandang pada tempat yang kering atau tidak tergenang air ;
10. Jarak kandang agak jauh dari rumah dan sumur , ± 10 meter;
11. Cukup mendapat sinar matahari dan terlindung dari angin kencang.

Fungsi kandang adalah sebagai berikut :

a) Untuk melindungi ternak dari pemangsa (mis: binatang buas) dan kondisi
lingkungan yang ekstrim (mis: suhu terlalu panas/dingin, angin kencang,
dan lain – lain) ;
b) Mencegah ternak kambing agar tidak merusak tanaman, mengingat
kambing suka memakan tanaman yang masih muda ;
c) Tempat untuk makan, minum dan istirahat kambing ;
d) Tempat untuk kawin dan beranak ;
e) Tempat untuk merawat ternak yang sakit ;
f) Untuk memudahkan pengontrolan ternak kambing.

TIPE KANDANG
Ada 3 (tiga) tipe kandang kambing yang umum digunakan olehpeternak
kambing, yaitu:
a. Kandang Lemprak (Kandang Dengan Lantai Tanah/Semen)
Merupakan tipe kandang yang sering digunakan untuk usaha
penggemukan/kreman. Kandang ini tidak dilengkapi dengan alas kayu tetapi
hanya beralaskan tanah atau semen dan dilapisi jerami atau rumut kering serta
sisa-sisa hijauan pakan.
Kandang lemprak memiliki kelebihan yaitu biaya pembuatan lebih
murah, konstruksi kandang lebih sederhana, resiko kecelakaan dapat dihindari dan
kandang tidak memikul beban yang berat dari ternak, sedangkan kelemahannya
yaitu kebersihan kurang terjamin, kebersihan ternak kurang terjamin, lantai becek
dan lembab, kuman penyakit, parasit dan jamur berkembang subur yang
menyebabkan kesehatan ternak kurang terjamin.
b. Kandang Panggung

6
Kandang panggung merupakan kandang yang berkonstruksinya dibuat
panggung atau dibawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung
kotoran. Fungsi kandang dibuat panggung adalah untuk menghindari ternak
kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar penyakit, ventilasi
kandang yang lebih bagus. Kandang ini dapat dibuat tunggal atau ganda dengan
posisi saling membelakangi. Jarak antara lantai kandang dengan tanah minimal 50
cm. Alas kandang harus dibuat dari bahan yang tahan lapuk seperti kayu /
bambuyang sudah diawetkan dengan jarak celah lantai panggung ± 1,5 - 2 cm
agar kotoran mudah jatuh dan kaki ternak tidak terperosok.
Kandang panggung memilik keunggulan yaitu kandang relatife lebih
bersih karena kotoran dan air kencing jatuh kebawah, lantai kandang lebih kering
dan tidak becek, kuman penyakit, parasit dan jamur yang hidup di lantai kandang
dapat ditekan perkembangannya. Kelemahan dari kandang panggung yaitu biaya
pembuatannya relative mahal, resiko kecelakaan karena ternak terperosok atau
jatuh lebih besar dan kandang memikul beban berat dari ternak yang ada
diatasnya.

c. Kombinasi Kandang Panggung dan Kandang Lemprak


Merupakan tipe kandang yang sebagian kandang bertipe panggung dan
sebagian berlantai tanah. Biasanya digunakan untuk ternak kambing dengan
tujuan untuk pembibitan.
Keunggulan dari kandang kombinasi panggung dan lemprak adalah dapat
meminamalisir segala resiko yang ada pada kandang panggung maupun kandang
lemprak. Sedangkan kelemahannya adalah biaya pembuatan kandang sangat
mahal.

JENIS KANDANG
a. Kandang Kawin
Merupakan kandang yang khusus digunakan untuk proses perkawinan
ternak kambing. Kandang tersebut sebaiknya cukup luas dengan ukuran minimal
4 x 6 m atau digunakan untuk kapasitas tampung 4 ekor : 1 ekor pejantan dengan
3 ekor betina. Kandang ini digunakan untuk menampung ternak kambing betina
yang diduga sedang berada dalam masa birahi untuk dikawinkan. Umumnya pada
perkawinan alamiah, betina tersebut akan ditempatkan bersama pejantan selama
satu kali periode berahi/estrus.

b. Kandang Koloni / Kelompok


Merupakan jenis kandang untuk memelihara ternak kambing secara
kelompok atau koloni. Ukuran kandang koloni / kelompok relatif luas, tidak ada
sekat antar ternak. Luas kandang disesuaikan dengan umur dan jumlah kambing
yang dipelihara.

7
1. Umur 3 – 7 bulan, luas kandang rata-rata 0,5 m² / ekor
2. Umur 7 – 12 bulan, luas kandang rata-rata 0,75 m² / ekor
3. Umur >12 bulan, luas kandang rata-rata 1 – 1,5 m² / ekor

c. Kandang Individu/Baterai
Merupakan jenis kandang yang disekat-sekat , cukup untuk 1 ekor saja,
gerak kambing dibatasi, sehingga perkembangan ternak lebih cepat.
d. Kandang Induk / Utama
Merupakan tempat bagi induk ternak kambing untuk beristirahat, makan,
tidur dan membuang kotoran. Ukuran kandang induk/utama, per ekor ternak
kambing adalah 1 x 1 meter.

e. Kandang Pejantan
Merupakan jenis kandang yang khusus digunakan untuk seekor jantan
pemacek. Kandang untuk pejantan sebaiknya cukup luas, memperoleh sinar
matahari pagi dan udara segar serta bersih. Selain itu diusahakan agar kandang
pejantan terpisah dari kandang lainnya, tetapi tidak terlalu jauh dengan kandang
kambing betina. Hal ini dimaksudkan agar tidak gaduh dan terjadi perkelahian.
Dianjurkan kandang pejantan dibuat bersekat-sekat. Luas kandang yang
diperlukan untuk seekor kambing pejantan pemacek adalah 1 x 1,5 m.
f. Kandang Beranak
Merupakan kandang untuk induk yang baru melahirkan dan menyusui
anaknya. Induk yang baru beranak dan sedang menyusui penting dipisahkan dari
ternak yang lain untuk menghidari anak terinjak oleh ternak lain.

SARANA DAN PRASARANA KANDANG


Dalam manajemen perkandangan ternak kambing, ada beberapa
peralatan kandang yang harus selalu ada dan dibutuhkan dalam sebuah lokasi
kandang kambing. Peralatan kandang yang dimaksud disini adalah alat-alat yang
penggunaannya dikhususkan di kandang. Berbagai Peralatan tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Tempat Pakan dan Minum


Merupakan tempat pemberian makanan dan air minum pada ternak
kambing di dalam kandang yang dibuat sedemikian rupa sehingga bahan pakan
yang diberikan tidak tercecer dan air minum tidak tumpah.

b. Gudang Pakan
Merupakan tempat penyimpanan sementara untuk pakan yang belum
diberikan kepada ternak. Umumnya gudang pakan akan disimpan konsentrat
maupun hijauan yang belum diberikan. Penanganan khusus terhadap hijauan perlu

8
dilakukan. Hijauan pakan yang disimpan dalam gudang sebaiknya tidak dalam
ikatan agar tidak mengalami fermentasi yang menimbulkan panas dan akan
mengurangi kualitas hijauan. Demikian pula terhadap makanan penguat
hendaknya disimpan pada tempat yang terhindar dari proses pembusukan dan
serangan hama.

c. Tempat Umbaran
Merupakan bagian dari kelengkapan sistem perkandangan ternak kambing.
Tempat umbaran ini digunakan sebagai tempat excersice ketika kandang sedang
dibersihkan. Tempat umbaran akan sangat bermanfaat bagi ternak kambing yang
tidak pernah digembalakan (intensif) sehingga kesehatannya selalu terjaga
sekaligus merupakan tempat olahraga atau jalan-jalan bagi induk yang sedang
bunting. Kesulitan induk untuk beranak (Distokia) umumnya sering disebabkan
akibat kurangnya aktivitas bergerak dari induk yang sedang bunting.
d. Tempat Kotoran
Merupakan perlengkapan kandang yang sudah sewajarnya tersedia. Pada
kandang tipe lemprak, sisa makanan atau kotoran akan menumpuk jadi satu dan
sangat mengganggu kesehatan. Sebaliknya pada tipe panggung, kotoran akan
tertumpuk pada kolong kandang sehingga akan mudah diolah untuk pembuatan
pupuk. Oleh sebab itu jarak lantai kandang tidak boleh terlalu rapat.

Selain dari perlengkapan kandang yang telah disebutkan di atas, perlu juga
disediakan alat-alat kebersihan, seperti sapu, sikat, sekop, alat pengangkut dan
lain – lain.

9
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Manajemen perkandangan yang baik mutlak diperlukan dalam usaha
peternakan kambing yang dilakukan secara intensif maupun semi intensif karena
salah satu faktor penunjang keberhasilan peternakan kambing adalah dengan
manajemen perkandangan yang meliputi tipe kandang, bentuk kandang, jenis
kandang dan ukuran kandang yang sangat menunjang untuk menghasilkan
produksi yang maksimal serta kebersihan dari kandang yang selau di jaga untuk
mengurangi adanya bibit penyakit yang tumbuh.

5.2 Saran
Dalam pembuatan kandang hendaknya di perhatikan tinggi panggung
agar mudah dalam pembersihan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit


ITB, Bandung

Ludgate, P. J. 2006. Sukses Beternak Kambing dan Domba. Papas Sinar Sinanti,
Jakarta

Mulyono, S. dan Sarwono, B.. 2010. Penggemukan Kambing Potong. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Ternak Kambing Sebagai ternak potong dan


Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke -V.


Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarwono, B. 2005. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke – VIII. Penerbit PT


Penebar Swadaya, Jakarta.Sugeng, Y. B. 2000.Ternak Potong dan Kerja. Edisi
I. CV. Swadaya, Jakarta.

Williamson, G. dan Payne, W. J. A. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah


Tropis. Penerjemah: Darmadja, D. Judul buku asli: In Introduction to Animal
Husbandry in the Tropics. 3th Edition. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta, 764-765.

11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Masalah kesehatan ternak juga dapat disebabkan oleh tidak cukupnya
nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ternak. Ternak tidak akan tumbuh maksimal
bila pakan kurang baik atau kurang menerima nutrisi seperti protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, mineral dan air yang tidak seimbang. Tidak cukupnya nutrisi
dapat mengakibatkan penyakit seperti grass tetany, milk fever, ketosis, white
muscle dissease. Selain itu pakan yang kurang akan menimbulkan masalah
parasit, gangguan pencernaan, kegagalan reproduksi dan penurunan produksi.

Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan,


pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor produksi melalui
optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat
dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil
ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang diinginkan.
Manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu proses yaitu suatu cara yang
sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Penyakit merupakan salah satu
hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak. Melalui penerapan manajemen
kesehatan ternak yang dilakukan secara berkelanjutan, diharapkan dampak negatif
dari penyakit ternak dapat diminimalkan. Penyakit-penyakit yang dijadikan
prioritas untuk diatasi adalah penyakit parasiter, terutama skabies dan parasit
saluran pencernaan (nematodiasis). Sementara itu, untuk penyakit bakterial
terutama anthrax, pink eye, dan pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah
orf, dan penyakit lainnya (penyakit non infeksius) yang perlu diperhatikan adalah
penyakit diare pada anak ternak, timpani (kembung rumen) dan keracunan sianida
dari tanaman. Pengendalian penyakit parasit secara berkesinambungan
(sustainable parasite controle) perlu diterapkan agar infestasi parasit selalu di
bawah ambang yang dapat mengganggu produktivitas ternak. Vaksinasi terhadap
penyakit Anthrax (terutama untuk daerah endemis anthrax), dan orf merupakan
tindakan preventif yang dianjurkan.
Penanganan kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan
penting dalam memperoleh pejantan yang sehat. Selain itu ternak juga penting
untuk diperiksa, agar dapat mendeteksi infeksi penyakit-penyakit tertentu.
Penyakit pada masing-masing jenis juga berbeda, misalnya pada sapi Bali yang
paling umum adalah Jembrana. Adapun upaya yang dilakukan untuk menjaga
kesehatan ternak meliputitindakan karantina,pemeriksaan kesehatan harian,
penanganan kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol
ektoparasit, pemberian vaksin, pemberian obat cacing, biosecurity maupun otopsi.
Berdasarkan hal diattas, dilaksanakan praktikum manajemen ternak perah
tentang manajement kesahatan dan penanganan ternak yang sakit.

12
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
a) Untuk mengetahui penanganan ternak yang sakit
b) Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit
c) Untuk mengetahui penyakit apa saja yang sering menyerang kambing
1.3.Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah
a) Mahasiswa memahmi langkah-langkah pencegahan penyakit
b) Mahasiswa mampu mengobati ternak yang sakit
c) Mahasiswa mampu mengetahui penyakit apa saja yang sering menyerang
kambing

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Ternak


Salah satu penghambat yang sering dihadapi dalam usaha peternakan
adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi
beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit
pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara
pemeliharaan yang baik, sehingga peternak memperoleh pendapatan secara
maksimal. Upaya yang dilakukan untuk pengendalian penyakit dapat dilakukan
melalui usaha pencegahan penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit.
Usaha pencegahan dinilai lebih penting dibandingkan pengobatan, (Anonim,
2014).
Deteksi penyakit hewan secara dini merupakan bagian terpenting dalam
upaya untuk mengantisipasi masuk dan berkembangnya penyakit-penyakit hewan
di Indonesia. menyatakan bahwa dalam menghadapi era perdagangan bebas, maka
Institusi (Laboratorium) Veteriner di Indonesia harus dapat mengembangkan diri
dalam kemampuannya mendeteksi penyakit hewan secara dini (Anonim, 2014).

2.2. Memelihara Kesehatan Kambing


Kesehatan kambing adalah hal yang patut dijaga karena dari kambing
yang sehatlah peternak akan menuai hasil. Menjaga kesehatan kambing bisa
dilakukan dengan cara preventif atau pencegahan dan kuratif atau pengobatan.
Namun tentu saja tindakan preventif jauh lebih baik. Selain lebih hemat karena
tidak perlu membeli obat, produktivitas kambing yang tidak sakit juga lebih baik
(Kaleka dan Haryadi, 2013).

a. Kontrol penyakit
Ternak yang sakit akan memerlukan waktu untuk penyembuhan. Selama
proses penyembuhan itu pertumbuhan ternak menjadi tidak optimal. Hal itu tentu
merugikan dari peternak.Itulah pentingnya mengontrol dan melakukan
pencegahan terhadap penyakit. Meskipun terkenal sepele, beberapa hal tersebut
bisa mencegah datangnya penyakit pada kambing (Kaleka dan Haryadi, 2013).
1. Menjaga kebersihan kandang
Kandang yang bersih membuat kuman penyakit sulit berkembang.
Artinya, serangan kuman pada kambing akan jarang terjadi sehingga
kesehatan kambing lebih terjaga. Selain itu kambing akan menjadi lebih
nyaman di kandang. Oleh karenannya, sebaiknya kandang dibersihkan
setiap hari.Selain membuang kotoran kambing celah kandang juga perlu
dibersihkan (Kaleka dan Haryadi, 2013).

14
2. Menjaga kualitas pakan yang diberikan
Pakan berkualitas yang diberikan dalam kuantitas yang cukup
akan mampu memenuhi kebutuhan kambing terhadap serangan penyakit
ataupun terhadap kondisi lingkungan yang buruk (Kaleka dan Haryadi,
2013).

3. Menjaga kelembaban dalam kandang


Kandang yang lembab tentu tidak baik bagi kesehatan kambing
karena kondisi ini membuat kuman mudah berkembang. Sirkulasi udara
yang lancar bisa menjaga agar kandang tidak terlalu lembab serta
membuat udara dalam kandang selalu bersih dan segar. Selain sirkulasi
udara, sinar matahari dapat mengurangi kelembaban dalam kandang.Oleh
karena itu kandang sebaiknya dibuat menghadap ke Timur.Apabila tidak
memungkinkan diberi genting kaca sehingga sinar matahari bisa masuk
ke kandang (Kaleka dan Haryadi, 2013).

4. Mengkarantina kambing yang sakit


Kambing yang terkena penyakit perlu dikarantina di kandang yang
agak jauh agar tidak menularkan penyakit ke kambing lain. Di kandang
karantina, kambing diobati dan sebaiknnya tidakdikembalikan ke
kandang pemeliharaan sebelum benar-benar sembuh.Kambing yang baru
dibeli juga perlu dikarantina terlebih dahulu selama beberapa hari untuk
memastikan kondisi kesehatannya (Kaleka dan Haryadi, 2013).
b. Penyakit yang sering menyerang
Pengetahuan tentang penyakit pada kambing memang perlu
dikuasai oleh peternak.Meskipun jarang sakit, bukan berarti kambing
tidak bisa sakit. Dengan dasar pengetahuan yang dimiliki peternak akan
mampu mengatasi permasalahan penyakit yang muncul. Menurut Kaleka
dan Haryadi (2013), beberapa penyakit yang sering kali menyerang
ternak kambing antara lain sebagai berikut :
1. Penyakit orf
Penyakit ini disebabkan oleh virus. Gejala yang muncul dari
serangan virus ini antara lain muncul keropeng daerah bibir, hidung,
puting susu, tungkai, dan rongga mulut. Pada hewan yang menderita
penyakit orf diisolasi dari hewan yang sehat, keropeng dibersihkan sampai
berdarah dan diolesi iodine atau methylen blue kemudian diulang setelah 3
hari (Adjid, 1989).

2. Cacingan
Cacingan disebabkan oleh cacing gilig atau cacing pita.Cacing ini
mudah berkembang jika kandang becek.Kambing yang terserang cacingan

15
menunjukkan gejala tubuh kurus, bulu kusam, nafsu makan berkurang, dan
kotoran lembek (Kaleka dan Haryadi, 2013).Pengobatannya bisa
dilakukan dengan menggunakan obat-obatan pabrik, contohnya
Penothiazine dalam bentuk kapsul atau bubuk.Obat tersebut dapat
dicampur air minum dengan dosis 400 gram per ekor (Kaleka dan Haryadi,
2013).

3. Mastitis
Mastitis adalah penyakit infeksi pada ambing oleh bakteri.
Penyakit ini menimbulkan peradangan pada kelenjar susu yang ditandai
denganambing membengkak. Penyakit ini bisa menular melalui luka pada
kulit ambing dan puting susu. Menjaga kebersihan kandang/sanitasi dan
menyingkirkan benda-benda tajam yang dapat melukai ambing merupakan
cara terbaik untuk mencegah mastitis (Kaleka dan Haryadi, 2013). Mastitis
dapat diobati dengan antibiotik seperti Penicillin, Tetracycline, atau
Sulfamethasine. Air susu dikeluarkan atau diperah setiap hari kemudian
ambing dikompres dengan air hangat (Kaleka dan Haryadi, 2013).

4. Kuku busuk
Kuku busuk disebabkan oleh mikroorganisme Fusiformis
necrophorus.Mikroorganisme ini menyerang melalui luka yang terjadi di
sela-sela kuku.Gejala yang muncul adalah kaki pincang saat berjalan, kuku
meradang dan berwarna merah.Pencegahannya dapat dilakukan dengan
menjaga kebersihan lantai dan kuku kambing dipotong secara
rutin.Penyakit ini dapat diobati dengan merendam kuku yang sakit
menggunakan larutan formalin 2% selama 1 – 3 menit (Kaleka dan
Haryadi, 2013).

5. Kudis atau kurap (scabies)


Disebabkan oleh parasit kulit Sarcoptes. Bagian tubuh yang
diserang antara lain muka, telinga, pangkal ekor, dan leher. Serangan
tersebut menyebabkan kambing merasa gatal dan sering menggesekkan
kulit sehingga kulit kambing memerah dan bulunya rontok. Pencegahan
bisa dilakukan dengan cara memandikan kambing secara rutin minimal
enam bulan sekali dan untuk pengobatannya dapat menggunakan salep
penisilin (Kaleka dan Haryadi, 2013).

