Anda di halaman 1dari 33

BAB l

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai misi

untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat, juga sebagai tempat penelitian dan pelatihan tenaga kesehatan

serta tempat penelitian dan pengembangan kesehatan. Salah satu bentuk pelayanan

kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan farmasi (Siregar, 2004).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktik kefarmasian pada

Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan Standar Pelayanan

Kefarmasian yang diamanahkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Standar

Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi

tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Salah satu

fasilitas pelayanan kefarmasian adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Instalasi farmasi merupakan unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan

seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Instalasi Farmasi dipimpin

oleh Apoteker sebagai penanggung Jawab (Permenkes 72, 2016). Apoteker

bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian

kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan

keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

1
Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan

kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan

penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan

Kefarmasian (Permenkes 72, 2016).

Pengelolaan perbekalan farmasi harus dikelola secara efektif karena

merupakan komponen terbesar dalam pengeluaran rumah sakit (±40-50%) dan dana

kebutuhan obat rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Belanja

perbekalan farmasi yang demikian besar tentunya harus dikelola dengan efektif dan

efisien. Pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien akan mendukung

mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Keberhasilan pengelolaan perbekalan

farmasi tergantung pada kondisi, ketaatan, kebijakan, tugas pokok dan fungsi.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemilihan, perencanaan kebutuhan dan pengadaan perbekalan

farmasi di RSUD Padang Panjang ?

2. Apakah pemilihan, perencanaan kebutuhan dan pengadaan perbekalan

farmasi di RSUD Padang Panjang sudah sesuai dengan Permenkes no.72

tahun 2016?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pemilihan, perencanaan kebutuhan dan pengadaan

perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Padang Panjang

2. Untuk mengetahui pemilihan, perencanaan kebutuhan dan pengadaan

perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Padang Panjang sesuai dengan

Permenkes no.72 tahun 2016

1.4 Manfaat

Memberikan informasi bahwa pelaksanaan pemilihan, perencanaan

kebutuhan dan pengadaan di Instalasi Farmasi RSUD Padang Panjang telah

sesuai dengan permenkes no.72 tahun 2016.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian yang bertanggung jawab

terhadap pengelolaan perbekalan farmasi (Binfar, 2010). Instalasi farmasi merupakan

unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan

kefarmasian di rumah sakit. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker sebagai

penanggung Jawab (Permenkes 72, 2016).

2.1.2 Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit

1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh

kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai

prosedur dan etik profesi;

2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;

3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek

terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;

4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan

rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;

Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;

5. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan

Kefarmasian;

4
6. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit (Permenkes 72, 2016).

2.1.3 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Pengelolan perbekalan farmasi meliputi :

a. Pemilihan perbekalan farmasi

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara efektif, efisien

dan optimal.

c. Mengadakan perbekalan farmasi.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku.

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di

rumah sakit.

2.1.4 Kepala Instalasi Farmasi

a. Melakukan pengontrolan proses pelayanan pada Instalasi Farmasi.

b. Melakukan Pengontrolan ketersediaan obat serta penggunaanya.

c. Memberikan pelayanan berkualitas untuk para pasien.

d. Melakukan manajemen asisten apoteker.

e. Melakukan analisis mengenai perkembangan apoteker.

f. Membuat rencana mengenai pengembangan apotek.

5
2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Proses pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang menyangkut aspek perencanaan atau seleksi, pengadaan, pendistribusian dan

penggunaan perbekalan farmasi dengan memanfaatkan sumber sumber yang tersedia

seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan organisasi. Siklus pengelolaan perbekalan farmasi meliputi:pemilihan,

perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pemusnahan, pengendalian, dan administasi (Permenkes 72, 2016).

2.2.1 Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:

a) Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;

b) Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang telah ditetapkan;

c) Pola penyakit;

d) Efektifitas dan keamanan;

e) Pengobatan berbasis bukti;

f) Mutu;

6
g) Harga; dan

h) Ketersediaan di pasaran.

Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional.

Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis,

disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah

Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi

Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah

Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah

Sakit.

Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan

pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan

Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan

pengobatan yang rasional.

Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:

a) membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik

Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik;

b) mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi

c) membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi,

jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar;

d) mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan

Terapi, dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan

balik;

e) membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;

7
f) menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit;

g) menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan

h) melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan

melakukan monitoring.

Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:

a. mengutamakan penggunaan Obat generik;

b. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling

menguntungkan penderita;

c. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;

d. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;

e. praktis dalam penggunaan dan penyerahan;

f. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;

g. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan

biaya langsung dan tidak lansung; dan

h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence

based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga

yang terjangkau.

Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium Rumah Sakit,

maka Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan atau

pengurangan Obat dalam Formularium Rumah Sakit dengan mempertimbangkan

indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya (Permenkes 72, 2016).

8
2.2.2 Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan

periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat

jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan

menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar

perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

A. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

a. anggaran yang tersedia;

b. penetapan prioritas;

c. sisa persediaan;

d. data pemakaian periode yang lalu;

e. waktu tunggu pemesanan; dan

f. rencana pengembangan (Permenkes 72, 2016).

B. Kompilasi penggunaan

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui

penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan

selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum.

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi, memberikan informasi bahwa :

 Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-masing

unit pelayanan

9
 Presentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total

penggunaan setahun seluruh unit pelayanan

 Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi

 Perhitungan kebutuhan

Untuk mengetahui terjadinya kekosongan atau kelebihan pada

perbekalan farmasi maka dibutuhkan koordinasi dan proses perencanaan untuk

pengadaan perbekalan farmasi secara terpadu maka diharapkan perbekalan farmasi

yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada saat

dibutuhkan (Binfar, 2010).

C. Penghitungan kebutuhan

Penghitungan kebutuhan dapat dilakukan dengan beberapa metoda meliputi

 Metoda konsumsi

Metoda yang didasarkan pada data riil konsumsi perbekalan periode yang

lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung jumlah perbekalan farmasi yang

dibutuhkan adalah :

 Pengumpulan dan pengolahan data

 Analisa data untuk informasi dan evaluasi

 Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi

 Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dan alokasi dana

10
Data yang diperlukan untuk menyusun perencanaan dengan metoda konsumsi

adalah:

 Pemakaian tahun lalu

 Stok on hand

 Waktu tunggu

 Harga obat dan alat kesehatan

 Dana yang tersedia

Ada 9 langkah untuk menghitung perencanaan obat dengan metoda konsumsi yaitu :

1. Menghitung Pemakaian Nyata pertahun

adalah jumlah obat yang dikeluarkan untuk jangka waktu 1 tahun (datanya bisa

didapat dari laporan bulanan atau tahunan)

Rumus :

Pemakaian = (Stock awal tahun + penerimaan) – (sisa stock akhir tahun -

jumlah obat yang hilang/rusak/exp.date)

2. Menghitung Pemakaian Rata-rata perbulan

Rumus :

𝑃𝑒𝑚𝑎𝑘𝑖𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Pemakaian rata-rata 1 bulan =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑑𝑎

3. Menghitung Kekurangan Obat

merupakan jumlah obat yang diperlukan selama bulan yang kosong

Rumus :

Kekurangan obat = pemakaian rata-rata/bulan x jumlah bulan yang kosong

11
4. Menghitung Pemakaian Obat Sesungguhnya

Rumus :

Pemakaian obat sesungguhnya = Pemakaian nyata + kekurangan obat

5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang

merupakan ramalan kebutuhan obat yang sudah mempertimbangkan

peningkatan jumlah pelanggan yang akan dilayani. Jumlah pelanggan dihitung

dengan persamaan regresi dari data peningkatan minimal dari 5 tahun

sebelumnya.

Rumus :

Misalkan tren peningkatan kunjungan adalah A%, maka :

Kebutuhan obat yang akan datang = kebutuhan sesungguhnya + (kebutuhan

sesungguhnya x A%)

6. Menghitung kebutuhan Lead Time (Waktu tunggu)

Lead time adalah jangka waktu mulai dari perencanaan diajukan sampai

barang diterima.

