Anda di halaman 1dari 11

Tribun Jateng/Raka F Pujangga

Pembentukan tim terpadu program jaminan sosial ketenagakerjaan


Provinsi Jateng, di Hotel Gumaya,
Kamis (3/8/2017). TRIBUN JATENG/RAKA F PUJANGGA

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Raka F Pujangga


TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa
Tengah mencatat masih ada perusahaan yang memanipulasi pelaporan upah pegawainya.
Kepala Disnakertrans Jawa Tengah, Wika Bintang mengatakan, perusahaan yang memanipulasi data
upah pegawainya untuk mengurangi beban jaminan sosial.
"Misalnya ada pegawai yang gajinya itu Rp 1,5 juta, tapi melaporkan gajinya hanya Rp 1 juta untuk
mengurangi biaya jaminan sosial ketenagakerjaan," kata Wika Bintang disela-sela pembentukan Tim
Pemeriksaan Terpadu Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah, di Hotel
Gumaya Semarang, Kamis (3/8/2017).
Wika mengatakan, untuk menelusuri oknum perusahaan yang nakal tersebut pihaknya akan
menerjunkan tim yang jumlahnya saat ini sebanyak 146 orang.
Baca: Mengenal Shinjiro Koizumi, Pria Tampan Disebut-sebut Kandidat PM Jepang Menggantikan
Shinzo Abe
"Jumlah itu tersebar di seluruh kabupaten/kota, yang di antaranya dari jumah itu 40 orang merupakan
PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil)," jelasnya.
Selain pelanggaran tersebut, masih ada pelanggaran-pelanggaran lainnya seperti tidak
mengikutsertakan pegawainya jaminan sosial atau hanya sebagian saja.
Berdasarkan pantauan terhadap 3.000 perusahaan dari bulan Januari-Juli 2017, 46 persennya atau
sekitar 1.300 perusahaan melakukan pelanggaran terkait jaminan sosial ketenagakerjaan.
"Sebanyak 1.300 itu tersebar pada semua sektor industri. Tidak hanya perusahaan skala kecil,
perusahaan besar pun juga ada yang tidak patuh pada aturan," ujarnya.
Parahnya, kata dia, tidak hanya belumnya pegawai diikutsertakan BPJS Ketenagakerjaan, bahkan
ada juga perusahaan yang tidak mengikutsertakan BPJS kesehatan.
"Makanya kami sepakat di sini, untuk turun bareng ke perusahaan-perusahaan yang masih belum
patuh ini," kata dia.
Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan Jateng dan DIY, perusahaan yang melaporkan upah tidak
sesuai dengan upah sebenarnya ada 15.168 perusahaan.
BPJS Ketenagakerjaan: Banyak BUMN Belum Jadi Peserta
Citra Fitri Mardiana - detikFinance

Foto: Citra Fitri Mardiana


Jakarta - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menyebut setidaknya masih
ada sekitar 10 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang masih belum terdaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan.

Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan, M Krishna Syarif mengatakan, sepuluh BUMN yang
belum terdaftar merupakan bagian dari perusahaan besar. Meski begitu dirinya enggan menyebut
nama BUMN yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS.

"Jumlahnya masih cukup besar. Lebih dari 10 perusahaan," ungkap Krishna pada acara sosialisasi
Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan di area Car Free Day, Jakarta Pusat, Minggu
(14/05/2017).

Krishna menilai, penolakan beberapa BUMN menggunakan BPJS Ketenagakerjaan lantaran


perusahaan telah lebih dulu terdaftar sebagai Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) di masing-
masing asuransi swasta.

"Ya kita sekarang dalam proses memberikan keyakinan sesuai ketentuan Undang Undang saja, agar
program DPLK-nya bisa menyesuaikan diri. Karena pada dasarnya manfaatnya harus melalui dinas
ketenagakerjaan dan top up nya bisa melalui DPLK," terangnya.

Menanggapi situasi tersebut, Krishna telah meminta bantuan Kementerian BUMN untuk menghimbau
agar seluruh perusahaan BUMN dapat seluruhnya terdaftar menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

"Makanya kami mengharapkan dukungan support dari menteri BUMN untuk perhatikan BUMN yang
belum tertib yang belum mengikuti program-program BPJS," jelasnya.

Di sisi lain diakui Krishna, keikutsertaan BUMN sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan merupakan
ketentuan yang telah dilandasi Undang Undang. Oleh karena itu seluruh BUMN sedianya mengikuti
program yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan. Antara lain program jaminan hari tua, jaminan
kematian, jaminan kecelakaan kerja dan jaminan pensiun.

