Anda di halaman 1dari 20

Bab IV Sistem Panas Bumi

IV.1 Dasar Teori

Berdasarkan fluida yang mengisi reservoir, sistem panas bumi dibedakan menjadi
2, yaitu sistem panas bumi dominasi air dan sistem panasbumi dominasi uap.

1. Sistem panas bumi dominasi air

Sistem panas bumi dominasi air adalah sistem panas bumi dengan reservoir yang
terdiri dari lebih 60% air. Air yang mengisi reservoir adalah air alkali klorida ber-
pH netral yang terpanaskan oleh sumber panas berupa pluton yang mendingin
(Hochstein and Browne, 2000). Air yang mengisi reservoir kemudian mendidih
atau bercampur dengan fluida lain atau mendingin (Gambar IV.1). Boiling
(mendidih) adalah proses yang sangat penting untuk dapat menghasilkan air
dengan berbagai kadar salinitas dan gas. Sebaliknya pencampuran akan
menurunkan berbagai unsur terlarut, termasuk gas.

Pada sistem dengan dominasi air, air yang mengisi reservoir akan mempengaruhi
kondisi temperatur dan tekanan. Di reservoir baik temperatur dan tekanan akan
bertambah tinggi seriring dengan kedalaman (Gambar IV.3). Di reservoir air juga
akan mengendapkan mineral-mineral alterasi hidrotermal, seperti epidot dan
wairakit. Umumnya kehadiran epidot digunakan sebagai indikator kehadiran zona
reservoir. Tergantung pada temperatur reservoir, mineral lain dapat terbentuk,
seperti aktinolit pada temperatur 2800 hingga lebih dari 3300C, wairakit pada
temperatur 2200-3000C, prehnit pada temperatur 2500-3100C, dan garnet pada
temperatur >3000 C

Di atas reservoir terdapat batuan penudung yang merupakan zona kondensasi uap.
Zona ini terdiri dari mineral-mineral impermeable, seperti kaolin, smektit, alunit
yang terbentuk sebagai hasil dari interaksi antara air kondensat dengan air tanah
dekat permukaan. Pada daerah di antara zona batuan penudung (caprock) dan
reservoir, terdapat zona kondensasi yang ditunjukkan oleh kehadiran anhidrit dan

71
kalsit hasil kondensasi gas CO2 dan H2S. Hochstein and Browne, (2000)
menggambarkan sistem panasbumi dominasi air seperti pada gambar IV.1.

Gambar IV.1. Sistem panas bumi dengan dominasi air (Hochstein and Browne, 2000).

2. Sistem panas bumi dominasi uap

Hochstein and Browne (2000) menyatakan bahwa sistem panas bumi dominasi
uap adalah sistem panas bumi dengan reservoir yang terisi oleh lebih dari 60%
uap air (Gambar IV.2) Pada sistem ini uap merupakan fasa yang mempunyai
mobilitas tinggi dan akan mengisi bagian rekahan, atau rongga yang terbuka pada
batuan, sedangkan air lebih cenderung diam dan mengisi pori batuan. Fumarol,
tanah beruap dan mata air panas dengan komposisi air asam sulfat merupakan
karakteristik manifestasi panas bumi yang muncul di permukaan.

Berbeda halnya dengan sistem dominasi air, uap tidak mengontrol temperatur dan
tekanan di reservoir. Pada sistem panas bumi dominasi uap, kondisi tekanan dan
temperatur adalah konstan terhadap kedalaman (Gambar IV.3). Temperatur
reservoir umumnya berkisar 2360C (Nicholson, 1993). Di atas reservoir, uap air
akan terkondensasi dan membentuk zona kondesasi. Zona kondensasi ini
merupakan lapisan tidak permeabel yang menyelimuti reservoir, sehingga
reservoir menjadi sangat tertutup dan tidak memberi kesempatan uap untuk lepas.
Zona kondensasi ini biasanya didominasi oleh kehadiran mineral anhidrit, kalsit.

72
Gambar IV.2 adalah model dari sistem panas bumi dengan reservoir dominasi
uap.

Gambar IV.2. Sistem panas bumi dengan dominasi uap (Hochstein and Browne, 2000).

Gambar IV.3. Perbedaan profil temperatur dan tekanan untuk sistem panasbumi dengan
dominasi uap (a) dan sistem panas bumi dominasi air (b).