Rumus :

Kebutuhan lead time = Pemakaian rata-rata/bulan x waktu tunggu (bulan)

7. Menentukan buffer stock

Buffer stock ditentukan dengan 2 cara :

12
 Berdasarkan waktu tunggu

Waktu tunggu Stock Pengaman

1 bulan 2 minggu

2 bulan 4 minggu

3 bulan 5 minggu

4 bulan 6 minggu

6 bulan 8 minggu

8 bulan 9 minggu

12 bulan 12 minggu

 Berdasarkan system VEN

V : Vital / very essential => 20% stock kerja

(kelompok obat untuk memperpanjang hidup, untuk mengatasi penyebab

kematian ataupun pelayanan pokok kesehatan => stock tidak boleh

kosong)

E : Esensial => 10% stock kerja

(obat yang bekerja pada sumber penyakit, obat yang digunakan paling

banyak dalam pengobatan penyakit terbanyak => kekosongan dapat

ditolerir < 48 jam)

N : Non-Esensial => 0-5% stock kerja

(obat penunjang agar jadi lebih baik => kekosongan dapat ditolerir > 48

jam).

13
8. Menghitung jumlah obat yang diprogramkan tahun yang akan datang

Rumus :

Jumlah obat yang diprogramkan = Kebutuhan obat tahun yang akan datang +

lead time + buffer stock

14
9. Menghitung jumlah obat yang akan diadakan

Rumus :

Jumlah obat yang diadakan = Jumlah obat yang diprogramkan – stock akhir

tahun

 Metoda epidemiologi

Untuk menyusun perencanaan dengan metoda epidemiologi selain

membutuhkan data dengan perhitungan metoda konsumsi juga dibutuhkan

data-data berikut :

 Pola penyakit

 Standard terapi

 Jumlah kunjungan

Perbandingan metoda konsumsi dan epidemiologi:

Konsumsi Epidemiologi

 Pilihan pertama dalam  Lebih akurat dan

perencanaan dan pengadaan mendekati kebutuhan

 Lebih mudah dan cepat dalam sebenarnya

perhitungan  Pengobatan lebih

 Kurang tepat dalam penentuan rasional

jenis dan jumlah  Perhitungan lebih

 Mendukungketidakrasionalan rumit

dalam penggunaan  Tidak dapat digunakan

untuk semua penyakit

 Data yang diperlukan

15
lebih banyak

(kunjungan pasien,

sepuluh besar pola

penyakit, persentase

dewasa dan anak)

D. Evaluasi perencanaan

Jumlah kebutuhan yang telah diperoleh pada perhitungan idealnya diikuti

dengan evaluasi.

Cara evaluasi yang dapat dilakukan antara lain :

 Analisa nilai ABC untuk evaluasi aspek ekonomi

 Pertimbangan kriteria VEN untuk menganalisa aspek medik/terapi

 Kombinasi ABC dan VEN

 Revisi daftar perbekalan farmasi (Binfar, 2010).

2.2.3 Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan

perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,

jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.

Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan,

penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,

pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,

pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.

Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses

16
pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan

tenaga kefarmasian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.

b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS

c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus

mempunyai Nomor Izin Edar.

d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin,

reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung

jawabkan.

Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok

Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat saat

Instalasi Farmasi tutup.

Pengadaan dapat dilakukan melalui:

A. Pembelian

Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan

jasa yang berlaku.

17
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:

1. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,

yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu Obat.

2. Persyaratan pemasok.

3. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

4. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.

B. Produksi Sediaan Farmasi

Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:

a) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;

b) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;

c) Sediaan Farmasi dengan formula khusus;

d) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking;

e) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan

f) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru

(recenter paratus)

Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan

terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit tersebut.

