PENDAHULUAN
Praktikum ini merupakan praktikum Fraksinasi Kulit Buah Naga( Hyocereus undatus)
adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hyocereus dan Selenicereus. Buah ini
berasal dari Meksiko, Amerika tengah dan Amerika Selatan namun sekarang
dibududayakan juga di Negara-negara Asia seperti Tiwan,Vietnam,Filipina,Indonesia dan
Malaysia. Hyocereus hanya mekar dimalam hari. Dan senyawa metabolit sekunder yang
diproduksi didalam tanaman buah naga adalah senyawa-senyawa atau komponen metabolit
sekunder seperti saponin, triterpenoid, isopernoid, falvonoidcyanogenic glucoside dan
alkaloid. Didalam buah naga juga mengandung senyawa betakaroten yang manfaat
utamanya membantu kesehatan kulit agar mampu bernapas dan terbebeas dari kotoran.
Dalam metode fraksinasi pengetahuan mengenai sifat senyawa yang terdapat dalam
ekstrak akan sangat mempengaruhi proses fraksinasi. Oleh karena itu, jika digunakan air
sebagai pengekstraksi maka senyawa yang terekstraksi akan bersifat polar, termasuk
senyawa yang bermuatan listrik. Jika digunakan pelarut non polar misalnya heksan, maka
senyawa yang terekstraksi bersifat non polar dalam ekstrak. Pada prakteknya dalam
melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah dan
kromatografi kolom.
Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-
cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase
pelarut dengan densitas yang berbeda yang tak tercampur.
Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa organiklipofilik
seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun etilasetat. Kebanyakan pelarut
organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen.
Pemisahan ini didasarkan pada tiap bobot dari fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada
pada bagian dasar sementara fraksi yang lebih ringan akan berada di atas. Tujuannya untuk
memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa
yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke
pelarut non polar.
Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut dimasukkan kedalam
corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang
dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan
keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian
didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong
kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
III. ALAT DAN BAHAN
Tambahkan aquadest 30 mL
Kocok dengan n-heksana 2x20 Ml
Pisahkan
- Pekatkan -Pekatkan
Judul praktikum ini yaitu fraksinasi pada kulit buah naga. Tujuannya yaitu agar
mahasiswa dapat memahami dan melakukan pemisahan cair-cair senyawa dari bahan alam
dengan corong pisah. Fraksinasi adalah proses pemisahan kuantitas tertentu dari campuran
(padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi
komposisi perubahan menurut kelandaian). Prinsip fraksinasi yaitu pemisahan senyawa-
senyawa berdasarkan tingkat kepolaran. Pembagian atau pemisahan ini terjadi karena
adanya perbedaan berat jenis dari tiap fraksi, fraksi yang berat jenis lebih besar akan
berada paling dasar sedangkan fraksi yang berat jenis lebih kecil akan berada di atas
(Gunawan & Mulyani, 2004). Pelarut yang digunakan pada praktikum ini yaitu n-heksan,
etil asetat dan n-butanol. N-heksana merupakan pelarut polar sedangkan Etil asetat
merupakan pelarut semipolar yang mudah menguap, tidak beracun dan tidak higroskopis.
Untuk n-butanol dapat larut dalam air karena membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Selain itu, antarmolekulnya sendiri juga membentuk ikatan hidrogen.
Pelarut polar dan nonpolar memiliki perbedaan. Pelarut polar mempunyai tetapan
dielektrik tinggi sehingga dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion dengan
muatan elektron yang berlawanan, mempunyai kekuatan muatan yang tinggi untuk
memecahkan ikatan kovalen pada elektrolit kuat dengan membentuk reaksi asam basa
(bersifat ampiprotik) dan mempunyai kekuatan untuk menginvasi molekul serta ion dengan
gaya interaksi dipol terutama pembentukan ikatan hidrogen sehingga menyebabkan suatu
senyawa dapat larut. Sedangkan pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-
menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah yang disebabkan karena mempunyai
tetapan dielektrik yang lemah, tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang
berionisasi lemah karena bersifat aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen
dengan pelarut nonelektrolit sehingga zat terlarut yang bersifat ionik dan bersifat polar
tidak dapat larut serta hanya sedikit larut dalam pelarut nonpolar (Gunawan & Mulyani,
2004).
Urutan pelarut yang digunakan yaitu n-heksan (nonpolar), etil asetat (semipolar)
dan n-butanol (polar). Pelarut dimasukkan secara bergantian berdasarkan kepolarannya
mulai dari yang paling tidak polar hingga yang paling polar. Hal ini bertujuan agar sampel
ekstrak yang digunakan tidak rusak karena komponen sampel bisa rusak jika pelarut yang
digunakan secara acak atau tidak beraturan dan juga karena pelarut semipolar dapat
menarik pelarut polar maupun semipolar (Gunawan & Mulyani, 2004).