16
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 23 September 2017,
bertempat di Peternakan Kambing, Gunung Pengsong
3.2 Materi
Adapun alat dan bahanyaitu:
a. Alat
1. Spet 1 cc
2. Spet 3 cc
3. Tang potong
4. Cutter
b. Bahan
1. Alkohol
2. Medoxy L
3. Wormectin
4. Kambing
5. B komplek
6. Kapas
7. Vitamin B12
3.3. Metode praktikum
Adapun metode yang digunakan pada praktikum ini adalah
a. Pemotongang kuku
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Membaringkan kambing yang akan di potong kukunya
3. Memotong kuku sapi menggunakan tang potong untuk bagian yang
panjang dan merapihkan dengan cutter hingga bentuk simetris atau
nyaman dalam berdiri.
b. Penyuntikan
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Membarikan kambing yang akan di suntikMengambil obat dengan spet
sesuai dosis.
3. Membersihkan bagian yang akan disuntik dengan kapas yang telah di
beri alkohol.Menyuntik kambing pada bagian tertentu sesuai dengan
petunjuk penggunaan obat
4. Membersihakn bagian yang telah di suntik sambil memijitnya.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil yang di dapatkan pada praktikum yang telah di laksankan,

Proses pemotongan kuku Vitamin

Kambing panjang kuku Spet 1 cc

18
Obat antibiotik Obat ektoparasit dan endo
parasit

Proses pemotongan kuku Proses merapihkan bentuk kuku

Obat antibiotik Proses penyuntikan vitamin B


komplek

4.2. Pembahasan
Penanganan kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan
penting dalam memperoleh pejantan yang sehat. Selain itu ternak juga penting
untuk diperiksa, agar dapat mendeteksi infeksi penyakit-penyakit tertentu.
Penyakit pada masing-masing jenis juga berbeda, misalnya pada sapi Bali yang
paling umum adalah Jembrana (Gregory, 1983). Adapun upaya yang dilakukan
untuk menjaga kesehatan ternak meliputitindakan karantina,pemeriksaan
kesehatan harian, penanganan kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi
kandang, kontrol ektoparasit, pemberian obat cacing.
a. Pemeriksaan Kesehatan Harian
Pengamatan kesehatan harian dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan
sore hari. Pengamatan kesehatan harian ini bertujuan untuk memantau kondisi
kesehatan ternak dan mengetahui ada tidaknya abnormalitas pada ternak sehingga
jika ditemukan ternak yang sakit atau mengalami kelainan dapat segera ditangani.
Pada pagi hari pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan sebelum kandang

19
dibersihkan. Sedangkan pada sore hari, pemeriksaan dilakukan sesudah sapi diberi
makan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
pemeriksaan kesehatan harian antara lain nafsu makan dari ternak, mengamati
keadaan sekitar ternak (mengamati feses, urin, dan keadaan sekitar kandang
apakah terdapat bercak-bercak darah atau tidak), mengamati keadaan tubuh ternak
normal atau tidak (bisa dilihat dari hidung, kejernihan mata, telinga dan bulu
ternak), mengamati cara ternak berdiri atau bergerak, ada tidaknya luka atau
pembengkakan serta ada atau tidaknya eksudat pada luka.Kondisi feses feses yang
tidak normal (encer) mengindikasiakan adanya kelainan atau suatu penyakit pada
sistem pencernannya. Adanya pengamatan kesehatan harian diharapkan
abnormalitas yang ada dapat ditangani sesegera mungkin dan apabila ada pejantan
yang sakit dapat segera diobati. Saat pengamatan kesehatan harian juga dilakukan
recording atau pencatatan abnormalitas yang terjadi sehingga terdapat data yang
lengkap mengenai riwayat penyakit yang pernah di alami oleh pejantan.
b. Tindakan Karantina
Ternak yang baru tiba di lokasi peternakan tidak langsung ditempatkan
pada kandang/ tempat pemeliharaan permanent, tetapi tempatkan dahulu pada
kandang sementara untuk proses adaptasi yang memerlukan waktu sekitar
beberapa minggu. Dalam proses adaptasi ternak diamati terhadap penyakit cacing
(dengan memeriksa fesesnya), penyakit orf, pink eye, kudis, diare, dan
sebagainya. Apabila positif terhadap penyakit tertentu segera diobati dan lakukan
isolasi. Dalam adaptasi ini juga termasuk adaptasi terhadap jenis pakan yang akan
digunakan dalam usaha ternak kambing. Pada adaptasi ini biasanya harus
disiapkan berbagai obat-obatan untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan
timbulnya berbagai penyakit. Setelah 7-21 hari ternak dalam keadaan sehat, maka
siap untuk dipindahkan dalam kandang utama
Tujuan dari karantina adalah untuk memastikan ternak yang baru datang
dari luar wilayah peternakan terbebas dari penyakit. Kandang karantina harus
terletak jauh dari lokasi perkandangan ternak pejantan yang lain, hal ini bertujuan
untuk menghindari penularan penyakit oleh ternak yang baru di datangkan.
c. Pemotongan Kuku
Pemotongan kuku pada setiap ternak umumnya dilakukan secara rutin
yaitu setiap 6 bulan sekali. Tetapi apabila ditemukan masalah seperti ternak yang
kukunya sudah panjang atau antara kuku luar dan dalam panjangnya tidak
seimbang maka pemotongan kuku dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kondisi
ternak tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan posisi normal kuku,
membersihkan kotoran pada celah kuku, menghindari pincang, mempermudah
pada saat penampungan dan deteksi dini terhadap laminitis dan kemungkinan
terjadinya infeksi pada kuku.
Kuku harus mendapat perhatian terutama pada ternak yang selalu berada
di dalam kandang. Hal ini dapat menyebabkan kuku menjadi lebih lunak karena

20
sering terkena feses dan urine serta luka akibat terperosok dalam selokan
pembuang kotoran yang menyebabkan infeksi busuk kuku. Biasanya ternak yang
berada di kandang dengan lantai karpet pertumbuhan kukunya lebih cepat
dibandingkan dengan ternak yang berada di kandang berlantai semen. Hal
inikarena setiap hari ternak berpijak pada permukaan lantai yang kasar, sehingga
kuku sedikit demi sedikit akan terkikis dengan sendirinya.

d. Penanganan Kesehatan Hewan


Penanganan kesehatan hewan bertujuan untuk melakukan pemeriksaan
dan penanganan medis pada pejantan yang sakit sehingga pejantan yang sakit
secepatnya dapat ditangani sesuai dengan gejala klinis yang timbul. Penanganan
kesehatan hewan dilakukan saat ditemukan adanya kelainan atau gejala klinis
yang terlihat pada hewan setelah dilakukan pengontrolan rutin.
1. Pemeriksaan Klinis
Ternak yang terlihat menunjukkan adanya gejala klinis maka akan
dilakukan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis tersebut dilakukan
Sebelum pengobatan.. Pemeriksaan klinis meliputi :
a) Pengukuran suhu tubuh melalui rektum dengan cara memasukkan
thermometer kedalam rektum dan dibiarkan selama 3 menit,
kemudian dibaca suhunya.
b) Pengukuran pulsus dilakukan dengan menggunakan stetoskop.
c) Pengukuran frekuensi pernafasan dan lapang paru-paru untuk
mengetahui apakah frekuensi pernafasan hewan normal atau tidak.
d) Palpasi dilakukan dengan sentuhan atau rabaan pada bagian yang
akan diperiksa apakah normal atau tidak.
2. Pengobatan
Pengobatan dilakukan apabila telah ditemukan ternak yang di diagnosa
sakit berdasarkan pengamatan harian. Pengobatan ternak dilakukan sesuai
diagnosa yang telah ditentukan, dengan dosis obat yang telah diperhitungkan
sesuai kebutuhan ternak tersebut. Ternak yang sakit diistirahatkan di kandang
karantina hingga dinyatakan sehat oleh bagian kesehatan hewan.
a. Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin pada ternak dilakukan secara rutin sebulan sekali.
Vitamin yang diberikan antara lain adalah vitamin A, D, dan E. Pemberian
vitamin dilakukan untuk menjaga kondisi kesehatan ternak sehingga
produkstifitasnya terjaga.
b. Pemberian Obat Cacing
Pemberian obat cacing secara per oral dan dilakukan terhadap seluruh
ternak setiap pergantian musim. Ternaki yang mengidap parasit cacing sulit
diprediksi bila dilihat dari kondisi fisiknya sehingga untuk mengantisipasi
terjadinya infeksi dan berkembang biaknya cacing dalam tubuh ternak maka
diperlukan pemberian obat cacing. Dosis yang diberikan terhadap ternak ialah

21
menurut berat badannya. Pemberian obat cacing dilakukan terhadap seluruh
ternak setiap 6 bulan sekali. Obat cacing yang digunakan adalah Albendazole
dengan dosis 1 ml/10 kg berat badan ternak.
c. Desinfeksi Kandang
Desinfeksi kandang dilakukan setiap dua kali dalam sebulan dengan
menggunakan sprayer yang telah terisi larutan desinfektan dan disemprotkan ke
seluruh lantai, dinding, palungan dan halaman kandang. Tujuan dari desinfeksi
kandang adalah untuk mengendalikan populasi mikroorganisme yang berpotensi
menimbulkan penyakit sehingga merugikan kesehatan ternak. Kegiatan desinfeksi
dapat menggunakan desinfektan Bestadest dengan dosis 2,5 s/d 5 ml/liter (untuk
4m2) atau Benzaklin dengan dosis 60 ml/10 liter air disemprotkan keseluruh
lantai, dinding, halaman kandang, dan kuku pejantan.

d. Kontrol Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang pada bagian luar
atxau permukaan tubuh inangnya, seperti berbagai jenis serangga (lalat, dll) serta
jenis akari (caplak, tungau dll). Keberadaan ektoparasit akan mengakibatkan
ternak merasa tidak nyaman, sehingga nafsu makan ternak menurun dan
akanberdampak pada kualitas produk ternak. oleh karena itu penyemprotan anti
ektoparasit sangat penting dalam agenda pencegahan penyakit. Penyemprotan anti
ektoparasit merupakan suatu tindakan pengendalian terhadap parasit-parasit dari
luar tubuh yang dapat mengganggu kesehatan ternak. Ektoparasit dapat
menyebabkan stres pada pejantan, serta dapat bertindak sebagai vektor mekanik
maupun biologis penyakit hewan.
Penyemprotan anti ektoparasit dilakukan secara rutin setiap sebulan
sekali menggunakan sunschin dengan obat anti ektoparasit cyperkiller 25 WP
(25% Cypermethrin dengan dosis 30 gr/50 liter air) dan disemprotkan ke bagian
tubuh ternak, seperti bagian perut, pantat, kaki dan punggung. Penyemprotan anti
ektoparasit dilakukan sebaiknya tidak mencemari pakan, tempat pakan, dan air
minum. Cypermethrin adalah piretroid sintetis yang digunakan untuk keperluan
rumah tangga. Ini berperan sebagai neurotoksin cepat bertindak pada serangga.
Dalam hal ini mudah terdegradasi di tanah dan tanaman. Cypermethrin sangat
beracun untuk ikan, lebah dan serangga air, menurut National Pestisida Jaringan
Telekomunikasi (NPTN). Cypermethrin banyak ditemukan dalam pembunuh
semut, dan pembunuh kecoa, termasuk Raid dan kapur semut.
Anti ektoparasit lain yang digunakan untuk ternak adalah gusanex. Cara
pemakaiannya yaitu dengan menyemprotkan gusanex pada bagian tubuh ternak
yang mengalami luka. Tujuannya agar luka tersebut segera kering dan tidak
dihinggapi oleh lalat yang selanjutnya akan menjadi tempat berkembangnya telur
lalat dan ektoparasit lainnya.

