Anda di halaman 1dari 16

3.2.2.

Hipotesis minor :
3.2.2.1. Keradangan gingiva pada perokok lebih kecil dibandingkan dengan bukan
perokok.
3.2.2.2. Jenis rokok berhubungan dengan keradangan gingiva.
3.2.2.3. Keradangan gingiva pada perokok yang merokok 1-10 batang per hari lebih
kecil dibandingkan dengan perokok yang merokok lebih dari 10 batang per
hari.
3.2.2.4. Keradangan gingiva pada perokok yang merokok kurang dari 10 tahun lebih
kecil dibandingkan dengan perokok yang merokok lebih dari 10 tahun.
3.2.2.5. Keradangan gingiva pada subyek yang menyikat gigi 3 kali sehari lebih
kecil dibandingkan dengan subyek yang menyikat gigi 1-2 kali sehari.
3.2.2.6. Teknik menyikat gigi berhubungan dengan keradangan gingiva.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 16


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Penelitian deskriptif analitik.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat : Klinik Periodonsia RSGMP FKG UI
Waktu : 22 Oktober sampai 20 November 2007

4.3. Subyek Penelitian


Subyek penelitian adalah masyarakat di sekitar Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia.

4.4. Kriteria Subyek Penelitian


4.4.1. Kriteria inklusi
- Berusia 20-50 tahun
- Masih memiliki gigi 16, 21, 24, 36, 41, 44.
- Perokok dan bukan perokok

4.4.2. Kriteria eksklusi


- Menggunakan alat ortodonti
- Karies pada gigi 16, 21, 24, 36, 41, 44
- Tumpatan pada gigi 16, 21, 24, 36, 41, 44
- Telah dilakukan skeling < 6 bulan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 17


4.5. Definisi Operasional
Tabel 4.1. Definisi operasional
No Variabel Definisi Cara Mengukur Hasil Ukur Skala
1 Keradangan Keradangan
gingiva gingiva adalah
inflamasi pada
gingiva

1.1 Indeks Cara untuk a. Penilaian 0 = gingiva normal, tidak Ordinal


gingiva mengukur dilakukan pada ada inflamasi, tidak
keradangan gigi 16, 21, 24, ada perubahan
gingiva 36, 41, 44. warna, tidak ada
b. Keringkan gigi perdarahan
dan gingiva; 1 = inflamasi ringan,
dibawah sinar perubahan warna,
yang cukup, perubahan pada
siapkan kaca permukaan gingiva,
mulut dan prob. tidak ada perdarahan
c. Prob ditekan ke 2 = inflamasi sedang,
gingiva untuk kemerahan, bengkak,
menentukan terjadi perdarahan
derajat saat probing atau
kekerasan ditekan
gingiva. 3 = inflamasi berat,
d. Telusuri dinding kemerahan, bengkak,
jaringan lunak ulserasi, perdarahan
dekat sulkus spontan24
gingiva dengan
prob untuk Nilai Akhir :
mengevaluasi Jumlah nilai
perdarahan.25
Jumlah permukaan
yang diperiksa

Kriteria Nilai Akhir


0 = Baik sekali
0,1-1,0 = Baik
1,1-2,0 = Cukup
2,1-3,0 = Buruk25

Dilanjutkan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 18


Lanjutan
2 Kebiasaan
Merokok

2.1 Riwayat Kebiasaan Anamnesis 1 = tidak merokok Nominal


merokok subyek 2 = merokok
menghisap
rokok

Subyek yang
pernah
merokok dan
sudah berhenti
lebih dari 1
tahun
dimasukkan ke
kelompok
tidak merokok

2.2 Jenis rokok Jenis rokok Anamnesis 1 = filter Nominal


yang dihisap 2 = kretek
subyek 3 = filter-kretek

2.3 Banyak rokok Jumlah rokok Anamnesis 1 = 1-10 batang/hari Ordinal


yang dihisap 2 = >10 batang/hari

2.4 Lama Lamanya


merokok subyek Anamnesis 1 = 1 - 10 tahun Ordinal
memiliki 2 = > 10 tahun
kebiasaan
merokok

3 Kebersihan Prosedur untuk


Mulut menjaga
kesehatan
rongga mulut

3.1 Frekuensi Berapa kali Anamnesis 1 = 3 kali sehari Ordinal


menyikat gigi sehari subyek 2 = 1-2 kali sehari
menyikat gigi

3.2 Teknik Cara yang Anamnesis 1 = teknik vertikal Nominal


menyikat gigi digunakan 2 = teknik horizontal
subyek saat 3 = teknik bass
menyikat gigi 4 = teknik kombinasi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 19


