masyarakat Indonesia. Padahal fenomena ini dialami oleh 60-80% perempuan yang baru
melahirkan. Kelahiran dinilai sebagai peristiwa yang membahagiakan, maka akan terdengar aneh
jika Ibu sampai mengalami depresi karenanya (Pulungan, 2015). Sedangkan fenomena yang
terjadi di sekitar lingkungan peneliti adalah sebagian besar ibu tidak tahu tentang post partum
blues, baik dari pengertian, penyebab dan juga gejalanya. Para ibu beranggapan bahwa
kemurungan atau rasa sedih setelah melahirkan bukan hal yang serius dan hanya dianggap
perasaan itu timbul karena kelelahan setelah melahirkan dan akan hilang dengan sendirinya.
EKSPEKTASI
Selama periode Post partum, 50-58% wanita mengalami suatu tipe dari gangguan psikologis yaitu
Post partum blues, dan 12% dari post partum blues berkembang menjadi depresi post partum
(Anggrita Sari, 2015).
Harapan dari peneliti adalah masalah ini dapat dicegah dan dapat diatasi dengan cara
dikomunikasikan (memberikan informasi) kepada ibu jauh sebelum hamil, pada masa hamil atau
Post partum, sehingga ibu sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi apa saja yang akan
terjadi pada masa post partum agar ibu yang awalnya mengalami post partum blues tidak
berkembang menjadi depresi post partum.