"Jadi kami harap BUMN itu bisa jadi garda terdepan dalam melaksanakan jaminan sosial," tegasnya.
(mkj/mkj)
BPJS Ketenagakerjaan Bidik 21 Perusahaan Tak Patuh di Solo
Bayu Ardi Isnanto - detikNews

Solo - Sebanyak 21 perusahaan di Solo dibidik oleh BPJS Ketenagakerjaan karena tidak patuh.
Perusahaan-perusahaan tersebut akan diproses melalui jalur hukum.

Kepala BPJS Ketenagakerjaan Surakarta, Suwilwan Rachmat, mengatakan akan segera


menyerahkan surat kuasa khusus (SKK) ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Surakarta.

"Awal tahun 2017 sudah kita serahkan satu SKK ke Kejari. Hari ini kita serahkan lagi tiga SKK. Nanti
akan kita serahkan lagi 21 SKK," kata Suwilwan usai penandatanganan Memorandum of
Understanding (MoU) antara BPJS Ketenagakerjaan dengan Kejari Surakarta, Rabu (10/5/2017).

Dia mengatakan, pelanggaran yang dilakukan, rata-rata adalah perusahaan daftar sebagian (PDS)
dan perusahaan terlambat membayar iuran. "PDS adalah ketika perusahaan tidak melaporkan data
tidak sesuai kenyataan. Ada tiga jenis, PDS tenaga kerja, PDS upah dan PDS program," katanya.

Sementara pada 2016, BPJS Ketenagakerjaan telah melaporkan empat perusahaan kepada Kejari
Surakarta. Kepala Seksi Perdata dan Tata Usaha Kejari Surakarta, Edi Haryono mengatakan
pihaknya telah memproses empat perusahaan tersebut secara hukum.

Tiga di antaranya kini telah menuntaskan kewajibannya. Sedangkan satu perusahaan masih dalam
tahap mencicil. Keempat perusahaan tersebut menanggung kewajiban Rp 257 juta. Kini, sebanyak
Rp 243 juta telah dibayarkan.

"Biasanya proses selesai pada tahap mediasi, karena mereka sudah berjanji akan melaksanakan
kewajibannya," ungkap dia," ungkap Edi. (bgs/bgs)
Laporan dari Singapura
BPJS Ketenagakerjaan dan KBRI Singapura Kerja Sama Lindungi
Pekerja RI
Gresnia Arela Febriani - detikFinance

Singapura - Sejak 1 Agustus 2017, sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 07
tahun 2017, BPJS Ketenagakerjaan mengemban tugas baru sebagai penyelenggara program
perlindungan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang telah diluncurkan di Kabupaten Tulungagung,
Jawa Timur.

Peluncuran ini menandai semakin meluasnya cakupan pekerja yang mendapatkan perlindungan
jaminan sosial ketenagakerjaan, di luar Pekerja Penerima Upah (PU) atau Pekerja Formal dan
Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) atau pekerja informal yang sebelumnya sudah wajib dilindungi.

Untuk optimalisasi pelaksanaan tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan terus berkoordinasi
dengan berbagai negara penempatan PMI. Salah satunya adalah menjalin kerja sama dengan
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura melalui penandatanganan Nota
Kesepahaman tentang Sinergi Fungsi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura dan BPJS
Ketenagakerjaan Untuk Perlindungan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Bagi Pekerja Migran di
Singapura.

BPJS Ketenagakerjaan kerja sama dengan KBRI Singapura Foto: Gresnia Arela Febriani/detikX

MoU ditandatangani Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Agus Susanto dan Duta Besar Republik
Indonesia untuk Singapura, I Ngurah Swajaya di KBRI untuk Singapura, di alamat 7 Chatsworth
Road, Singapura (9/12/2017).

Agus mengatakan, kerja sama ini bertujuan untuk menyinergikan kewenangan para pihak dalam
rangka mengoptimalkan perlindungan dan pelayanan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
Sinergi yang dijalin juga dalam hal integrasi database PMI yang ada di KBRI dengan data milik BPJS
Ketenagakerjaan dan pemanfaatan sistem Smart Embassy milik KBRI Singapura.

BPJS Ketenagakerjaan kerja sama dengan KBRI Singapura Foto: Gresnia Arela Febriani/detikX

Dalam kegiatan peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Singapura, Agus juga


menyempatkan diri untuk temu ramah dengan para PMI di Fort Canning, Singapura, sekaligus
memberikan edukasi seputar program pelindungan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan oleh BPJS
Ketenagakerjaan.
Menaker Ajak Para Pekerja Daftar BPJS Ketenagakerjaan
Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance

Tangerang Selatan - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri bersama dengan Dirut BPJS
Ketenagakerjaan, Agus Susanto, membuka acara 40 Jam Bersama BPJS Ketenagakerjaan di ICE
BSD, Tangerang Selatan, Jumat (15/12/2017).

