Anda di halaman 1dari 25

Nama : Muillah S.

Kep
Mahasiswa : Universitas Gresik

MANAJEMEN KAMAR OPERASI

1. Pengertian
Manajemen Kamar Operasi adalah pengkoordinasian aktifitas kerja beberapa orang
atau merupakan bagian integral yang penting dari pelayanan suatu rumah sakit berbentuk
suatu unit yang terorganisir dan sangat terintegrasi, dimana didalamnya tersedia sarana
dan prasarana penunjang untuk melakukan tindakan pembedahan.
Manajemen kamar operasi meliputi bagaimana seorang pempmpin yaitu seorang
dokter bedah,perawat instrumen,anastesi dan asisten dokter lainnya secara bersama-sama
melakukan perencanaan,pengorganisasiandan pengendalian sehingga tercapai suatu
tujuan yang mulia.
2. Bagian Kamar Operasi
Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area.
a) Area bebas terbatas (unrestricted area) : Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu
menggunakan pakaian khusus kamar operasi.
b) Area semi ketat (semi restricted area) : Pada area ini petugas wajib mengenakan
pakaian khusus kamar operasi yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi.
c) Area ketat/terbatas (restricted area) : Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian
khusus kamar operasi lengkap dan melaksanakan prosedur aseptic.Pada area ini
petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap yaitu : topi,
masker, baju dan celana operasi serta melaksanakan prosedur aseptic.
3. Perletakan dan Peruangan Kamar Operasi
Rumah sakit dirancang dengan sistem zonasi (zoning). Zonasi rumah sakit
disarankan mempunyai pengelompokan sabagai berikut:
 Zona Publik : Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan
luar misalnya unit gawat darurat, poliklinik, administrasi, apotik, rekam medik, dan
kamar mayat.
 Zona Semi Publik :Area yang menerima beban kerja dari zona publik tetapi tidak
langsung berhubungan dengan lingkungan luar, misalnya laboratorium, radiologi,
dan rehabilitasi medik
 Zona Privasi :Area yang menyediakan dan ruang perawatan dan pengelolaan pasien,
misalnya gedung operasi,kamar bersalin, ICU/ ICCU, dan ruang perawatan.
 Zona Pelayanan :Area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas rumah sakit
misalnya ruang cuci, dapur,bengkel, dan CSSD.

Persyaratan fisik kamar operasi meliputi:


 Bangunan kamar operasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Mudah dicapai oleh pasien
 Penerimaan pasien dilakukan dekat dengan perbatasan daerah steril dan non-steril
 Kereta dorong pasien harus mudah bergerak
 Lalu lintas kamar operasi harus teratur dan tidak simpang siur
 Terdapat batas yang tegas yang memisahkan antara daerah steril dan non-steril,
untukpengaturan penggunaan baju khusus
 Letaknya dekat dengan UGD

 Rancang bangun kamar operasi harus mencakup:


