Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi)
lempeng kerak bumi, yakni Lempeng Eurasi, Lempeng India-Australia, dan
Lempeng Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki
kekayaan potensi pertambangan yang telah diakui dunia, yang salah satunya
adalah batubara (coal).
Indonesia merupakan salah satu penghasil tambang batubara terbesar
di dunia. Pertumbuhan tambang di Indonesia bisa dikatakan begitu pesat
karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan. Namun,
pertumbuhan ini tidak diseimbangi dengan pengendalian dan pengelolaan
yang baik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Ketika kurangnya
pengendalian dan pengelolaan dengan baik, maka akan menyebabkan
dampak buruk yang dihasilkan. Meskipun sekarang tidak begitu terasa,
namun dampaknya akan menganggu stabilitas ekosistem di kemudian hari.
Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran dengan mengabaikan
lingkungan akan mengakibatkan berbagai dampak negatif yang akan terasa,
baik itu dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Untuk itu, pengendalian dan pengelolaan bagi industri di bidang usaha
batubara merupakan hal terpenting dari suatu kegiatan usaha tersebut demi
kepentingan semua pihak.

1.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
 Mengetahui dan memahami gambaran batubara secara umum dan
khusus
 Mengetahui dan memahami proses terbentuknya batubara
 Mengetahui dan memahi reaksi dan hasil reaksi dari batubara

1
 Mengetahui dan memahami pengendalian dan pengelolaan batubara.

1.3. Identifikasi Permasalahan


Identifikasi permasalahan yang akan dijelaskan pada makalah ini,
yaitu :
 Apa itu batubara ?
 Bagaimana proses terbentuknya batubara ?
 Bagaimana reaksi pembakaran batubara?
 Bagaimana proses pengendalian dan pengelolaan batubara ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Batubara (Coal)


2.1.1. Definisi Batubara
Batubara (coal) merupakan batuan sedimen yang berwarna
coklat-kehitaman yang dapat dibakar untuk sehingga mengahasilkan
energi. Batubara adalah bahan bakar fosil yang merupakan sisa
vegetasi sejak berates tahun lalu yang tertimbun. Batubara ini
sebagian besar tersusun atas hidrokarbon. Bahan bakar fosil ini
memang terbentuk dari organism yang telah punah. Dikarenakan
batubara ini memerlukan berjuta tahun untuk terbentuk dan berada
dalam limited quantity, sehingga merupakan nonrenewable resource.
Kondisi memungkinkan pembentukan batubara dimulai ±300 juta
tahun lalu.

2.1.2. Klasifikasi Batubara


2.1.2.1. Lignite
Lignite adalah jenis batubara level rendah, memiiki
jumlah energi yang rendah (kadar C sekitar 25-35%). Lignite
ini adalah batubara coklat yang mudah rapuh, lebih
mempertahankan kelembaban dibandingkan batubara yang
lain. Tetapi, mudah untuk terbakar dan emisi karbon yang
sangat tinggi ketika pembakaran, sehingga kebanyakan
lignite ini digunakan pada pembangkit listrik yang dekat
dengan wilayah tambangnya. Di negara Jerman dan Yunani,
penggunaan lignite berkisar 25-35% untuk pembangkit
listrik.
2.1.2.2. Sub-Bituminous
Jenis ini mengangung C lebih dar lignite, sekitar 35-
45%. Sama halnya dengan lignite, batubara jenis ini

3
umumnya digunakan sebagai pembangkit listrik. China
adalah produsen tertinggi pada jenis batubara ini.
2.1.2.3. Bituminous
Batubara jenis ini mengandung 45-86% C. batubara ini
diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :
 Smithing Coal. Memiliki kadar abu yang rendah,
sehingga ideal untuk ditempa.
 Cannel Coal. Ini digunakan secara luas sebagai sumber
minyak batubara, yang dimana cannel coal ini
dipanaskan dengan beberapa oksigen.
 Coaking Coal. Batubara ini digunakan pada skala
besar, seperti pada proses industri dengan pemanasan,
sehingga mengurangi kadar kelembaban dan membuat
produk lebih stabil. Biasanya industri baja
mengandalkan batubara ini
2.1.2.4. Antrachite
Antrachite ini adalah jenis batubara tertinggi. Hampir
seluruhnya adalah C, dengan kadar hingga 97%, sehingga
lebih keras dan tebal. Hampir seluruh air dan karbon dioksida
telah terbuang dan tidak terkandung lagi bagian yang lunak.
Karena antrachite ini merupakan high quality, pembakaran
yang bagus, sedikit jelagam sehingga antrachite ini
umumnya digunakan pada furnace. China mendominasi
pertambangan antrachite, ada juga Rusia, Vietnam, Ukraina,
dan USA.