Dalam kesempatan itu, Hanif berpesan di usia BPJS Ketenagakerjaan yang ke-40 ini lebih
meningkatkan layanan kepada masyarakat. Dirinya juga berharap agar pada 40 tahun hadirnya
layanan ketenagakerjaan di Indonesia ini sudah bisa menjaring seluruh pekerja baik formal maupun
non formal.

"Saya ucapakan selamat ulang tahun BPJS Ketenagakerjaan yang ke-40. Semoga di umur yang ke-
40 ini BPJS Ketenagakerjaan bisa menjaring seluruh pekerja baik formal dan non formal, dan bisa
meningkatkan pelayanannya," kata Hanif saat sambutannya di lokasi acara.

Baca juga: Gelar Acara HUT ke-40, BPJS Ketenagakerjaan Sasar Milenial

Tak lupa, dirinya pun mengajak para pekerja untuk bisa memanfaatkan layanan BPJS
Ketenagakerjaan dengan baik. Sebab hal itu diperlukan untuk menjamin kehidupan para pekerja di
Indonesia.

"Saya tanya siapa yang sudah jadi peserta BPJS Ketenagakerjaan? Yang belum segera daftar. Minta
ke perusahaan untuk segera daftar. Karena itu penting untuk melindungi kita dari kecelakaan kerja,"
ungkapnya.

Sementara itu, Agus Susanto juga mengatakan bahwa BPJS Ketenagakerjaan hadir untuk menjamin
kehidupan para pekerja di Indonesia. Dia ingin agar seluruh pekerja bisa mengikuti layanan ini.

Dalam perayaan ini, Agus mengatakan, bahwa BPJS akan berbagi kebahagiaan kepada seluruh
masyarakat. Salah satunya dengan mengadakan berbagai hiburan dan lomba dengan hadiah rumah
seharga Rp 300 juta.

Baca juga: 40 Tahun BPJS Ketenagakerjaan

"Tanggal 5 Desember Kemarin BPJS Ketenagakerjaan merayakan 40 tahun sistem layanan


ketenagakerjaan di Indonesia. Kita patut bangga punya jaminan ketenagakerjaan yang komprehensif.
Jadi saya ingin mengabarkan dan meyakinkan bahwa seluruh pekerja untuk bisa ikut layanan ini,"
katanya.

"Semua ini kita persembahkan kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan, kami ingin berbagi
kegembiraan oleh seluruh masyarakat. Kami ingin dalam acara ini juga sebagai sosialisasi agar
semua masyarakat lebih mengenal dan aware terhadap sistem jaminan ketenagakerjaan," tutupnya.

Berdasarkan data Badan Nasional Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI), Singapura merupakan negara yang berada diposisi ke-4 jika diurutkan berdasarkan
jumlah PMI yang bekerja di luar negeri setelah Malaysia, Taiwan dan Hong Kong.

Sampai saat ini PMI yang terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan adalah sebanyak 78.789
orang yang sebagian besarnya mengikuti dua program yaitu program Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) dan Jaminan Kematian (JKm).

BPJS Ketenagakerjaan kerja sama dengan KBRI Singapura Foto: Gresnia Arela Febriani/detikX
Namun sesuai dengan Permenaker yang berlaku, PMI dapat melengkapi perlindungannya dengan
mendaftarkan diri untuk mengikuti program Jaminan Hari Tua (JHT) melalui kantor pelayanan di
dalam wilayah kedutaan Republik Indonesia. JHT sendiri adalah program perlindungan berupa
tabungan yang dapat dinikmati manfaatnya saat memasuki usia tua atau berhenti bekerja.

"Kami berharap semua PMI mengikuti 3 program secara lengkap, termasuk JHT agar mereka juga
siap menghadapi hari tua nantinya", ujar Agus. Untuk mempermudah para PMI yang sudah
ditempatkan di negara penempatan masing-masing untuk mendaftarkan diri, BPJS Ketenagakerjaan
juga telah menyediakan kanal pendaftaran secara online di
alamat https://tki.bpjsketenagakerjaan.go.id yang pembayarannya bekerjasama dengan Bank BNI
dan CIMB Niaga, untuk memfasilitasi pendaftaran dengan cara yang ringkas, mudah, dan cepat.