 kamar yang tenang untuk tempat pasien menunggu tindakan anestesi yang
dilengkapidengan fasilitas induksi anestesi
 Kamar operasi yang langsung berhubungan dengan kamar induksi
 Kamar pulih (recovery room)
 Ruang yang cukup untuk menyimpan peralatan, llinen, obat farmasi termasuk
bahannarkotik
 Ruang/ tempat pengumpulan/ pembuangan peralatan dan linen bekas pakai
operasi
 Ruang ganti pakaian pria dan wanita terpisa
 Ruang istirahat untuk staf yang jaga
 Ruang operasi hendaknya tidak bising dan steril. Kamar ganti hendaknya
ditempatkansedemikian rupa sehingga terhindar dari area kotor setelah ganti
dengan pakaianoperasi. Ruang perawat hendaknya terletak pada lokasi yang dapat
mengamatipergerakan pasien.
 Dalam ruang operasi diperlukan 2 ruang tindakan, yaitu tindakan elektif dan
tindakacito
 Alur terdiri dari pintu masuk dan keluar untuk staf medik dan paramedik; pintu
masuk pasien operasi; dan alur perawatan
 Harus disediakan spoelhock untuk membuang barang-barang bekas operasi
 Disarankan terdapat pembatasan yang jelas antara:
 Daerah bebas, area lalu lintas dari luar termasuk pasien
 Daerah semi steril, daerah transisi yang menuju koridor kamar operasi
danruangan semi steril
 Daerah steril, daerah prosedur steril diperlukan bagi personil yang harus
sudahberpakaian khusus dan masker
 Setiap 2 kamar operasi harus dilayani oleh 2 kamar scrub up
 Harus disediakan pintu keluar tersendiri untuk jenazah dan bahan kotor yang
tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung
 Syarat kamar operasi:
 Pintu kamar operasi harus selalu tertutup
 Lebar pintu minimal 1,2 m dan tinggi minimal 2,1 m, terdiri dari dua daun
pintu
 Pintu keluar masuk harus tidak terlalu mudah dibuka dan ditutup
 Sepertiga bagian pintu harus dari kaca tembus pandang
 Paling sedikit salah satu sisi dari ruang operasi ada kaca
 Ukuran kamar operasi minimal 6x6 m2 dengan tinggi minimal 3 m
 Dinding, lantai dan langit-langit dari bahan yang tidak berpori
 Pertemuan lantai, dinding dan langit-langit dengan lengkung
 Plafon harus rapat, kuat dan tidak bercelah
 Cat /dinding berwarna terang
 Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan
danberwarna terang, ditutup dengan vinyl atau keramik.
 Tersedia lampu operasi dengan pemasangan seimbang, baik jumlah
lampuoperasi dan ketinggian pemasangan
 Pencahayaan 300-500 lux, meja operasi 10.000-20.000 lux
 Ventilasi kamar terkontrol dan menjamin distribusi udara melalui
filter.Ventilasi menggunakan AC sentral atau semi sentral dengan 98% steril
dandilengkapi saringan. Ventilasi harus dengan sistem tekanan positif/
totalpressure.
 Suhu kamar idealnya 20-26º C dan harus stabil
 Kelembaban ruangan 50-60%
 Arah udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi dari atas ke bawah
 Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk
ituharus dibuat ruang antara
 Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang operasi
perludipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian alat
steril cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka/ ditutup
 Pemasangan gas medik secara sentral diusahakan melalui atas langit-langit
 Di bawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir yang dipasang di bawah
lantai
 Ada sistem pembuangan gas anestesi yang aman
4. Intervensi Klien Intra Op
 Tim Pembedahan Dalam Operasi
Tim pembedahan meliputi
1) Ahli Bedah : Tim pembedahan di pimpin oleh ahli bedah senior.
2) Asisten pembedahan 1 orang atau lebih : Asisten bius dokter,residen atau
perawat di bawah petunjuk aahli bedah.Asisten memegang retraco dan
suction untuk melihat letak operasi.
3) Anaesthesologis atau perawat anasthesii : Perawat anastesi memberikan obat-
obat anastesi dan obat-obat lain untuk mempertahankan status fisik klien
selama pembedahan.
4) Circulating Nurse
Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedaahan.Tugasnya adalah:
 Set up ruangan operasi.
 Menjaga kebutuhan alat
 Check up keamanan dan fungsi peralatan sebelum pembedahan.
 Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping
 Memenuhi kebutuhan klien,memberi dukungan mental dan orientasi klien.
 Selama Pembedahan:
- Mengkoordinasikan aktivitas
- Mengimplementasikan NCP
- Membantu anastesi
- Mendokumentasikan secara lengkap drain,keteter dll.
5) Nurse Scrub : Bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan peralatan
steril dan instrumen,kepada ahli bedah/asisten.Pengetahuan anatomi
fisiologis dan prosedur pembedahan memudahkan antisipasi instrumen apa
yang di butuhkan
 Penyiapan Kamar dan Tim Pembedahan
Keamanan klien di atur dengan adanya ikat klien dan pengunci meja operasi.2
faktor penting yang berhubungan dengan kamar pembedahan adalah Lay out kamar
operasi dan pencegahan infeksi.
 Anasthesia
Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara kartial dan total, dengan
atau tanpa disertai kehilangan kesadaran. Tujuannya yaitu memblok transmisi impuls
saraf, menekan refleks, meningkatkan reaksi otot. Pemeliharan anasthesia oleh
anasthesiology berdasarkan konsultasi dengan ahli bedah dan faktor klien.
1) Anasthesia umum : Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena
inhibisi impulse saraf otak.Misalnya: bedah kepala, leher, klien yang tidak
kooperatif
Stadium anasthesia
 Stadium 1 : Relaksasi
Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahap
 Stadium 2 : Excitement
Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernapasan yang
irregulair dan pergerakan anggota badan tidak teratur.
 Stadium 3 : Anasthesia pembedahan
Ditandai dengan reaksi rahang, respirasi teratur penurunan pendengaran dan
sensasi nyeri.
 Stadium 4 : Bahaya
Apnoe, cardiapulmonarry arrest dan kematian
2) Anasthesia Local atau Regional secara sementara memutus transmisi impuls saraf
menuju dan dari lokasi khusus luas anasthesia tergantung letak aplikasi, volume
total anasthesi, konsentrasi, kemampuan penetrasi obat.
5. Intervensi Klien Post Operasi
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat
merivew catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan emosi,
sebelum pembedahan dan alergi. Pemeriksaan fisik dan manifestasi klinik meliputi:
Sistem Pernapasan
Sistem Cardiovasculer
Sistem keseimbangan cairan dan elektrolit
Sistem persyarafan
Sistem perkemihan
Sistem Gastrointestinal
Sistem integumen
Drain dan balutan
Pengkajian nyeri
Pemeriksaan Laboratorium
6. Jenis Operasi Bedah
a) Berdasarkan Prosedur
Ada sejumlah jenis operasi berdasarkan prosedurnya yang bisa Anda lihat di bawah
ini:
 Reseksi. Pembedahan yang Anda ketahui dengan mengangkat seluruh atau
sebagian bagian dari organ tubuh pasien dinamakan juga dengan pembedahan
reseksi
 Amputasi. Khusus jenis operasi bedah satu ini pasti sudah bukan hal yang asing
lagi karena intinya, amputasi merupakan operasi bedah untuk memotong bagian
tubuh tertentu. Operasi bedah seperti ini pada umumnya hanyalah dilakukan agar
bisa mencegah penyebaran infeksi ke area tubuh lainnya.
 Bedah rekonstruktif. Jenis operasi bedah ini lebih berfokus pada cara untuk
membuat bagian tubuh yang terluka mengalami perbaikan. Baik itu kerusakan
atau kecacatan serius yang diakibatkan oleh penyakit, operasi yang dilakukan
sebelumnya, atau cedera, tindakan bedah rekonstruktif mampu menjadi solusinya.
 Bedah kecantikan. Ketika mendengar jenis operasi ini, mungkin yang ada di
benak Anda adalah operasi plastik. Bedah kecantikan merupakan jenis operasi
yang memang tujuannya untuk membuat penampilan seseorang lebih cantik.
 Cangkok. Jenis operasi bedah ini akan dilakukan dokter untuk organ atau bagian
tubuh tertentu untuk menggantikannya dengan organ dari sumber lain.
 Penanaman kembali. Operasi bedah satu ini adalah jenis yang akan dilakukan oleh
dokter dengan tujuan melekatkan kembali bagian tubuh yang sempat terlepas. Ini
adalah jenis operasi yang berlawanan dari reseksi.
b) Berdasarkan Alat yang Digunakan
Ada juga jenis operasi yang memang berdasarkan dari alat atau teknologi yang
digunakan di rumah sakit atau oleh dokter, seperti:
 Bedah mikroskopi. Jenis operasi bedah ini merupakan bedah saraf mikroskopis