73
IV.2 Karakteristik Sumur Penelitian

Sumur yang dijadikan sebagai ojek penelitian terdiri dari tiga sumur, yaitu sumur
WWT-1 dan WWD-2 yang terletak pada daerah reservoir dengan dominasi air,
dan sumur WWQ-5 yang terletak pada daerah reservoir dengan dominasi uap
(Bogie dkk., 2008 )

IV.2.1 Sumur WWT-1

Sumur WWT-1 adalah sumur yang terletak pada lereng barat Gunung Wayang
dengan koordinat 790302mE, 9202476mS (UTM 48S). Berdasarkan pemerian
mineral alterasi, diperoleh tiga zona yang berkaitan dengan sistem panasbumi.
Zona tersebut adalah zona batuan penudung (caprock) pada kedalaman hingga 75
m, zona kondensasi pada kedalaman 75 hingga 1093 m, dan zona reservoir pada
kedalaman di bawah 1093 m. Zona batuan penudung (caprock) dicirikan oleh
kehadiran mineral-mineral impermeable seperti smektit, kaolinit, sedangkan
kondensasi ditunjukkan oleh kehadiran kalsit dan anhidrit sebagai hasil
kondensasi gas CO2 dan H2S. Reservoir mulai hadir pada kedalaman 1093 m,
ditunjukkan dengan awal hadirnya epidot.

IV.2.1.1 Karakteristik Permeabilitas Reservoir

Karakteristik permeabilitas reservoir ditafsirkan dengan menggunakan data sumur


yang berupa zona hilang sirkulasi, ditambah pemerian mineral alterasi berupa
kehadiran adularia yang merupakan mineral petunjuk permeabilitas. Zona hilang
sirkulasi adalah zona dimana lumpur atau air yang dipompakan ke dalam sumur
selama pemboran hilang sebagian atau seluruhnya. Faktor penyebab hilang dan
besarnya sirkulasi adalah porositas, permeabilitas batuan, baik berupa kekar
ataupun sesar.

Pada sumur WWT-1, data hasil pengeboran tidak menunjukkan kehadiran zona
hilang sirkulasi, demikian pula halnya dengan hasil analisa petrografi yang tidak

74
menunjukkan kehadiran adularia. Ketidakhadiran zona hilang sirkulasi dan
adularia menunjukkan bahwa kondisi permeabilitas reservoir sumur WWT-1 tidak
baik.

IV.2.1.2 Karakteristik Temperatur Reservoir

Karakteristik temperatur reservoir ditunjukkan oleh perbandingan antara


temperatur berdasarkan mineral dibandingkan dengan temperatur sumur yang
mewakili kondisi pada masa kini.. Pada zona reservoir sumur WWT-1, temperatur
mineral berkisar antara 250- 3000 C berdasarkan kehadiran epidot. Selain epidot,
hadir pula prehnit yang terbentuk pada temperatur 240-3100 C, aktinolit yang
terbentuk pada temperatur 280-3200C, dan wairakit yang menunjukkan temperatur
pembentukkan berkisar 220-3000C. Kehadiran prehnit pada kedalaman 1333-1336
m dan 1573-1576 m, dan aktinolit pada kedalaman 1990-1993 m, selanjutnya
mempengaruhi pemerian temperatur berdasarkan geotermometer mineral (Gambar
IV.4)

Kurva temperatur pada sumur WWT-1 menunjukkan pola temperatur yang


bertambah tinggi seiring dengan bertambahnya kedalaman Pola ini merupakan
pola yang khas dari sistem reservoir dominasi air. Perbandingan antara kurva
temperatur mineral dengan kurva temperatur hasil pengeboran menunjukkan telah
terjadi pendinginan pada reservoir sumur WWT-1, yaitu dari temperatur 2500 C
menjadi 2200 C.(Gambar IV.4).

Pada reservoir kedalaman 1800-2000 m, profil temperatur sumur menunjukkan


penurunan temperatur yang signifikan. Analisa petrografi contoh serbuk bor pada
kedalaman 1813-1816 m menunjukkan kehadiran smektit dan kaolinit yang
mengubah batu tuf lapili. Penurunan temperatur yang drastis, disertai kehadiran
mineral-mineral alterasi bersuhu rendah mengindikasikan telah terjadi
percampuran antara air reservoir dengan air dingin pada reservoir sumur WWT-1.
Hadirnya laumontit sebagai mineral pengisi rongga pada reservoir sumur WWT-1
juga mengindikasikan proses pendinginan yang mengendapkan larutan

75
hidrotermal berkomposisi Calc-silikat pada temperatur yang lebih rendah dari
temperatur reservoir.