4.6. Alat dan Bahan
4.6.1. Kaca mulut merek Smic no.4
4.6.2. Prob merek ASA
4.6.3. Kapas gulung

4.7. Alur Penelitian


Mencari subyek yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Meminta kesediaan subyek untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani
lembar persetujuan

Memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar kebiasaan subyek yang dapat
mempengaruhi kondisi kebersihan mulut

Melakukan pengamatan pada seluruh permukaan gigi geligi yang diperlukan

Melakukan pencatatan indeks keradangan gingiva

Analisa data indeks

4.8. Cara Kerja


4.8.1. Penetapan subyek berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
4.8.2. Subyek diminta kesediaannya sebagai subyek penelitian dengan mengisi dan
menandatangani lembar persetujuan
4.8.3. Memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai kebiasaan subyek yang
berhubungan dengan kondisi kebersihan mulut
4.8.4. Melakukan pencatatan indeks gingiva
4.8.5. Mengolah data

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 20


BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di klinik Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG UI
pada tanggal 22 Oktober sampai tanggal 20 November 2007. Pengumpulan data primer
dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan klinis keradangan gingiva. Subyek
penelitian adalah 72 mahasiswa, karyawan, dan masyarakat di sekitar FKG UI dengan
rentang usia 20 sampai 50 tahun.
Analisis univariat dari variabel penelitian ini tercantum pada tabel 5.1. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa subyek terdiri dari 53 laki-laki dan 19 perempuan dengan
mayoritas berusia 20-30 tahun dengan persentase sebesar 80,6%. Sebagian besar subyek
berpendidikan terakhir SLTA (77,8%) dan bekerja sebagai pegawai negeri sipil (47,2%).
Subyek perokok sebanyak 44% dan 68,8% diantaranya perokok filter-kretek. Subyek
yang menghisap rokok lebih dari 10 batang per hari sebesar 56,3% dan sisanya sebesar
43,8% menghisap 1 -10 batang per hari. Subyek perokok yang telah merokok selama 1-
10 tahun sebanyak 68,8% dan yang telah merokok lebih dari 10 tahun sebanyak 31,3%.
Sebagian besar subyek menyikat gigi dengan frekuensi 1-2 kali sehari sebesar 79,2%
dan sebesar 20,8% menyikat gigi 3 kali sehari. Sebesar 51,4% subyek menyikat gigi
dengan kombinasi beberapa teknik, sebesar 23,6% menyikat gigi dengan teknik vertikal,
sebesar 15,3% menyikat gigi dengan teknik horisontal, dan hanya 9,7% subyek yang
menyikat gigi dengan teknik bass.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 21


Tabel 5.1. Distribusi variabel-variabel penelitian hubungan kebiasaan merokok dan
menyikat gigi dengan keradangan gingiva pada masyarakat di sekitar
FKG UI
Variabel N Persentase Kumulatif
Jenis Kelamin 72
Laki-laki 53 73,6 73,6
Perempuan 19 26,4 100
Usia 72
20-30 tahun 58 80,6 80,6
31-40 tahun 13 18,1 98,6
41-50 tahun 1 1,4 100
Pendidikan 72
SLTP 3 4,2 4,2
SLTA 56 77,8 81,9
D3/PT 13 18,1 100
Pekerjaan 72
Swasta 6 8,3 8,3
PNS 34 47,2 55,6
Mahasiswa 27 37,5 93,1
Lain-lain 5 6,9 100
Riwayat Merokok 72
Tidak 36 50 50
Pernah 4 5,6 55,6
Ya 32 44,4 100
Jenis Rokok (pada perokok) 32
Filter 7 21,9 21,9
Kretek 3 9,4 31,3
Filter-Kretek 22 68,8 100
Banyak Rokok /hari 32
1 – 10 batang 14 43,8 43,8
> 10 batang 18 56,3 100
Lama Merokok 32
1 – 10 tahun 22 68,8 68,8
> 10 tahun 10 31,3 100
Frekuensi Menyikat Gigi 72
3x sehari 15 20,8 20,8
1-2x sehari 57 79,2 100
Teknik Menyikat Gigi 72
Vertikal 17 23,6 23,6
Horisontal 11 15,3 38,9
Bass 7 9,7 48,6
Kombinasi 37 51,4 100
Indeks Gingiva 72
Baik Sekali (0) 14 19,4 19,4
Baik (0,1 - 1,0) 46 63,9 83,3
Sedang (1,1 – 2,0) 11 15,3 98,6
Buruk (2,1 – 3,0) 1 1,4 100