Cara kerja praktikum ini dilakukan menjadi 3 tahap yaitu fraksinasi dengan n–
heksan, etil asetat dan n-butanol. Pada fraksinasi n-heksan, ekstrak disuspensikan dengan
aquades sebanyak dua kali bobot ekstrak
Tujuannya yaitu untuk melarutkan ekstrak, namun pelarut yang digunakan tidak
harus dua kali bobot ekstrak tapi boleh lebih dan kurang, asalkan ekstrak tersebut dapat
terlarut. Setelah disuspensikan dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan 30 ml n-
heksan. Corong pisah merupakan peralatan laboratorium yang fungsinya untuk
memisahkan dua cairan yang tidak bercampur karena kepolarannya yang berbeda.
Pemisahan dengan corong pisah hanya bisa digunakan untuk pemisahan cair dengan cair.
Caranya yaitu dilakukan pengocokkan corong pisah dan sesekali buka kerannya untuk
mengeluarkan gas yang mungkin terbentuk saat pengocokan. Saat membuka corongnya,
perhatikan bahwa posisi cairan tidak berada pada mulut tabung, serta tidak diarahkan gas
yang keluar kepada manusia karena berbahaya. Ada 2 macam corong pisah. 1. Corong
pisah berbentuk silinder 2. Corong pisah berbentuk buah pear Corong pisah berbentuk
buah pear terdapat mulut corong, keran, dan bagian atas corong. Corong Pisah ini yang
paling banyak digunakan untuk proses pemisahan. Untuk penggunaannya yang tepat dapat
dilihat pada gambar dibawah. (Gunawan & Mulyani, 2004).
Lapisan yang diambil pada fraksinasi n-heksan yaitu lapisan atas (n-heksan).
Terbentuk dua lapisan disebabkan karena adanya perbedaan berat jenis, n-heksan
merupakan pelarut organik dan semua pelarut organik memiliki berat jenis yang lebih kecil
daripada air. Sehingga selalu ada dilapisan atas jika digunakan bersama air. Fraksinasi ini
dilakukan sebanyak dua kali replikasi. Tujuan replikasi yaitu untuk membandingkan hasil
yang didapat, apakah sudah sesuai atau belum dan apakah ada perbedaan yang signifikan
serta agar hasil fraksi yang didapat jumahnya lebih banyak. Kemudian hasil repikasi
tersebut digabung dan diuapkan sampai bobot tetap. Tujuan penguapan yaitu untuk
menghilangkan kandungan air yang masih terdapat pada ekstrak cair, sehingga didapatkan
berat konstan atau tetap. Berat konstan atau tetap yaitu berat sampel yang sudah tidak
berubah lagi karena kandungan air sudah tidak ada lagi (Gunawan & Mulyani, 2004).
Cara kerja fraksinasi etil asetat sebenarnya hampir sama dengan fraksinasi n-
heksan. Namun perbedaannya hanya bahan awal yang digunakan dalam fraksi ini yaitu
fraksi air hasil dari fraksinasi n-heksan. Sedangkan cara kerja fraksinasi n-butanol yaitu
pelarut n-butanol perlu dijenuhkan terlebih dahulu dengan mencampurkan n-butanol
dengan air, dimasukkan dalam corong pisah, digojog sambil dibuka krannya, didiamkan
selama 20 menit dan diambil lapisan atas sebagai n-butanol jenuh. Tujuan penjenuhan
yaitu agar n-butanol dapat bersifat polar dan tidak bisa ditambah atau menarik air lagi.
Suhu pada saat penguapan fraksi diperlukan, agar tidak lebih dari titik didih pelarutnya.
Karena jika suhunya berlangsung lebih dari titik didih dikhawatirkan kandungan sampel
ikut menguap Titik didih n-heksan yaitu 69 oC, etil asetat 77,1 oC dan n-butanol 117,17
oC (Gunawan & Mulyani, 2004).
VII. KESEMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut. Fraksinasi adalah proses
pemisahan kuantitas tertentu dari campuran (padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop)
dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi komposisi perubahan menurut kelandaian) atau
pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan tingkat kepolaran Pemisahan dengan corong
pisah hanya bisa digunakan untuk pemisahan cair dengan cair yang dilakukan dengan cara
pengocokkan corong pisah dan sesekali buka kerannya untuk mengeluarkan gas yang
mungkin terbentuk saat pengocokan Hasil dari praktikum ini yaitu didapat rendemen fraksi
n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi n-butanol
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Modul Praktikum Fitokimia
http:/sdcahyaningsih.blogspot.co.id/2012/12/praktikum-fraksinasi.html?m=1
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
“FRAKSINASI KULIT BUAH NAGA”
Disusun Oleh :
Sampel bahan dan alat yang akan digunakan pada saat praktikum harus di perhatikan
kebersihannya agar hasil yang didapat lebih baik dan sesuai dengan hasil yang diinginkan.