Batas atas reservoir berdasar awal kehadiran epidot terletak pada kedalaman 1100
m, sedangkan batas atas reservoir yang sekarang berada pada kedalaman 1500 m.
Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi saat ini reservoir telah berpindah ke
daerah yang lebih dalam.

Gambar IV.4. Perbandingan antara temperatur mineral dengan temperatur sumur hasil
pengeboran pada sumur WWT-1

76
IV.2.2 Sumur WWD-2

Sumur WWD-2 adalah sumur yang terletak di lereng timur gunung Bedil, pada
koordinat 790388mT, 9203047mS (UTM zone 48S). Berdasarkan hasil pemerian
mineral sekunder, diperoleh 3 zona yang berkaitan dengan sistem panasbumi pada
sumur WWD-2, yaitu zona batuan penudung pada kedalaman hingga 132 m, zona
kondensasi pada kedalaman 132-789 m dan zona reservoir pada kedalaman di
bawah 789 m.

IV.2.2.1 Karakteristik Permeabilitas Reservoir

Zona hilang sirkulasi hadir pada sumur WWD-2 di kedalaman 1220-1250 m,


1420-1462 m, 1590-1620 m, dan 1645-1655 m. Zona ini berasosiasi dengan
struktur sesar, ditunjukkan oleh tekstur tuf kristal yang memperlihatkan
milonitisasi pada kedalaman 1750-1753 m, dan kuarsa sekunder dengan tekstur
suture yang menunjukkan pengaruh tekanan, pada kedalaman 1210-1213 m, 1310-
1393 m, 1630-1633, dan 1690-1693 m.

Pengamatan petrografi menunjukkan kehadiran adularia sebagai mineral yang


mengubah plagioklas, dan sebagai mineral pengisi rongga bersama dengan yang
wairakit. Kehadiran adularia pada reservoir sumur WWD-2 beberapa berasosiasi
dengan zona hilang sirkulasi. Adularia hadir pada kedalaman 1390-1393 m, 1810-
1933 m dan 2081-2114 m. Kehadiran adularia sebagai mineral petunjuk
permeabilitas menunjukkan bahwa reservoir sumur WWD-2 memiliki
permeabilitas batuan baik, yang berhubungan dengan permeabilitas akibat
rekahan.

Pada reservoir sumur WWD-2 urat kuarsa sekunder, kalsit, wairakit-epidot, dan
kalsedon, juga hadir mengisi rekahan. Kehadiran mineral pengisi rekahan ini akan
mengurangi permeabilitas reservoir. Kehadiran urat-urat tersebut juga
menunjukkan bahwa telah terjadi lebih dari sekali proses hidrotermal pada daerah
sumur WWD-2.

77
IV.2.2.2 Temperatur Reservoir

Zona reservoir pada sumur WWD-2 hadir pada kedalaman 789 m ditandai dengan
mulai munculnya epidot. Epidot hadir bersama-sama dengan wairakit dan prehnit,
menunjukkan suhu reservoir yang berkisar 2500C. Pada kedalaman 1570-1573 m
dan 1930-1933 m, aktinolit hadir dan menunjukkan pemerian suhu berdasarkan
mineral sebesar 280- >3300 C (Gambar IV.5).

Selain mineral-mineral Calk-silikat, pada reservoir sumur WWD-2 hadir serisit


dan pirofilit yang mengubah andesit piroksen dan tuf-lapili. Serisit±pirofilit hadir
pada kedalaman 909-972 m dan 1270-1573 m, menghasilkan pemerian temperatur
mineral yang berkisar 220-2800 C. Zona ini hadir bersamaan dengan kalsedon
yang menjadi indikasi boiling. Hadirnya serisit±pirofilit pada reservoir sumur
WWD-2 berasosiasi dengan zona hilang sirkulasi dan proses boiling yang
menunjukkan penurunan temperatur.