2.1.3. Proses Pembentukan Batubara


Ada 2 teori yang menerangkan proses terjadinya batubara, yaitu
sebagai berikut :
2.1.3.1. Teori In-situ
Batubara terbentul dari tumbuha atau pohon yang
berasal dari hutan, dimana batubara tersebut terbentuk.

4
Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori in-situ biasanya
terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di
hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam
ke dalam rawa tersebut dan sisa tumbuhan tersebut tidak
mengalami pembusukan secara sempurna, hingga akhirnya
menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.
2.1.3.2. Teori Drift
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan bukan di tempat dimana batubara tersebut
terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift
biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan
batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya
(multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu cenderung
tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap
yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia
(pembatubaraan).
 Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap
dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi
tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di
daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk
dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 - 10 meter.
Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H,
N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3
untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri
anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut
 Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan
gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi
karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang
menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap
komponen organik dari gambut. Pada tahap ini
presentase karbon akan meningkat, sedangkan
presentase hidrogen dan oksigen akan berkurang.

5
Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai
tingkat kematangan material organiknya mulai dari
lignit, sub-bituminus, bituminus, hingga antrasit.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan
batubara yaitu:
1. Umur
2. Suhu
3. Tekanan
Mutu endapan batubara juga ditentukan oleh suhu, tekanan
serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai
maturitas organik. Pembentukan batubara dimulai sejak
periode pembentukan karbon (carboniferous period) dikenal
sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360
juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Proses awalnya,
endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat yang
selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau
disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara muda
adalah batubara dengan jenis maturitas organik
rendah. Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang
terus menerus selama jutaan tahun, maka batubara muda akan
mengalami perubahan yang secara bertahap menambah
maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi
batubara sub-bituminous. Perubahan kimiawi dan fisika terus
berlangsung hingga batubara menjadi lebih keras dan
warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus
bituminous atau anthracite. Dalam kondisi yang tepat,
peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus
berlangsung hingga membentuk antrasit.

6
2.1.4. Kandungan dan Reaksi Pembakaran Batubara
2.1.4.1. Kandungan Batubara
Umumnya, batubara terdiri atas susunan hidrokarbon
(C, H, dan O), namun ada juga terkandung unsur lain seperi
N dan S. sebagai contoh yaitu bituminous (C137H97O9NS)
ataupun antrachite (C240H90O4NS).
2.1.4.2. Reaksi Pembakaran Batubara
Secara kimia, batubara terkandung ikatan-ikatan kimia
antara C, H, O, N, dan S. Proses pembakaran batubara
umumnya terjadi di dalam boiler pada pembangkit listrik
tenaga uap ataupun pada industri-industri dan merupakan
reaksi kimia yang dilakukan dengan penambahan gas
oksigen. Adapun reaksinya sebagai berikut :
C + O2 → CO2 + kalor
Reaksi 2.1
Karena adapula ikatan H, O, N, dan S, maka reaksi kimia
juga terjadi sebagai berikut :
2H2 + O2 → 2H2O
N2 + O2 → NOx
Reaksi 2.2
Lalu, dengan uap H2O di udara, reaksi kimia dapat bereaksi
menjadi asam nitrat (HNOx). Kemudian reaksi berlanjut
sebagai berikut :
S + O2 → SO2
Reaksi 2.3
SO2 bersama dengan H2O dan O2 dalam boiler membentuk
rantai kimia berikut :
2SO2 + 2H2O + O2 → 2H2SO4
Reaksi 2.4

2.1.5. Emisi / Limbah


Emisi pembakaran batubara bergantung pada tingkat komposisis
bahan bakarnya, jenis-jenis pengendali teknologi, tingkat standar

7
peralatan. Ada beberapa polusi yang dihasilkan dari pembakaran
batubara ini (khususnya bituminous dan sub-bituminous) seperti
particulate matter (PM), sulfur dioksida, nitrogen dioksida, serta
beberapa proses pembakaran tidak sempurna menghasilkan karbon
monoksida.

2.1.6. Kegunaan & Manfaat dan Kekurangan Batubara


2.1.6.1. Kegunaan & Manfaat
 Bahan bakar
 Sumber listrik
 Kokas
 Mudah dalam pembakaran
 Secara luas dan mudah pendistribusian
 Tidak begitu mahal
 Ketersediaan merata
 Mudah dalam penambangan
2.1.6.2. Kekurangan
 Dibandingkan dengan minyak, energi lebih rendah
 Transportasi batubara level tinggi sangat penting,
sehingga agak mahal
 Debu pembakaran berbahaya
 Pertambangan yang berkaitan dengan bahaya
lingkungan

2.2. Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Batubara


2.2.1. Pengendalian Limbah Batubara
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam pengendalian
limbah yang dihasilkan dari pembakaran batubara, yaitu sebagai
berikut :