C. Sumbangan/Dropping/Hibah

Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap

penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

18
Habis Pakai sumbangan/dropping/ hibah. Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan cara

sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen administrasi yang lengkap

dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai dapat membantu pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan

pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada

pimpinan Rumah Sakit untuk mengembalikan/menolak

sumbangan/dropping/hibah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit

(Permenkes 72, 2016).

2.2.4. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,

jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat

pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan

barang harus tersimpan dengan baik.

2.2.5. Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan

sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan

keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai

dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi

persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan

penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

19
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label

yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,

tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus

b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk

kebutuhan klinis yang penting

c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien

dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada

area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang

kurang hati-hati

d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa

oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi

e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang

lainnya yang meneyebabkan kontaminasi.

Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara benar

dan diinspeksi secara periodik.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus

disimpan terpisah yaitu:

1. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda

khusus bahan berbahaya

2. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk

menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas

medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan

tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.

20
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan,

dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan

disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO)

dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan

dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) dan High Alert, tidak

ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah

terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi

untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan

terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:

a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah

ditetapkan

b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain. Bila

dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti

c. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa

d. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain

2.2.6. Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/

menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari

tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin

mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan

21
sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:

a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)

1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi

Farmasi.

2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang

disimpan disimpan diruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat

dibutuhkan.

3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola

(di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada

penanggung jawab ruangan.

4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock

kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan

interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.

b. Sistem Resep Perorangan

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui

Instalasi Farmasi.

c. Sistem Unit Dosis

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal

22
atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini

digunakan untuk pasien rawat inap.

d. Sistem Kombinasi

Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b

+ c atau a+c.

Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk

pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian

Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem

floor stock atau Resep individu yang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang

atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan

efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan metode sentralisasi atau

desentralisasi.

2.2.7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penarikan sediaan

farmasi yang tidak memenuhi standar atau ketentuan peraturan perundang-undangan

dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM

(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar

(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada kepala BPOM.

Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap

produk yang izin edarnya dicabut oleh menteri.

23
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai bila:

1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu

2. Telah kadaluwarsa

3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau

kepentingan ilmu pengetahuan

4. Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:

a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang akan dimusnahkan

b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan

c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak

terkait

d. Menyiapkan tempat pemusnahan

e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta

peraturan yang berlaku.

2.2.8. Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat

dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi

(TFT) di Rumah Sakit.

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai adalah untuk:

24
a. Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit

b. Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi

c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihandan

kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta

pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai adalah:

a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving)

b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga

bulan berturut- turut (death stock)

c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

2.2.9. Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk

memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.

Kegiatan administrasi terdiri dari:

a. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan,

pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian,

pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai.

25
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode

waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun). Jenis-jenis pelaporan

yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

Pencatatan dilakukan untuk:

1) Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM

2) Dasar akreditasi Rumah Sakit

3) Dasar audit Rumah Sakit

4) Dokumentasi farmasi.

Pelaporan dilakukan sebagai:

1) Komunikasi antara level manajemen

2) Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di

Instalasi Farmasi

3) Laporan tahunan.

b. Administrasi Keuangan

Apabila Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mengelola keuangan maka perlu

menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi keuangan merupakan

pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi

keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua

kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan,

triwulanan, semesteran atau tahunan.

c. Administrasi Penghapusan

Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena

kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan

26
penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.

27
BAB III

PEMBAHASAN

Di RSUD Padang Panjang Pemilihan obat yang direncanakan berdasarkan

pada Formularium Nasional Rumah Sakit dan usulan para dokter melalui Staf Medis

Fungsional (SMF). Daftar obat tersebut kemudian diteruskan ke Komite / Tim

Farmasi dan Terapi (KFT) yang selanjutnya disetujui oleh direktur. Formularium

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padang Panjang dibuat oleh KFT (Komite /

Tim Farmasi dan Terapi) yang diketuai oleh seorang dokter dan sekretaris seorang

Apoteker (Kepala Instalasi Farmasi) dengan anggota Dokter serta Apoteker dan

anggota staf yang lainnya. Hal ini sesuai dengan Permenkes No. 72 tahun 2016,

dimana dinyatakan bahwa “Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang

disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan

oleh pimpinan Rumah Sakit”. Rangkaian dari kegiatan pembuatan Formularium

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padang Panjang adalah :

1. Daftar obat yang akan dimasukan ke Formularium Rumah sakit diadopsi dari

daftar obat-obat BPJS TK II yang terdapat di Formularium Nasional.