Sama halnya dengan sumur WWT-1, kurva temperatur pada sumur WWD-2
menunjukkan pola temperatur yang bertambah tinggi seiring dengan
bertambahnya kedalaman Pola ini merupakan pola yang khas dari sistem reservoir
dominasi air. Perbandingan antara kurva temperatur mineral dengan kurva
temperatur hasil pengeboran juga menunjukkan telah terjadi pendinginan pada
reservoir sumur WWD-2, yaitu dari temperatur 2500 C menjadi 2200 C.(Gambar
IV.5). Batas atas reservoir berdasarkan awal kehadiran epidot dengan batas atas
reservoir yang sekarang juga telah berpindah, terlihat bahwa pada kondisi saat ini
reservoir berada pada kedalaman 1200 m, berbeda dengan kondisi reservoir pada
masa lampau yang terletak pada kedalaman 650 m.

Hasil perbandingan antara temperatur mineral dengan temperatur sumur yang


diperoleh dari data pengeboran menunjukkan telah terjadi pendinginan pada
reservoir sumur WWD-2 (Gambar IV.5).

78
Gambar IV.5. Perbandingan antara temperatur mineral dengan temperatur sumur hasil
pengeboran pada sumur WWD-2

Pada reservoir sumur WWD-2 kedalaman 1550-1700 m, profil temperatur sumur


menunjukkan pendinginan. Hasil pengamatan petrografi contoh serbuk bor pada
kedalaman tersebut menunjukkan hadirnya urat kalsit dan urat anhidrit-gipsum
yang meng-overprint mineral-mineral alterasi lain. Hadirnya gipsum sebagai
mineral hidrous sulfat menunjukkan bahwa air reservoir yang panas telah

79
bercampur dengan air meteorik yang bertempetur rendah. Hadirnya zona hilang
sirkulasi pada kedalaman ini mengindikasikan rekahan sebagai media masuknya
air meterorik.. Kehadiran laumontit mengisi rongga pada reservoir sumur WWD-2
kedalaman 2051-2114 m juga mengindikasikan proses pendinginan pada reservoir
sumur WWD-2.

IV.2.3 Sumur WWQ-5

Sumur WWQ-5 adalah sumur yang terletak di lereng selatan Gunung Gambung,
pada koordinat 791045mE, 9204713mS (UTM zona 48S). Berdasarkan hasil
pemerian mineral sekunder, diperoleh 2 zona yang berkaitan dengan sistem panas
bumi pada sumur WWQ-5, yaitu zona batuan penudung (caprock) pada
kedalaman hingga 885 m, dan zona reservoir yang hadir pada kedalaman di bawah
885. Zona batuan penudung ditandai dengan kemunculan mineral-mineral
impermeable yang dihasilkan dari kondensasi uap air reservoir yang berinteraksi
dengan dengan air tanah yang dingin.

IV.2.3.1 Karakteristik Permeabilitas Reservoir

Permeabilitas pada sumur WWQ-5 dicirikan oleh hadirnya adularia. Adularia


pertama kali hadir pada kedalaman 885 m sebagai mineral sekunder yang
mengganti plagioklas. Selanjutnya adularia hadir secara menerus dari kedalaman
1245-1725 m sebagai ubahan dari plagioklas dan sebagai mineral pengisi rongga.
Pada kedalaman ini adularia sebagian besar hadir mengisi rongga bersama dengan
wairakit dan epidot. Kehadiran adularia pada sumur WWQ-5 menunjukkan
karakteristik permeabilitas reservoir yang baik berkaitan dengan permeabilitas
akibat rekahan.

Zona hilang sirkulasi pada sumur WWQ-5 hadir secara menerus mulai dari
kedalaman 1730-2300 m. Kehadiran adularia secara menerus mulai dari
kedalaman 1245 m beraosiasi dengan zona hilang sirkulasi pada kedalaman 1730-
2300. Mandala Nusantara (1997) menyatakan bahwa zona hilang sirkulasi ini

80
terjadi karena struktur sesar berarah utara baratlaut-selatan tenggara yang
teridentifikasi di permukaan melalui pola kelurusan.

IV.2.3.2 Karakteristik Temperatur Reservoir

Zona reservoir pada sumur WWQ-5 dimulai dari kedalaman 885 m ditandai
dengan mulai hadirnya epidot. Selain epidot, hadir pula wairakit, prehnit, dan
aktinolit yang merupakan mineral penciri temperatur tinggi. Garnet dengan bentuk
isometrik hadir pada mengisi rongga tuf-lapili pada kedalaman 1465,
mengindikasikan temperatur pembentukkan yang lebih tinggi, yaitu berkisar
>3000C. Pada daerah reservoir ini hadir pula serisit secara menerus menunjukkan
menunjukkan pemerian temperatur reservoir berdasarkan mineral yang berkisar
220-2800C.