yang memang memanfaatkan teknologi mikroskopis supaya dokter mampu
mengobati area otak yang sakit lewat lubang berukuran kecil, yakni dengan
membuat area perawatan lebih besar.
 Bedah endoskopi. Gambaran umum dari jenis operasi bedah endoskopi ini adalah
dengan menggunakan alat endoskop atau tabung fleksibel nan lentur yang
dilengkapi kamera di salah satu ujungnya. Kamera tersebut nantinya bakal
digunakan untuk pengambilan gambar bagian dalam di saluran pencernaan.
 Bedah robotik. Pada robotic surgery ini, dokter bedah bakal memakai sistem
komputer yang bakal dimanfaatkan untuk mengendalikan lengan robot beserta
ujung-efektor. Keuntungan dalam praktik bedah ini adalah bahwa dokter bedah
dapat cukup mengandalkan metode komputerisasi serta tak perlu hadir di kamar
operasi langsung. Bahkan operasi jarak jauh pun memungkinkan.
 Bedah laser. Pada tindakan operasi bedah jenis laser, dokter bedah biasanya bakal
menggunakan sinar laser supaya area yang rusak di dalam tubuh bisa terobat
c) Berdasarkan Jenis Sayatan
Ada juga jenis-jenis operasi bedah yang didasarkan pada jenis sayatan yang
dilakukan oleh dokter ahli bedah, seperti:
 Laparoskopi. Jenis operasi bedah ini cukup memerlukan sayatan berukuran kecil
dan perlu diketahui bahwa rata-rata tindakan operasi bedah yang besar malah
justru mempunyai padanan tindakan bedah dengan memakai teknik laparoskopi.
Dengan demikian, waktu pemulihan dari pasien bakal berkurang dan biasanya
juga tak akan begitu terasa sakit.
 Laparotomi. Jenis operasi bedah ini akan berfokus pada pembedahan dengan
sayatan berukuran besar. Operasi ini justru berlawanan dengan laparoskopi.
d) Berdasarkan Pemilihan Waktu
Khusus untuk jenis operasi bedah yang ditentukan oleh pemilihan waktu, jenis
operasi bedah yang perlu Anda tahu adalah:
 Bedah darurat. Operasi atau tindakan pembedahan ini bertujuan untuk membuat
hidup pasien terselamatkan. Ketika pasien baru saja mengalami kecelakaan parah
atau cedera yang memicu trauma, langkah bedah inilah yang dokter pilih.
 Bedah semi-elektif. Jenis operasi bedah ini bertujuan sebagai pencega efek atau
akibat buruk dari suatu cedera maupun penyakit. Jenis operasi semi-elektif
tidaklah harus cepat-cepat dilaksanakan dan bisa dokter tunda untuk sejenak.
 Bedah elektif. Jenis operasi ini dokter akan lakukan dengan tujuan supaya
penyakit tertentu tidak membuat nyawa pasien terancam. Pembedahan pun hanya
bakal dokter lakukan apabila pasien sudah memintanya sendiri.
e) Berdasarkan Bagian Tubuh
Tentu saja operasi bedah berdasarkan bagian tubuh terbilang begitu banyak dan yang
paling kita sering dengar pada kasus pembedahan secara umum antara lain:
 Bedah tulang. Kelainan otot dan tulang pada pasien biasanya akan ditangani
dengan tindakan ini.
 Bedah jantung. Operasi bypass jantung dan ring jantung adalah contohnya. Ada
berbagai jenis-jenis penyakit jantung dan yang biasanya mendapatkan penanganan
seperti ini adalah para pasien penderita penyakit jantung koroner.
 Bedah saluran pencernaan. Pembedahan ini akan mengatasi masalah gangguan
atau kelainan di saluran pencernaan.
 Bedah mulut. Tindakan ini dilakukan dokter ahli bedah untuk memperbaiki
cedera, penyakit, maupun kecacatan di jaringan keras maupun lunak pada mulut
dengan area rahang atas.
f) Berdasarkan Tujuan
Ada juga proses operasi pembedahan yang didasarkan pada fokus dan tujuannya,
seperti
 Bedah terapi. Dokter melakukan jenis pembedahan ini hanya dengan tujuan untuk
mengatasi sebuah penyakit yang memang telah dipastikan sebelumnya memang
sudah diderita oleh pasien.
 Bedah penyelidikan. Dokter melakukan jenis pembedahan ini dengan tujuan
utama untuk memastikan akan sebuah dugaan dari hasil diagnosa di mana hasil
diagnosa belumlah pasti. Dengan bedah ini, maka otomatis dugaan diagnosa lebih
terdukung.
7. Macam-macam Benang Bedah
Defenisi : Benang bedah ( suture ) adalah materi berbentuk benang yang berfungsi untuk
ligasi (Mengikat) pembuluh darah atau aproksimasi (mengikat / menyatukan jaringan )