"Semoga sinergi dengan KBRI untuk perlindungan PMI dapat bekerja dengan produktif dan optimal
yang menjadikan Singapura sebagai barometer bagi negara lain untuk perlindungan PMI", pungkas
Agus. (hns/hns)
Lindungi TKI, Atase Ketenagakerjaan di Luar Negeri Ditambah
Mega Putra Ratya - detikNews

Foto: Dok. Kemenakertrans
Jakarta - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi akan menambah atase ketenagakerjaan
(atnaker) di sejumlah negara yang banyak menerima penempatan TKI. Hal itu dilakukan untuk
memperkuat perlindungan TKI di luar negeri.

"Dengan adanya atnaker, kewenangan negara dalam melindungi TKI makin maksimal," kata
Sekretaris Jenderal Kemnaker Hery Sudarmanto dalam keterangan tertulis, Selasa (11/4/2017).

Menurut Hery, Presiden Joko Widodo telah memberi sinyal positif terhadap rencana tersebut. Secara
teknis, Kemnaker juga telah mengkomunikasikannya dengan Kementerian Luar Negeri sejak bulan
lalu.

Saat ini, pemerintah hanya memiliki atnaker di empat negara yakni Arab Saudi (di Riyadh), Kuwait,
Malaysia dan Uni Emirat Arab. Padahal, selain di negara itu, jutaan TKI tersebar di belasan negara
lain, yang keterwakilan pemerintah RI dalam hal ketenagakerjaan hanya diwakili oleh staf teknis
tenaga kerja. Hal inilah yang menyebabkan perlindungan TKI kurang maksimal.

"Bagaimana bisa maksimal, jika upaya perlindungan hanya diberikan oleh staf teknis yang tidak
memiliki kewenangan diplomatik. Lain halnya atase yang memiliki kekebalan dan kewenangan
diplomatik," tambah Hery.

Negara yang akan ditambah atase ketenagakerjaan yakni Hong Kong, Korea Selatan, Brunei
Darussalam, Qatar, Jordania serta Saudi Arabia (Jeddah). Di negara-negara tersebut, staf teknis
tenaga kerja yang telah ada akan dinaikkan menjadi atase ketenagakerjaan.

Menurut Hery, pengisian pejabat atase ketenagakerjaan akan dilakukan Juli 2017 secara serempak.
Adapun pejabat staf teknis tenaga kerja akan diperpanjang hingga menjelang pengangkatan pejabat
atase ketenagakerjaan.

Terpisah, Direktur Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PTKLN) Kementerian Ketenagakerjaan
Soes Hindharno mengatakan, tidak adanya atase ketenagakerjaan di suatu negara, menjadikan
upaya perlindungan terhadap TKI yang tertimpa masalah tidak berjalan ideal.

"Bagaimana bisa melindungi TKI, kalau yang akan dilindungi (TKI) dengan yang akan melindungi (staf
teknis tenaga kerja), sama-sama tidak memiliki kekebalan diplomatik," kata Soes.

Sekadar perbandingan, jumlah warga Filipina yang bekerja di luar negeri tak sebanyak jumlah TKI di
luar negeri. Namun, Filipina memiliki atase ketenagakerjaan di 37 negara yang menerima tenaga
kerja Filipina.
BPJS Ketenagakerjaan Diyakini akan Lindungi TKI Lebih Baik
Mega Putra Ratya - detikNews

Foto: Dok Kemnaker
Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menilai negara harus melindungi TKI dengan
maksimal. KPK yakin transformasi asuransi ke BPJS Ketenagakerjaan akan menjadikan upaya
perlindungan kepada TKI di luar negeri menjadi lebih baik.

"Negara harus hadir dalam perlindungan TKI dengan pelayanan yang maksimal, pelayanan lebih
dekat, jangkauan lebih luas. BPJS Ketenagakerjaan meyakinkan akan hal itu," ujar Ketua Satgas
Koordinasi Supervisi Pencegahan KPK Asep Rahmat Suwandha dalam keterangan tertulis, Senin
(31/7/2017).

Asep mengatakan hal itu dalam acara sosialisasi transformasi perlindungan jaminan sosial tenaga
kerja Indonesia di kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, hari ini. Asep berbicara di hadapan
perwakilan perusahaan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS)

"Sebagai sistem baru, transformasi ini akan terus dikaji pelaksanaannya," ucapnya.

Asep menambahkan, setelah melakukan penelaahan panjang, transformasi perlindungan TKI ke


sistem jaminan sosial merupakan implementasi dari empat rekomendasi yang diberikan KPK kepada
Kemnaker dalam upaya perlindungan TKI di luar negeri.