22
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, sistem manajemen kesehatan ternak
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem usaha agribisnis.
Upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak meliputitindakan
karantina,pemeriksaan kesehatan harian, penanganan kesehatan hewan,
pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol ektoparasit, pemberian obat
cacing.
Tahap karantina ternak untuk menjamin bahwa ternak kambing yang
akan dipelihara lebih lanjut telah benar-benar aman dari penyakit yang
kemungkinan terbawa dari daerah asal. Tahap pemeliharaan sendiri sangat
menentukan produktivitas ternak berkaitan dengan gangguan kesehatan. Oleh
karena itu pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit-penyakit ternak
tertentu harus selalu mendapat perhatian terutama penyakit skabies dan cacingan
untuk golongan penyakit parasiter dengan menerapkan kontrol penyakit secara
berkesinambungan.

5.2. Saran
Kebersihan lingkungan kandang lebih di perhatikan karena dapat
mengurangi tumbuhnya penyakit.

23
DAFTAR PUSTAKA

Adjid, A. 1989. Penyakit Orfdi Jawa Barat: Infeksi alam dan buatan. Proceedings
Pertemuan Ilmiah Ruminansia,CisaruaBogor 8-10 Nopem ber 1988. Jilid 2.,
Ruminansia Kecil. pp. 123-128.

Anonim. 2014. Laporan Praktikum Kesehatan Ternak.


http://www.ilmuternak.com/2014/12/laporan-praktikum-kesehatan-
ternak.html(diakses tanggal 1 januari 2017)

Kaleka, N dan Haryadi, N. K. 2013. Kambing Perah. Solo: Arcita.

24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman pakan ternak (hijauan pakan) dan hasil sisa tanaman maupun
limbah pertanian dan industri agro menjadi pilihan utama dalam mengembangkan
sistem pakan pada usaha ternak kambing (pakan dasar). Pakan dasar atau pakan
pokok memiliki arti bahwa secara kuantitatif bahan tersebut dialokasikan dan
dikonsumsi oleh ternak dalam jumlah paling banyak dibandingkan bahan pakan
lain. Namun demikian, untuk mendukung produktivitas yang tinggi menurut
kapasitas genetiknya, maka suplai nutrisi dari pakan dasar sering tidak
mencukupi, baik dalam jumlah asupannya maupun dalam keseimbangan antar
berbagai zat gizinya. Oleh karena itu, manajemen pemberian pakan hijauan perlu
diperhatikan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Dalam usaha budidaya ternak kambing yang dikelola secara intensif


maupun semi intensif, pakan merupakan salah satu komponen input yang sangat
menentukan keberhasilan usaha secara finansial. Manajemen pemberian pakan
membutuhkan strategi dan analisa lebih lanjut untuk mencapai tujuan dari usaha
ternak kambing. Kambing memiliki kelebihan dalam kemampuan memanfaatkan
bahan pakan berserat tinggi ini dimungkinkan oleh proses fermentasi secara
anaerobik yang diperankan oleh mikroba yang berkembang didalam lambung.
Sehingga sangat mungkin dilakukan manipulasi pakan dengan catatan produksi
tetap baik.
Pemberian pakan konsentrat ataupun suplemen yang menggunakan bahan
baku dengan kandungan nutrisi (protein, energi, mineral) yang tinggi sebaiknya
digunakan untuk mengatasai kekurangan nutrisi pada pakan dasar. Oleh karena
konsentrasi nutrisinya relatif tinggi, maka biaya penggunaan pakan konsentrat
juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pakan dasar per unit pakan. Dengan
demikian penggunaan pakan konsentrat haruslah seefisien mungkin.
Efisiensi penggunaan pakan yang tinggi dapat dicapai dengan pengelolaan pakan
yang tepat, antara lain pengelolaan alokasi jumlah pakan optimal, formulasi
konsentrat yang efisien, pemilihan bahan baku yang seimbang secara nutrisi dan
layak secara ekonomis serta penentuan waktu dan frekuensi pemberian pakan
yang strategis. Kontribusi penggunaan pakan secara efisien sangat besar terhadap
efisiensi ekonomi usaha produksi secara keseluruhan. Oleh karena itu manajemen
pemberian pakan meliputi waktu pemberian, frekuensi pemberian dan tahap
persiapan sebelum pembersihan pakan harus dilakukan dengan baik.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum ini adalah, sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui pemberian pakan hijauan pada ternak kambing.

25
b) Untuk mengetahui pemberian pakan konsentrat pada ternak kambing.
c) Untuk mengetahui dampak manajemen pemberian pakan terhadap
efisiensi pakan ternak kambing.
1.3. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah
a) Mahasiswa mampu memberikan pakan kambing sesuai kebutuhan nutrisi
b) Mahasiswa memahami cara-cara pemberian pakan yang baik.

26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pakan Ternak Kambing


Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara umum pakan ternak kambing
sebenarnya hanya terdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar, pakan penguat dan
pakan pengganti. Pakan kasar merupakan bahan pakan berkadar serat kasar tinggi.
Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiri dari rumput dan dedaunan. Pakan
penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan mudah dicerna seperti
konsentrat, ampas tahu dan bubur singkong. Sementara pakan pengganti
merupakan pakan hijauan yang sudah difermentasi. Kambing sangat efisien dalam
mengubah pakan berkualitas rendah menjadi protein yang berkualitas tinggi
(Blakely dan Bade , 1994).

Pakan adalah suatu bahan yang dikonsumsi ternak yang didalamnya


mengandung energi dan zat-zat gizi (atau keduanya). Pakan adalah bahan yang
dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan unsur hara atau
nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan,
reproduksi dan produksi (Hartadi et al.,1986).

2.2. Pemberian Pakan Hijauan Pada Kambing


Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun
daunan tertentu (daun nangka, daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa).
Seekor kambing dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang
diberikan 2 kali, yaitu pagi dan sore. Tetapi kambing lebih suka mencari dan
memilih pakannya sendiri di alam terbuka (browser) (Sosroamidjojo, 1985).
Menurut Mulyono dan Sarwono (2008) pada dasarnya kambing tidak
selektif dalam memilih pakan. Segala macam daun-daunan dan rumput disukai,
tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai daripada rumput. Hijauan yang baik
untuk pakan adalah hijauan yang belum terlalu tua dan belum menghasilkan
bunga karena hijauan yang masih muda memiliki kandungan PK (protein
kasar)yang lebih tinggi. Hijauan yang diperoleh pada musim hujan sebaiknya
dilayukan atau dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pakan
kambing.

Siregar (1995) menjelaskan bahwa pemberian hijauan terbagi menjadi 2


macam yaitu hijauan yang diberikan dalam keadaan masih segar dengan kadar air
70% dan hijauan yang diberikan dalam keadaan kering atau awetan. Hijauan
kering dapat berupa hay, sedangkan awetan dapat berupa silase.
Pemberian pakan hijauan diberikan sesuai kebutuhan ternak yaitu 3 – 4% bahan
kering dari bobot hidup (Sianipar, dkk, 2006). Hijauan merupakan bahan pakan
berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Kebutuhan hijauan

27
untuk kambing sekitar 70 % dari total pakan (Setiawan dan Arsa, 2005).
Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng, 1992).
Menurut Murtidjo (1993), hijauan pakan merupakan pakan utama bagi
ternak ruminansia dan berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein, sumber
tenaga, vitamin dan mineral.
Kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila
pakan berupa campuran daun-daunan dan rumput-rumputan dicampur dengan
perbandingan 1 : 1. Dengan komposisi demikian, zat gizi yang terdapat pada
masing-masing jenis hijauan yang diberikan tersebut akan saling melengkapi dan
menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik sehingga pencernaan tidak terganggu
(Mulyono dan Sarwono, 2008).

2.3. Pemberian Pakan Konsentrat Pada Kambing


Bahan pakan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu konsentrat dan
bahan berserat. Konsentrat serta bahan berserat merupakan komponen atau
penyusun ransum (Blakely dan Bade, 1994).
Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan
lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan
untuk disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap (Hartadi
et al., 1980).
Murtidjo (1993) menjelaskan bahwa konsentrat untuk ternak kambing
umumnya disebut sebagai pakan penguat atau bahan baku pakan yang memiliki
kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna. Pakan penguat dapat
berupa dedak jagung, ampas tahu, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, atau
campuran pakan tersebut.
Untuk kambing jantan yang sedang dalam periode memacek sebaiknya
ditambah pakan penguat (konsentrat) ± 1 kg. Konsentrat yang terdiri dari
campuran 1 bagian dedak dengan 1 bagian bungkil kelapa ditambah garam
secukupnya adalah cukup baik sebagai pakan penguat. Pakan penguat tersebut
diberikan sehari sekali dalam bentuk bubur yang kental (Sosroamidjojo, 1985).
Pemanfaatan hijauan pakan sebagai makanan ternak kambing harus
disuplementasikan dengan makanan penguat atau konsentrat agar
kebutuhannutrisi terhadap pakan dapat terpenuhi. Tujuan suplementasi makanan
penguat dalam makanan ternak kambing adalah untuk meningkatkan daya guna
makanan atau menambah nilai gizi makanan, menambah unsur makanan yang
defisien serta meningkatkan konsumsi dan kecernaan makanan. Keuntungan yang
diperoleh dari pemberian pakan kasar bersama makanan penguat adalah adanya
kecenderungan mikroorganisme dalam rumen dapat memanfaatkan makanan
penguat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya memanfaatkan
makanan kasar yang ada. Dengan demikian mikroorganisme rumen lebih mudah
dan lebih cepat berkembang populasinya, sehingga akan semakin banyak
makanan yang harus dikonsumsi ternak kambing (Murtidjo, 1993).

28
Pembuatan pakan konsentrat diformulasi sebagai berikut: bekatul 35 %,
pollard 20%, bungkil kedelai 13%, empok jagung 8%, onggok 20%, mineral dan
garam dapur 4% (Ali, dkk, 2012). Menurut Siregar (1990) standar nutrien dalam
konsentrat untuk penggemukan kambing protein minimal 16% dan serat kasar
kurang 18%. Strategi pemberian konsentrat dengan dicomborkan sebelumnya
pakan konsentrat dimasukkan sejumlah air panas membentuk comboran cair,
diaduk merata, menunggu dingin baru diberikan pada ternak. Dengan demikian
akan meningkatkan efisiensi pakan karena nutrien konsentrat menjadi bypass.
Untuk kambing sedang tumbuh, kebutuhan protein kasar ransum sebesar
14–19%, DE =3,0 Mcal dan kebutuhan bahan kering hampir sama yaitu 3,5% dari
bobot hidup (NRC, 1981). Namun menurut Haryanto dan Djajanegara (1993)
kambing sedang tumbuh khususnya di Indonesia, kebutuhan protein ransum 12–
14% dan DE = 2,8 Mcal.