8
2.2.1.1. Regulasi
Peranan pemerintah menjadi sangat vital dalam
perizinan untuk pendirian sebuah industri. Pemerintah
memegang tanggungjawab dalam penerapan regulasi kepada
seluruh pihak. Selain regulasi dari skala nasional, perlunya
juga kesepahaman bersama dalam mata internasional melalui
induk perserikatan bansa yaitu PBB.
2.2.1.2. Penghijauan
Tidak hanya limbah padat, pembakaran batubara juga
menghasilkan limbah gas, terlebih lagi jika pembakarannya
adalah pembakaran tidak sempurna. Tumbuhan (pohon) bisa
ditanam di sekitar wilayah pabrik, sehingga polutan gas
terutama karbon dioksida dan/atau karbon monoksida dapat
digunakan oleh tumbuhan dalam fotosintesis.
2.2.1.3. Penerapan Sains Modern
Penggunaan ilmu sains terbarukan dalam proses
pembakaran batubara dapat mengurangi polutan yang
dihasilkan. Selective Catalytic Reduction adalah salah satu
contoh, yang berfungsi dalam mengontrol emisi NOx serta
dapat digunakan sebagai pengontol emisi merkuri (pada
industri tertentu). Selain SCR, adapula Flue Gas
Desulfurization yang mampu mengontrol emisi SOx.
2.2.1.4. Bahan Bakar Alternatif
Batubara merupakan sumber daya alam non-reneable,
namun terjangkau, sehingga sampai saat ini penggunaannya
masih dalam cakupan yang begitu luas. Oleh karenanya itu,
bahan bakar alternatif seperti fuel cell, bisa menjadi pilihan
lain dalam mencegah penggunaan batubara secara luas.

9
2.2.2. Pengelolaan Limbah Batubara
Limbah dari pembakaran batubara dapat dikelola dan
dimanfaatkan sehingga memiliki nilai lebih. Beberapa pengelolaan
yang dimaksud menurut UU-PLH No. 101 Tahun 2004 Pasal 58
adalah sebagai berikut :
2.2.2.1. Pengakutan
Pengangkutan limbah batubara dari hasil pembakaran
berupa abu dasar (bottom ash) dan abu terbang (fly ash). Abu
dasar adalah abu yang langsung mengendap di dasar boiler.
Proses pengangkutan abu menggunakan mesin-mesin yang
menjalankan abu untuk ditaruh di tempat penyimpanan.
2.2.2.2. Penimbunan
Penimbunan abu untuk mencegah terjadinya
penyebaran debu oleh hembusan angin, dilakukan
penyiraman terhadap debu dengan air di tempat penimbunan
debu dan mengangkut debu dengan menggunakan truk
pengangkut abu yang tertutup sehingga dalam pengangkutan
abu tidak tumpah.
2.2.2.3. Pengumpulan
Pengumpulan limbah abu baik abu terbang maupun abu
dasar, slag, dan pyrites ditampung dalam tempat
penampungan khusus yang dinamakan ash valley (tempat
penyimpanan abu).
2.2.2.4. Pemanfaatan
Pemanfaatan abu batubara merupakan hal yang sangat
penting. Industri-industri yang melalukan pemanfaatan abu
batubara kebanyakan pada bidang konstruksi seperti pada
industri semen dan bahan konstruksi. Selain itu, pemanfaatan
abu terbang juga dapat dibuat menjadi beton yang begitu
kuat.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari materi yang dijelaskan pada pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Batubara (coal) merupakan batuan sedimen yang berwarna coklat-
kehitaman yang dapat dibakar untuk sehingga mengahasilkan energi.
Terdiri dari 4 jenis secara umum dari rendah ke tinggi yaitu :
 Lignite
 Sub-Bituminous
 Bituminous
 Antrachite
2. Batubara terbentuk melalui 2 teori yaitu teori in-situ dan teori drift.
3. Batubara yang tersusun oleh C, H, O, N, dan S, memiliki reaksinya
masing-masing, tergantung pada jenis batubara itu.
4. Perlunya dilakukan pengendalian dan pengelolaan akan limbah dari
batubara demi kepentingan bersama.

3.2. Saran
Saran yang diberikan pada penyusunan makalah ini yaitu sudah
menjadi hal yang penting dalam pengendalian dan pengelolaan limbah
batubara di Indonesia agar tidak terjadi pencemaran lingkungan yang
berlebih. Selain itu, sudah sepatutnya energi alternatif ramah lingkungan
bisa menjadi cara lain dalam pengurangan penggunaan batubara.

11
DAFTAR PUSTAKA

www.kemenperin.go.id/artikel/S11/Sosialisasi-Program-Terpadu-Penanganan-
Limbah-Batu-Bara-Dalam-Rangka-Peningkatan-Daya-Saing -Industri-Tekstil.
www.ptba.co.id/id/read/the-occuence-of-coal
www.ptba.co.id/id/read/from-waste-coal-being-environmentally-friendly-concrete

12

Anda mungkin juga menyukai