Empat rekomendasi tersebut adalah perbaikan tata kelola penempatan TKI dari daerah asal melalui
Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA), perbaikan pengawasan di daerah perbatasan, penyusunan cost
structure (standar biaya), serta perlindungan TKI yang terintegrasi.

Kepada para perwakilan PPTKIS, Asep juga mengingatkan bahwa pelayanan terhadap TKI terkait
dengan hal besar karena berkaitan dengan kepentingan orang banyak. Namun, di balik itu, ada risiko
yang besar. Yakni potensi tindak pidana korupsi, baik berupa suap, pemerasan, maupun gratifikasi.

Ia berharap para PPTKIS harus berhati-hati. BPJS Ketenagakerjaan juga diminta tidak melakukan
kesalahan yang dilakukan oleh operator dalam sistem jaminan sebelumnya.

Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Kemnaker
Maruli A Hasoloan mengatakan transformasi perlindungan TKI dari sistem asuransi ke BPJS
Ketenagakerjaan akan memberikan perlindungan kepada TKI lebih baik.

"Karena BPJS adalah badan publik nirlaba, bertanggung jawab langsung kepada Presiden, serta
diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan serta akuntan publik," ujarnya.
Maruli juga memberikan apresiasi kepada Konsorsium Asuransi TKI, yang selama ini telah
memberikan layanan asuransi untuk TKI.

Sementara itu, Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan jaminan sosial
untuk TKI merupakan bentuk kehadiran negara dalam perlindungan TKI sebagaimana instruksi
Presiden.

Perlindungan yang diberikan adalah Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian sejak
sebelum keberangkatan, masa penempatan, hingga purna menjadi TKI.

"Manfaat yang diberikan sama dengan manfaat pada BPJS Ketenagakerjaan non-TKI. Selain itu, ada
juga program pilihan berupa Jaminan Hari Tua," tuturnya.

Agus memastikan, selain mudah, murah, serta jangkauan layanan yang luas, BPJS Ketenagakerjaan
memberikan manfaat lebih baik. Misalnya, klaim pengobatan yang tidak terbatas serta, jika TKI
meninggal dunia, anaknya akan disekolahkan hingga sarjana.

Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Utama Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan TKI
(BNP2TKI) Hermono mengatakan pihaknya mendukung transformasi perlindungan TKI ke BPJS
Ketenagakerjaan. Hal itu sebagaimana diatur oleh Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 7
Tahun 2017 tentang Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Indonesia, yang akan berlaku sejak 1
Agustus 2017.

Terkait dengan hal itu, BNP2TKI akan memfasilitasi pendaftaran, penyediaan data TKI,
mengintegrasikan sistem, membantu penyelesaian klaim, melakukan sosialisasi, serta melakukan
evaluasi.

"Kami juga mengusulkan dibentuk tim kecil yang mengidentifikasi kondisi yang terjadi di lapangan
serta membentuk call center, sehingga jika ada hal-hal baru di lapangan bisa segera diselesaikan,"
tuturnya. (ega/tor)
PONTIANAK - 34 buruh PT AMS masih menuntut kewajiban perusahaan
membayar pesangon.
Pasalnya, hingga detik ini tidak ada kejelasan bagi para buruh pasca Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) pada April 2017 lalu.
"Kami belum menerima hak-hak sebagai pekerja sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan," ungkap satu diantara mandor, Misli alias Mardas (43) kepada Tribun,
Minggu (14/1/2018).

Baca: Panin Sekuritas Jadi Sekuritas Terbaik di Indonesia, Berapa Asetnya?
Ia mengaku bersama puluhan buruh pernah adukan kasus ini ke Dinas Penanaman Modal Tenaga
Kerja dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMTKPTSP) Kota Pontianak sebelumnya.
Langkah ini ditempuh sebagai permohonan bantuan penyelesaian perselisihan hubungan Industrial
pada April 2017.
"Waktu itu DPMTKPTSP Kota Pontianak menindaklanjuti dengan mengundang pihak-pihak berselisih
untuk mediasi. Ya, para buruh dan perusahaan. Tanggal 5 Juni 2017 lalu," jelasnya.
Baca: Begini Kondisi Bayi Kembar Penderita Jantung Bocor Asal Tebas! Kisah Pilu Dibalik Tingkah
Polos
Mediasi berdasarkan surat nomor : 567/646/DPMTKPTSP.4/2017 perihal panggilan ke-I. Misli
menceritakan ketika pertemuan itu, hadir 34 buruh, mediator dan pihak perusahaan. Dari PT AMS
diwakili oleh Wakil Pimpinan Pusat.

Anda mungkin juga menyukai