2.4. Pemberian Air Minum Pada Kambing


Adapun ketersediaan air minum untuk kambing harus ada setiap saat
(Sutama dan Budiarsana, 2009). Meskipun sebagian besar air didapat dari hijauan
rumput atau daun-daunan, kambing tetap harus diberi minum. Air diperlukan
untuk membantu proses pencernaan, mengeluarkan bahan-bahan yang tidak
berguna dari dalam tubuh (keringat, air kencing dan kotoran), melumasi
persendian dan membuat tubuh tidak kepanasan. Volume kebutuhan air
padakambing sangat bervariasi, dipengaruhi oleh jenis kambing, suhu lingkungan,
jenis pakan yang diberikan, dan kegiatan kambing. Bila bobot kambing hidup 40
kg/ekor dan ransum kering (dalam bahan kering) yang dibutuhkan ternak rata-rata
sebanyak 0,8 kg dan air minum minimal sebanyak 3 x 1 liter (3 liter). Kebutuhan
air minum untuk kambing berkisar 3-5 liter sehari (Mulyono dan Sarwono, 2008).

2.5. Manajemen Pemberian Pakan dan Kebutuhan Nutrisi Pada Kambing


Manajemen pemberian pakan yang baik perlu dipelajari karena
merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas pakan yang diberikan. Pemberian
pakan yang tidak memenuhi kebutuhan ternak akan merugikan. Manajemen
pemberian pakan harus memperhatikan penyusunan ransum kebutuhan zat-zat
untuk ternak yang meliputi jenis ternak, berat badan, tingkat pertumbuhan, tingkat
produksi, dan jenis produksi (Chuzaemi dan Hartutik, 1988).
Pakan yang diberikan kepada ternak potong sebaiknya pakan yang masih
segar. Bila pakan berada di dalam palungan lebih dari 12 jam maka pakan tersebut
akan menjadi basi, apek dan mudah berjamur. Pakan yang sudah basi akan
menyebabkan pengambilan (intake) pakan oleh ternak berkurang dan hal ini akan
berdampak terhadap menurunnya performa ternak. Setiap terjadi penurunan 1,0 %
akan menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan sebesar 1,5-2,0 %.
Untuk menjamin pakan di dalam palungan selalu segar, lakukan pemberian pakan

29
minimal 2 kali sehari, bila terdapat sisa pakan dari pemberian sebelumnya harus
dibuang. Idealnya ternak harus sudah diberikan pakan kembali kira -kira setengah
jam setelah pakan pada pemberian sebelumnya habis. Inilah pentingnya menyusun
ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak.Bahan pakan penggemukan dapat
beragam, tetapi komposisi gizi harus sesuai untuk tujuan produksi
(penggemukan). Jumlah pemberian tergantung berat badan (10 – 15 %).
Perbandingan pakan hijauan dan pakan tambahan (konsentrat) minimal 80 : 20.
Adapun jenis pakan tambahan lainnya dapat berupa campuran beberapa limbah
hasil pertanian, seperti ampas kacang kedelai, dedak padi, dedak gandum, bungkil
inti sawi, bungkil kelapa, serta molases dan mineral atau vitamin. Pakan tambahan
tersebut diberikan sebanyak 0,5 – 1 kg/ekor/hari dengan PK 14 – 16 %. (Sutama
dan Budiarsana, 2009).upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan
lajupertumbuhan kambing peranakan boer dengan menyediakan asupan nutrisi
yang cukup, salah satunya dengan memberikan pakan lengkap (complete Feed
atau Total Mix Ration). Pakan lengkap yang dimaksud adalah campuran antara
hijauan atau sumber serat dengan konsentrat dalam bentuk yang homogen
(uniform) dengan kandungan nutrisi sesuai dengan kebutuhan ternak, dengan
demikian begitu ternak mengkonsumsi pakan ini sekaligus hijauan dan konsentrat
masuk bersama-sama dalam rumen. Pemberian pakan dengan pakan lengkap ini
lebih sederhana karena peternak hanya menentukan jumlahnya serta menyediakan
air minum dalam kandang.

30
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal, 23 September 2017,
bertempat di Peternakan Kambing Perah, Gunung Pengsong
3.2 Materi Praktikum
Adapun materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah
c. Alat Praktikum
- Timbangan
- Ember
- Bak
d. Bahan Praktikum
- Rumput Lapangan
- Rontokan gorengan
- Urea
- Mineral
- Dedak

3.3 . Metode Praktikum


Adapun cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah
g) Memperrsiapkanalat dan bahan yang digunakan
h) Menimbang masing bahan pakan dan rumput lapangan sesuai
perhitungan
i) Mencampur bahan pakan untuk pembuatan konsentrat, dimulai dari
bahan yang paling sedikit ke dalam bak
j) Memberikan rumput lapang dan konsentrat menggunakan ember agar
tidak berserakan pada tempat pakan,
k) Menimbang sisa pakan pada keesokan harinya.

31
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum ini adalah
Table komposisi nutris bahan pakan dan kebutuhan kambing
Bahan Pakan
Bahan pakan BK PK LK Abu SK BETN Ca P
Konsentrat 88,62 19,88 22,20 7,61 7,29 - - -
Rumput Lapangan 22,97 8,59 6,93 8,38 36,38 48,31 0,30 0,12
Kebutuhan
Rumput Lapangan 3,7 Kg
Konsentrat 750 gram
Sisa Pakan
Rumput Lapangan 100 gram
Konsentrat 0 gram
Total Konsumsi Bahan Kering
Rumput Lapangan 2,245 gram
Konsentrat 550 gram

4.2. Pembahasan
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli dapat
diketahui bahwa, pakan kambing umumnya berupa hijauan dan konsentrat. Menurut
Hartadi et al., (1997) pakan ruminansia pada umumnya terdiri atas hijauan dan
konsentrat. Hijauan adalah bagian material dari tanaman terutama rumput dan legume
(kacang-kacangan) yang mengandung SK 18% atau lebih dalam bahan kering yang
dapat digunakan sebagai makanan ternak. Pakan adalah suatu bahan yang dikonsumsi
hewan yang didalamnya mengandung energi dan zat-zat gizi (atau keduanya) di dalam
bahan tersebut. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor hewan
yang mampu menyajikan unsur hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh,
pertumbuhan, penggemukan, reproduksi dan produksi.
Murtidjo (1993) menambahkan bahwa konsentrat untuk kambing umumnya disebut
sebagai pakan penguat atau bahan baku pakan yang memiliki kandungan serat kasar
kurang dari 18% dan mudah dicerna. Pakan penguat adalah bahan pakan yang
mengandung serat kasar kurang dari 18%, banyak mengandung bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) dan sangat mudah dicerna. Termasuk dalam kelompok ini adalah
golongan biji-bijian dan hasil sisa penggilingan (Kuswandi et al. 2000). Berdasarkan
kandungan proteinnya, pakan penguat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
pakan penguat sumber energi dan pakan penguat sumber protein (Marjuki, 2008).
PEMBERIAN PAKAN HIJAUAN KAMBING

32
Menurut Pamungkas dkk (2005) jumlah kebutuhan hijauan pakan sebanyak
10-20% dari bobot tubuh adalah sebagai berikut :
1. Anak sapih diberikan sebanyak 2-3 kg/ekor/hari
2. Pejantan Muda diberikan 4-5 kg/ekor/hari
3. Pejantan diberikan 5-6 kg/ekor/hari
Pakan hijauan umumnya lebih murah dibandingkan bahan pakan lain,
sehingga maksimalkan pemberian dan konsumsi hijauan pakan. Seekor kambing
dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali, yaitu
pagi dan sore. Tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di
alam terbuka (browser) (Sosroamidjojo, 1985).
Pemberian pakan hijauan diberikan sesuai kebutuhan ternak yaitu 3 – 4%
bahan kering dari bobot hidup. Hijauan merupakan bahan pakan berserat kasar yang
dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Kebutuhan hijauan untuk kambingsekitar 70
% dari total pakan. Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan .
Sosroamidjojo (1985) menyatakan cara memilih hijauan pakan adalah :
1. Pilih tanaman berumur relatif muda sekitar 35-42 hari
2. Imbangan daun/batang setinggi mungkin
3. Utamakan bagian daun dibandingkan batang
4. Gunakan lebih dari satu jenis; 2-3 jenis hijauan yang disukai ternak
5. Tanaman legum sangat baik sebagai sumber protein yang murah

Cara Pengolahan Hijauan Potongan:


1. Jenis tanaman pakan yang berbatang besar (rumput gajah, rumput raja,
Panicum sp,) sebaiknya dicacah menjadi potongan 10-20 cm
2. Untuk tanaman pakan berbatang kecil (Brachiaria ruziziensis, Paspalum
guenoarum, Paspalum ateratum dan Brachiaria humidicola) tidak perlu dicacah
dan dapat langsung diberikan
3. Waktu pemotongan yang ideal ada pada sore hari

Frekuensi Pemberian Pakan Hijauan:


1. Efisiensi penggunaan pakan meningkat mengikuti taraf konsumsi (efisiensi
meningkat bila konsumsi meningkat)
2. Upayakan konsumsi pakan maksimal
3. Konsumsi pakan meningkat bila frekuensi pemberian pakan meningkat
4. Frekuensi pemberian hijauan yang ideal adalah 3 x dalam sehari,
5. Berikan sore hari dalam jumlah terbanyak, pagi hari dalam jumlah sedang dan
siang hari dalam jumlah sedikit
6. Namun, dapat diberikan 2x dalam sehari bila membebankan biaya untuk
tenaga kerja.
7. Hindari pemberian 1 x dalam sehari
Jenis hijauan pakan yang ideal untuk cara potong-angkut umumnya memiliki
sifat tumbuh tegak dan memiliki ukuran batang dan daun yang relative besar atau