Perbandingan antara temperatur berdasarkan mineral dengan temperatur hasil dari


pengeboran menunjukkan kesesuaian temperatur. Temperatur reservoir sumur
WWQ-5 pada saat lampau menunjukkan keseimbangan dengan temperatur
reservoir sumur masa kini. Profil temperatur dan tekanan untuk sumur WWQ-5
menunjukkan kisaran 2600C dengan tekanan 51-52 atm.

Pola temperatur pada sumur WWQ-5 menunjukkan karakteristik temperatur dan


tekanan yang konstan pada kedalaman tertentu. Kehadiran pola-pola temperatur-
tekanan ini merupakan karakteristik dari reservoir dengan dominasi uap. Pada
reservoir jenis ini, uap tidak mengontrol temperatur dan tekanan. Hal ini
menunjukkan bahwa reservoir sumur WWQ-5 merupakan sistem reservoir dengan
dominasi uap, berbeda halnya dengan sumur-sumur yang terletak di daerah
selatan.

Walaupun reservoir sumur WWQ-5 saat ini menunjukkan sistem dominasi uap,
kehadiran mineral Calc-silikat seperti epidot, wairakit, prehnit, dan garnet
menunjukkan pernah terjadi interaksi antara larutan hidrotermal dengan batuan
reservoir. Kehadiran mineral-mineral tersebut mengindikasikan bahwa reservoir

81
sumur WWQ-5 yang sekarang didominasi oleh uap, dulunya merupakan sistem
yang didominasi oleh air yang mengisi rekahan dan pori batuan reservoir.

Gambar IV.6. Perbandingan antara temperatur mineral dengan temperatur sumur hasil
pengeboran pada sumur WWQ-5.

82
Berdasarkan awal kehadiran epidot, batas atas reservoir pada saat sistem masih
didominasi oleh air terletak pada kedalaman 885 m di bawah permukaan. Tetapi
hasil temperatur pengeboran yang menunjukkan kondisi sekarang menunjukkan
batas atas reservoir yang terletak pada kedalaman 600 m. Hal ini menunjukkan
bahwa top reservoir pada saat reservoir telah didominasi uap berpindah ke daerah
yang lebih dangkal, yaitu pada kedalaman 600 m.

IV.3 Model Penampang Alterasi pada Sistem Panasbumi

Sistem panasbumi di daerah penelitian terdiri dari sistem dominasi uap di daerah
bagian utara, dan sistem dominasi air di daerah bagian selatan, yang dipisahkan
oleh struktur horst. Struktur horst ini membatasi penyebaran lateral unit batuan,
dan memisahkan reservoir antara di utara dengan di selatan. Gambar IV.17 adalah
model penampang sistem panasbumi di daerah penelitian, memperlihatkan
distribusi zonasi alterasi dan temperatur hasil pengeboran yang mencerminkan
kondisi pada masa kini.

Berdasarkan karakteristik mineral alterasi yang hadir, sistem panasbumi di daerah


penelitian terdiri dari:

1. Zona penudung (caprock)


Zona penudung hadir dengan ketebalan berkisar 800 m di daerah bagian utara, dan
menipis menjadi 100-200 m di daerah bagian selatan. Zona ini terdiri dari
mineral-mineral bersifat impermeable yang diwakili oleh zona smektit-kristobalit
dan zona alunit-kristobalit pada daerah penelitian.

Zona penudung pada sumur WWT-1 disusun oleh smektit dan kristobalit yang
berasosiasi dengan kalsit. Smektit dan kristobalit menunjukkan pH larutan yang
bersifat netral. Kehadiran kalsit menunjukkan komposisi larutan yang
mengandung uap CO2, larutan ini kemudian berinteraksi dengan air tanah yang
dingin.