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 22


Tabel 5.2. Hubungan riwayat merokok, banyak rokok perhari, lama merokok, dan frekuensi
menyikat gigi terhadap indeks gingiva
Variabel Indeks Gingiva Nilai
Baik Sekali Baik Sedang Buruk p
0 (0,1-1,0) (1,1-2,0) (2,1-3,0)
N N N N
Riwayat Merokok 0,269
Tidak Merokok 12 (16,7%) 22 (30,6%) 5 (6,9%) 1(1,4%)
Merokok 2 (2,8%) 24 (33,3%) 6 (8,3%) 0

Banyak Rokok /hari 0,997


1 – 10 batang 2 (6,3%) 9 (28,1%) 3 (9,1%) 0
> 10 batang 0 15 (46%) 3 (9,4%) 0

Lama Merokok 1,000


1 – 10 tahun 2 (6,3%) 16 (50%) 4 (12,5%) 0
> 10 tahun 0 8 (25%) 2 (6,3%) 0

Frekuensi Menyikat Gigi 0,991


3x sehari 2 (2,8%) 9 (12,5%) 3 (4,2%) 1 (1,4%)
1-2x sehari 12 (16,7%) 37 (51,4%) 8 (11,1%) 0
Keterangan: Uji Kolmogorov-Smirnov; p<0,05=bermakna

Hasil analisis bivariat pada tabel 5.2. menunjukkan bahwa mayoritas bukan
perokok (30,6%) dan perokok (33,3%) memiliki indeks gingiva baik. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa riwayat merokok tidak berhubungan dengan keradangan gingiva
(p>0,05).

24
25
22

20

15 Riwayat Merokok
12
N
Tidak Merokok
10
Merokok
6
5
5
2
1
0
0
Baik Sekali Baik Sedang Buruk
Indeks Gingiva

Gambar 5.1. Distribusi indeks gingiva berdasarkan riwayat merokok pada


masyarakat di sekitar FKG UI

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 23


Hasil analisis bivariat pada tabel 5.2. menunjukkan bahwa mayoritas perokok
yang menghisap rokok 1-10 batang per hari (28,1%) dan menghisap rokok lebih dari 10
batang per hari (46%) memiliki indeks gingiva baik. Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa banyaknya rokok yang dihisap tidak berhubungan dengan keradangan gingiva
(p>0,05).

N 16 15

14
12

10 9 Banyak Rrokok

8 1-10 batang
6 > 10 batang
4 3 3
2
2
0 0 0
0
Baik Sekali Baik Sedang Buruk
Indeks Gingiva

Gambar 5.2. Distribusi indeks gingiva berdasarkan banyaknya rokok yang


dihisap pada masyarakat di sekitar FKG UI

Hasil analisis bivariat pada tabel 5.2. menunjukkan bahwa mayoritas perokok
yang telah merokok selama 1-10 tahun (50%) dan telah merokok selama lebih dari 10
tahun (25%) memiliki indeks gingiva baik. Hasil uji statistik menunjukkan lama
merokok dengan keradangan gingiva (p>0,05).

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 24


16
N 16

14
12

10 Lama Merokok
8
8
1 - 10 tahun
6
4 >10 tahun
4
2 2
2
0 0 0
0
Baik Sekali Baik Sedang Buruk

Indeks Gingiva

Gambar 5.3. Distribusi indeks gingiva berdasarkan lama merokok pada


masyarakat di sekitar FKG UI

Hasil analisis bivariat pada tabel 5.2. menunjukkan bahwa mayoritas subyek
yang menyikat gigi 3 kali sehari (12,5%) dan subyek yang menyikat gigi 1-2 kali sehari
(51,4%) memiliki indeks gingiva baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa frekuensi
menyikat gigi tidak berhubungan dengan keradangan gingiva (p>0,05).