2. Komite / Tim Farmasi dan Terapi (KFT) mengedarkan formularium nasional

ke Dokter dan meminta usulan Dokter apakah ada obat yang diperlukan atau

obatyang tidak terdaftar didalam formularium nasional.

3. Komite / Tim Farmasi dan Terapi (KFT) menyalin datahasil masukan

mengenai Obatyang diusulkan oleh dokter dirapatkan.

4. Apabila masukan daftar Obat yang diberikan Dokter dianggap layak serta

dapat digunakan dengan berbagai pertimbangan maka Obat tersebut dapat

masuk kedaftar obat Formularium Rumah sakit.

28
5. Jika usulan obat dianggap tidak perlu digunakan maka akan dikirim surat

penolakan ke Dokter disertai dengan alasan penolakan.

Perencanaan perbekalan farmasi di RSUD Padang Panjang berdasarkan

metode konsumsi dan pemakaian tahun lalu sesuai dengan Permenkes no.72 tahun

2016 dan dijelaskan dalam Binfar 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Perbekalan

Farmasi di Rumah Sakit. Adapun teknis perencanaanya adalah sebagai berikut:

1. Petugas gudang obat membuat SO (Stock Opname) setiap akhir bulan.

2. Lalu petugas gudang akan mengisi daftar inventaris obat/BMHP di buku

beserta jumlah obat/BMHP.

3. Lalu dibuat daftar kebutuhan obat/BMHP yang dibutuhkan (yang disetujui

oleh Apoteker penanggung jawab gudang obat).

4. Kemudian daftar diserahkan kepada Kepala Instalasi

5. Kalau daftar obat yang akan dipesan telah disetujui oleh kepala

instalasi(diketahui Kabid/Direktur Rumah Sakit), maka obat/BMHP tersebut

akandiadakan oleh Pejabat pengadaan yang akan memesan obat/BMHP.

Pengadaan pada RSUD Padang Panjang dilakukan secara e-purchasing dengan

menggunakan e-catalog untuk perbekalan farmasi yang tersedia pada e-catalog dan

untuk perbekalan farmasi yang tidak tersedia pada e-catalog maka pembelian

langsung dilakukan pada distributor, namun pembelian pada distributor untuk obat

yang ada di e-catalog ini bisa juga dilakukan untuk perbekalan farmasi yang jika

telah dilakukan e-purchasing namun perbekalan tersebut telat datang atau

mengalami kekosongan stok. Bagian pengadaan di RSUD Padang Panjang akan

langsung mengadakan pembelian pada distributor tersebut untuk mencegah

terjadinya kekosongan stok pada RSUD Padang Panjang.

29
Pada e-purchasing, jika paket telah disetujui, penyedia akan menunjuk

distributornya untuk melakukan pengiriman barang dan untuk masalah pembayaran

yang pembayarannya dilakukan kepada distributor tersebut. Untuk pembelian

langsung melalui distributor, pengiriman dan pembayaran langusng diurus juga oleh

distributor tersebut. Pelaksanaan pembayaran oleh RSUD Padang Panjang biasanya

dilakukan secara kredit. Biasanya pihak distributor memberikan tenggang waktu 30

hari untuk pembayaran, kecuali untuk sediaan narkotika yang pembayarannya harus

langsung dilakukan pada saat pemesanan.