83
Zona penudung pada sumur WWD-2 disusunoleh kumpulan mineral dengan pH
asam yang terdiri dari alunit, kristobalit, kaolinit, hadir bersama dengan adularia
yang mengisi rongga. Alunit dihasilkan dari kondensasi gas H2S yang berinteraksi
dengan air tanah, selanjutnya akan membentuk air asam sulfat. Sedangkan
adularia terbentuk dari larutan alkali klorida yang bersifat netral. Nicholson
(1993) menyatakan bahwa percampuran antara air klorida dengan air asam sulfat
akan menghasilkan produk alterasi berupa alterasi propilitik yang bercampur
dengan advance argilik. Kehadiran adularia dan mineral asam pada zona
penudung sumur WWD-2, mengindikasikan telah terjadinya percampuran air
klorida dengan air asam sulfat pada daerah dangkal dekat permukaan.

Zona penudung pada sumur WWQ-5 hadir dengan ketebalan mencapai 800 m.
Zona ini disusun oleh mineral impermeable seperti smektit, kristobalit, kaolinit,
yang berasosiasi dengan kalsit, anhidrit, klorit, kuarsa sekunder. Pada zona
penudung ini proses kondensasi berlangsung intensif dan mengendapkan mineral-
mineral impermeable seperti kalsit dan anhidrit yang mengisi rongga. Pada zona
batuan penudung sumur WWQ-5 terlihat adanya peningkatan temperatur antara
temperatur mineral dengan temperatur pada kondisi masa kini. Pengamatan
petrografi menunjukkan hadirnya serisit yang terbentuk pada temperatur >2200C,
pada kedalaman tersebut. Pemanasan ini ini diprediksi terkait dengan perubahan
sistem panasbumi yang terjadi pada daerah sumur WWQ-5.

2. Zona transisi
Zona transisi berkembang dengan baik di daerah bagian selatan. Zona ini ditandai
dengan kelimpahan kehadiran kalsit dan anhidrit sebagai hasil kondensasi uap
yang kaya CO2 dan H2S. Kalsit hadir sebesar 10-20% pada zona transisi sumur
WWT-1 dan WWD-2. Adapun anhidrit hanya hadir sebesar 3-5%. Kalsit yang
hadir sebagai vein dan mineral pengisi rongga terendapkan langsung dari larutan
hidrotermal yang kaya CO2. Pada beberapa kedalaman kalsit berasosiasi dengan
siderit, menunjukkan larutan dengan pengayaan Fe pada kedalaman tersebut..Pada
sumur WWT-1 kedalaman 432 m hadir pula urat dolomit yang menunjukkan
injeksi air meterorik kaya Mg pada zona transisi sumur WWT-1.

84
3. Zona reservoir
Zona reservoir pada ketiga sumur penelitian ditunjukkan dengan hadirnya mineral
Calc-silikat seperti epidot, prehnit, dan wairakit. Mineral Calc-silikat ini terbentuk
dari larutan hidrotermal yang berkomposisi alkali klorida. pada pH larutan netral.
Pada sistem dominasi air, reservoir didominasi oleh larutan alkali klorida berpH
netral. Sedangkan pada sistem dominasi uap yang diwakili oleh sumur WWQ-5,
reservoir terdiri dari serisit dan pirofilit yang menunjukkan komposisi larutan
asam pada temperatur yang tinggi. Kehadiran mineral Calc-silikat pada sistem
dominasi uap menunjukkan bahwa sistem ini pada mulanya didominasi oleh air,
yang karena proses-proses seperti boiling, sistem berevolusi dan berubah menjadi
sistem dominasi uap.

IV.4 Fluida Panasbumi di Reservoir

Reservoir pada sistem panasbumi dominasi air biasanya diisi oleh air alkali
klorida (Nicholson, 1993). Hal ini tercermin dari keberadaan mineral-mineral
Calc-silikat yang dihasilkan dari interaksi antara air hidrotermal dengan batuan
penyusun reservoir. Fluida panasbumi yang bersirkulasi dalam suatu sistem
panasbumi, secara langsung ataupun tidak langsung berasal dari air klorida.
Nicholson (1993) menyatakan bahwa air klorida didominasi oleh Cl sebagai unsur
dominan, tetapi unsur-unsur lain seperti sodium, potasium, silika, sulfat dan
bikarbonat dapat hadir. Kehadiran unsur-unsur lain tersebut akan menggambarkan
fluktuasi fluida pada reservoir terkait dengan sistem panasbumi yang selalu
bergerak dinamis dari waktu ke waktu.

Fluida panas bumi yang hadir di daerah penelitian diinterpretasi dari kehadiran
mineral-mineral alterasi penyusun reservoir. Fluida penyusun reservoir pada
sumur-sumur penelitian adalah sebagai berikut.