Spesifikasi material benang bedah :

 Steril, harus steril sewaktu digunakan


 Diketahui kekuatan untuk memegang jaringan ( tensil strength ) yang sesuai jenis
material benang.
 Diketahui massa penyerapan ( absorption rate ) yaitu lamanya benang habis diserap
tubuh
 Simpul aman, diketahui jumlah minimal tali simpul yang aman untuk setiap jenis
benang, artinya tetap tersimpul selama proses penyembuhan luka.
 Mudah untuk digunakan.
 Dapat digunakan untuk segala jenis operasi.
 Reaksi / trauma jaringan yang minimal, diameter benang bedah yang dianjurkan
dipergunakan adalah ukuran terkecil yang paling aman untuk setiap jenis jaringan
yang dijahit, massa material benang dan reaksi jaringan sekecil mungkin.

Ukuran benang bedah disepakati adalah sebagai berikut :

 Ukuran terbesar adalah 1 dan ukuran terkecil adalah 11-0 atau 12-0.
 Ukuran dimulai dari nomor 1 dan ukuran bertambah besar dengan bertambah 1,
sedangkan apabila ukuran bertambah kecil maka ditambah 0.
 Ukuran benang system Eropa ( metric gauge ) adalah metric 0,1 ( 0,010 – 0,019 mm
) sampai metric 10 ( 1,00 – 1,09 ).
 Ukuran benang system Amerika ( imperial gauge ) ukuran 11-0 ( 0,010 – 0,019 )
sampai ukuran 7 ( 1,00 – 1,09 ).
 Dalam kemasan selain dicantumkan diameter juga panjang benang dalam cm.

Klasifikasi benang bedah

 Berdasarkan keberadaannya didalam tubuh pasien dibagi atas :

o Diserap ( absorbable sutures )


 Merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari jaringan collagen
mamalia sehat atau dari sintetik polimer. Material di dalam tubuh akan
diserap yang lamanya bervariasi, sehingga tidak ada benda asing yang
tertinggal di dalam tubuh
o Tidak diserap ( non ansorbable sutures )
 Merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan terhadap enzim
penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa reaksi
penolakan selama bertahun – tahun.
 Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan secara
permanen. Kekurangan dari benang ini adalah benang ini menjadi benda
asing yang tertinggal didalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fisteL
 Berdasarkan materi / bahan, dibagi atas :
o Bahan alami, dibagi atas :
 Diserap ( absorbable )
 Dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub. Mukosa usus
domba dan serabut collagen tendon flexor sapi.
 Contoh :
 Surgical catgut plain : Berasal dari lapisan sub. Mukosa
usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi tanpa
campuran.
 Surgical catgut chromic : Berasal dari lapisan sub. Mukosa
usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi
dicampur dengan chromic aci
 Tidak diserap ( non ansorbable sutures )
 Jenis ini terbuat dari linen, ulat sutra ( silk ) seperti surgical silk,
virgin silk dan dari kapas ( cotton ) seperti surgical cotton. Ada
juga yang terbuat dari logam sehingga mempunyai tensil strength
yang sangat kuat, contoh : metalik sutures ( stainless steel )
o Bahan sintetis ( buatan ), dibagi atas :
 Diserap ( absorbable )
 Terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah diserap oleh tubuh
secara hidrolisis dan waktu penyerapan oleh tubuh mudah
diprediksi,
 contoh :
 Polyglactin 910
 Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Coated
Vicryl®)
 Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Vicryl
Rapide®)
 Poliglikolik
 Polyglecaprone 25 (Monocryl®)
 Polydioxanone (PDS II®)
 Tidak diserap ( non absorbable )
 Terbuat dari bahan buatan ( sintetis ) dan dibuat sedemikian rupa
sehingga reaksi jaringan yang timbul sangat kecil,
 contoh :
 Polypropamide (Ethilon®)
 Polypropylene (Prolene®)
 Polyester (Mersilene®)
 Berdasarkan penampang benang, dibagi atas :
o Monofilamen ( satu helai )
 Terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap cairan ( non capilarity )
 Keuntungan : Kelebihan dari jenis ini adalah permukaan benang rata dan
halus, tidak memungkinkan terjadinya nodus infeksi dan tidak menjadi
tempat tumbuhnya mikroba.
 Kelemahan : Kelemahannya adalah memerlukan penanganan simpul yang
khusus karena relatif cukup kaku dan tidak sekuat multifilament.
 Contoh : Catgut, PDS, dan Prolene
o Multifilamen
 Terbuat dari bebeapa filament atau lembar bahan benang yang dipilih
menjadi satu.
 Keuntungan : Kelebihan jenis ini adalah benang lebih kuat dari
monofilament, lembut dan teratur serta mudah digunakan.
 Kerugian : Kelemahannya adalah karena ada rongga maka dapat menjadi
tempat menempelnya mokroba dan sedikit tersendat pada saat melalui
jaringan.
 Contoh : Vicryl, Silk, Ethibond

 JARUM BEDAH

Jarum bedah berfungsi untuk mengantarkan benang pada saat melakukan penjahitan
luka operasi.