33
lebar. Rumput raja atau rumput gajah termasuk kedalam kategori tersebut. Untuk jenis
tanaman pakan seperti ini, maka sebaiknya dilakukan upaya pengolahan sebelum
diberikan kepada kambing agar pemanfaatnnya menjadi optimal Namun demikian,
terdapat pula jenis hijauan pakan yang sesuai untuk potong angkut namun tidak
membutuhkan proses pengolahan/pencacahan sebelum digunakan sebagai pakan
kambing, seperti Paspalum guenoarum, Paspalum ateratum,.Brachiaria ruziziensis dan
Brachiaria humidicola.
Kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila
pakan berupa campuran daun-daunan dan rumput-rumputan dicampur dengan
perbandingan 1 : 1. Dengan komposisi demikian, zat gizi yang terdapat pada masing-
masing jenis hijauan yang diberikan tersebut akan saling melengkapi dan menjamin
ketersediaan gizi yang lebih baik sehingga pencernaan tidak terganggu (Mulyono dan
Sarwono, 2008).
Dari kelompok leguminosa jenis Stylosanthes guianensis yang termasuk kedalam
legum merambat sangat disukai ternak kambing dan memiliki kualitas nutrisi yang
baik, karena kandungan proteinnya tinggi dan mudah dicerna. Tanaman pakan tersebut
diatas dapat dikembangkan diareal kebun rumput dan digunakan dengan cara potong-
angkut (cut and carry system), atau ditanam diareal pengembalaan (grazing system),
atau kombinasi keduanya. Dari jenis leguminosa pohon beberapa yang cocok untuk
ternak kambing antara lain Gliricidia sepium (sengon), Leucaeca leucochepala
(lamtoro), Calliandra callothyrsus (Kaliandra) dan Indigofera sp. Jenis legumoinosa
pohon biasanya tidak digunakan sebagai pakan dasar, namun lebih sering sebagai
pakan suplemen untuk memnuhi kebutuhan protein. Jenis leguminosa pohon sangat
baik sebagai sumber pakan pada musim kering saat mana ketersediaan jenis rumput
dapat menurun dengan tajam (Mulyono dan Sarwono, 2008). Biasanya ternak
kambing membutuhkan waktu adaptasi selama 1-2 minggu untuk dapat
mengkonsumsi leguminosa pohon dalam jumlah normal, kecuali jenis lamtoro.
Apabila produksi leguminosa pohon cukup besar, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan pakan, maka hijauan ini dapat digunakan sebagai pakan dasar (Sutama dan
Budiarsana, 2009).
PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT KAMBING
Hartadi et al, (1980) menyatakan konsentrat adalah bahan pakan atau ramuan
dari beberapa bahan pakan yang mengandung zat gizi (protein, vitamin, mineral) dan
energi dalam konsentrasi tinggi dan seimbang per satuan berat atau volume.
Pemberian pakan konsentrat pada kambing sangat membantu dalam meningkatkan
produktivitas. Hal ini dikarenakan penggunaan pakan dasar saja sering tidak mampu
mencapai tingkat produktifitas yang tinggi akibat tidak mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi sesuai kemampaun genetik ternak. Oleh karena konsentrasi nutrisinya tinggi
maka harga per satuan berat juga relatif tinggi,sehingga jumlah pemberiannya juga
perlu dibatasi untuk mencapai optima biologis maupun optima ekonomik. Pada
kambing pemberian konsentrat biasanya berkisar antara 200-300 g per ekor per hari
atau sebanyak 0,5-1,5% dari bobot tubuh. Jumlah ini sebenarnya tergantung kepada: 1)

34
kualitas serta ketersediaan pakan dasar (hijauan), 2) tingkat produktivitas ternak yang
diinginkan, dan 3) harga pakan konsentrat. Jika kualitas nutrisi pakan dasar (hijauan)
baik, dan tersedia dalam jumlah cukup, maka penggunaan pakan konsentrat dapat
disesuaikan menurut kebutuhan.
Pembuatan pakan konsentrat diformulasi sebagai berikut: dedak padi 47,5%,
rontokan gorongan 47,5%, urea 3%, dan mineral 2% sebanyak 750 gram. Menurut
Siregar (1990) standar nutrien dalam konsentrat untuk penggemukan kambing protein
minimal 16% dan serat kasar kurang 18%. Strategi pemberian konsentrat dengan
dicomborkan sebelumnya pakan konsentrat dimasukkan sejumlah air panas
membentuk comboran cair, diaduk merata, menunggu dingin baru diberikan pada
ternak. Dengan demikian akan meningkatkan efisiensi pakan karena nutrien konsentrat
menjadi bypass.
Kandungan protein kasar dalam pakan konsentrat untuk ternak kambing dapat
dirancang pada kisaran 16-18%, sedangkan kandungan energi dicerna antara 2700-
2800 kkal/kg bahan kering pakan. Untuk menyusun formula pakan konsentrat dengan
spesifikasi protein dan energy tersebut diatas beberapa bahan pakan sumber protein
dan energi harus digunakan secara bersamaan. Bahan utama sumber protein yang
mudah diperoleh adalah bungkil kacang kedele dan tepung ikan. Namun, karena harga
kedua bahan sumber protein ini tergolong tinggi, makajarang digunakan untuk ternak
kambing ataupun kalau digunakan hanya dalam jumlah yang relatif kecil (1-2%)
(Murtidjo, 1993).
Bahan sumber protein yang cukup bagus dengan harga relatif lebih murah
adalah bungkil kelapa dan bungkil inti sawit. Kedua bahan ini juga merupakan sumber
enersi dan mineral yang baik untuk ternak kambing. Bahan baku lain sebagai sumber
energi yang tersedia secara lokal adalah dedak halus/dedak kasar, tepung gaplek dan
tepung jagung. Pakan suplemen/konsentrat yang ideal adalah pakan tambahan yang
berasosiasi secara positif dengan pakan dasar; artinya bahwa pemberian suplemen
mengakibatkan peningkatan konsumsi pakan dasar. Secara ekonomis hubungan
asosiasi positif ini penting, karena pakan dasar selalu lebih murah dibandingkan
dengan pakan konsentrat per satuan berat. Namun, tidak jarang terjadi bahwa pakan
suplemen berasosiasi secara negative dengan pakan dasar yaitu pemberian suplemen
menurunkan konsumsi pakan dasar. Oleh karena pakan dasar umumnya lebih murah
dibandingkan dengan suplemen, maka faktor biaya menjadi penting dalam meramu
suatu formula suplemen, dan hubungan asosaitif-negatif antara suplemen dengan
pakan dasar akan mengurangi tingkat efisiensi ekonmis pakan. Oleh karena itu,
pemilihan bahan baku dalam penyusunan suplemen menjadi penting. Pemberian pakan
tambahan atau konsentrat dapat meningkatkan bobot tubuh kambing secara nyata yaitu
berkisar anatara 70-110 g/h (tergantung rumpun, jenis kelamin dan umur kambing),
dibandingkan dengan tanpa pakan tambahan yang hanya menghasilakn pertambahan
bobot tubuh sekitar 35-40 g/h (Haryanto dan Djajanegara, 1993).
Pemberian konsentrat akan meningkatkan laju pertumbuhan kambing, namun
dalam merancang sistem pakan dalam usaha produksi peningkatkan laju pertumbuhan

35
harus mampu mengkompensasi peningkatan biaya pakan. Oleh karena itu, dalam
perencanaan pakan perlu selalu mempertimbangkan keselarasan antara optima biologis
dan optima ekonomis. Dalam kaitan ini arti efisiensi penggunaan pakan menjadi
sangat penting. Untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan pakan konsentrat, maka
dapat dikembangkan program pemberian konsentrat secara strategis yaitu sistem
pengalokasian pakan konsentrat yang berprinsip kepada kebutuhan nutrisi kambing
selama periode kristis (puncak produksi) saat mana kebutuhan nutrisi berada pada
tingkat paling tinggi. Periodekritis ini adalah menjelang melahirkan, awal masa
laktasi, dan awal pasca sapih. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi jumlah
pemberian konsentrat, dan dengan sendirinya biaya pakan, tanpa mengakibatkan
penurunan tingkat produktivitas ternak kambing.

EFISIENSI PAKAN
Untuk menganalisa efisiensi usaha peternakan kambing, maka perlu
dilakukan analisa efisiensi pakan sehingga nilai ekonomis akan meningkat. Anggorodi
(1984) Menyatakan bahwa efisiensi pakan dapat dihitung berdasarkan perbandingan
pertambahan bobot badan (kg) dengan total konsumsi bahan kering (kg) dikalikan
100%. Efisiensi pakan sangat penting bagi para peternak agar tidak mengalami
kerugian akibat terlalu banyak pakan atau kekurangan pakan.
Semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk
menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan
rendah.efisiensi penggunaan pakan dapat diukur dari rasio antara jumlah pakan yang
dikonsumsi ternak dengan output yang dihasilkan. Efisiensi penggunaan pakan yang
tinggi dapat dicapai dengan pengelolaan pakan yang tepat, antara lain pengelolaan
alokasi jumlah pakan optimal, formulasi konsentrat yang efisien, pemilihan bahan
baku yang seimbang secara nutrisi dan layak secara ekonomis serta penentuan waktu
dan frekuensi pemberian pakan yang strategis. Kontribusi penggunaan pakan secara
efisien sangat besar terhadap efisiensi ekonomik usaha produksi secara keseluruhan.
Pemberian pakan hendaklah di perhatiakn dari kebutuhan ternak serta
memperhatikan status fisiologi ternak karena apabila dalam keadaan bunting, pakan
yang di berikan harus di tambah untuk kebutuhan kambing dan fetus.

36
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanaknan dapat disimpulkan :
a. Manajemen pemberian pakan sebaiknya dilakukan dua kali sehari pada pagi dan
sore hari setengah jam setelah pemberian konsentrat untuk menstimulasi kerja
rumen. Jumlah hijauan yang diperlukan adalah 10% bobot badan atau 3-4%
bahan kering dari bobot badan.
b. Manajemen pemberian pakan konsentrat diberikan sebelum pakan hijauan agar
tidak tersisa sehingga meningkatkan nilai ekonomis. Pakan konsentrat adalah
pakan kunci dalam suksesnya penggemukan kambing. Pada kambing pemberian
konsentrat biasanya berkisar antara 200-300 g per ekor per hari atau sebanyak
0,5-1,5% dari bobot tubuh.

5.2. Saran
Dalam pemberian pakan hendaklah selalu di perhatikan kandungan nutrisi dan
kebutuhan nutrisi ternak sesuai status fisiologi ternak.

37
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J. dan D. H. Bade.1994. Ilmu Peternakan Cetakan ke -4. Gadjah Mada


University Press,Yogyakarta.

Chuzaemi, S. dan Hartutik. 1988. Ilmu Makanan Ternak Khusus Ruminansia. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Hartadi, H. ,A.D. Tillman, dan S. Reksohadiprodjo. 1986. Tabel Komposisi


PakanUntuk Indonesia.FakultasPeternakan. Gadjah Mada University Press.

Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2008. Penggemukan Kambing Potong. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Murtidjo, B.A. 1993. Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius,
Yogyakarta. NRC. 1981. Effects of Environmental on Nutrient Requirements of
Domestic Animal. National Academy Press. Washington DC.

Setiawan, T. dan Arsa, T. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa. Penebar
Swadaya, Jakarta

Siregar, S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sosroamidjojo, M. S. 1985. Ternak Potong dan Kerja. CV Yasaguna, Jakarta.

Siregar, S. B. 1995. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha,
Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutama, I dan Budiarsana, IGM.2009. Panduan Lengkap Kambing dan Domba.


Penebar Swadaya, Jakarta.