85
Gambar IV.7. Model penampang alterasi pada sistem panasbumi di daerah penelitian.
IV.4.1 Fluida Reservoir Sumur WWT-1

Reservoir sumur WWT-1 terdapat pada kedalaman di bawah 1093 m, berdasarkan


awal kemunculan epidot. Reservoir sumur WWT-1 disusun oleh mineral-mineral
Calc-silikat yang menunjukkan komposisi larutan hidrotermal netral, pada
temperatur berkisar 250-3000 C. Perbandingan antara temperatur mineral dan
temperatur masa kini, serta hadirnya laumontit menunjukkan bahwa reservoir
sumur WWT-1 telah mendingin. Pendinginan ini juga ditunjukkan dengan
masuknya air meterorik pada kedalaman 1800-2000 m.

Kalsit, anhidrit, serta gipsum hadir pada reservoir sumur ini. Pada beberapa
kedalaman, kalsit hadir meng-overprint epidot, menunjukkan kelimpahan gas CO2
pada kedalaman tersebut. Berdasarkan kehadiran kalsedon yang menjadi indikasi
boiling, terlihat kelimpahan gas CO2 pada reservoir WWT-1 berasal dari proses
boiling.

Anhidrit pada reservoir sumur WWT-1 hanya hadir pada kedalaman 1093-1396
m, sedangkan gipsum hadir setempat pada beberapa kedalaman. Tidak ditemukan
anhidrit yang meng-overprint mineral Calc-silikat temperatur tinggi pada
reservoir ini, menunjukkan bahwa reservoir hanya diperkaya oleh kandungan CO2

IV.4.2 Fluida Reservoir Sumur WWD-2

Reservoir sumur WW-2 terdapat pada kedalaman di bawah 789 m, berdasarkan


awal kemunculan epidot. Sama halnya dengan sumur WWT-1, reservoir sumur
WWD-2 disusun oleh mineral-mineral Calc-silikat seperti epidot, wairakit,
prehnit, dan aktinolit. Epidot pada sumur ini hadir lebih banyak dibandingkan
pada sumur WWT-1, menunjukkan kandungan Ca dan Fe yang lebih tinggi
dibandingkan sumur WWT-1. Mineral-mineral Kalk-alkali yang menyusun
reservoir menunjukkan pemerian temperatur mineral berkisar 250-3000 C, dan
kondisi fluida netral. Sama halnya dengan sumur WWT-1, reservoir sumur ini
telah mendingin.

Pada reservoir kedalaman 909-972 m, dan 1250-1573 m, serisit dan pirofilit hadir,
menunjukkan pengaruh larutan bersifat asam pada kedalaman tersebut. Larutan
asam bertemperatur tinggi dapat terbentuk dari influk magmatik yang masuk ke
dalam sistem hidrotermal, dapat juga berasal dari air kondensat yang turun ke
daerah yang lebih dalam. Ketidakhadiran intrusi berupa dike atau sill pada sumur
WWD-2 mengindikasikan bahwa larutan asam yang membentuk pirofilit berasal
dari air kondensat yang turun ke reservoir dan terpanaskan. Hadirnya zona hilang
sirkulasi, pada kedalaman 1250-1573 menunjukkan larutan asam berasal dari
fluida kondensat yang turun ke reservoir melalui media rekahan. Adapun serisit
yang mengubah andesit piroksen pada kedalaman 909-972 m mengindikasikan
larutan kondensat bereaksi dengan lava andesit pada kedalaman tersebut.

Kalsit, anhidrit, serta gipsum hadir menerus pada reservoir sumur WWD-2. Pada
beberapa kedalaman hadir kalsit meng-overprint epidot dan aktinolit,
menunjukkan kelimpahan gas CO2 pada reservoir sumur ini. Sama halnya dengan
sumur WWT-1, identifikasi titik boiling berdasarkan kehadiran kalsedon di
reservoir mengindikasikan bahwa kelimpahan gas CO2 berasal dari proses boiling.
Anhidrit hadir sebesar 3-5%, dan tidak ditemukan anhidrit yang mengubah
mineral Calc-silikat. Hal ini menunjukkan bahwa reservoir hanya diperkaya oleh
gas CO2.
.