Klasifikasi

Pemilihan jarum bedah antara lain : jarum yang digunakan agar berperan aktif
dalam penyembuhan luka dan tidak merubah atau merusak jaringan tubuh. Bentuk,
ukuran, dan rancangan jarum dipilih yang sesuai dengan prosedur operasi. Terdapat 2
macam jarum bedah dilihat dari penggunaan benang yaitu berupa jarum lepas dan jarum
atraumatik

o Jarum lepas
 Memerlukan waktu penyambungan benang dengan jarum
 Memerlukan re–sterilisasi
 Memerlukan perawatan ujung jarum
 Resiko jarum berkarat
 Resiko benang terlepas dari jarum
 Pemilihan jarum harus tepat dengan benang
o Jarum bedah atraumatik
 Benang bedah menyatu dengan jarum sekaligus
 Penyambungan benang bedah dengan jarum secara channelateau drilled
 Benang tunggal sehingga menimbulkan trauma yang minimal pada
jaringan
 Dijamin steril dan bebas karat
 Sekali pakai dibuang sehingga tidak perlu sterilisasi

8. Teknik Jahitan Operasi


Jenis jahitan dalam pembedahan banyak sekali. Dikenal beberapa jahitan sederhana, yaitu
jahitan terputus, jahitan kontinu, dan jahitan intradermal.
a) Jahitan Terputus (Simple Inerrupted Suture) : Terbanyak digunakan karena sederhana
dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau bagian
tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan saling
menunjang satu dengan lain. Digunakan juga untuk jahitan situasi.Cara jahitan
terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini
adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka,
cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih
lama untuk mengerjakannya.

Gambar 2. Interrupted over and over suture.

 Jahitan Matras
 Jahitan Matras Horizontal : Jahitan dengan melakukan penusukan seperti
simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm
dari tusukan pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat.
Gambar 3. Interrupted horizontal mattress suture

 Jahitan Matras Vertikal : Jahitan dengan menjahit secara mendalam di


bawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya
menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena didekatkannya tepi-tepi
luka oleh jahitan ini.

Gambar 4. Interrupted vertical mattress suture

 Jahitan Matras Modifikasi : Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit


daerah luka seberangnya pada daerah subkutannya.
Gambar 5. Interrupted semi-mattress suture

b) Jahitan Kontinu
Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul
terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai untuk
menjahit kulit
 Jahitan Jelujur Sederhana (Continous Over and Over)
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya
menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada
jaringan ikat yang longgar.
Gambar 6. Continuous over and over sutures

 Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture)


Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa
sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.

Gambar 7. Ford suture pattern

c) Jahitan Intradermal
Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis saja).
Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.
Gambar 8. Continuous intracutaneous

 Instrumen pemotong, alat ini dibedakan menjadi 2 yaitu skalpel dan gunting.

1. Skalpel

Skalpel adalah pisau yang tajam yang digunakan untuk operasi dan diseksi
anatomi. Disediakan skalpel yang sekali pakai (disposable) dan yang dipakai
berulang (re-usable). Skalpel yang dipakai berulang mempunyai bilah yang
menjadi satu dengan gagang yang dapat diasah, sedangkan skalpel yang sering
tersedia sekarang adalah skalpel yang menggunakan bilah yang diganti setiap
dipakai. Skalpel sekali pakai biasanya mempunyai gagang plastik yang
dipasangkan bilah dan digunakan satu kali kemudian dibuang seluruhnya. Bilah
skalpel biasanya terbuat dari baja karbon yang dikeraskan. Pada operasi dengan
panduan MRI, bilah baja tidak akan bisa digunakan karena akan menempel pada
magnet atau mengganggu proses pencitraan. Alternatif dari skalpel adalah
elektrokauter dan LASER.

Terdapat dua cara memegang skalpel :

Pegangan telapak tangan atau juga disebut pegangan pisau makan. Skalpel
dipegang dengan jari kedua sampai jari keempat, gagang diletakkan sepanjang
pangkal ibu jari dengan jari telunjuk terletak sepanjang atas belakang dari pisau
dan ibu jari di sepanjang sisi skalpel. Pegangan ini paling baik untuk permulaan
insisi dan potongan yang besar.