Untuk sediaan narkotika dan psikotropika membutuhkan perlakuan khusus

dalam hal pengadaannya. Sediaan narkotika ini pertama dipesan melalui e-

purchasing dan setelah disetujui oleh penyedia, maka pihak distributor akan

meminta blangko pemesanan narkotika yang terdiri dari 4 rangkap beserta bukti

pemesanan e-purchasing sekaligus dengan pembayarannya. Sama halnya dengan

narkotika, psikotropika juga seperti itu tetapi blangko psikotropika hanya satu

rangkap dan dengan blangko khusus sediaan psikotropika. Semua surat pesanan ini

harus ditanda tangani oleh kepala instalasi farmasi selaku penanggung jawab farmasi

pada RSUD Padang Panjang.

Pembelian obat-obat BPJS dengan melihat daftar di LKPP dan memesan di

LPSE pejabat pengadaan punya akun tersendiri. Untuk pembelian secara online

dengan membuka portal yang menyediakan e-catalog kemudian membeli obat apa

yang akan dibeli dengan program e-purchasing dan pembayaran dengan

menggunakan transfer. Contohnya untuk memesan gliquidone, hal pertama yang

dilakukan adalah mencari daftar pabrik/ PT yang memproduksi obat tersebut

(misalnya PT. Dexa Medica), PPK berkomitmen dengan PT tersebut. (dalam hal ini

30
sudah terdaftar dipusat PPK RSUD Padang Panjang sehingga bisa langsung pesan

dengan log in ke program). Jika sesuai kesepakatan maka PT. Dexa Medica akan

menunjuk distributor, kemudian distributornya yang akan mendistribusikan obat ke

Rumah Sakit.

Selain mengadakan obat dari industri farmasi, instalasi farmasi RSUD Padang

Panjang tidak melakukan produksi obat sendiri namun melakukan repacking kembali

diantaranya Obat H2O2 dan CaCO3. Hal ini memenuhi syarat pengadaan yang

tertera didalam Permenkes No.72 tahun 2016 poin b. Produksi sediaan farmasi

tersebut dengan alasan, sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/ repacking

(H2O2 3%, CaCO3).

Sistem pembelian setiap minggu lebih menguntungkan, karena lebih fleksibel

terhadap perubahan perbekalan yang akan digunakan sehingga dapat meminimalkan

penumpukkan perbekalan hingga masa kadaluarsanya. Sistem pembelian setiap

minggu memungkinkan instalasi farmasi menggunakan sistem penunjukkan

langsung terhadap distributor, sehingga diharapkan harga menjadi lebih murah.

Metode ini digunakan untuk pengadaan obat paket (seperti paket perbekalan farmasi

untuk operasi), alkes dan alat kedokteran. Untuk lebih memudahkan pengumpulan

data perbekalan farmasi yang harus dipesan setiap minggunya, maka dibuatlah buku

kebutuhan obat yang diisi oleh semua apotek di RSUD Padang Panjang.

31
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan serangkaian kegiatan yang telah dilakukan dan hasil wawancara

dengan tenaga teknis kefarmasian, Apoteker, dan tenaga terkait mengenai Pemilihan,

Perencanaan Kebutuhan dan Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi RSUD Padang

Panjang hampir sepenuhnya memenuhi standar Permenkes No. 72 tahun 2016.

Pengelolaan perbekalan farmasi ditunjang oleh sistem informasi manajemen berupa

pengelolaan data secara komputerisasi. Namun masih perlu dilakukan upaya

peningkatan dalam pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit di berbagai aspek.

32
DAFTAR PUSTAKA

Charles, JP Siregar, J, P., Prof. Dr, MSc., 2004 . Farmasi Rumah Sakit, Teori dan

Penerapan, Cetakan I, EGC.

Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes Depkes RI Bekerjasama dengan Japan

International Cooperation Agency. (2010). Pedoman Pengelolaan Perbekalan

Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes Depkes

RI.

Permenkes RI. (2014). Permenkes no.56 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah

Sakit. Jakarta: Direktur Jendral Peraturan Perundang-Undangan

Kementrian Hukum dan HAM RI.

PermenkesRI. (2016). Permenkes no.72 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit. Jakarta: Direktur Jendral Peraturan Perundang-Undangan

Kementrian Hukum dan HAM RI.

33

Anda mungkin juga menyukai