BAB I
GEOLOGI REGIONAL
1. GEOLOGI REGIONAL
Van Bemmelen (1949) membagi fisiogradi Jawa Barat menjadi empat zona,
yaitu Pegunungan selatan Jawa Barat, Zona Bandung, Zona Bogor, dan dataran
aluvial utara Jawa Barat. Batas antara zona Bandung dan zona Bogor ditandai oleh
rangkaian gunung api Kuarter.
Wilayah Maribaya terletak di kecamatan Lembang dan 22 km dari pusat kota
Bandung. Secara geologi terletak di kawasan Cekungan Bandung yang dikelilingi
kerucut gunung api Kuarter. Sebelah utara terdiri atas kompleks G. Burangrang – G.
Sunda – G. Tangkuban Perahu, G. Bukittunggul, G. Manglayang, G. Tampomas, dan
tinggian batuan G. Api Cupunagara. (Gambar 1)
Gambar 1. Peta Geologi Cekungan Bandung (Daerah Maribaya ditandai oleh kotak hijau)
TUGAS EKSPLORASI DAN EVALUASI PANAS BUMI - MEILANI 12014083
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 GEOKIMIA FLUIDA PANAS BUMI
2.1.1 Air Klorida (Cl)
Air klorida merupakan air reservoar (brine water) yang megandung 50 hingga 20.000
mg/kg Cl, dengan kandungan kation utama : Na, K, dan Ca. Air klorida kaya akan SiO2 dan
sering juga terdapat ion bikarbonat HCO3- , berasosiasi juga dengan gas CO2 dan H2S.
Karena SiO2 yang memadai dapat membentuk endapan sinter/skaling silika (SiO2).
Memiliki pH sekitar netral. Sumber air klorida dapat berasal dari batuan vulkanik, air
laut, air formasi di batuan sedimen, dan endapan halit.
Memiliki pH yang rendah, sifat asam. Pada lingkungan gunung api, dapat ditemukan
air asam SO4-Cl yang terbentuk akibat kondensasi unsur volatil magmatik dan mixing dengan
air klorida.
Air ini tidak dapat digunakan sebagai geotermometer karena sudah mengalami
percampuran. Di sisi lain, air ini dapat mengkorosi pipa produksi.
2.2 GEOTERMOMETER
Geotermometer digunakan untuk mengestimasi suhu dari reservoar geotermal dan
memonitoring perubahan suhu reservoar selama produksi. Geotermometer diklasifikasikan ke
ddalam 3 grup yaitu [1] geotermometer air, [2] geotermometer gas, dan [3] geotermometer
isotop. Disini akan dibahas mengenai macam-macam geotermometer air.
Kriteria sampel mata air yang dapat dipakai geotermometer air:
1. Mata air harus memiliki kecepatan (V) tinggi >2 L/s
2. Temperatur mata air mendekati boiling
3. pH mendekati netral
Dengan asumsi pada geotermometer air, sebagai berikut:
1. Jumlah elemen berlimpah
2. Reaksi mencapai kesetimbangan dalam reservoar
3. Tidak terjadi re-equilibration dalam perjalanan menuju permukaan
4. Tidak terjadi mixing dan dilution
Apabila didapatkan positif maka gunakan Na-K-Ca. Dalam menggunakan persamaan Na/K
geotermometer sebaiknya digunakan dua persamaan agar dapat memperoleh gambaran besar
rentangan perbedaanya. Apabila hanya menggunakan satu persamaan saja maka sebaiknya
menggunakan formula dari Giggenbach (1988) karena menghasilkan tertinggi. Hal ini
dikarenakan persamaan tersebut menggunakan nilai tertinggi dari data, bukan menggunakan
nilai tengah yang mempersentasikan semua data (Sumintadireja,2005).
TUGAS EKSPLORASI DAN EVALUASI PANAS BUMI - MEILANI 12014083
√
( )
√
( )
( )
D. Geotermometer Na-K-Mg
Untuk sampel yang tidak baik (mengalami mixing, Mg tinggi)
( )
E. Diagram Terner
Untuk mengetahui seberapa bagus kualitas reservoar maka dilakukan analisis
kesetimbangan ion. Dengan cara membandingkan jumlah konsentrasi positif dengan jumlah
konsentrasi negatif. Kualitas reservoar dapat dilihat dari ksetimbangan ionnya. Kualitas yang
baik apabila nilai ion balance nya <5%.
( )
Milliekivalen per million Kation (Meq) =
( )
Milliekivalen per million Anion (Meq) =
( )
% Ion Balance ( )
Setelah itu,
1. Jumlah konsentrasi Cl, SO4, dan Bikarbonat
dalam PPM
∑
2. Hitung proporsi relatif
2.3 ISOTOP
Rasio isotop utama yang menyusun molekul air yaitu 18O/16O dan 2H/1H dinyatakan dalam
satuan delta (δ) per mill (bagian per seribu atau ‰). Rasio ini merupakan perbedaan relatif
terhadap standar yang dikenal sebagai standard mean ocean water (SMOW) yaitu :
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Total ion balance yang didapatkan dari setiap mata air bernilai <5% sehingga dapat
dilakukan analisis selanjutnya.
TABEL 2. ANALISIS ION BALANCE
Mata
Air Total Total Total (Kation-
Total(Kation+Anion) Ion Balance (%)
Kation Anion Anion)
Dari hasil data geokimia air dan hasil plot pada diagram terner. Mata air
O1,O2,O3,O4,dan O5 merupakan air bikarbonat. Air bikarbonat bukan merupakan air
reservoar, melainkan air steam-heated yang terbentuk hasil dari kondensasi air geotermal
dengan mixing yang terjadi antara CO2 dan air tanah.