Pegangan pensil paling baik digunakan untuk memotong dengan teliti dengan
bilah yang lebih kecil. Skalpel dipegang dengan ujung jari pertama dan jari
kedua dan ujung ibu jari. Gagang diletakkan diatas anatomical snuff box pada
pangkal jari telunjuk dan ibu jari yang gemuk. Perhatikan peletakan gagang
tidak boleh terlalu jauh sepanjang jari telunjuk karena akan menyebabkan
pegangan tidak stabil dan jari menjadi kram.
2. Gunting

Bentuk dan besarnya gunting bermacam-macam tergantung penggunaannya.


Berdasarkan di atas tadi gunting dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :

 Gunting Mayo, adalah gunting yang berukuran besar, biasa digunakan untuk
membelah fascia atau tendon; berdasar bentuknya gunting Mayo dibedakan
menjadi 2, yaitu berbilah lengkung dan berbilah lurus.
 Gunting Metzenbaum & Macindoes, adalah gunting yang berukuran halus
untuk melakukan diseksi jaringan. Berdasar bilahnya juga dibedakan bilah
lengkung dan bilah lurus. Kedua jenis gunting di atas kedua ujung atau salah
satunya tumpul.
 Gunting runcing, kedua ujungnya runcing untuk melakukan diseksi secara
cermat dan berdasarkan bilahnya juga dibedakan menjadi bilah lengkung dan
bilah lurus.
 Gunting balutan & gunting benang, bentuk gunting biasanya khusus, bilahnya
tebal ujungnya tumpul. Gunting jaringan tidak boleh dipakai untuk
menggunting kasa dan benang serta balutan.
Cara memegang gunting :
 Masukkan ibu jari dan jari manis ke dalam lubang gunting.
 Apabila dipegang dengan tangan kanan jari-jarinya tidak dimasukkan lebih
jauh dari sendi distal, tetapi jika dipegang dengan tangan kiri maka harus
dirnasukkan lebih jauh dari sendi distal karena gerakan menekan dilakukan
oleh ibu jari.
 Menggunting paling baik dilakukan dengan bagian ujung gunting, sehingga
tidak akan melukai struktur jaringan di sekitarnya.
9. Desinfeksi, Dekontaminasi dan Sterilisasi
Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan organisme
patogen pada benda atau instrumen dengan menggunakan campuran zat kimia cair.
Membuang semua material yang tampak (debu,kotoran) pada
benda,lingkungan,permukaan kulit dengan menggunakan sabun, air dan gesekan.
Sterilisasi secara komplit membunuh semua mikroorganisme termasuk spora
bakteri pada benda yang telah didekontaminasi dengan tepat. Sterilisasi dapat dilakukan
dengan cara :
 Sterilisasi dengan pemanasan kering
 Sterilisasi dengan pemanasan basah
 Sterilisasi dengan radiasi
 Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia
 Sterilisasi dengan filtrasi