38
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kambing perah adalah ternak yang produksi utamanya adalah air susu. Susu
merupakan hasil akhir dari ternak perah. Kebutuhan akan susu sekarang meningkat
sehingga perlu dilakukan peningkatan produksi susu, namun susu yang hasilkan juga
harus higienis, tidak tercemar dan terjamin kualitasnya. Untuk menghasilkan susu
yang terjamin kualitasnya maka, penanganan, peralatan dan pemerahan harus
dilakukan dengan benar untuk menghindari terjadinya pencemaran terhadap susu,
disamping kualitas dan kesehatan susu akan terjamin.
Proses pemerahan merupakan aspek penting dalam peternakan kambing
perah. Hal ini disebabkan karena susu adalah produk utama dari kambing perah, dan
jika tidak ditangani dengan baik, maka kualitas susu yang dihasilkan tidak akan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Susu sebagai bahan yang kaya dengan
kandungan nutrisi menyebabkan mikroba akan mudah berkembangbiak pada susu,
demikian juga berbagai pencemer lainnya berupa material fisik dari lingkungan
sekitar, dan juga susu sangat mudah menyerap bau yang ada. Berdasarkan hal ini,
maka dibutuhkan penangan khusus sebelum, ketika, dan setelah proses pemerahan
ternak, demikian juga susu yang dihasilkan, harus segera ditangani dengan baik dan
benar, tentu tujuan utamanya adalah untuk menghindari kerusakan pada produk susu
yang telah diperah.Pemerahan pada umumnya masih tradisional atau manual yaitu
masih menggunakan tangan dan jari-jari tangan manusia, sedangkan pemerahan secara
mekanik masih jarang dijumpai, hal ini karena masih rendahnya kepemilikan kambing
perah.
Berdasarkan hal diatas dilaksankan praktikum manajemen ternak perah
tentang manajement pemerahan

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
a) Untuk mengetahui teknik-teknik pemerahan
b) Untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan sebelum pemerahan

1.3. Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari praktikum ini adalah
a) Mahasiswa memahami teknik-teknik dalam pemerahan
b) Mahasiswa memahami hal-hal yang dapat mempengaruhi pemerahan.

39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemerahan Susu Kambing


Kambing perlu diperah paling sedikit dua kali sehari untuk
menghilangkankembalinya tekanan didalam ambing. Periode laktasi kambing adalah
7-10 bulandengan periode kering selama 2 bulan. Susu yang dihasilkan tiap hari akan
meningkat sejak induk melahirkan, kemudian produksi akan menurun secara
berangsur-angsur hingga berakhirnya masa laktasi (Blakely dan Bade, 1998).
Hasil penelitian Febtrya (2004) di Farm P4S Cita Rasa, meyebutkan
bahwapemerahan dilakukan dua kali sehari yaitu pada jam 00.00 WIB dan jam 12.00
WIB setiap harinya. Sebelum diperah, ambing dan puting harus dibersihkan dengan
alkohol atau dengan air hangat untuk mencegah keberadaan kuman pada ambing yang
bisa terbawa ke dalam susu. Kondisi kandang pada saat pemerahan diharuskan bersih
dari kotoran dan bau karena susu kambing sangat peka terhadap bau. Penanganan susu
hanya dengan menyaring susu pada kain saring. Setelah itu susu langsung dikemas
dalam plastik dalam kondisi segar tanpa pengolahan susu tersebut harus segera
dimasukkan kedalam pendingin agar tetap awet dan mencegah berkembangnya kuman
dalam susu.

2.2 Produksi Susu Kambing


Susu dihasilkan oleh kambing yang sedang mengalami laktasi. Masa
laktasiadalah masa kambing perah mampu menghasilkan susu. Ternak yang sedang
buntingdikeringkan 1,5-2 bulan menjelang beranak agar ternak memiliki kondisi yang
baik ketika beranak (Ratnawati, 2002).
Setelah beranak, kambing akan mengeluarkan cairan berwarna kuning pekat yang
mengandung banyak antibody yang dibutuhkan oleh kambing yang baru dilahirkan.
Cairan ini disebut colostrum yang berfungsi membersihkan sisa-sisa bahan makanan
yang terdapat disaluran pencernaan. Colostrum juga memiliki kandungan nutrisi
seperti vitamin A, vitamin B, protein dan mineral. Colostrumini diproduksi selama 2-7
hari setelah beranak, tergantung dari kondisi dan jenis kambing (Sodiq dan Abidin,
2008).
Kambing perah dapat menghasilkan susu pada kondisi perawatan biasa
sekitar 0,25-0,50 liter perhari, namun bila perawatannya baik dapat mencapai 1,50-
2,00 liter perhari dengan masa laktasi selama 6-7 bulan. Produksi susu sangat
dipengaruhi oleh kondisi pakan yang dikonsumsi dan faktor genetika. Agar produksi
tinggi, kambing perah memerlukan pakan hijauan cukup, yaitu 10% dari berat tubuh
serta ditambah konsetrat sebanyak setengah dari produksi susunya (Sarwono, 2008).

2.3 Susu Kambing


Susu adalah cairan yang berasal dari ambing sehat dan bersih yang diperoleh
dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau

40
ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses
pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniaanya (SNI 01-3141-1998).
Susu kambing telah dikenal sejak dahulu tetapi ketenaranya masih kalah
dengan susu kambing. Jika dibandingkan susu kambing, susu kambing memiliki
beberapa perbedaandalam segi warna dan bentuk globular lemak. Susu kambing
memiliki warna yang lebih putih dan globular lemak susu yang lebih kecil dari pada
susu kambing, sehingga dapat diminum oleh orang yang mengalami gangguan
pencernaan, warna putih padasusu kambing berasal dari cahaya yang direfleksikan
oleh globula-globula lemak (Blakely dan Bade, 1991).
Susu kambing segar merupakan susu yang diperoleh dari induk kambing
tidakkurang dari 3 hari setelah kelahiran dan pada susu tersebut tidak dikurangi dan
tidak ditambahkan komponen lain serta tidak boleh mengalami suatu perlakuan
kecuali pendinginan. Susu kambing segar harus tidak boleh mengandung colostrum.
Pengelompokkan mutu susu kambing digolongkan berdasarkan parameter total
mikroba, jumlah somatik sel ambing, lemak dan bahan kering yang digunakan sebagai
kriteria untuk pemasaran susu kambing segar (Thai Agriculturtural Standard, 2008).
Susu kambing memiliki beberapa perbedaan karakteristik dari susu kambing,
yaitu warnanya lebih putih. Hal ini dikarenakan kandungan vitamin A pada susu
kambing tidak tersusun sebagai pigmen karotenoid seperti susu kambing. Oleh karena
adanya pigmen karotenoid pada susu kambing maka susu kambing lebih berwarna
kuning sendangkan susu kambing berwarna putih. Selain itu globula lemak susunya
lebih kecil sehingga lemak susu kambing lebih mudah dicerna, dan dapat diminum
oleh orang yang alergi terhadap susu kambing, atau untuk orang-orang yang
mengalami berbagai gangguan pencernaan (Blakely dan Blade, 1991).
Susu kambing layaknya susu yang berasal dari sumber hewan lainya
merupakan campuran yang kompleks, yaitu emulsi lemak dalam air. Jika
dibandingkan dengan susu kambing, empat komponen utama penyusun susu kambing
yaitu laktosa, lemak, senyawa nitrogen, dan mineralnya memiliki kemiripan dengan
susu kambing. Susu kambing memiliki ukuran rata-rata butiran lemak sebesar 2
mikrometer, lebih kecil dari pada ukuran butiran lemak susu kambing yang mencapai
2,5-3,5 mikrometer. Ukuran butiran lemak yang lebih kecil ini membuat lemak susu
kambing lebih tersebar dan homogen sehingga lebih mudah dicerna oleh sistem
pencernaan manusia (Purbayanto, 2009).
Protein susu kambing lebih mudah larut dan lebih mudah diserap serta lebih
rendah dalam memicu alergi oleh tubuh sehingga mengindikasikan bahwa kualitas
protein susu kambing lebih baik dibandingkan dengan susu kambing (Aliaga, 2003).
Menurut Winarno (2002) Susu kambing mampu membantu memulihkan kondisi orang
yang telah sembuh dari suatu penyakit. Hal ini disebabkan protein berfungsi sebagai
zat pembangun yaitu membentuk jaringan-jaringan baru didalam tubuh dan mengganti
jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu diperbaiki.
Susu kambing mengandung vitamin dalam jumlah memadai atau berlebih,
kecuali vitamin C, D, piridoksin, dan asam folat (Devendra dan Burns, 1994). Susu

41
kambing tidak memiliki pigmen karoten dan hanya mengandung vitamin B6 dan B12
dalam jumlah kecil sehingga berwarna lebih putih daripada susu kambing (Fathir,
2010) Berbagai jenis kambing dapat menghasilkan susu, namun jenis susu kambing
yang banyak dikonsumsi adalah susu kambingperanakan Etawah dan Seanen. Hal ini
disebabkan kambing jenis peranakan Etawah dan Seanen lebih banyak dibudidayakan
di Indonesia. Bervariasiya komposisi susu kambing dapat terjadi antara lain karena
variasi antar jenis kambing, variasi setiap individu kambing, faktor genetik, musim,
umur, faktor perawatan, frekuensi pemerahan, faktor pakan, dan pengaruh penyakit.
Menurut Rozali (2010) Secara umum, kandungan masing-masing asam lemak susu
kambing Seanen lebih besar dari susu kambing peranakan Etawah. Selain itu,
kandungan asam lemak tidak jenuh baik susu kambing Seanen dan susu kambing
peranakan Etawah lebih besar dari susu kambing. Selain itu asam lemak tidak jenuh
banyak berperan terhadap kesehatan, diantaranya berfungsi sebagai antikarsegonik,
hipokolestrolomik, oleh karena itu, susu kambing juga berkhasiat untuk mengurangi
kolestro dalam darah (Park, 2006).

42
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini di laksanakan pada hari minggu tanggal 23 September 2017,
bertempat di Peternakan Kambing. Gunung pengsong

3.2. Materi Praktikum


Adapun materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah
a) Alat
1. botol
b) Bahan
1. Kambing perah
2. Air
3. Sabun

3.3. Metode Praktikum


Adapun metode yang digunakn dalam praktikum ini adalah
a) menenangkan kambing dengan memberi pakan penguat
b) membersihakn bagian ambing dan sekitarnya menggunakan air
c) mencuci tangan menggunakan sabun
d) mengolesi puting dengan minyak,
melakukan pemerahan dan menempatkan botol di ujung putting susu kambing.

43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Proses pembersihan ambing


sebelum Pemerahan

Proses Pemerahan dengan 3 jari

4.2. Pembahasan
A. Manajemen Pemerahan
Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari
ambing.Pemerahanbertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal.
Terdapat tigatahap pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan
pasca pemerahan. Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu yang
maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna kambing induk
cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun.