IV.4.3 Fluida Reservoir Sumur WWQ-5

Reservoir sumur WWQ-5 berada pada kedalaman di bawah 885 m, berdasarkan


awal kemunculan epidot. Berbeda halnya dengan sumur WWT-1 dan WWD-2,
reservoir pada sumur WWQ-5 disusun oleh serisit dan pirofilit. Kehadiran serisit
dan pirofilit menunjukkan kondisi larutan dengan pH asam pada temperatur 220-
2800C.

88
Profil temperatur dan tekanan untuk sumur WWQ-5 menunjukkan sistem
dominasi uap, tetapi hadirnya mineral-mineral Calc-silikat menunjukkan bahwa
sistem ini pada mulanya adalah sistem dominasi air. Perubahan dari sistem
dominasi air menjadi uap akan terekam dari kehadiran mineral alterasi yang
menunjukkan perubahan komposisi fluida, temperatur dan tekanan pada proses
hidrotermal.

Pada reservoir sumur WWQ-5. kalsit, anhidrit, dan gipsum hadir secara menerus.
Kelimpahan gas CO2 dan H2S pada reservoir ini dperlihatkan dari kalsit yang
meng-overprint epidot pada kedalaman 885-1305 m, dan anhidrit yang meng-
overprint epidot pada kedalaman 945-1245 m. Pada kedalaman ini fluida reservoir
WWQ-5 diperkaya oleh uap yang selanjutnya akan menurunkan tekanan
permukaan yang berpengaruh terhadap proses boiling. Nicholson (1993)
menyatakan bahwa kandungan gas pada larutan akan menurunkan titik boiling
sehingga titik boiling berada pada daerah yang lebih dangkal. Hasil pengamatan
petrografi menunjukkan boiling pada kedalaman 885-945 m. Pada kedalaman ini
kalsedon, silika opal dan kuarsa sekunder hadir pada reservoir dengan temperatur
di atas 2200C menunjukkan kondisi superheated. Selanjutnya larutan yang
diperkaya oleh kandungan gas akan menurunkan titik didih, sehingga boiling
selanjutnya akan terjadi pada kedalaman di bawah 885 m.

Perbandingan antara temperatur mineral dengan temperatur pengeboran


menunjukkan bahwa top reservoir yang sekarang telah berpindah ke daerah yang
lebih dangkal, yaitu dari kedalaman 885 m kemudian pindah ke kedalaman 620 m.
Berdasarkan kehadiran kalsedon pada temperatur >2200C, boiling terjadi pada
kedalaman 645-705 m, dan 885-945 m. Pada kedalaman 885-945 m boiling
diprediksi terjadi ketika sistem masih didominasi oleh air, sedangkan pada daerah
yang dangkal boiling diprediksi terjadi pada saat sistem telah didominasi oleh air.
Boiling yang terjadi pada daerah dangkal selanjutnya menghasilkan uap, dan
larutan dengan saturasi yang berbeda. Kondensasi uap hasil boiling selanjutnya
akan mempertebal lapisan batuan penudung, konsekuensinya permukaan air akan

89
menjadi turun, Dibutuhkan data tambahan berupa inklusi fluida untuk mendukung
pernyataan ini.

Kehadiran kalsit meng-overprint epidot pada reservoir sumur WWQ-5 terjadi


pada kedalaman 885-1305 m dan 1725 m. Anhidrit hadir meng-overprint epidot
pada kedalaman 945-1245 m. Hal ini menunjukkan kelimpahan gas CO2, dan H2S
pada reservoir WWQ-5. Berbeda dengan sumur-sumur di daerah selatan,
kelimpahan gas CO2 dan H2S di reservoir tidak berasosiasi dengan boiling. Hal ini
diinterpretasi berasal dari air kondensat yang turun ke reservoir, ditunjukkan oleh
kenampakan kristal kuarsa dan kalsit yang terkorosi pada kedalaman tersebut.

Pada sumur WWQ-5, komposisi fluida panasbumi terdiri dari pengayaan kalsium
hidrat dan besi (Fe), ditunjukkan oleh kehadiran wairakit dan prehnit dengan
persentase lebih tinggi dibandingkan dengan sumur-sumur di bagian selatan.
Garnet yang hanya muncul di sumur WWQ-5 menunjukkan bahwa sumur di
daerah utara pernah mencapai temperatur 3000C, berbeda halnya dengan sumur-
sumur di daerah selatan yang temperatur tertinggi berkisar 2800C berdasarkan
kehadiran aktinolit.

90

Anda mungkin juga menyukai