Macam – macam Sterilisasi

1 Sterilisasi Fisik
a. Pemanasan Kering
 Udara Panas Oven
 Minyak dan penangas lain
 Pemijaran langsung
b. Panas lembab
 Uap bertekanan
 Uap panas pada 100 °C
 Pemanasan dengan bakterisida
 Air mendidih
c. Cara Bukan Panas
 Sinar ultraviolet
 Aksi letal
 Radiasi pengion
2 Sterilisasi Kimiawi
Sterilisasi kimiawi bisa diklasifikasikan atas 3 golongan, yaitu:
1. Golongan zat yang menyebabkan kerusakan membran sel.
2. Golongan zat yang menyebabkan denaturasi protein.
3. Golongan zat yang mampu mengubah grup protein dan asam amino yang
fungsional
3. Autoklaf
a. Jenis – jenis Autoklaf
 Gravity Displacement Autoclave (Udara dalam ruang autoklaf dipindahkan
hanya berdasarkan gravitasi).
 Prevacuum atau High Vacuum Autoclave (Autoklaf ini dilengkapi pompa
yang mengevakuasi hampir semua udara dari dalam autoklaf).
 Steam-Flush Pressure-Pulse Autoclave (Autoklaf ini menggunakan aliran uap
dan dorongan tekanan di atas tekanan atmosfer dengan rangkaian berulang).
4. Uji Asam Laktat
Langkah-langkah dalam penetapan kadar asam laktat menurut metode Baker dan
Summerson adalah sebagai berikut: Pertama yang dilakukan adalah membuat
larutan induk laktat dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,04; 0,08; 0,12 dan 0,16.
Tahap selanjutnya adalah menentukan standar asam laktat dan kadar asam laktat
sampel sesuai dengan cara kerja di atas. Fungsi pembuatan larutan standar adalah
untuk mencari nilai absorbansi sehingga dapat dibuat kurva standar dan kemudian
persamannya dapat ditemukan. Pembuatan larutan sampel asam laktat digunakan
untuk menemukan nilai absorbansi dan dimasukan ke dalam persamaan yang telah
didapat.
 Pengertian cuci tangan
Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung diri lain. Tindakan ini untuk
mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat
dikurangi (Nursalam dan Ninuk, 2007). Mencuci tangan adalah proses yang secara
mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan
sabun biasa dan air (Depkes RI, 2009).
Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk mengangkat
mikroorganisasi yang ada ditangan, membuat kondisi tangan steril sehingga
infeksi silang bisa dicegah.
1. Indikator Cuci Tangan
Menurut Himpunan Perawat Pengendali Infeksi Indonesia (HPPI) tahun 2010
waktu melakukan cuci tangan, adalah bila tangan kotor, saat tiba dan sebelum
meningggalkan rumah sakit, sebelum dan sesudah melakukan tindakan, kontak
dengan pasien, lingkungan pasien, sebelum dan sesudah menyiapkan makanan,
serta sesudah kekamar mandi. Indikator mencuci tangan digunakan dan harus
dilakukan untuk antisipasi terjadinya perpindahan kuman melalui tangan
(Depkes,2008) yaitu:
a. Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa (kontak langsung
dengan klien), saat akan memakai sarung tangan bersih maupun steril, saat akan
melakukan injeksi dan pemasangan infus.
b. Setelah melakukan tindakan, misalnya setelah memeriksa pasien, setelah
memegang alat bekas pakai dan bahan yang terkontaminasi, setelah menyentuh
selaput mukosa. WHO telah mengembangkan Moments untuk Kebersihan
Tangan yaitu Five Moments for Hand Hygiene, yang telah diidentifikasi sebagai
waktu kritis ketika kebersihan tangan harus dilakukan yaitu sebelum kontak
dengan pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah terpapar cairan tubuh pasien,
setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan pasien (WHO,
2009).
 Macam-macam cuci tangan
Cuci tangan medis dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Cuci tangan sosial/mencuci tangan biasa : untuk menghilangkan kotoran dan
mikroorganisme transien dari tangan dengan sabun atau detergen paling tidak
selama 10 sampai 15 detik.
b. Cuci tangan prosedural/cuci tangan aseptik : untuk menghilangkan atau
mematikan mikroorganisme transien, disebut juga antisepsi tangan, dilakukan
dengan sabun antiseptik atau alkohol paling tidak selama 10 sampai 15 detik.
c. Cuci tangan bedah/cuci tangan steril : proses menghilangkan atau mematikan
mikroorganisme transien dan mengurangi mikroorganisme residen, dilakukan
dengan larutan antiseptik dan diawali dengan menyikat paling tidak 120 detik.
 Teknik mencuci tangan
a. Teknik mencuci tangan hand wash (60 – 120 detik)
1) Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin
atau jam tangan.
2) Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang
nyaman.
3) Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya.
4) Menuangkan sabun cair ke telapak tangan.
5) Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan kedua
telapak tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan saling
menumpuk, bergantian, untuk membersihkan sela-sela jari.
6) Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
7) Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara
bergantian, kemudian membersihkan ibu jari dan lengan secara bergantian.
8) Membersihkan (membilas) tangan dengan air yang mengalir sampai bersih,
sehingga tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap ke bawah.
9) Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari karena jari yang
telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih. Hal yang perlu diingat setelah
melakukan cuci tangan yaitu mengeringkan tangan dengan hand towel.
b. Enam Langkah Cuci Tangan Hand crab (20 -40 detik)
1) Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
2) Gosokan punggung dan sela-sela jari tangan dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
3) Gosokan kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
4) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
5) Kemudian gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
6) Gosok dengan memutar ujung jari ditelapak tangan kiri dan sebaliknya.
Lembar Konsultasi Askep
Program Profesi Ners Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Gresik Tahun Ajaran 2017/2018

Nama : Muillah
Nim : 2017090011
NO Tanggal Sasaran atau Keterangan Ttd

Anda mungkin juga menyukai