40 37

35

30 Frekuensi
Menyikat Gigi
25

N 20
3x sehari
15 12 v 1-2x sehari
9 8
10
5 2 3
1 0
0
Baik Sekali Baik Sedang Buruk
Indeks Gingiva

Gambar 5.4. Distribusi indeks gingiva berdasarkan frekuensi menyikat gigi


pada masyarakat di sekitar FKG UI

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 25


Tabel 5.3. Hubungan jenis rokok dan teknik menyikat gigi terhadap indeks gingiva pada
mayarakat di sekitar FKG UI
Variabel Indeks Gingiva Nilai
Baik Sekali Baik Sedang Buruk p
0 (0,1-1,0) (1,1-2,0) (2,1-3,0)
N N N N
Jenis Rokok 1,000
Filter 1 (3,1%) 5 (15,6%) 1 (3,1%) 0
Kretek 0 2 (6,3%) 1 (3,1%) 0
Filter-Kretek 1 (3,1%) 17 (53,1%) 4 (12,5%) 0

Teknik Menyikat Gigi 0,029*


Vertikal 3 (4,2%) 13 (18,2%) 1 (1,4%) 0
Horisontal 0 8 (11,1%) 3 (4,2%) 0
Bass 4 (5,6%) 3 (4,2%) 0 0
Kombinasi 7 (9,7%) 22 (30,6%) 7 (9,7%) 1 (1,4%)
Keterangan: Uji Kruskal-Wallis
* p<0,05=bermakna

Hasil analisis bivariat pada tabel 5.3. menunjukkan bahwa mayoritas perokok yang
merokok jenis filter (15,6%), jenis kretek (6,3%), dan jenis filter-kretek (51,3%)
memiliki indeks gingiva baik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa jenis rokok tidak
berhubungan dengan keradangan gingiva (p>0,05).

N 18 17
16
14
12 Jenis Rrokok
10
Filter
8
Kretek
6 5
4 Filter-Kretek
4
2
2 1 1 1 1
0 0 0 0
0
Baik Sekali Baik Sedang Buruk
Indeks Gingiva

Gambar 5.5. Distribusi indeks gingiva berdasarkan jenis rokok pada masyarakat
di sekitar FKG UI

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 26


Hasil analisis bivariat pada tabel 5.3. menunjukkan bahwa mayoritas subyek yang
menyikat gigi dengan teknik vertikal (18,2%), teknik horisontal (11,1%), dan kombinasi
(30,6%) memiliki indeks gingiva baik, sedangkan mayoritas subyek yang menyikat gigi
dengan teknik bass (5,6%) memiliki indeks gingiva baik sekali. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa teknik menyikat gigi berhubungan dengan keradangan gingiva
(p<0,05).

N 25
22

20 Teknik
Menyikat Gigi
15 13
Teknik Vertikal
Teknik Horisontal
10 8
7 7 Teknik Bass
4 Kombinasi
5 3 3 3
1 1
0 0 0 0 0
0
Baik Sekali Baik Sedang Buruk

Indeks Gingiva

Gambar 5.6. Distribusi indeks gingiva berdasarkan teknik menyikat gigi pada
masyarakat di sekitar FKG UI

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 27


BAB 6

PEMBAHASAN

Pengambilan data melalui wawancara dan pemeriksaan indeks gingiva secara


klinis dilakukan di Klinik Periodonsia RSGM FKG UI sejak tanggal 22 Oktober sampai
dengan 20 November 2007 terhadap 72 orang subyek penelitian, yaitu 53 laki-laki dan
19 perempuan, baik perokok maupun bukan perokok.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa riwayat merokok tidak berhubungan
dengan keradangan gingiva. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Salvi
(2005) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara akumulasi
plak dan perkembangan keradangan gingiva pada perokok dan bukan perokok.33 Namun
pada penelitian lain yang dilakukan oleh Preber dan Bergstrom menyatakan bahwa
perokok memiliki tanda-tanda keradangan gingiva yang lebih sedikit daripada bukan
perokok.34 Berbagai hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa perokok memiliki kehilangan tulang, peningkatan kedalaman poket, dan
peningkatan pembentukkan kalkulus yang lebih banyak, tetapi mereka memiliki
keradangan gingiva yang sama atau lebih sedikit dengan tingkat akumulasi plak yang
sama seperti pada bukan perokok.28
Berdasarkan jenis rokok yang dihisap, hasil analisa statistik menunjukkan bahwa
jenis rokok yang dihisap tidak berhubungan dengan keradangan gingiva. Hal ini
kemungkinan disebabkan bahwa faktor utama terjadinya keradangan gingiva adalah
adanya plak gigi, bukan karena jenis rokok yang dihisap.
Menurut hasil penelitian ini banyaknya rokok yang dihisap tidak berhubungan
dengan keradangan gingiva. Hal ini sesuai dengan penelitian Ludwick dan Massler
(1952) yang menemukan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara keradangan
gingiva dengan jumlah rokok yang dikonsumsi.35