1. Fase Persiapan
Sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan
mengeringkannya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak melukai puting

44
kambing, kambing yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran, tempat dan
peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih. Sebelum diperah
kambing dimandikan terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar tidak mengibas-
ibas ketika diperah, pemerah juga harus dalam keadaan sehat serta setiap puting
dicek kesehatannya.

2. Pelaksanan Pemerahan Susu


Proses pemerahan yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat,
dikerjakan dengan kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas, dengan
menggunakan prosedur sanitasi, serta efisien dalam menggunaan tenaga
kerja.Berusaha memperoleh hasil air susu sebanyak-banyaknya, merupakan tugas
yang pokok dari keseluruhan pekerjaan bagi usaha ternak perah. Tugas kedua adalah
menjaga agar kambing tetap sehat dan ambing tidak rusak. Pelaksanaan pemerahan
yang kurang baik, mudah sekali menimbulkan kerusakan pada ambing dan puting
karena infeksi mastitis, yang sangat merugikan hasil susu. Dengan menggunakan 2
teknik pemerahan yaitu teknik pemerahan menggunakan mesin perah (teknologi) dan
teknik pemerahan manual/ tangan.

a. Menggunakan Mesin Perah


Sebelum kambing diperah, kandang dan kambing harus dibersihkan terlebih
dahulu menggunakan air bersih. Yang lebih penting adalah bagian puting ambingnya.
Karena jika puting kambing yang akan diperah dalam keadaan masih kotor, maka
mikroba yang menenempel dapat terbawa dan menyebabkan terjadinya kontaminasi
atau pencemaran bakteri. Dalam waktu yang singkat, mikroba pada susu akan tumbuh
dan berkembang lebih cepat dan nilai kwalitas susu menjadi jelek dan dianggap susu
rusak. Jika susu sudah dalam keadaan rusak dan terkontaminasi bakteri, maka
dampaknya pada konsumen yang meminumnya.Langkah-langkah yang harus
diperhatikan dalam pemerahan menggunakan mesin perah yaitu :
1. Kambing dan kandang dibersihkan dengan air
2. Ambing harus diperhatikan kebersihannya
3. Mesin perah disediakan
4. Listrik dinyalakan
5. Dengan hati-hati mesin penyedot (vacum leaner) ditempatkan satu-
persatu pada bagian putingnya
6. Ketika pemerahan sedang berjalan, berilah catatan (recording) pada
setiap tabung yang sudah terisi susu sesuai dengan nomor kambingnya.
7. Setelah pemerahan selesai, maka alat-alat dibersihkan dan disimpan
kembali pada tempat yang tersedia
Kelebihan dan kekurangan
1. Kelebihan menggunakan mesin perah

45
a) Dengan menggunakan mesin perah, maka hasil pemerahan lebih
optimal. Karena pada saat pemerahan susu tidak tercecer kemana-
mana
b) Waktu yang dibutuhkan lebih efisien dan relatif cepat
c) Pekerja tidak terlalu berat dalam memerah
d) Jika waktu pemerahan lebih cepat, maka dampak tercemarnya
mikroba lebih kecil
2. Kekurangan
a) Biaya untuk membeli mesin terlalu mahal
b) Jika semua mesin dinyalakan maka listrik yang terpakai juga harus
besar
c) Pelaksanan penanganan susu yang baik (Good Handling Practices)
memerlukan peralatan penanganan yang baik dan benar sesuai
tempat tahapan penanganan susu dilakukan. Alat Yang Ada
Dipemerahan Kambing Antara lain:

b. Pemerahan dengan Tangan/Manual


Pemerahan dengan tangan ini menghendaki suatu pekerjaan yang teliti dan
halus, sebab kalau dilakukan dengan kasar akan buruk pengaruhnya terhadap
banyaknya susu yang dihasilkan. Sebelummelakukan pemerahan susukambing, ada
beberapa hal yang harus disiapkan oleh peternak, diantaranya :
 Cuci/bersihkan ambing kambing dengan air hangat
 Kandang kambing sudah dibersihkan
 Peralatan yang akan digunakan berada dalam keadaan steril
Kegunaan pembersihan ambing dengan air hangat bertujuan untuk :
 Merangsang keluarnya air susu
 Mengurangi kemungkinan air susu terkontimanasi oleg bakteri
 Mengurangi munculnya mastitis (menurunkan produksi susu hingga
30 %.)
Suhu air yang digunakan untuk mencuci ambing kambing berada diantara
48 – 57 derajat celcius, dan lebih baik jika air mengandung disenfektan.
Setelah fase pemerahan Ada 3 cara pemerahan dengan tangan yaitu :
1. Whole hand (tangan penuh)
Cara ini adalah yang terbaik, karena puting tidak akan menjadi panjang
olehnya. Cara ini dilakukan pada puting yang agak panjang sehingga dapat dipegang
dangan penuh tangan. Caranya tangan memegang puting dengan ibu jari dan telunjuk
pada pangkalnya. Tekanan dimulai dari atas puting diremas dengan ibu jari dan
telunjuk, diikuti dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking, sehingga air dalam
puting susu terdesak ke bawah dan memancar ke luar. Setelah air susu itu keluar,
sekluruh jari dikendorkan agar rongga puting terisi lagi dengan air susu. Remasan
diulangi lagi berkali-kali.

46
Jika ibu jari dan telunjuk kurang menutupi rongga puting, air susu tidak akan
memancar keluar, tetapi masuk lagi ke dalam ambing dan kambing akan kesakitan.
Sedapat mungkin semua pemerahan dilakukan dengan sepenuh tangan. Teknik ini
dilakukan dengan cara menggunakan kelima jari. Putingdipegang antara ibu dari dan
keempat jari lainnya, lalu ditekan dengan keempat jari tadi.
2. Stripping (perah jepit)
Puting diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk yang digeserkan dari pangkal
puting ke bawah sambil memijat. Dengan demikian air susu tertekan ke luar melalui
lubang puting. Pijatan dikendorkan lagi sambil menyodok ambing sedikit ke atas, agar
air susu di dalam cistern (rongga susu). Pijatan dan geseran ke bawah diulangi lagi.
Cara ini dilakukan hanya untuk pemerahan penghabisan dan untuk puting yang kecil
atau pendek yang sukar dikerjakan dengan cara lain.

3. Knevelen (perah pijit)


Cara ini sama dengan cara penuh tangan, tetapi dengan membengkokan ibu
jari, cara ini sering dilakukan jika pemerah merasa lelah.. Lama-kelamaan bungkul ibu
jari menebal lunak dan tidak menyakiti puting. Teknik ini hanya dilakukan pada
kambing yang memiliki puting pendek.

3. Pasca Pemerahan
Selesai diperah, ambing dilap menggunakan kain yang telah dibasahi oleh
desinfektan. Kemudian dilap kembali dengan kain yang kering. Setelah itu ,puting
juga dicelupkan ke dalam cairan desinfektan selama 4 detik.Semua peralatan yang
digunakan untuk memerah juga harus dibersihkan, kemudian dikeringkan. Susu hasil
pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian disaring agar kotoran
saat pemerahan tidak ikut masuk ke dalam susu.
Sesudah pemerahan sebaiknya bagian puting dicelupkan dalam larutan
desinfektan untuk menghindari terjadinya mastitis
.
4. Pengaturan Waktu Pemerahan
a) Musim
Kambing yang melahirkan di musim dingin atau musim gugur umumnya
produksi susunya lebih tinggi dibandingkan yangmelahirkan di musim panas. Jadi
pada cuaca yang panas produksi susu kambing umumnya menurun. Pada kambing
yang digembalakan, umumnya produksi susunya menurun pada musim kemarau
dibandingkan pada musim hujan, ini hubungannya dengan ketersediaan hijauan
makanan ternak.
b) Frekuensi Pemerahan
Pada umumnya kambing diperah 2 kali sehari ialah pagi dan sore hari.
Pemerahan yang dilakukan lebih dari 2 kali sehari hanya dilakukan pada kambing
yang dapat berproduksi susu tinggi, misalnya pada kambing yang produksi susunya 20
liter per hari dapat diperah 3 kali sehari; sedangkan kambing yang berproduksi susu 25

47
liter atau lebih per hari dapat diperah 3 kali sehari. Pada kambing yang berproduksi
tinggi bila diperah 3 – 4 kali sehari produksi susunya lebih tinggi dibandingkan
dengan yang hanya diperah 1 – 2 kali sehari. Pemerahan 3 kali sehari akan
meningkatkan produksi susu sebanyak 10 – 25 % dibandingkan dengan pemerahan 2
kali sehari. Peningkatan produksi susu tersebut karena pengaruh hormon prolaktin
yang lebih banyak dihasilkan dari pada yang diperah 2 kali sehari.

48
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakasanakan, dapat di simpulkan:
a) Pemerahan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari jam 06.00 WIB
dan sore hari jam 16.00 WIB. Persiapan yang dilakukan yaitu kambing digiring
ke tempat pemerahan kemudian sebelum diperah ambingnya dibersihkan
terlebih dahulu dengan menyemprotkan air menggunakan selang serta
memberikannya konsentrat agar kambing tenang.
b) Sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan
mengeringkannya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak melukai
puting kambing, kambing yang akan diperah dibersihkan darisegala kotoran,
tempat dan peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang
bersih, pemerah juga harus dalam keadaan sehat serta setiap puting dicek
kesehatannya.

5.2 Saran
Saat pemerahan manual menggunakan tangan, jangan mengganti pemerah
Karen setiap pemerah mempunyai tekanan perah yang berbeda yang akan
mempengaruh produksi dan kenyamanan dari kambing

49
DAFTAR PUSTAKA

Aliaga IL. 2003. Study of nutritive utilization of protein and magnesium in rats with
resection of the distal small intestine beneficial effect of goat milk. J Dairy Sci
86:2958-2966.

Blakely and Bade. 1998. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.UGM-Press,


Yogyakarta.

Blakely, J and D.H.Bade. 1991. Ilmu peternakan(terjemahan). Edisi ke -4. Gadjah.


Mada University Press; Yogyakarta.

Rozali ZF. 2010. Karakteristik nutrisi dan sifat fungsional susu pasteurisasi dari
campuran susu kambing Peranakan Etawah dan Saanen serta diversifikasi rasanya
dengan ekstrak rempah [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.

Sudono, A., R. F. Rosdiana dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. Angromedia Pustaka. Bogor.

Sodiq, A dan Abidin, Z. 2008. Sukses Menggemukkan Domba. AgroMedia Pustaka.


Jakarta.

Tamime AY. 2009. Milk Processing and Quality Management. New Delhi: India:
Blackwell Publishing Ltd.

Thai Agriculturtural Standard. 2008. Raw Goat Milk. Thailand: National Bureau of
Agricultural Comodity and Food Standars. Ministry of Agriculture and
Coperatives.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

50
LAMPIRAN

51
52
53
33

Anda mungkin juga menyukai