Na/K dan Na/Li yang tinggi,menunjukan bahwa mata air daerah Maribaya merupakan
manifestasi panasbumi yang terletak pada zona outflow.
Gambar 9. Manifestasi air daerah Maribaya adalah air bikarbonat dari hasil plot diagram
Terner
Dari diagram Na-K-Mg didapatkan hasil immature water dengan komposisi Mg yang
tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa air pada manifestasi ini tidak merepresentasikan
air reservoar, karena sudah mengalami leaching/pelarutan batuan di dekat permukaan
atau pengenceran oleh air meteorik kaya Mg (Aribowo, 2011)
DIAGRAM NA-K-MG
Mata Air Mg Na K Mg^0.5 Na/1000 K/100 Total %Mg %Na %K
O1 78.10 111.01 27.96 8.84 0.11 0.28 9.23 95.77 1.20 3.03
O2 89.20 121.94 29.75 9.44 0.12 0.30 9.86 95.75 1.24 3.02
O3 91.80 124.68 30.47 9.58 0.12 0.30 10.01 95.71 1.25 3.04
O4 84.60 129.67 30.40 9.20 0.13 0.30 9.63 95.50 1.35 3.16
O5 87.00 116.80 29.86 9.33 0.12 0.30 9.74 95.74 1.20 3.06
Gambar 10. Manifestasi air daerah Maribaya bertipe immature water dari plot diagram Na-K-
Mg
Silica
Manifestasi Na-K-Ca
Quartz Cond.
O1 165.52 89.752709
93.37286714
O2 171.13
92.72143483
O3 172.39
103.8882321
O4 170.32
O5 168.93 94.02015555
Karena hasil suhu reservoar dari Na-K-Ca memberi hasil yang under estimate yaitu
sebesar 80-90 Jadi, digunakan geotermometer kuarsa konduktif karena kandungan silika
yang tinggi beserta suhu sub-boiling dan didapatkan suhu reservoar berkisar 170-180 . Suhu
reservoar tersebut cocok dan berkorelasi dengan gunung Maribaya yang merupakan gunung
tidak aktif.
Dari data isotop stabil daerah Maribaya didapatkan analisa asal fluida dengan
menggunakan isotop stabil 18O dan 2H. Berikut data isotop stabil dan hasil plotingnya.
Sampel O% H%
MA 4 -2.63 -42.5
MA 1 -4.92 -44.75
MA 6 -14.53 -91.03
TUGAS EKSPLORASI DAN EVALUASI PANAS BUMI - MEILANI 12014083
Diambil dari model yang telah dibuat Nicholson (1993), didapatkan bahwa
manifestasi air di daerah Maribaya diinterpretasikan bermuasal dari air meteorik. Sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahesa Pradana Saputra dan Suryantini (2015) yang
mendapatkan range isotop δD -52‰ to -57‰ dan δ18O -3‰ to -9‰ yang diinterpretasikan
bermuasal dari air meteorik.
BAB IV KESIMPULAN
1) Analisis tipe air berdasarkan plotting anion pada diagram Terner Cl-HCO3-SO4
mendapatkan sampel mata air merupakan air bikarbonat
2) Analisis tipe air berdasarkan plotting kation pada diagram Na-K-Mg mendapatkan
sampel mata air merupakan tipe immature water
3) Analisis suhu reservoar menggunakan geotermometer silika konduktif (no steam loss)
mendapatkan hasil suhu reservoar sebesar 170-180 . Termasuk entalpi sedang
(Hochstein, 1990) selain itu dilihat dari korelasinya dengan sistem high terrain
gunung Maribaya.
4) Analisis sumber asal air berdasarkan isotop stabil mendapatkan garis perpotongan
antara isotop stabil daerah Maribaya dengan garis Meteorik Global merepresentasikan
air berasal dari air meteorik atau interaksi dengan batuan dasar yang telah mengalami
evaporasi.
5) Mineralogi daerah Maribaya berhubungan dengan batuan yang mengandung Na, K,
Ca, dan HCO3 tinggi. Juga mineral yang menyerap Li seperti mineral klorit, kuarsa,
dan mineral lempung.
6) Berdasarkan analisis geokimia fluida menunjukan sistem panasbumi daerah Maribaya
tidak prospek untuk dilakukan penelitian selanjutnya. Hal ini didasarkan pada
berbagai analisis yang menunjukkan tipe air steam heated berupa air bikarbonat,
immature water, suhu reservoar 170-180 yang masih termasuk ke dalam suhu
kurang ekonomis di Indonesia, serta kelimpahan ion terlarut Ca2+, Mg2+, K+.
Sebagaimana diketahui bahwa lapangan panasbumi Maribaya adalah zona outflow
dari suatu sistem panasbumi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Aribowo, Yoga. (2011). Prediksi Temperature Reservoar Panas Bumi dengan Menggunakan
Metoda Geotermometer Kimia Fluida. Teknik Vol. 32
Hochstein, M.P. (1990), Classification and assessment of geothermal resources. In: Dickson
MH and Fanelli M (eds) Small geothermal resources, UNITAEWNDP Centre for Small
Energy Resources, Rome, Italy, 31-59.
Saputra, Mahesa Pradana dan Suryantini. (2015). A Correlation Study between Volcanic
Activities and Thermal Water Changes in Tangkuban Perahu Hydrothermal Prospect, Jawa
Barat, Indonesia. Proceedings World Geothermal Congress, Australia.
Silitonga, P.H. 1973. Peta Geologi Lembar Bandung, Djawa. Direktorat Geologi.
Sucipta, Eddy I.G.B. 2014. Vulkanologi dan Geotermal ; Geokimia Geotermal. Bandung