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 28


Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa lamanya merokok tidak berhubungan
dengan keradangan gingiva. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gloria
Calsina, Jose-Maria Ramon, dan Jose-Javier Echeverria (2002) diketahui bahwa
penyakit periodontal pada perokok yang merokok selama lebih dari 10 tahun meningkat
secara signifikan.36 Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan karena
penyakit periodontal merupakan penyakit multifaktorial sehingga banyak faktor yang
mempengaruhinya, antara lain faktor sosial, perilaku, sistemik, dan genetik.37
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi menyikat gigi tidak
berhubungan dengan keradangan gingiva. Hasil ini sesuai dengan penelitian dari
Frandsen yang menyatakan bahwa peningkatan frekuensi pembersihan gigi hanya
mempunyai hubungan yang kecil terhadap kesehatan gingiva.38 Hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian Stanmeyer (1957) yang melaporkan bahwa terdapat
penurunan keradangan dengan meningkatnya frekuensi menyikat gigi.39 Keadaan ini
kemungkinan disebabkan karena kebiasaan dan keterampilan individu yang berbeda-
beda dan karena subyek yang menyikat gigi 3 kali sehari jauh lebih sedikit (20,8%)
daripada subyek yang menyikat gigi 1-2 kali sehari sehingga subyek yang menyikat gigi
3 kali sehari kurang terwakili.37
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa teknik menyikat gigi berhubungan
dengan keradangan gingiva. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prijantojo yang
mengungkapkan bahwa peningkatan kesehatan gingiva tidak bergantung pada frekuensi
menyikat gigi tetapi tergantung dari teknik menyikat gigi yang benar.38 Sebuah literatur
menyatakan bahwa faktor terpenting dalam mencapai kesehatan gigi dan mulut yang
optimal ialah dengan mengetahui cara-cara penyikatan gigi yang dapat menjangkau
semua permukaan gigi, tidak melukai jaringan pendukung gigi serta tidak merusak gigi
itu sendiri.15

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 29


BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai hubungan kebiasaan merokok dan menyikat gigi
dengan keradangan gingiva pada masyarakat di sekitar Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia pada tanggal 22 oktober sampai dengan 20 November 2007 dapat
disimpulkan sebagai berikut:
7.1.1. Kebiasaan merokok tidak berhubungan dengan keradangan gingiva.
7.1.2. Riwayat merokok, jenis rokok, banyaknya rokok yang dihisap, dan lamanya
merokok tidak berhubungan dengan keradangan gingiva.
7.1.3. Teknik menyikat gigi berhubungan dengan keradangan gingiva, namun
frekuensi menyikat gigi tidak berhubungan dengan keradangan gingiva.

7.2. Saran
Saran dari hasil penelitian ini adalah:
7.2.1. Masyarakat diharapkan lebih memperhatikan penyikatan gigi secara teratur dan
sistematis sehingga tidak ada bagian yang terlewat, dan dianjurkan untuk
menyikat gigi dengan durasi sekitar dua menit sehingga dapat meningkatkan
dan mempertahankan kebersihan mulut. Masyarakat terutama perokok juga
diharapkan untuk waspada karena pada perokok tidak tampak adanya tanda-
tanda keradangan gingiva tetapi kerusakan pada jaringan penyangga gigi yang
ditimbulkan lima kali lebih parah daripada bukan perokok.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 30


7.2.2. Dokter gigi dan peneliti diharapkan dapat menjelaskan pengaruh kebiasaan
merokok terhadap penurunan tanda-tanda inflamasi. Dokter gigi sebaiknya
lebih waspada dalam menetapkan diagnosis pada pasien dengan kebiasaan
merokok karena keadaan gingivanya dapat mengacaukan diagnosis, serta tidak
menilai kesehatan periodonsium dari keradangan gingiva.
7.2.3. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah subyek yang lebih banyak,
serta dengan kondisi yang lebih variatif untuk melihat adanya kelainan
periodontal, seperti resesi gingiva dan poket.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 31

Anda mungkin juga menyukai